Anda di halaman 1dari 13

Makalah

SISTIM TRANSPORTASI

Disusun oleh:

Nadia nur Fadhilla

(20177011071)

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SORONG

1
DAFTAR ISI

Daftar isi………………………………………………………….i

Kata Pengantar…………………………………………………..ii

BAB 1. Pendahuluan……………………………………………………...3

A. Latar Belakang……………..……………………………...3
B. Tujuan perencanaan………………………………………..3

BAB II. Pembahasan………………………………………………………..5


A. Perencanaan Transportasi………………………………......6
B. Pemodalan Transportasi…………………………………….7
C. Transportasi Perkotaan……………………………..………9
D. Keterpaduan multi moda………………………….………10

BAB III. Penutup…………………………………………………………….11

1.1 Kesimpulan………………………………………………………11
1.2 Saran……………………………………………………………..11

Daftar Pustaka…………………………………………………………..…...12

2
Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas perkuliahan “Sistim Transportasi”

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu ,kami
mengharapkan segala bentuk saran serta melakukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak.

Sorong, 19 november 2019

penulis

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi sebagai urat nadi
kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Sistem jaringan
transportasi dapat di lihat dari segi efektivitas,dalam arti selamat, aksebilitas tinggi,terpadu,
kapasitas mencukupi, teratur, lancer dan cepat, mudah dicapai, tepat waktu, nyaman, tarif
terjangkau, tertib, aman, rendah polusi serta dari segi efisiensi dalam arti beban public rendah
dan kualitas tinggi dalam satu kesatuan jaringan system transportasi. Oleh karena itu,
pengembangan transportasi sangat penting artinya dalam menunjang dan menggerakan
dinamika pembangunan, karena transportasi berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah. Transportasi juga memiliki fungsi
strategis dalam merekat integritas wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia. Jika dilihat
dari aspek kepentingan publik, sistem transportasi yang meliputi transportasi darat, laut dan
udara mengemban fungsi pelayanan publik dalam skala domestik maupun
internasional.pengembangan transportasi harus didasarkan pada pengembangan yang
berkelanjutan ,yaitu melihat jauh ke depan, berdasarkan perencanaan jangka panjang yang
komprehensif dan berwawasan lingkungan. Perencanaan jangka pendek harus didasarkan
pada pandangan jangka panjang, sehingga tidak terjadi perencanaan “bongkar-pasang”.

B. Tujuan Perencanaan
Tujuan perencanaan transportasi adalah untuk memperkirakan jumlah dan lokasi
kebutuhan akan transportasi (jumlah perjalanan,baik untuk angkutan umum ataupun
angkutan pribadi) pada masa yang akan dating (tahun rencana) untuk kepentingan
kebijaksanaan investasi perencanaan transportasi.

4
 Memiliki jenis system transportasi yang paling sesuai dibandingkan dengan dana
yang tersedia
 Untuk meningkatkan aktivitas ekonomi dan efisiensi melalui penurunan biaya
transportasi dan pengembangan yang optimal
 Untuk mengembangkan system transportasi jalan yang terintegrasi
 Untuk mengetahui bagaimana dan kapan memperbaiki jalan yang lama atau
membangun jalan baru dalam memenuhi kebutuhandimasa mendatang
 Untuk menetapkan prioritas pembangunan dan pemeliharaan jalan
 Untuk mengoptimasikan pengeluaran dan pendapatan yang dapat dikumpulkan
melalui pajak, retribusi dll, memberikan keyakinan pada masyarakat akan
keseimbangan keuntungan dan biaya dari program transportasi jalan.
 Mengembangkan teknik pentahapan program untuk meningkatkanpengembangan
kota dan daerah
 Untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas
 Untuk koordinasi dengan pengembangan transportasi secara menyeluruh dengan
mengembangkan transportasi antar moda
 Untuk memenuhi kebutuhan transportasi pada masa sekarang dan akan dating
 Untuk menjaga dan meningkatkan kondisi lingkungan
 Peningkatan jalan yang terencana akan menurunkan biaya produksi sehingga
dapat meningkatkan ekonomi nasional.mobilitas penduduk akan meningkat dan
menumbuhkan keuntungan sosial.

Sistem transportasi yang terencana memberikan kebebasan untuk memilih lokasi


tempat tinggal, pekerjaan dan menyediakan kesempatan yang lebih baik dalam
memilih moda transportasi dan rute yang akan di tempuh.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perencanaan Transportasi

Dalam suatu perencanaan, agar didapatkan hasil yang baik dan dapat dipertanggung
jawabkan, diperlukan analisis yang komprehensif dan pendekatan secara sistemik.
Perencanaan transportasi sebaiknya didasarkan pada analisis dengan didasarkan
permodelan transportasi. Pertama yang diperlukan adalah pengumpulan data yang akurat
,dari data yang terkumpul kemudian dirancang suatu model transportasi.model
didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat menggambarkan keadaan yang ada di lapangan
yang memiliki berbagai macam jenis , seperti berikut ini.

