TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Genus : Coleus
Plectranthus scutellarioides
Nama umum tumbuhan ini adalah miana atau mayana. Tumbuhan ini dikenal
(Palembang), miana dan piladang (Sumbar), jawer kotok (Sunda), iler dan kentangan
(Jawa), ati-ati dan saru-saru (Bugis) dan majana (Madura) (Dalimartha, 2008).
dengan tinggi 1400 meter diatas permukaan laut. Daun piladang banyak tumbuh
dihalaman rumah atau didalam pot bunga. Terkadang tumbuh liar ditanah-tanah tak
5
terawat, tepi ladang atau tepi saluran irigasi. Piladang sangat cocok terhadap sinar
pangkalnya dan merayap tinggi berkisar 30-150 cm, dan termasuk kategori tumbuhan
basah yang batangnya mudah patah. Daun tunggal, helaian daun berbentuk hati, pangkal
membulat atau melekuk menyerupai bentuk jantung dan setiap tepiannya dihiasi lekuk-
lekuk tipis yang bersambungan dan didukung tangkai daun dengan panjang tangkai 3-4
cm yang mewakili warna beraneka ragam dan ujung meruncing dan tulang daun
menyirip berupa alur. Batang bersegi empat dengan alur yang agak dalam pada masing-
daun agak mengkilap dan berambut halus panjang dengan panjang 7-11 cm, lebar 3-6
cm berwarna ungu kecoklatan sampai ungu kehitaman. Bunga berbentuk untaian bunga
bersusun, muncul pada pucuk tangkai batang berwarna putih, merah dan ungu.
Tumbuhan piladang memiliki aroma bau yang khas dan rasa yang agak pahit, serta
sifatnya dingin. Buah keras berbentuk seperti telur dan licin. Jika seluruh bagian
diremas akan mengeluarkan bau yang harum. Untuk memperbanyak tanaman ini
2.1.5. Kegunaan
flora kekayaan Indonesia yang mempunyai banyak manfaat. Selain sebagai tanaman
hias, piladang juga telah digunakan sebagai obat tradisional. Tumbuhan piladang
6
Daun tumbuhan piladang ini berkhasiat untuk penetralisir racun (antitoksik),
gangguan pencernaan makanan (dispepsi), radang paru, gigitan ular berbisa dan
telinga, antelmetik, tetapi dengan catatan ibu hamil dilarang meminum rebusan daun
piladang ini karena dapat menyebabkan keguguran (Yuniarti, 2008). Daun piladang ini
juga dapat mengatasi diabetes mellitus, mengobati wasir, gangguan haid, keputihan.
Selain itu akarnya berkhasiat untuk diare dan mulas (Wijayakusuma, 2004). Dan juga
Selain itu daun piladang juga mengandung saponin, polifenol, zat zat alkaloida, mineral
dan minyak atsiri antara lain karvakrol, eugenol, etil salisilat (Hidayat& Hutapea, 1991).
Adapun Senyawa yang sudah diisolasi dari daun piladang seperti flavonoid (Saragih,
2011).
2.2.1. Flavanoid
a. Monografi
7
Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman
hijau. Flavonoid terdapat dalam semua bagian tumbuhan seperti batang, daun, bunga,
buah dan akar. Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom
karbon, yang tersusun dalam konfigurasi C6C3C6. Terdiri dari 2 cincin aromatik yang
dihubungkan oleh tiga buah karbon yang dapat atau tidak membentuk cincin ketiga
(Markham, 1988).
hidroksil atau gugus gula, sehingga akan larut dalam pelarut polar seperti methanol,
etanol, butanol dan air. Dengan adanya gula yang terikat pada flavonoid ini, maka
cenderung menyebabkan flavonoid itu lebih mudah larut dalam air, dan demikian
campuran pelarut di atas dengan air merupakan pelarut yang baik untuk glikosidanya
(Harborne, 1987).
b. Identifikasi
saring selagi panas. Filtrat yang didapatkan diuapkan sampai setengahnya, kemudian
tambahkan asam klorida pekat 0,1 ml dan sedikit serbuk logam Mg. Adanya flavonoid
c. Penetapan Kadar
aluminium klorida 10%, tambah 0,1 mL potassium asetat 1 M dan tambahkan air suling
2,8 mL, biarkan 10 menit dan ukur panjang gelombang maksimal dengan
8
d. Isolasi
terlebih dahulu, kemudian diekstraksi. Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara maserasi,
perkolasi dan sokletasi menggunakan pelarut yang sesuai dengan kepolaran flavonoid,
kemudian pelarut dipekatkan sampai volume yang dibutuhkan dan dibebaskan dari
dengan pelarut yang cocok dan selanjutnya dilakukan pada tahap kromatografi
(Harborne, 1987).
