Anda di halaman 1dari 11

Nur Fitriana Setiawan, dkk., Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa….

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI


BUFFER MELALUI BLENDED INQUIRY LEARNING
Nur Fitriana Setiawana*, Sri Susilogati Sumartia, dan Djoko Basuki Nugrohob
a
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Lantai 2 Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229, Telp (024)8508035
b
SMA Negeri 2 Ungaran
Jl Diponegoro No 277, Ungaran, Telp (024) 6922207
E-mail: nurfitriana65@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis profil keterampilan proses sains siswa
secara tes maupun non-tes setelah diterapkan model blended inquiry learning pada materi
buffer. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian campuran (mix methods) yang
diterapkan pada kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 2 Ungaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
profil keterampilan proses sains siswa tes secara klasikal termasuk kategori baik dengan
presentase sebesar 71,94%.. Profil keterampilan proses sains siswa berdasarkan 10 indikator
keterampilan proses sains termasuk kategori sangat baik untuk indikator mengklasifikasi,
mengamati, dan menggunakan alat dan bahan. Indikator berkomunikasi, berhipotesis,
menerapkan konsep, dan memprediksi termasuk kategori baik. Indikator mengajukan
pertanyaan, mengintepretasi, dan merancang percobaan termasuk kategori cukup. Profil
keterampilan proses sains siswa non-tes secara klasikal termasuk kategori sangat baik dengan
presentase sebesar 82,29%. Profil keterampilan proses sains siswa non-tes berdasarkan 10
indikator keterampilan proses sains termasuk kategori sangat baik untuk indikator mengajukan
pertanyaan, berhipotesis, merancang percobaan, menggunakan alat dan bahan, mengamati,
mengklasifikasi, dan berkomunikasi. Sedangkan untuk ndikator memprediksi, mengintepretasi,
dan menerapkan konsep termasuk kategori baik. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu penerapan
model blended inquiry learning menghasilkan profil keterampilan proses sains tes dan non-tes
yang berkategori baik dan sangat baik.

Kata Kunci: blended inquiry learning, buffer, keterampilan proses sains

ABSTRACT

This study aims to analyze the profile of students' science process skills, both in test
and non-test after applying learning with the blended inquiry learning model in the buffer
material. The research method used wais a mix methods which applied to XI MIPA 3 class at
Senior High School 2 Ungaran. The results showed that the profile of students science process
skills test included good categories with a percentage of 71.94%. Profile of students' science
process skills based on 10 indicators of science process skills including excellent categories for
indicators classifying, observing, and using tools and materials. Indicators communicate,
hypothesize, apply concepts, and predict belong to the good category. Indicators ask questions,
interpret, and design experiments including sufficient categories. The profile of students science
process skills in non-test classically includes a excellent category with percentage of 82.29%.
Profile of students science process skills of non-test based on 10 indicators of science process
skills including excellent categories for indicators asking questions, hypothesizing, designing
experiments, using tools and materials, observing, classifying, and communicating. Whereas for
indicators predict, interpret, and apply concepts including good categories. The conclusion of
this study is that the application of blended inquiry learning model produce a good and excellent
profile of science process skills test and non-test.