1. Model verbal,yakni model yang menggambarkan keadaan yang ada dalam bentuk
kalimat.Misalnya “suatu kota yang dipenuhi dengan pepohonan yang rindang dengan
sungai yang mengalir dan taman-taman yang indah”
2. Model fisik, yakni model yang menggambarkan keadaan yang ada dengan ukuran yang
lebih kecil.Misalnya model bendungan, model saluran, model jembatan, maket bangunan.
3. Model matematis adalah model yang menggambakan keadaan yang ada dalam bentuk
persamaan-persamaan matematis.model inilah yang dipakai pada perencanaan
transportasi.Misalnya jumlah lalu lintas yang sebanding dengan jumlah penduduk.
Model matematis transportasi dapat dijabarkan dalam bentuk-bentuk berikut ini.
1. Deskriptif, yang menjelaskan keadaan yang ada, atau keadaan jika dilakukan suatu
perubahan terhadap keadaan yang ada
2. Prediktif, yang meramalkan keadaan yang akan dating.

6
3. Planning, yang meramalkan keadaan yang akan dating disertai dengan rencana-
rencana perubahannya.

1.1.Jenis-jenis Perencanaan Transportasi

 Perencanaan jangka pendek (perenc.operasional,manajemen transportasi);


kurun waktunya maksimum 5 tahun)
 Perencanaan jangka menengah (perenc.taktis),kurun waktu :10-20 tahun
 Perencanaan jangka panjang (perenc. Strategis),kurun waktu:>25 tahun,
sangat dipengaruhi oleh perencanaan tata guna lahan , biasanya untuk
perenc.kota baru.

1.2.Lingkup perencanaan transportasi

 Studi perencanaan prasarana transportasi


(penyiapan master plan bandara,pelabuhan laut, terminal antarmoda,penentuan
trase jalan raya, master plan pengembangan jaringan jalan, master plan prasarana
transportasi suatu pemukiman)
 Studi kebijakan operasional transportasi
(system sirkulasi lalu-lintas,tingkat pelayanan angkutan umum,strategi operasi
angkutan udara,studi kebutuhan prasarana dan sarana transportasi)

B. Pemodelan Transportasi

Dalam perencanaan transportasi dikenal adanya konsep dasar permodelan


transportasi, yang disebut model empat langkah atau four step model, yakni model
Bangkitan perjalanan (Trip Generation Model), Model Distribusi Perjalanan (Trip
Distribution Model), Model Pemilihan Jenis Kendaraan/Moda (Modal Split) dan Model
Pemilihan Rute Perjalanan ( Traffic Assignment).

7
 Model bangkitan perjalanan berkaitan dengan asal atau tujuan perjalanan, yang berarti
menghitung yang masuk atau yang keluar dari/ke suatu kawasan/zona.Model ini hanya
menghitung seberapa besar perjalanan yang masuk tanpa perlu mengetahui asalnya atau
sebaliknya,seberapa besar perjalanan yang keluar tanpa perlu mengetahui tujuannya.
 Model distribusi perjalanan merupakan bagian perencanaan transportasi yang
berhubungan dengan sejumlah asal perjalanan yang ada pada setiap zona dari wilayah
yang diamati dengan sejumlah tujuan perjalanan yang beralokasi dalam zona lain dalam
wilayah tersebut. Rumus-rumus umum matematik dari model Trip distribution terdiri dari
berbagai model factor pertumbuhan seperti Gravity Model, serta beberapa Opportunities
Model .Dalam langkah ini, tata guna lahan akan sangat mempengaruhi aktifitas dari suatu
daerah. Perubahan tata guna lahan disuatu daerah,akan dapat merubah distribusi arus lalu
lintas ke daerah tersebut secara signifikan. Misalnya saja pengembangan suatu pusat
bisnis baru (mal, supermarket,stadion olahraga), akan sangat besar pengaruhnya terhadap
arus transportasi di sekita tempat tersebut. Oleh karena itu, perencanaan tata ruang harus
direncanakan dengan hati-hati. Jika sudah ada peraturan daerah tentang tata ruang,perda
tersebut harus dilaksanakan seecara konsekuen.
 Model pemilihan jenis kendaraan (modal split) digunakan untuk menghitung distribusi
perjalanan beserta moda yang digunakan. Ini dapat dilakukan apabila tersedia berbagai
macam kendaraan/moda yang menuju tempat tujuan, seperti kendaraan pribadi (misalnya
mobil, sepeda motor, sepeda) serta angkutan umum(becak, bus, kereta api).