2.2.2. Steroid
a. Monografi
fungsi biologis yang sangat penting misalnya untuk antiinflamasi (Harborne, 1987).
Beberapa jenis senyawa steroid yang digunakan dalam dunia obat-obatan antara
lain estrogen merupakan jenis steroid hormon seks yang digunakan untuk kontrasepsi
9
demam, leukemia, dan hipertensi serta kardenolida merupakan steroid glikosida jantung
b. Identifikasi
warna dari ungu ke biru atau hijau menunjukkan adanya steroid (Harborne, 1987).
c. Penetapan Kadar
nm (Stahl, 1985).
d. Isolasi
terlebih dahulu, kemudian diekstraksi. Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara maserasi,
Kemudian pelarut dipekatkan sampai volume yang dibutuhkan dan dibebaskan dari
dengan pelarut yang cocok dan selanjutnya dilakukan pada tahap kromatografi
(Harborne, 1987).
2.2.3. Tannin
a. Monografi
Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yang termasuk ke dalam golongan
10
memiliki berat molekul cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapa tmembentuk
b. Identifikasi
Sebanyak 0,5 g ekstrak disari dengan 10 ml air suling lalu dipanaskan, disaring.
Filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan diambil sebanyak 2 ml
dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%, jika terjd warna biru atau hijau
c. Penetapan Kadar
d. Isolasi
Isolasi zat dari bahan alam dimulai dengan metode ekstraksi dan fraksinasi.
Sampel diekstraksi dengan pelarut polar selama beberapa hari dengan cara dimaserasi,
11
antelmetik, dan senyawa aktif karvakrol yang terkandung dalam minyak atsiri daun
piladang ini bersifat antibakteri untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Ekstrak daun piladang juga memiliki aktivitas antiinflamasi dengan menekan fase akhir
dari proses inflamasi yaitu dengan menghambat cyclo-oxygenase yang terlihat dalam
insulin. Antosianin pada tumbuhan piladang bersifat antioksidan yang dapat digunakan
untuk mengurangi stres oksidatif pada diabetes. Sedangkan akarnya dapat mengatasi
Dari hasil penelitian tumbuhan piladang telah terbukti kaya akan kandungan
flavonoid. Salah satu bentuk sediaan dari daun piladang adalah Jamu yang diberi nama
sediaan Daun Iler yang dikemas dalam bentuk kapsul mengandung ekstrak Coleus
scutellarioides (L) folium. Obat ini berkhasiat mengatasi terlambat haid, membantu
meredakan wasir (ambeien), mengatasi keputihan, diabetes militus, demam, diare (sakit
perut) dan bisul. Aturan pakai dari obat ini adalah 3x2 kapsul/hari.
tumbuhan, hewan dan lain-lain dengan menggunakan pelarut tertentu. Teknik umum
yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah dengan cara maserasi, sokletasi,
perkolasi dan perebusan. Sedangkan ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh
dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani dengan menggunakan
pelarut yang cocok, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa
12
atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi baku yang
1. Cara Dingin
a. Maserasi
alam atau tumbuhan dalam pelarut dan waktu tertentu dengan beberapa kali
menarik zat-zat berkhasiat dari simplisia, baik simplisia dengan zat berkhasiat
b. Perkolasi
lambat pada simplisia dalam suatu alat perkolator pada suhu kamar. Proses ini
terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi
13
2. Cara Panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik didihnya selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
b. Sokletasi
c. Digestasi
yang lebih tinggi dari suhu kamar yaitu secara umum dilakukan pada suhu
40-50oC. Cara ini dilakukan untuk simplisia yang pada suhu kamar tidak
d. Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan ekstraksi simplisia nabati
dengan air pada suhu 90oC selama waktu tertentu (15-20 menit).
e. Dekokta
Dekokta adalah suatu proses ekstraksi yang hampir sama dengan infusa,
tetapi dekokta dipanaskan selama 30 menit sampai dengan 90oC. Cara ini
dapat dilakukan untuk simplisia yang tidak mengandung minyak atsiri atau
14
Faktor yang berpengaruh pada mutu ekstrak adalah (Depkes RI, 2000):
1. Faktor biologi, mutu ekstrak dipengeruhi dari bahan asal (tumbuhan obat),
dipandang secara khusus dari segi biologi yaitu identitas jenis, lokasi
2. Faktor kimia, mutu ekstrak dipengaruhi dari bahan asal (tumbuhan obat),
2.5.2 Salep
a. Definisi salep
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit
atau selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4
kelompok: dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat
dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan sebagai obat luar. Bahan
obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok (Depkes RI,1979).