Keywords : blended inquiry learning, buffer, students' science process skills

PENDAHULUAN perkembangan ilmu pengetahuan dan


Kehidupan masyarakat di era teknologi. Perkembangan ilmu
globalisasi ini sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan teknologi tersebut juga
4 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 13, No. 1, 2019, halaman 2307 – 2317
berpengaruh dalam dunia pendidikan (Özgelen, 2012). Aspek keterampilan
khususnya dalam kegiatan pembelajaran. proses sains meliputi keterampilan
Internet sebagai salah satu bentuk mengamati, berhipotesis, mengajukan
perkembangan ilmu pengetahuan dan pertanyaan, meramalkan, merancang
teknologi seringkali digunakan oleh guru percobaan, menggunakan alat dan bahan,
dan siswa untuk memperoleh informasi. mengelompokkan, menafsirkan,
Pengguanaan internet dan kemudahan menerapkan konsep, dan berkomunikasi
aksesnya dapat dimanfaatkan dalam (Rustaman et al., 2005).
kegiatan pembelajaran yang berlangsung di Salah satu model pembelajaran
era globalisasi ini. Pemanfaatan internet adalah model blended learning. Blended
dalam kegiatan pembelajaran dapat learning merupakan model pembelajaran
membuat siswa lebih mandiri dalam belajar. yang memanfaatkan perkembangan
Kegiatan pembelajaran di satuan teknologi dan jaringan internet. Model
pendidikan sesuai dengan kurikulum 2013 blended learning dapat mengontrol siswa
menggunakan pedekatan saintifik. dari waktu ke waktu dan memungkinkan
Pendekatan saintifik (Saintific Approach) untuk lebih memberikan pengalaman
merupakan ciri khas dan kekuatan dari belajar yang berpusat pada siswa
kurikulum 2013. Pendekatan saintifik dalam (Powell et al., 2015). Penelitian
proses pembelajarannya menuntut siswa Hermawanto et al (2013) menunjukkan
untuk lebih mandiri dan mengkonstruk bahwa pembelajaran model blended
pengetahuannya sendiri. Kegiatan learning dapat meningkatkan penguasaan
pembelajaran yang berlangsung bukan lagi konsep dan penalaran fisika serta melatih
teacher center tetapi student center, siswa untuk mandiri dan aktif. Model
dimana siswa tidak hanya menjadi objek pembelajaran blended learning dapat
penerima saja. Pembelajaran sains dioptimalkan dengan pembelajaran inkuiri..
khususnya kimia, menuntut siswa untuk Model pembelajaran inkuiri dapat dijadikan
tidak hanya belajar produk atau konsep sumber untuk meningkatkan keterampilan
faktualnya saja, tetapi juga belajar proses sains karena memungkinkan siswa
tentang aspek proses agar siswa benar- terlibat dalam beberapa proses seperti
benar memahami sains secara utuh. mengamati, membandingkan, merancang
Penguasaan proses dalam pembelajaran percobaan, mengklasifikasikan, dan
sains memerlukan sikap ilmiah yang mengkomunikasikan. Hasil penelitian
tercakup dalam satu keterkaitan disebut Fitriyani et al (2017) menunjukan bahwa
keterampilan proses sains (Aktamis & penerapan model inkuiri terbimbing dapat
Ergin, 2008). Keterampilan proses sains meningkatkan keterampilan proses sains
(KPS) adalah kemampuan melaksanakan siswa. Metode praktikum paling tepat
suatu tindakan dalam belajar sains digunakan untuk merealisasikan
sehingga menghasilkan konsep, teori, pembelajaran dengan pendekatan inkuiri.
prinsip, hukum maupun fakta atau bukti Adanya praktikum berbasis inkuiri dapat
Nur Fitriana Setiawan, dkk., Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa…. 5
berdampak pada peningkatan satu kelas eksperimen saja dan tidak ada
keterampilan proses sains siswa. Hal kelas pembanding. Penelitian ini adalah
tersebut sesuai dengan hasil penelitian penelitian campuran (mix methods).
Nashrullah et al (2015) yang menyatakan Pendekatan kuantitatif digunakan dalam
bahwa penerapan pembelajaran praktikum memperoleh dan mengolah data