Dasar pemilihan moda adalah:

1. Pejalanan yang berkaitan dengan waktu ,maksud perjalanan dan jarak.


a. Pada Jalan raya, dapat digunakan untuk jarak yang relatif lebih pendek hingga
menengah, biaya relative lebih murah untuk jarak perjalanan yang pendek.
b. Pada jalan rel, biasa digunakan untuk jarak menengah dan jauh dengan biaya yang
lebih murah
c. Pada kapal/feri, digunakan untuk jarak menengah-jauh
d. Pada pesawat, digunakan untuk jarak jauh.
2. Pelaku perjalanan, yang dipengaruhi oleh income (pendapatan), car ownership
(kepemilikan kendaraan), social standing, dan kepadatan perumahan.

8
3. System transportasi, yang dipengaruhi oleh perbedaan waktu tempuh,tingkat pelayanan,
dan biaya.

Jika diinginkan agar sebagian besar pengguna jalan menggunakan angkutan umum, maka
harus direncanakan agar angkutan umum menjadi lebih menarik dan tetap menjadi pilihan
utama walaupun seseorang telah memiliki kendaraan pribadi.

 Langkah terakhir model permintaan sekuensial adalah pilihan pelaku perjalanan terhadap
jalur antara sepasamg zona dengan suatu moda perjalanan tertentu dan dengan hasil aliran
vechicular pada jaringan transportasi multimoda. Langkah ini dapat dilihat sebagai model
keseimbangan antara permintaan perjalanan yang di perkirakan dalam proses terdahulu
dan penawaran transportasi yang di berikan dalam hal ini penyediaan fasilitas fisiknya
dan frekuensi pelayanan yang disiapkan.

Beberapa contoh program pemodelan adalah sebagai berikut ini:

1. TFTP (Teacher Friendly Transportation Program)


TFTP adalah alat untuk menyusun perencanaan transportasi yang dikembangkan oleh
Hammerslag (1997) dari Belanda. Data input yang digunakan adalah data jaringan
jalan,jumlah lapangan kerja dan jumlah pekerja untuk masing-masing zona serta
beberapa input parameter yang di tentukan. Dalam bentuk system tata guna lahan , yakni
sejumlah pekerja yang bertempat tinggal dengan sejumlah lapangan pekerjaan untuk
setiap zona. Interaksi antara lapangan pekerjaan dengan tempat tinggal orang-orang yang
bekerja ini untuk keseluruhan zona akan menghasilkan pola perjalanan. Produk akhir
system tata guna lahan ini adalah interaksi sejumlah bangkitan dan tarikan perjalanan
terhadap semua zona.
Secara keseluruhan , program TFTP ini memiliki kemudahan aplikasi karena bersifat
sebagai alat studi. Namun program ini juga sangat terbatas, karena hanya mampu
menampung jumlah node yang sedikit. Tata cara perhitungan sudah terprogram dan tidak
bias dirubah berdasar program sendiri.
2. EMME/2
Program ini dibuat dan di kembangkan di kanada , dengan kemampuan yang sudah
sangat tinggi, dengan jumlah node dan link yang dapat dikatakan tidak terbatas.

9
Keunggulan lainnya adalah formula yang dapat dibuat sendiri sesuai keadaan dan
kebutuhan .misalnya hitungan kapasitas dn waktu tempuh yang disesuaikan dengan
manual kapasitas jalan Indonesia (MKJI) 1997(Munawar,2005).

Analisis-analisis inilah yang menjadi dasar untuk perencanaan transportasi. Akan tetapi,
banyak perencanaan system transportasi di Indonesia yang didasarkan pada “perkiraan-
perkiraan” saja, tanpa didasarkan analisis. Lebih-lebih jika sudah ada intervensi dari
pihak-pihak yang berkuasa terhadap perencanaan system jaringan transportasi tersebut.

