Maklumat-3 Sistem Nasional Perumahan Dan Perkotaan Sent Out (P Joni)
Maklumat-3 Sistem Nasional Perumahan Dan Perkotaan Sent Out (P Joni)
1. Maklumat ini beranjak dari rujukan utama, sahih dan otentik dalam berbangsa
dan bernegara yakni Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun UUD 1945 (“UUD 1945”) yang secara sadar dan jelas memberi
makna pernyataan kemerdekaan rakyat Indonesia dari asing dalam segala
manifestasinya untuk mewajudkan kehidupan kebangsaan yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Pernyataan kemerdekaan itu tidak berhenti
namun dilanjutkan dengan tekat sungguh-sungguh membentuk dan menjadi
Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Kesejahteraan umum
termasuk pula kesejahteraan perumahan yang kemudian menjadi norma
konstitusi UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1).
Tak ada orang yang tak berkehendak atas tempat, hunian dan mengambil spasial
ruang bagi dirinya dan kehidupannya. Sebab itu pemenuhan hak atas hunian
sebagai wujud dari hak bertempat tinggal bagi seluruh rakyat (for all)
sebagai hak dasar, hak asasi manusia, dan hak konstitusi yang bukan hak
dan hal yang dianggap muskil sebab watak konstitusi adalah cita-cita
realisitis-idealis yang diolah dari pikiran-pikiran puncak dan utama
pendiri bangsa. Namun kehendak mendasar akan kesejahteraan umum yang
kemudian dirumuskan dalam Pasal 28H ayat (1) UUD 1945 sebagai berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, yang diikuti pertama-tama dengan hak bertempat
tinggal (dari empat serangkai hak konstitusi Pasal 28 H ayat (1): hidup sejahtera
lahir batin; hak bertempat tinggal; mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat; memperoleh pelayanan kesehatan). Sehingga dimensi, bobot dan ikhtiar
terhadap hak bertempat tinggal juncto perumahan dan pembangunan
perkotaan musti setara derjat pengurusannya dengan hak atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat; dan hak memperoleh pelayanan kesehatan.
Amanat konstitusi atas hak bertempat tinggal yang termasuk bab hak asasi
manusia itu menjadi tanggungjawab negara terutama pemerintah yang
eksplisit berbunyi dalam Pasal 28I ayat (4) UUD 1945. Dengan demikian hak
bertempat tinggal melekat integratif pada hak hidup sejahtera lahir dan
batin, bersumber dari pemikiran terbaik para pendiri bangsa (founding fathers)
dan kehendak melaksanakan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17-08-1945.
1
hanya derap mendongkrak eskalasi fiskal pembangunan perumahan, apalagi
cuma kegitan penyerapan statistik pembiayaan perumahan MBR saja, namun
mengupayakan dan menuju pemenuhan hak bermukim guna kesejahteraan
perumahan sebagai elemen sejahtera lahir dan batin. Karenanya rumah dan
perumahan bukan hanya unit hunian, namun menjadi unit menggerakkan
kesejahteraan rakyat dan kemajuan bangsa Indonesia, dengan keandalan
penyelenggaraan pemerintahan dan tata kelola pembanguan.
3. Menjadikan Pembukaan UUD 1945 dan hak konstitusi atas kesejahteraan rakyat
secara lahir dan batin, maka arah penyelenggaan perumahan dan kawasan
permukinan bukan cuma mengupayakan angka kuantitatif capaian dan
penyerapan statistik pembiayaan perumahan MBR, namun setarikan nafas
adanya kepastian arah peningkatan kesejahteraan rakyat lahir dan batin dan
untuk semua (for all). Karenanya amat penting pemihakan yang memastikan
peningkatan derajat kualitas sosio-kultural, keberlanjutan tujuan-tujuan
pembangunan, indeks pembangunan manusia, indeks kebahagiaan, dan
lain-lain. Tak bertanggungjawab membiarkan ada warga masyarakat yang
tertinggal, menjadi korban luka dan tersisih dari dan atas nama pembangunan.
2
Penting pula mengadvokasi penyelenggaan pembangunan dengan perangkat
kelembagaan dan aparatur dengan kapasitas penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi berikut modal sosial (social capital). Termasuk pula pemberdayaan
pelaku/pelaksana nonpemerintah/swasta, dengan kebijakan kemitraan yang
partisipatif dan inklusif, dengan memperkenankan kearifan lokal, sehingga
pembangunan perumahan rakyat menjadi tepat nilai, tepat sasaran. Hal-hal itu
dirancang partisipatif menjadi kebijakan dan strategi nasional (national
grand policy and strategy) bidang perumahan dan dan pembangunan
perkotaan, serta peta jalan (roadmap) yang pasti dan tentunya akuntabel dan
transparan.
3
UU Rusun dengan pengaturan pemerintahan daerah, pengaturan pertanahan dan
sumberdaya alam, pengaturan infrastuktur dasar, pengaturan pembiayaan
perumahan, dan pengaturan teknik, teknologi dan bahan bangunan strategis
yang terintegrasi sebagai suatu sistem nasional.
Hal itu tersebut beralasan dan patut didorong bukan saja karena amanat
konstitusi atas kesejahteraan perumahan, namun diupayakan menjadi bagian
tidak terpisahkan dari agenda pembangunan berkelanjutan (sustainable
development goals), dalam rangka penghargaan, pemenuhan, pelaksanaan dan
pemajuan hak bertempat tinggal.
4
Penyediaan tanah sebagai maksud dari peruntukan, penggunaan dan
pemanfatan tanah untuk perumahan dan pembangunan perkotaan dengan
mengoptimalkan hak menguasai negara, sehingga mengendalikannya untuk
kepentingan publik dengan mengefektifkan fungsi sosial tanah. Kuat dan
permanennya pertautan antara perumahan dan pembangunan perkotaan
dengan pertanahan dengan landasan wewenang konstitusional memastikan
tanah untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat (vide Pasal 33 ayat (3) UUD
1945) dan hak menguasai negara (vide UUPA).
Oleh karena itu beralasan The HUD Institute mengadvokasi kebijakan yang
mengintegrasikan pokok kebijakan pertanahan ke dalam sistem nasional
perumahan dan pembangunan perkotaan, membentuk lembaga bank tanah yang
mencakup kepentingan perumahan rakyat dan pembangunan perkotaan,
membuat norma-norma penyediaan tanah untuk perumahan dan pembangunan
perkotaan dalam RUU Pertanahan, bahkan mengkaji dan menggagas penyediaan
tanah untuk perumahan dan pembangunan perkotaan masuk dalam reforma
agraria.