berbasis inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses sains dari soal dan
pemahaman konsep dan keterampilan lembar observasi. Data yang telah
proses sains siswa pada materi larutan diperoleh digunakan untuk mengetahui
penyangga. profil keterampilan proses sains siswa.
Observasi nilai kimia siswa kelas XI Pendekatan kualitatif juga digunakan untuk
MIPA pada Ulangan Tengah Semester mendeskripsikan keterampilan proses sains
Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019 siswa setelah dilakukan kegiatan
menunjukan bahwa masih ada kelas yang pembelajaran. Data kualitatif diperoleh
rata-rata nilainya masih cukup rendah. melalui wawancara terhadap beberapa
Selain itu, secara kognitif, afektif dan siswa untuk mengetahui keterampilan
psikomotorik juga tergolong sedang. Hasil proses sains siswa secara lebih mendalam.
wawancara dengan beberapa siswa SMA di Desain yang digunakan pada
Kabupaten Semarang juga menunjukan penelitian ini adalah explanatory embedded
bahwa kegiatan praktikum yang design, yang terdiri atas dua tahap. Tahap
berlangsung hanya sebatas demonstrasi pertama adalah mengumpulkan dan
oleh guru, sehingga keterampilan proses menganalisis data kuantitatif. Tahap kedua
sains siswa kurang berkembang. adalah mengumpulkan dan menganalisis
Berdasarkan permasalahan dan data kualitatif.
hasil observasi yang diperoleh, maka
pembelajaran blended learning yang HASIL DAN PEMBAHASAN
dioptimalkan dengan inquiry learning atau Model pembelajaran yang
dapat disebut blended inquiry learning digunakan pada penelitian ini yaitu blended
merupakan salah satu solusi. Penelitian ini inquiry learning. Sintaks pembelajaran yang
bertujuan untuk menganalisis keterampilan digunakan merupakan modifikasi dari
proses sains siswa pada materi buffer sintaks inkuiri terbimbing menurut Eggen
dengan model blended inquiry learning. dan Kauchak. Menurut Eggen dan
Khauchak (2012) langkah-langkah
METODE PENELITIAN
pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu
Penelitian ini dilaksanakan pada
menyajikan fenomena, membuat hipotesis,
materi buffer. Subyek dalam penelitian ini
merancang percobaan, melakukan
adalah siswa kelas XI MIPA 3 SMA Negeri
percobaan, mengumpulkan dan
2 Ungaran. Subyek ditentukan melalui
menganalisis data, serta menyimpulkan.
pertimbangan guru dan kebutuhan peneliti,
Modifikasi dilakukan pada fase merancang
karena penelitian ini hanya dilakukan pada
percobaan dan menyimpulkan. Kegiatan
6 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 13, No. 1, 2019, halaman 2307 – 2317
merancang percobaan dilakukan secara Hasil penelitian ini berupa profil
online melalui media Edmodo. Kegiatan keterampilan proses sains tes dan non-tes
pengumpulan laporan praktikum dalam fase dan profil untuk masing-masing indikator.
menyimpulkan juga dilakukan secara Indikator yang digunakan pada penelitian
online. Selain itu, dilakukan diskusi online ini meliputi: mengajukan pertanyaan,
diluar pembelajaran tatap muka dan merumuskan hipotesis, merancang
pengumpulan tugas-tugas juga dilakukan percobaan, menggunakan alat bahan,
secara online. Pembelajaran secara online mengamati, memprediksi, mengklasifikasi,
dilakukan untuk mengefektifkan waktu mengintepretasi, menerapkan konsep dan
pembelajaran. Salah satu kelemahan dari berkomunikasi. Profil KPS tes siswa
inkuiri terbimbing adalah membutuhkan diperoleh berdasarkan hasil tes dengan 10
waktu yang cukup lama dalam soal uraian, sedangkan profil KPS non-tes
pembelajarannya (Hosnah, et al., 2017). siswa diperoleh dari hasil observasi.
Kegiatan merancang percobaan dan Profil KPS tes siswa secara keseluruhan
pengumpulan laporan secara online dapat disajikan pada Tabel 1, sedangkan profil
membuat pembelajaran lebih efektif dan KPS tes pada masing-masing indikator
efisien. disajikan pada Gambar 1.