15
b.Penggolongan Salep
tidakmencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga.
b. Cream (krim) adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit,
c. Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk), suatu
salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang
diolesi.
d. Cerata adalah salep lemak yang mengandung presentase lilin (wax) yang
e. Gelones/spumae/jelly adalah salep yang lebih halus, umumnya cair dan sedikit
mengandung atau tanpa mukosa, sebagai pelicin atau basis, biasanya terdiri
atas campuran sederhana dari minyak dan lemak dengan titik lebur rendah.
untuk meredakan rangsangan atau anasteti lokal. Dasar salep yang baik adalah
16
b. Salep endodermis adalah salep yang bahan obatnya menembus ke dalam
melunakkan kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang terbaik adalah minyak
lemak.
c. Salep diadermis adalah salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh
melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan, misalnya salep yang
a. Salep hidrofobik yaitu salep yang tidak suka air atau salep dengan dasar salep
berlemak (greasy bases) tidak dapat dicuci dengan air misalnya campuran
b. Salep hidrofilik yaitu salep yang suka air atau kuat menarik air, biasanya dasar
a. Satabil selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembapan yang ada dalam
kamar.
b. Lunak yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak
dan homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan
ekskoriasi.
17
c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang apling mudah dipakai
d. Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika dan
kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau
menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepas obatnya pada daerah
yang diobati.
e. Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat
f. Lembut, mudah dioleskan serta mudah melepaskan zat aktif (Anief, 2007).
Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor seperti khasiat yang
diinginkan, sifat obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan
sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang kurang ideal untuk
mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-obat yang terhidrolisis, lebih stabil
dalam dasar salep hidrokarbon dari pada dasar salep yang mengandung air, meskipun obat
tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar salep yang mengandung air, meskipun obat
tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar salep yang mengandung air (Dirjen POM, 1995).
2. Kadar: kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras, kadar
18
3. Dasar salep (ds): kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis salep)
digunakan vaselin putih (vaselin album). Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan
pemakaian salep.
4. Homogenitas: jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
2.5.3. Luka
a. Definisi Luka (Karakata dan Bachsinar, 1995)
Luka adalah suatau keadaan kerusakan jaringan dan dapat mengenai struktur
yang lebih dalam dari kulit sererti, syaraf, oto atau membran. Luka, cacat atau
dan terbentur.
2. Trauma elektris yang disebabkan oleh cedera akibat listrik dan petir
4. Trauma kimia yang di sebabkan oleh zat asam atau basa dan zat iritatif lainnya.
b. Klasifikasi Luka
19
Luka terbuka : luka terbuka jika terjadi robekan dan kelihatan seperti luka
abrasi, yaitu luka akibat gesekan, luka puncture, yakni luka akibat tusukan
lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis, adanya tanda klinis seperti
sampai bawah tetapi tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Luka
sampai pada lapisan epidermis, dermis, dan fasia tetapi tidak mengenai otot.
Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau
penyembuhan yang telah disepakati. Kriteria luka akut adalah luka baru,
20
b. Luka kronis: luka yang mengalami kegagalan dalam penyembuhan, dapat
terjadi karena faktor endogen dan eksogen. Pada luka kronik gagal sembuh
pada waktu yang diperkirakan, tidak berespon baik terhadap terapi dan
punya tendensi timbul kembali, contoh: ulkus dekubitus, ulkus venous dan
lain-lain.
1. Fase inflamasi
Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai sekitar hari ke-
5. Pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan pendarahan dan
pembuluh darah yang putus (retraksi) dan reaksi hemostatis terjadi karena
trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melekat, dan bersama jala
fibrin yang terbentuk, membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah.
Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamine yang
pembengkakan. Tanda dan gejala klinis reaksi radang menjadu jelas yang berupa
kemerahan katena kapiler melebar (rubor), rasa hanngat (kalor), nyari (donor)
21
mengandung enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan kotoran
luka. Limfosit dan monosit yang kemudian muncul ikut menghancurkan dan
memakan kotoran luka dan bakteri (fagositosis). Fase ini disebut juga fase
lamban karena reaksi pembentukan kolagen baru sedikit dan luka hanya
2. Fase proliferasi
adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase
inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ke-3. Fibroblas berasal dari sel
aminoglikosida, prolin yang merupakan bahan dasar serat kolagen yang akan
penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Sifat ini,
menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini, kekuatan tegangan luka
Pada fase fibroflasia ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblast dan
kolagen, membentuk jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri atas sel
basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya
kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses migrasi. Proses migrasi
terjadi kearah yang lebih rendah atau datar. Proses ini baru berhenti setelah
22
tertutupnya permukaan luka, proses fibroplasia dengan pembentukan jaringan
granulasi juga terhenti dan mulailah proses pematangan dalam fase penyudahan.
