Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KINETIKA KIMIA

SEMESTER GANJIL 2019/2020

PERCOBAAN IV

PENENTUAN ORDE REAKSI DAN LAJU REAKSI

NAMA : Yulianti Pratiwi

NIM : 1730208047

KELOMPOK : IV (Empat)

ASISTEN : 1. Eet Novri Santika

2. Ilham Yuli Pratiwi

DOSEN : Ravensky Yurianty Pratiwi, S. Pd., M. Si.

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2019
Palembang, 31 Oktober 2019

PERCOBAAN IV

PENENTUAN ORDE REAKSI DAN LAJU REAKSI

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa dapat menunjukkan bahwa reaksi penyabunan etil asetat oleh
ion hidroksida merupakan reaksi orde dua
2. Mahasiswa dapat menentukan tetapan laju reaksi penyabunan etil asetat
oleh ion hidroksida dengan cara titrasi

II. DASAR TEORI

Menurut Oxtoby (2001), Kinetika kimia adalah cabang ilmu kimia


yang khusus mempelajari tentang laju reaksi. Tujuan utama kinetika kimia
adalah menjelaskan bagaimana laju bergantung pada konsentrasi reaktan dan
mengetahui mekanisme suatu reaksi berdasarkan pengetahuan tentang laju
reaksi yang diperoleh dari eksperimen. Kinetika kimia menunjukkan
kecepatan dan mekanisme perubahan kimia suatu atribut mutu terhadap
waktu pada suhu tertentu. Kecepatan reaksi kimiawi ditentukan oleh massa
produk yang dihasilkan atau reaktan yang digunakan setiap unit waktu
Menurut Chang (2004), ada beberapa macam energi yaitu energi
kinetik adalah yang dihasilkan oleh benda bergerak merupakan energi yang
menarik perhatian khusus dari para kimiawan. Energi radiasi atau energi
matahari berasal dari matahari dan merupakan sumber energi utama dari
bumi.Energi termal adalah energi yang berkaitan dengan gerak acak atom-
atom dan molekul.Energi kimia tersimpan dalam satuan struktur zat kima,
besarnya ditentukan oleh atom-atom penyusunnya.Energi potensial adalah
energi yang tersedia akibat posisi benda.
Menurut Rahayu (2017), laju reaksi adalah perubahan konsentrasi zat
(pengurangan pereaksi atau penambahan produk) persatuan waktu. Laju
menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu proses berlangsung.
Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang terjadi dalam satu satuan
waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari ataupun tahun. Pada umumnya laju
reaksi akan berhubungan dengan konsentrasi. Tetapi perlu diperhatikan
bahwa beberapa reaksi memiliki kelajuan yang tidak bergantung pada
konsentrasi reaksi.Hal ini disebut sebagai reaksi orde nol.
Sementara menurut Charles (1992), laju reaksi adalah perbandingan
perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi terhadap perubahan
waktu.Laju reaksi terukur, seringkali sebanding dengan konsentrasi reaktan
suatu perangkat. Contohanya, mungkin saja laju reaksi itu sebanding dengnan
konsentrasi dua reaktan A dan B, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut
:
V = K [ A ]x . [ B ]y
Koefisien K disebut konstanta laju, yang tidak bergantung pada
konsentrasi tetapi bergantung pada temperatur.Persamaan sejenis ini
ditentukan secara eksperimen disebut hukum laju reaksi.Secara formal hukum
laju adalah persamaan yang menyatakan laju reaksi dan sebagai fungsi dari
semua spesies yang ada termasuk produknya. Kinetika mempunyai dua tujuan
yaitu menstimulasikan data dan memperkirakan mekanisme reaksinya.Reaksi
berlangsung dalam dua fase yang disebut reaksi heterogen (Keenan, 1990).

Pangkat- pangkat dalam persamaan laju reaksi dinamakan orde


reaksi.Menentukan orde reaksi dalam suatu reaksi kimia pada prinsipnya
menetukan pengaruh seberapa besar perubahaan konsentrasi laju reaksi
terhadap konsentrasi pereaksi.Reaksi yang berlangsung dalam sistem
homogen sangat berbeda dengan reaksi yang berlangsung dengan
heterogen.Pada reaksi homogen campuran zatnya bercampur seluruhnya. Hal
ini dapat mempercepat berlangsungnya reaksi kimia, karena molekul –
molekul ini dapat bersentuhan satu sama yang lainnya. Dalam sistem
heterogen, reaksi hanya berlangsung pada bidang – bidang yang bersentuhan
dari kedua fasenya.Reaksi kimia berlangsung pada kedua molekul – molekul
atom – atom atau ion – ion dari zat – zat yang bereaksi telebih dahulu
bertumbukkan.Maka semakin luas permukaan suatu reaksi maka semakin
cepat reaksi itu berlangsung (Rahayu, 2017).
Laju reaksi merupakan penambahan konsentrasi produk atau
pengurangan konsentrasi reaktan per satuan waktu.Laju reaksi hampir selalu
sebanding dengan konsentrasi pereaksi.Mengubah konsentrasi suatu zat
dalam suatu reaksi dapat mengubah laju reaksinya juga.Laju reaksi dapat
ditentukan dari konsentrasi reaktan maupun konsentrasi produk suatu reaksi.
Secara matematis laju reaksi dinyatakan sebagai (Labuza ,1982):