Tabel 1. Profil KPS Non-Tes Siswa Keseluruhan


Jumlah Siswa Rata-rata Nilai Presentase (%) Kategori
7 88,57 19,4% Sangat baik
16 76,25 44,4% Baik
13 57,5 36,2% Cukup
0 0 0 Kurang
Berdasarkan Tabel 1, profil KPS tes yang lebih dipusatkan pada guru. Adanya
siswa memiliki rata-rata sebesar 71,8% dan blended learning juga membuat siswa lebih
termasuk kategori baik. Sebanyak 7 siswa mandiri dan memiliki lebih banyak waktu
termasuk kategori sangat baik, 16 siswa untuk belajar. Aeni et al (2017)
termasuk kategori baik, dan 13 siswa menjelaskan lebih lanjut bahwa siswa dapat
termasuk kategori cukup. Perolehan mengakses informasi atau pengetahuan
tersebut disebabkan karena siswa telah dan bahan pembelajaran dimanapun dan
diterapkan pembelajaran dengan model kapanpun. Siswa dapat memperdalam
blended inquiry learning. Hasil penelitian ini materi dan pengetahuan secara mandiri
sesuai dengan pendapat Uzezi & Zainab tanpa guru. Siswa dapat berkonsultasi
(2017) yang menyatakan bahwa dengan guru tentang materi yang belum
penggunaan percobaan inkuiri terbimbing dipahami dan tugas-tugas yang harus
yang dipusatkan pada kegiatan siswa dikerjakan.
memiliki peranan yang besar dalam Siswa yang memiliki presentase
meningkatkan pencapaian akademik siswa KPS tes yang dibawah kriteria baik
dan lebih baik secara positif dibandingkan berjumlah 13 dari 36 siswa. Hal tersebut
dengan metode pengajaran tradisional kemungkinan disebabkan karena siswa
Nur Fitriana Setiawan, dkk., Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa…. 7
belum terbiasa dengan pembelajaran mandiri dalam proses pembelajaran.
blended inquiry learning. Pembelajaran Adanya kesulitan untuk mengubah cara
model tersebut membutuhkan perubahan belajar siswa sebagai proses berpikir,
cara belajar siswa. Pembelajaran blended mengakibatkan siswa akan mengalami
inquiry learning menuntut siswa untuk kesulitan dalam proses pembelajaran.