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri atas penyerapan
kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi dan
akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat
sudah lenyap. Udem dan sel radang diserap, kapiler baru menutrup dan diserap
kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan
rerangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis
dan lemas serta mudah digerakkan dari dasar dan terlihat pengerutan malsimal
pada luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan
Faktor yang mempengaruhi pada penyembuhan luka dapat di bagi menjadi dua
faktor, yaitu :
1. Faktor sistemik
Usia
Pada usia lanjut proses penyembuhan luka lebih lama dibandingkan dengan
usia muda, faktor ini karena kemungkinan adanya proses degenerasi, tidak
sirkulasi.
23
Nutrisi
Faktor nutrisi sangat penting dalam penyembuhan luka. Pada pasien yang
Insufisiensi vascular
Seringkali pada kasus luka ekstremitas bawah seperti luka diabetik, pembuluh
arteri dan atau vena kemudian decubitus karena faktor tekanan yang
darah
Obat-obatan
imunosupresi.
2. Faktor lokal
Suplai darah
Infeksi
24
Nekrosis
2.5.4. Kulit
a. Definisi Kulit
Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya dan membungkus
seluruh bagian luar tubuh, kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan
(Syaifuddin, 2000).
1. Fungsi proteksi yaitu menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau
mekanis, misalnya terhadap gesekan, tarikan, dan gangguan kimiawi yang dapat
menimbulkan iritasi.
pada lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf.
mekanis fisiologis.
25
5. Fungsi absorbsi, fungsi ekresi yaitu sabum yang diproduksi oleh kulit berguna
untuk melindungi kulit dengan menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak
menjadi kering.
6. Fungsi pengaturan suhu tubuh, yaitu dengan cara mengeluarkan keringat dan
Kulit manusia bersifat asam dan kulit yang rusak bersifat basa. Keasaman kulit ini di
sebabkan adanya lapisan tipis permukaan film tipis teremulsi pada lapiasan tanduk
film pelindung ini mempunyai pH 4,5-6,5 yang di sebut sebagai mantel asam. Mantel
asam kulit terdiri dari nasam amino,asam laktat dan asam lemak yang di sekresikan
dari kelenjar sebaseus. Mantel asam ini akan melindungi tubuh dari serangan
d. Anatomi Kulit
Secara mikroskopis struktur kulit manusia terdiri dari : epidermis, dermis dan
subkutis (Baumann et al., 2009). Dua struktur yaitu epidermis dan dermis saling
1. Epidermis
germinal dalam epitel silindris dan mendatar ketika didorong oleh sel-sel baru kearah
permukaan, tempet kulit terkikis, seperti pada permukaan dalam lengan, paha dan lebih
banyak lagi pada permukaan ektensor, lapisan ini terutama tebal pada kaki (Gibson,
26
a. Strarum corneum (Lapisan tanduk)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak
mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu jenis
protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan
kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari
pengaruh luar.
Berada tepat dibawah stratum corneum. Merupakan lapisan yang tipis, jernih.
Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.
berinti mengkerut.
Sel berbentuk kubus dan seperti berduri, intinya besar dan oval. Setiap sel
2. Dermis
Dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen, jaringan fibrosa dan elastin.
Lapisan superfisial menonjol kedalam epidermis berupa sejumlah papila kecil. Lapisan
27
yang lebih dalam terletak pada jaringan subkutan. Lapisan ini mengandung pembuluh
3. Subkutis
Lapisan subkutis kulit terletak di bawah dermis. Lapisan ini terdiri dari lemak
dan jaringan ikat dan berfungsi sebagai peredam kajut dan insulator panas. Lapisan
subkutis adalah tempat penyimpanan kalori. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf
tepi, pembuluh darah dan saluran getad bening (Wasiatmaja & syarif, 2007)
e. Fisiologi Kulit
1. Proteksi
Kulit merupakan barrier fisik antara jaringan dibawahnya dan lingkungan luar.