C. Transportasi Perkotaan
Permaslahan transportasi perkotaan umumnya meliputi kemacetan lalu lintas
,parkiran, angkutan umum, polusi dan masalah ketertiban lalu lintas. Kemacetan lalu
lintas akan selalu menimbulkan dampak negative , baik terhadap pengumudinya
sendiri maupun di tinjau dari segi ekonomi dan lingkungan. Bagi pengemudi
pengendaraan , kemacetan akan meninbulkan ketegangan atau stress. Selain itu juga
menimbulkan dampak negative ditinjau dari segi ekonomi yang berubah kehilangan
waktu karena perjalanan yang lama serta bertambahnya biaya oprasi kendaraan
karena seringnya kendaraan berhenti. Selain itu, timbul pula dampak terhadap
lingkungan yang berupa peningkatan polusi udara karena gas racun Co serta
peningkatan gangguan suara kendaraan (kebisingan)
Masalah transportasi perkotaan yang lain adalah masalah parkir masalah ini tidak
hanya terbatas di kota-kota besar saja tidak ada fasilitas parkir di dekat pasar.
Beberapa super market hanya mempunyai tempat parkir yang begitu sempit.
Beberapan gedung pertunjukan atau gedung bioskop bahkan tidak mempunyai
fasilitas parkir untuk kendaraan roda empat.
Masalah lain yang tak kalah pentingnya ia lah fasilitas angkutan umum. Angkutan
umum perkotaan , yang saat ini di dominasi oleh angkutan bus dan mikrolet masi
terasa kurang nyaman, kurang aman dan kurang efisien. Pemakai jasa angkutan
umum masi terbatas pada kalangan bawah dan sebagian kalangan menengah, orang-

10
orang berdasi masi enggan memakai angkutan umum karena angkutan umum yang
masi mereka anggap terlalu rendah, dibandingkan dengan kendaraan pribadi yang
begitu nyaman. Sementara itu system angkutan umum masal (SAUM) yang modern
sehingga bagian integral bagian ketahanan daya dukukung kota (City Survival )
masih dalam tahap rancangan dan perencanaan dan belum berda di dalam alur utama
(mainstream) kebijkan dan keputusan pemerintahanan dalam rangka system
transportasi kota yang berimbang, efisien dan berkualitas.
Oleh karenanya perencanaan kebijakan transportasi kota harus berubah, yakni dari
pendekatan membangun system prasarana menjadi pendekatan menegemen dan
efisiensi system. Artinya ,selain system jaringan jalankota yang memadai bagi
pergerakan angkutan pribadi, kota yang efisien juga harus mampu menyediakan
system angkutan massal yang secara efisien dan hadal mempu melakukan
pengangkutan orang dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relative singkat

D. Keterpaduan multi moda


Berdasarkan jenis atau moda kendaraan, system jaringan transportasi dapat di bagi
atas transportasi darat laut dan udara. Transportasi darat terdiri dari transportasi jalan
,penyebrangan dan kereta api. Kesemua moda tersebut harus merupakan suatu
kesatuan
Keterpaduan antar moda dapat berupa keterpaduan fisik,yaitu titik simpul
pertemuan antar moda terletak dalam satu bangunan, misalnya bandara, terminal bus
dan stasiun kereta api merupakan satu bangunan atau terletak berdekatan atau
keterpaduan sistemm, yaitu titik simpul dari masing-masing moda tidak perlu pada
satu bangunan ,tetapi ada suatu system jaringan transportasi yang menghubungkan
titik simpul antar moda ,sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh. Keterpaduan
secara system juga menyangkut jadwal keberangkatan, pelayanan pembelian karcis
serta pengelolaannya. Dengan keterpaduan tersbut, akan memudahkan perjalanan ,
walaupun harus berganti moda sampai beberapa kali. Keterpaduan antar moda juga
akan meningkatkan penggunaan angkutan umum.

11
BAB III

PENUTUP

1.1. Kesimpulan

Perencanaan Transportasi pada dasarnya memiliki ciri yang berbeda dengan kajian
dibidang lain. Hal ini disebabkan karena objek penelitian suatu kajian perencanaan transportasi
cukup luas dan beragam. Oleh karena itu dalam perencanaan transportasi perlu juga
memperhatikan factor-faktor lain yang terkait. Dalam salah satu tahap perencanaan transportasi.

1.2. Saran

Dengan demikian diharapkan kedepannya perencanaan transportasi lebih baik lagi dalam
tingkat kenyamanan efisiensi mauopun keamanannya terkhususnya lagi di Indonesia.

12
Daftar Isi

Biro pusat statistic, 2006 ,statistic Indonesia 2005/2006,Jakarta

Departemen perhubungan 1999, reformasi kebijakan sector transparasi, pos dan


telekomunikasi,cetak biru:tataran normative,regulasi dan kelembagaan,Jakarta

Departemen perhubungan, 2003, cetak biru pembangunan perhubungan tahun 2000-2024,-


jakarta

Departemen perhubungan 2005,system transparasi nasional,-jakarta

Deputi bidang sarana dan prasarana Bappenas, 2002, infrastruktur Indonesia sebelum,selama dan
pasca krisis , Jakarta

Direktorat jendral bina marga ,departemen pekerjaan umum RI,1992,standar perencanaan


geometric untuk jalan perkotaan ,Jakarta

Direktorat jendral perhubungan laut, 2003 , rencana strategis pembangunan transportasi laut
2000-2004

13

Anda mungkin juga menyukai