Gambar 1. Presentase KPS Tes Tiap Indikator


Gambar 1 menunjukkan menginterpretasi, dan merancang
pencapaian presentase pada tiap-tiap percobaan termasuk dalam kategori cukup.
indikator KPS berdasarkan hasil tes. Tiga Indikator dengan presentase tertinggi yaitu
indikator yang termasuk kategori sangat indikator mengklasifikasi dengan
baik yaitu indikator mengklasifikasi, presentase 90,28% dan indikator dengan
mengamati, serta menggunakan alat dan presentase terendah yaitu mengintepretasi
bahan. Sebanyak empat indikator dengan presentase 57,64%.
berkategori baik yaitu indikator Profil KPS non-tes siswa secara
berkomunikasi, berhipotesis, menerapkan keseluruhan disajikan pada Tabel 2,
konsep, dan memprediksi. Tiga indikator sedangkan profil untuk masing-masing
lainnya yaitu mengajukkan pertanyaan, indikator disajikan pada Gambar 2.
Tabel 2. Profil KPS Non-Tes Siswa Keseluruhan
Jumlah Siswa Rata-rata % KPS Presentase Kategori
23 84,16 63,89 Sangat baik
13 72,71 36,11 Baik
0 0 0 Cukup
0 0 0 Kurang
Berdasarkan Tabel 2, profil KPS berkategori baik. Hasil tersebut
non-tes siswa memiliki rata-rata sebesar menandakan bahwa siswa memiliki
82,29% dan termasuk dalam kategori keterampilan proses sains dalam kategori
sangat baik. Sebanyak 23 siswa minimal baik. Hal tersebut terjadi karena
berkategori sangat baik dan 13 siswa siswa mendapatkan pembelajaran dengan
8 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 13, No. 1, 2019, halaman 2307 – 2317
model blended inquiry learning. bahwa nilai presentase keterampilan
Pembelajaran tersebut tidak hanya proses sains siswa setelah diterapkan
membuat siswa menjadi lebih aktif dan metode praktikum berbasis inkuiri yaitu
partisipatif, tetapi juga membuat siswa sebesar 85,03%. Hal ini juga diperkuat oleh
mengkonstruk pengetahuannya sendiri dan hasil penelitian dari Airlanda (2016) tentang
memecahkan permasalahan melalui blended learning, disebutkan bahwa terjadi
kegiatan praktikum berbasis inkuiri. Hasil peningkatan nilai keterampilan proses sains
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian siswa setelah dilakukan pembelajaran
Nashrullah et al (2015) yang menyebutkan dengan metode blended learning.

Gambar 2. Presentase KPS Non-tes Tiap Indikator.