Kulit memberikan perlindungan dari abrasi, dehidrasi, radiasi ultraviolet, dan invasi
kesulitan untuk menembus kulit yang utuh tetapi dapat masuk melalui kilit yang luka
dan lecet. Selain proteksi yang diberikan oleh lapisan tanduk, proteksi tambahan
diberikan oleh keasaman keringat dan adanya asam lemak dalam sebum, yang
2. Sensasi
Kulit terdiri dari ujung saraf dan reseptor yang dapat mendeteksi stimulus yang
Sensasi raba, nyeri, perubahan suhu, dan tekanan pada kulit dan jaringan subkutan,
ditransmisikan melalui saraf sensorik menuju medula spinalis dan otak (Gibson, 2002).
28
3. Regulasi suhu
Selama periode kelebihan produksi panas oleh tubuh, sekresi keringat dan
(Gunstream,2000)
4. Penyimpanan
Kulit bekerja sebagai tempat penyimpanan air dan lemak, yang dapat ditarik
5. Ekskresi
dalam jumlah kecil seperti garam, air, dan senyawa organik (Gunstream, 2000).
6. Sintesis vitamin D
dihidroksi kolesterol) dalam kulit menjadi vitamin D. Namun, hal tersebut tidak dapat
secara sistematik masih diperlukan (Gunstream, 2000; Wasiatmaja & syarif, 2007 ).
2.5.5. Hidroksiprolin
menggantikan parameter kadar kolagen dalam kulit, karena seperti diketahui bahwa
kolagen yang menjadi indeks terbentuknya jaringan atau regenerasi kulit tersusun atas
29
Kolagen mengandung kira-kira 35 persen glisin dan kira-kira 11 persen alanin
persentasi asam amino ini agak luar biasa tinggi. Yang lebih menojol adalah kandungan
prolin dan 4-hidroksiprolin yang tinggi, yaitu asam amino yang jarang ditemukan pada
protein selain pada kolagen dan elastin. Bersama sama, prolin dan hidroksiprolin
pembentukan serat kolagen. Hal ini disebabkan oleh adanya ikatan hydrogen yang
Peranan yang penting tersebut dapat dilihat yaitu dengan adanya vitamin C
dalam mengaktifkan enzim prolyl hydroksilase yang berfungsi untuk merubah residu
memicu terpecah-pecahnya kolagen atau dengan kata lain kolagen yang kurang
sempurna dalam pembentukannya dan hal ini meyebabkan timbulnya gejala penyakit
sariyawan (scurvy) yang ditandai oleh kerusakan pembuluh darah serta struktur kulit.
2.5.6.Kolagen
a. DefinisiKolagen
aktraseluler dan merupakan protein terbanyak yang ditemukan dalam tubuh manusia.
Kolagen tersusun atas triple helix dari tiga rantai α polipeptida. Kolagen berperan sangat
30
b. SintesaKolagen (Novriansyah, 2008)
Vitamin C mempunyai peranan penting dalam sintesis kolagen. Tanpa adanya vitamin
C maka kolagen muda yang diekresikan kedaerah luka oleh fibroblas berjumlah sedikit.
Sintesis kolagen dimulai hari ke-3 setelah luka dan berlangsung cepat sekitar minggu ke
2-4.
komplek yang kemudian disebut tropokolagen yang dilepaskan dari sel dalam bentuk
yaitu suatu proses yang melibatkan hubungan silang (Croos-linking) intra dan ekstra
seluler. Sintesis kolagen dikontrol oleh enzim kolagenase dan faktor-faktor lain yang
intravaskular yang utama. Kolagen merupakan agen hemostatik yang sangat efisien,
sebab trombosit melekat pada kolagen, kolagen akan membengkak dan selanjutnya
tergantung pada tingkat polimerisasi dari maturasi kolagen dan pengaruh positif pada
molekul kolagen.
31
Kolagen dapat membantu agregasi trombosit karena kemampuannya mengikat
fibronektin. Meknisme yang pasti dari interaksi kolagen belum diketahui secara jelas,
akan tetapi data yang pasti menunjukkan bahwa interaksi kolagen dan trombosit
diikuti dengan vasokontriksi dan vasodilatasi. Selama vasodilatasi, daerah non trauma
memperlambat pembersihan luka. Makrofag akan menarik fibroblas ke tempat luka dan
Komponen yang paling banyak pada jaringan granulasi adalah fibroblas. Sintesis
dan deposit kolagen merupakan saat yang penting fase poliferasi dan proses
sementara sintesis kolagen yang baru tetap berlanjut. Selama remodeling, kolagen
III tempatnya digantikan oleh kolagen tipe I, air akan diserap dari jaringan parut. Pada
saat yang sama serat-serat kolagen menutup bersama, menyebabkan kolagen cross-
linking dan akhirnya mengurangi ketebalan jaringan parut. Kolagen intermolekul dan
32