Gambar 2 menunjukkan presentase sebesar 61,8% dan termasuk
presentase pada tiap-tiap indikator KPS kategori cukup. Pada soal ini, siswa
non-tes siswa dari hasil observasi. diperintahkan untuk membuat 3 rumusan
Sebanyak 3 indikator termasuk kategori masalah berdasarkan wacana tentang
baik yaitu memprediksi, mengintepretasi, pengawet makanan yang merupakan salah
dan menerapkan konsep. Sedangkan 7 satu contoh penerapan larutan penyangga
indikator lainnya yaitu, mengajukan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil
pertanyaan, berhipotesis, merancang wawancara dengan siswa menyatakan
percobaan, menggunakan alat dan bahan, bahwa mereka menjawab pertanyaan
mengamati, mengklasifikasi, dan tersebut sesuai dengan rumusan masalah
berkomunikasi termasuk dalam kategori yang ada di LKP ketika praktikum dan tidak
sangat baik.Indikator dengan presentase benar-benar membaca wacana yang
tertinggi sebesar 87,15% adalah indikator disajikan. Menurut pendapat Dimyati &
berkomunikasi. Indikator menerapkan Mujiono (2009) pertanyaan-pertanyaan
konsep meraih presentase terendah yang diajukan mencerminkan cara berfikir
sebesar 72,2%. dan dapat pula dikatakan bahwa kualitas
Indikator mengajukan pertanyaan pertanyaan yang diajukan menunjukkan
dianalisis melalui tes dan observasi. tinggi rendahnya tingkat berifkir siswa. Hasil
Berdasarkan hasil tes, indikator ini memiliki observasi pada indikator ini diperoleh
Nur Fitriana Setiawan, dkk., Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa…. 9
presentase sebesar 84,03% dan termasuk baik. Hal ini karena siswa telah diterapkan
kategori sangat baik. Keterampilan yang pembelajaran blended inquiry learning
diamati yaitu membuat rumusan masalah di dimana salah satu tahapannya adalah
LKP. Hal ini disebabkan karena siswa telah siswa diminta untuk membuat rancangan
diberi pembelajaran dengan model inkuiri percobaan dan mengunggahnya ke
terbimbing. Wijayanti & Susatyo (2014) Edmodo. Hal ini sesuai dengan pernyataan
menyatakan bahwa inkuiri terbimbing dengan pernyataan Fitriyani et al (2017)
merupakan pendekatan pembelajaran yang bahwa dalam model inkuiri terbimbing,
memiliki beberapa langkah yang sesuai siswa diberi kesempatan untuk merancang
dengan kegiatan praktikum seperti percobaan dengan berdiskusi kelompok,
orientasi, merumuskan masalah, sehingga dapat melatih keterampilan
merumuskan hipotesis, mengumpulkan merancang percobaan.
data, menguji hipotesis, dan merumuskan Indikator menggunakan alat dan
kesimpulan. bahan dari hasil tes dan observasi
Indikator berhipotesis berdasarkan termasuk dalam kategori sangat baik
hasil tes memiliki presentase sebesar dengan presentase KPS tes dan non-tes
83,33% termasuk kategori baik. Sebanyak sebesar 84,04% dan 82,81%. Indikator
19 siswa berkategori sangat baik, 10 siswa menggunakan alat dan bahan berhubungan
termasuk kategori baik, dan 7 siswa dengan indikator merancang percobaan.
termasuk kategori cukup Dari hasil Pada saat merancang percobaan siswa
observasi, presentase yang diperoleh pada diminta untuk menentukan alat apa saja
indikator berhipotesis sebesar 84,03% dan yang digunakan dan cara
termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil menggunakannya. Hasil ini sesuai dengan
ini sejalan dengan penelitian Aeni et al pernyataan dari Rahmawati (2014) yang
(2017) bahwa keterampilan dengan menjelaskan bahwa praktikum berbasis
pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing inkuiri ini dapat meningkatkan rasa ingin
membuat siswa terbiasa untuk tahu siswa mengenai kegunaan alat dan
memecahkan masalah yang kemudian mengakibatkan siswa menjadi lebih siap
disusun dalam sebuah hipotesis sebelum dalam melakukan praktikum sehingga
melakukan percobaan. Pembuatan menunjukkan adanya keterkaitan masing-
hipotesis tersebut adalah sebagai acuan masing indikator keterampilan proses sains.
untuk siswa dalam percobaan dan menarik Hasil wawancara dengan siswa juga
kesimpulan. menunjukkan bahwa mereka tidak
Presentase KPS tes yang diperoleh mengalami banyak kesulitan dalam
pada indikator merancang percobaan penggunaan alat dan bahan selama
sebesar 59,49% dan termasuk dalam praktikum, tetapi mereka sedikit
kategori cukup. Presentase KPS non-tes kebingungan saat membaca nilai pH pada
untuk indikator merancang percobaan pH-meter karena angkanya terus bergerak.
sebesar 82,22% dengan kategori sangat Tidak jarang dalam satu kelompok mereka
10 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 13, No. 1, 2019, halaman 2307 – 2317
berdebat karena berselisih dalam membaca terhadap keterampilan memprediksi
nilai pH yang ada di pH-meter. diperoleh rata-rata skor sebesar 3,10
Profil KPS tes dan non-tes untuk dengan kategori tinggi. Hal tersebut
indikator mengamati masing-masing disebabkan karena siswa telah diberi
sebesar 88,19% dan 82,81% dengan perlakuan inkuiri terbimbing. Perlakuan
kategori sangat baik. Keterampilan tersebut dapat meningkatkan pemahaman
mengamati merupakan keterampilan siswa dalam meramalkan larutan
menggunakan indera, dalam penelitian ini penyangga, sehingga menunjukkan peserta
khususnya indera penglihatan. Dalam didik mampu mengemukakan apa yang
proses pembelajaran online, keterampilan mungkin terjadi pada suatu kondisi,
mengamati dikembangkan melalui kegiatan Indikator mengklasifikasi yang
diskusi online pada materi peran larutan diukur melalui tes merupakan indikator
penyangga. Hal ini menunjukkan bahwa yang memiliki presentase tertinggi yaitu
adanya blended learning dapat sebesar 90,28% dan termasuk kategori
menumbuhkan semangat dan motivasi sangat baik. Hasil observasi pada indikator
belajar siswa. Hasil tersebut diperkuat oleh ini juga memperoleh presentase dengan
pendapat Sjukur (2012) yang menyatakan kategori sangat baik yaitu sebesar 81,94%.
bahwa terdapat perbedaan motivasi belajar Perolehan tersebut disebabkan karena
antara siswa yang diajarkan pembelajaran siswa telah mendapat pembelajaran
blended learning dibandingkan siswa yang dengan model inkuiri terbimbing, dimana
diajarkan pembelajaran konvensional. salah satu sintaksnya adalah melakukan
Keterampilan mengamati juga percobaan/eksperimen dan mengumpulkan
dikembangkan melalui kegiatan praktikum data. Siswa diminta untuk melakukan
yaitu dengan mengamati nilai pH larutan praktikum sekaligus mengumpulkan data
penyangga sebelum dan setelah sehingga keterampilan proses sains pada
penambahan asam, basa, dan/atau air. indikator mengklasifikasi termasuk kategori
Indikator memprediksi menuntut sangat baik.
siswa untuk dapat memprediksi atau Presentase hasil tes yang diperoleh
mengungkapkan kemungkinan yang akan pada indikator mengintepretasi sebesar
terjadi pada keadaan yang belum diamati. 57,64% dan termasuk dalam kategori
Hasil tes dan hasil observasi keterampilan cukup. Hal ini menunjukkan bahwa
proses sains pada indikator memprediksi keterampilan mengintepretasi masih
diperoleh presentase sebesar 76,39% dan dibawah kategori baik. Hal tersebut
78,1% dan termasuk dalam kategori baik. disebabkan karena pembelajaran dengan
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian model blended inquiry learning merupakan
Nashrullah et al (2015) yang menerapkan hal baru bagi siswa, sehingga masih ada
metode praktikum berbasis inkuiri untuk siswa yang belum bisa sepenuhnya
materi larutan penyangga. Hasil penelitian mengikuti pembelajaran dengan baik,
tersebut menyatakan bahwa hasil observasi sehingga berpengaruh terhadap hasil
Nur Fitriana Setiawan, dkk., Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa…. 11
belajarnya. Profil KPS non-tes untuk pelajaran kimia dapat terbentuk dengan
indikator mengintepretasi adalah sebesar baik. Selain itu adanya pembelajaran online
79,68% dan termasuk dalam kategori baik. juga membuat siswa menjadi lebih
Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu berpartisipatif dalam pembelajaran.
mampu menganalisis data hasil praktikum Hermawanto et al (2013) menyatakan
seperti analisis dari praktikum sifat larutan dengan adanya blended learning
penyangga dan dapat menjawab penguasaan konsep siswa menjadi lebih
pertanyaan analisis pada lembar kerja tinggi karena informasi yang didapatkan
praktikum. Siswa mampu menganalisis oleh siswa jauh lebih banyak dan juga
data hasil praktikum karena siswa waktu belajarnya juga lebih banyak
melakukan kegiatan praktikum berbasis dibandingkan hanya dengan pembelajaran
inkuiri tatap muka.
Indikator menerapkan konsep Perolehan presentase KPS tes
memperoleh presentase KPS tes sebesar pada indikator berkomunikasi sebesar
77,43% dan termasuk kategori baik. Hal ini 63,89% dan termasuk dalam kategori baik,
disebabkan karena siswa telah diterapkan sedangkan profil KPS non-tes untuk
pembelajaran inkuiri terbimbing pada indikator ini sebesar 87,14% termasuk
pembelajaran tatap muka. Pembelajaran kategori sangat baik. Tingginya presentase
dikelas dengan model inkuiri terbimbing pada indikator ini disebabkan karena
membuat siswa memiliki kesempatan untuk adanya blended learning yang membuat
membangun sendiri pengetahuannya, pembelajaran menjadi lebih efektif dan
sehingga siswa memperoleh pengalaman efisien, siswa juga menjadi lebih aktif dan
belajar yang lebih mendalam. Presentase berpartisipatif. Menurut Rahmansyah dan
KPS non-tes untuk indikator menerapan Irhasyarna (2016) blended learning
konsep sebesar dan 72% termasuk dalam menggambarkan sebuah kesempatan yang
kategori baik. Keterampilan yang diamati mengintegrasikan inovasi dan keuntungan
yaitu hasil jawaban LKS siswa yang teknologi pada pembelajaran online dengan
diunggah dalam Edmodo. Indikator ini interaksi dan partisipasi dari keuntungan
merupakan indikator dengan presentase pembelajaran tatap muka. Penerapan
KPS non-tes terendah, namun masih model blended learning dapat
termasuk dalam kategori baik. Hal ini meningkatkan interaksi antara siswa
disebabkan karena pembelajaran tatap dengan pengajar, siswa dengan siswa atau
muka yang dilakukan dengan model inkuiri pengajar dengan sumber belajar lainnya.
terbimbing. Menurut Kurniawati et al (2016) Hal ini juga sesuai dengan penelitian
pembelajaran inkuiri terbimbing Afdhila et al (2017) yang menghasilkan
menekankan suatu proses pembelajaran adanya peningkatan aktivitas peserta didik
dengan menggunakan langkah-langkah selama proses pembelajaran blended
ilmiah yang ada dalam keterampilan proses learning pada materi larutan penyangga
sains sehingga konsep pada materi dengan persentase rata-rata pada
12 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 13, No. 1, 2019, halaman 2307 – 2317
pertemuan pertama sebesar 72,48% mengklasifikasi, dan berkomunikasi. Tiga
dengan kategori baik, pertemuan kedua indikator yang lain yaitu memprediksi,
dan ketiga masing-masing yaitu 82,24% mengintepretasi, dan menerapkan konsep
dan 93,75% dengan kategori sangat baik. termasuk kategori baik.

SIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH


Berdasarkan hasil penelitian dan Penulis mengucapkan terima kasih
pembahasan mengenai penerapan model kepada siswa kelas XI MIPA 3 yang telah
blended inquiry learning untuk menganalisis membantu proses penelitian.
keterampilan proses sains siswa kelas XI
MIPA 3 SMA Negeri 2 Ungaran pada materi DAFTAR PUSTAKA
buffer dapat disimpulkan bahwa profil Aeni, A. ., Saptorini, & K.I, Supardi., 2017,
Keefektifan Pembelajaran Praktikum
keterampilan proses sains tes siswa secara
Berbasis Guided Inquiry Terhadap
klasikal termasuk kategori baik dengan Keterampilan Laboratorium Siswa,
Chemistry in Education, Vol 6, No 1,
presentase sebesar 71,94%. Sebanyak 7
Hal 8–13.
siswa termasuk kategori sangat baik, 16
Aeni, N., Prihatin, T., & Utanto, Y., 2017,
siswa kategori baik, dan 13 siswa kategori
Pengembangan Model Blended
cukup. Profil keterampilan proses sains tes Learning Berbasis Masalah pada
Mata Pelajaran Sistem Komputer,
berdasarkan 10 indikator keterampilan
Innovative Journal of Curriculum and
proses sains yaitu termasuk kategori Educational Technology, Vol 6, No 37,
Hal 84–97.
sangat baik pada indikator mengklasifikasi,
mengamati, dan menggunakan alat bahan. Afdhila, R., Nazar, M., & Hanum, L., 2013,
Penerapan Pembelajaran Blended
Termasuk kategori baik untuk indikator
Learning Pada Materi Larutan
berkomunikasi, berhipotesis, menerapkan Penyangga di SMA Negeri 1 Unggul
Darul Imarah, Jurnal Ilmiah
konsep, dan memprediksi. Sedangkan
Mahasiswa Pendidikan Kimia
untuk indikator mengajukan pertanyaan, (JIMPK), Vol 2, No 3, Hal 165–172.
mengintepretasi dan merancang percobaan
Airlanda, G. S., 2016, Pengembangan
termasuk kategori cukup. Profil Modul Pembelajaran Biologi Berbasis
HSPS Dipadukan Blended Learning
keterampilan proses sains non-tes siswa
Untuk Meningkatkan Keterampilan
secara klasikal termasuk kategori sangat Proses Sains Siswa XI IPA SMA
Kristen Petra Malang, Jurnal
baik dengan presentase sebesar 82,29%.
Pendidikan Sains Universitas
Sebanyak 23 siswa termasuk kategori Muhammadiyah Semarang, Vol 4, No
1, Hal 1–5.
sangat baik dan 13 siswa termasuk kategori
baik. Profil keterampilan proses sains non- Aktamis, H., & Ergin, Ö., 2008,
Representation Of Science Process
tes berdasarkan 10 indikator keterampilan
Skills In The Chemistry Curricula For
proses sains termasuk kategori sangat baik Grade 10, 11 And 12 / Turkey,
International Journal of Education and
untuk indikator mengajukan pertanyaan,
Practice, Vol 1, No 5, Hal 51-63.
berhipotesis, merancang percobaan,
Astriyanti, G., Susilaningsih, E., &
menggunakan alat dan bahan, mengamati, Supartono, 2017, Model Blended
Nur Fitriana Setiawan, dkk., Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa…. 13
Learning Berbasis Task Dengan Hal 50–55.
Penilaian Jurnal Belajar Terkait
Pencapaian Kompetensi Dasar, Özgelen, S., 2012, Students’ Science
Chemistry in Education, Vol 6, No 1, Process Skills Within a Cognitive
Hal 14–19. Domain Framework, Eurasia Journal
of Mathematics, Science and
Dimyati & Mudjiono, 2009, Belajar dan Technology Education, Vol 8, No 4, Hal
Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka 283–292.
Cipta.
Powell, A., Watson, J., Staley, P., Patrick,
Eggen, P., & Kauchak D., 2012, Strategi S., Horn, M., Fetzer, L., Verma, S.,
dan Model Pembelajaran: 2015. Blending Learning: Promising
Mengajarkan Konten dan Practice in Blended and Online
Keterampilan Berpikir, Jakarta: Learning.[diakses pada 29
Indeks.
November 2018].
Fitriyani, S., Haryani, S., dan Susatyo, E.
B., 2017, Pengaruh Model Inquiri Rahmansyah dan Irhasyarna, R., 2016,
Terbimbing Terhadap Keterampilan Implementasi Model Blended
Proses Sains Pada Materi Kelarutan Learning Terhadap Keterampilan
Dan Hasil Kali Kelarutan, Jurnal Generik Pemodelan dan Hasil Belajar
Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 11, No Siswa pada Materi Kelarutan dan
2, Hal 1957–1970. Hasil Kali Kelarutan, Jurnal Inovasi
Pendidikan Sains, Vol 7, No 1, Hal
Hermawanto, Kusairi, S., & Wartono, 2013, 74–82.
Pengaruh Blended Learning Terhadap
Penguasaan Konsep dan Penalaran Rahmawati, R., & Haryani, S., 2014,
Fisika Peserta Didik Kelas X, Jurnal Penerapan Praktikum Berbasis Inquiry
Pendidikan Fisika Indonesia, Vol 9, No Untuk Meningkatkan Keterampilan
57, Hal 67–76. Proses Sains Siswa, Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia, Vol 8, No 2, Hal
Hosnah, WM., Sudarti, dan Subiki, 2017, 1390–1397.
Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Sjukur, S. B., 2012. Pengaruh Blended
Fisika Di SMA, Jurnal Pembelajaran Learning Terhadap Motivasi Belajar
Fisika, Vol 6, No 2, Hal 196-200. dan Hasil Belajar Siswa di Tingkat
SMK, Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2,
Kurniawati, D., Masykuri, M., & Saputro, S., No 3, Hal 368–378.
2016, Penerapan Model
Uzezi, J. G., & Zainab, S., 2017.
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Effectiveness of Guided-Inquiry
Dilengkapi LKS Untuk Meningkatkan
Laboratory Experiments on Senior
Keterampilan Proses Sains Dan
Secondary Schools Students
Prestasi Belajar Pada Materi Pokok
Academic Achievement in Volumetric
Hukum Dasar Kimia Siswa Kelas X
Analysis, American Journal of
MIA 4 SMA N 1 Karanganyar Tahun
Educational Research, Vol 5, No 7,
Pelajaran 2014/2015, Jurnal
Hal 717-724.
Pendidikan Kimia, Vol 5, No 1, Hal
88–95. Wijayanti, A. D., & Susatyo, E. B., 2014,
Penerapan Pembelajaran Group
Nashrullah, A., Hadisaputro, S., & Sumarti, Investigation Berbasis Inkuiri
S. S., 2015, Kefektifan Metode Terbimbing Untuk Meningkatkan
Praktikum Berbasis Inquiry Pada Hasil Belajar Koloid, Jurnal Inovasi
Pemahaman Konsep Dan Pendidikan Kimia, Vol 8, No 1, Hal
Keterampilan Proses Sains, 1300-1308.
Chemistry in Education, Vol 4, No 2,

Anda mungkin juga menyukai