−𝑑𝐴
= k [𝐴]𝑛
𝑑𝑡

dimana:
−𝑑𝐴
= laju perubahan konsentrasi A pada waktu tertentu
𝑑𝑡

K = konstanta laju reaksi


[A] = konsentrasi pereaksi
n = orde reaksi
Untuk setiap reaksi, K naik dengan kenaikkan suhu, besarnya
kenaikkan berbeda- beda dari sutau reaksi dengan reaksi yang lain. Bila suatu
reaksi terjadi dalam beberapa langkah reaksi kemungkinan spesien perantara
dibentuk, dan mereka mungkin tidak dapat dideteksi karena mereka akan
segera digunakan dalam langkah reaksi berikutnya. Meskipun demikian
dengan mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhinya kadang- kadang
dapat diketahui seberapa jauh faktor – faktor tersebut berperan dalam
mekanisme reaksi (Keenan, 1990).
Konstanta laju reaksi bersifat konstan terhadap konsentrasi pereaksi
namun akan berubah jika terjadi perubahan kondisi lingkungan seperti suhu.
Menurut Labuza (1982), Faktor yg mempengaruhi laju reaksi diantaranya :
a. Sifat alami suatu reaksi. Beberapa reaksi memang secara alami lambat atau
lebih cepat dibandingkan yang lain. Jumlah spesies yang ikut bereaksi
serta keadaan fisik reaktan, ataupun kekompleksan jalanya (mekanisme
reaksi) dan factor lain sangat menentukan kecepatan laju reaksi.
b. Konsentrasi reaktan. Karena persamaan laju reaksi didefinisikan dalam
bentuk konsentrsi reaktan maka dengan naiknya konsentrasi maka naik
pula kecepatan reaksinya. Artinya semakin tinggi konsentrasi maka
semakin banyak molekul reaktan yang tersedia denngan demikian
kemungkinan bertumbukan akan semakin banyak juga sehingga kecepatan
reaksi meningkat.
c. Tekanan. Reaksi yang melibatkan gas, kecepatan reaksinya berbanding
lurus dengan kenaikan tekanan dimana factor tekanan ini ekuivalen dengan
konsentrasi gas.
d. Orde reaksi. Orde reaksi menentukan seberapa besar konsentrasi reaktan
berpengaruh pada kecepatan reaksi.
e. Temperatur. Temperature berhubungan dengan energi kinetic yang
dimiliki molekul-molekul reaktan dalam kecenderungannya bertumbukan.
Kenaikan suhu umumnya menyediakan energi yang cukup bagi molekul
reaktan untuk meningkatkan tumbukan antar molekul. Akan tetapi tidak
semua reaksi dipengaruhi oleh temperature, terdapat reaksi yang
independent terhadap temperature yaitu reaksi akan berjalan melambat saat
temperature di naikkan seperti reaksi yang melibatkan radikal bebas.
f. Pelarut. Banyak reaksi yang terjadi dalam larutan dan melibatkan pelarut.
Sifat pelarut baik terhadap reaktan, hasil intermediate, dan produknya
mempengaruhi laju reaksi. Seperti sifat solvasi pelarut terhadap ion dalam
pelarut dan kekuatan interaksi ion dan pelarut dalam pembentukan counter
ion.
g. Radiasi elektromagnetik dan Intensitas Cahaya. Radiasi elektromagnetik
dan cahaya merupakansalah satu bentuk energi. Molekul-molekul reaktan
dapat menyerap kedua bentuk energi ini sehingga mereka terpenuhi atau
meningkatkan energinya sehingga meningkatkan terjadinya tumbukan
antar molekul
h. Katalis. Adanya katalis dalam suatu sitem reaksi akan meningkatkan
kecepatan reaksi disebabkan katalis menurunkan energi aktifasi. Dengan
penurunan energi aktifasi ini maka energi minimum yang dibutuhkan
untuk terjadinya tumbukkan semakin berkurang sehingga mempercepat
terjadinya reaksi.
i. Pengadukan. Proses pengadukan mempengaruhi kecepatan reaksi yang
melibatkan sistem heterogen. Seperti reaksi yang melibatkan dua fasa yaitu
fasa padatan dan fasa cair seperti melarutkan serbuk besi dalam larutan
HCl, dengan pengadukan maka reaksi akan cepat berjalan.
Saponifikasi adalah suatu reaksi yang menghasilkan sabun dan
gliserol melalui penghidrolisaan dengan basa, lemak atau minyak
(Keenan,1990).

III. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

Botol timbang pipet volume Labu Erlenmeyer

Labu ukur Labu Erlenmeyer bertutup buret


Botol semprot stopwatch pipet tetes

2. Bahan

NaOH Aquades

HCl Etil asetat

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


Mempipet Sebanyak 5 mL larutan etil asetat 1 M ke dalam labu volumetris
250 mL lalu mengencerkan sampai tanda batas untuk mendapatkan larutan etil
asetat dengan konsentrasi 0,02 M sebanyak 250 mL.
Menyediakan 200 mL Larutan NaOH 0,02 M dan Larutan HCl dengan
konsentrasi 0,02 M 150 mL. Mempipet sebanyak 50 mL larutan NaOH 0,02
M dan 50 mL etilasetat 0,02 M, memasukkan ke dalam labu erlenmeyer
bertutup

Mempipet 20 mL larutan HCl 0,02 M ke dalam masing-masing 5 buah labu


erlenmeyer lainnya

Menambahkan dengan cepat larutan etil asetat ke dalam larutan NaOH dan
dikocok dengan baik. Pada saat kedua larutan tersebut bercampur, stopwatch
dijalankan
Mempipet 10 mL dari campuran reaksi dan memasukkan ke dalam labu yang
berisi 20 mL larutan HCl dan diaduk dengan baik. mentitrasi kelebihan HCl
segera secepat mungkin dengan larutan standar NaOH 0,02 M.

Memanaskan sisa campuran reaksi dalam erlenmeyer bertutup hingga


mendidih untuk mempercepat reaksi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Data Hasil Pengamatan
Waktu (menit) Volume HCl Volume campuran Volume NaOH
5 10 10 45
15 10 10 46
30 10 10 47
60 10 10 48
panas 10 10 49
2. Perhitungan

 mol etil asetat


gr
n = Mr
45,16 gram
n = 88 gram/mol
n = 0,5 mol

0,5 mol
Molaritas etil asetat dalam 1000 ml = x 1000 =50 M
10 ml
V1 . M1 = V2 . M2

V2 . M2
V1 = M1

250 mL . 0,02 M
V1 = 50 M

V1 = 0,1 mL

Jadi, volume etil asetat yang harus dipipet untuk membuat larutan etil
asetat / 0,02 M sebanyak 250 mL adalah 0,1 mL. Seharusnya volume
etil asetat yang digunakan adalah 5 mL, hal ini dikarenakan yang
digunakan bukan piknometer sebenarnya

 Penentuan konsentrasi awal dari larutan etil asetat


Diketahui [NaOH] = 0,02 M , [HCl] = 0,02 M , V NaOH = 50 mL , V
HCl = 10 mL , V NaOH titrasi = 46 mL
- Mol NaOH titrasi =
[NaOH] . V NaOH titrasi = 0,02 M . 46 mL = 0,92 mmol

- Mol HCl sisa =


Mol NaOH titrasi = 0,92 mmol

- Mol HCl total =


[HCl] . V HCl = 0,02 M . 10 mL = 0,2 mmol

- Mol HCl bereaksi =


Mol HCl total - Mol HCl sisa = 0,2 mmol - 0,92 mmol = - 0,72
mmol
 Reaksi penghentian dari etil asetat + NaOH .
OH- sisa + HCl → Cl- + H2O
- Mol OH- sisa = mol HCl bereaksi = -0,72 mmol

- Mol NaOH total = mol NaoH reaksi dengan etil asetat


[NaOH] . V NaOH = 0,02 x 50 mL = 1 mmol

- Mol NaOH bereaksi = Mol NaOH total - Mol OH- sisa =


1 mmol – (-0,72 mmol) = 1,712 mmol

Reaksi = CH3COOC2H5 + HCl → NaCl + C2H5OH

Sehingga mol etil asetat mula – mula = mol NaOH bereaksi = 1,72 mmol

Mol etil asetat mula – mula = 1,72 mmol

Volume campuran = 100 mL


Mol etil asetat mula – mula 1,72 mmol
Konsentrasi etil asetat mula – mula = =
Volume campuran 100 mL

= 0,0172 M

Jadi, konsentrasi etil asetat mula – mula adalah 0,0172 M

 Harga k dari konsentrasi OH- bereaksi pada waktu (t)

Untuk t = 5 menit (300 sekon) , V NaOH = 45 mL

- Mol OH titrasi = V NaOH titrasi . [NaOH] = 45 mL . 0,02 M = 0,9


mmol
- Mol HCl sisa = Mol OH titrasi = 0,9 mmol
- Mol HCl bereaksi = mol HCl total – mol HCl sisa = 0,2 mmol –
0,9 mmol = -0,7 mmol
- Mol OH sisa = Mol HCl bereaksi = -0,7 mmol
- Mol OH bereaksi = mol NaOH total - Mol OH sisa = 1 mmol – (-
0,7 mmol) = 1,7 mmol
mol OH bereaksi 1,7 mmol
- x (konsentrsi OH bereaksi) = = = 0,017 M
v campuran 100 mL
x 0,017 M
- K1 = ta (a−x) = 300 . mol-1 Ls-1 = 16,47 mol-1 Ls-1
0,0172 (0,0172−0,017)
Untuk t = 15 menit (900 sekon) , V NaOH = 46 mL

- Mol OH titrasi = V NaOH titrasi . [NaOH] = 46 mL . 0,02 M =


0,92 mmol
- Mol HCl sisa = Mol OH titrasi = 0,92 mmol
- Mol HCl bereaksi = mol HCl total – mol HCl sisa = 0,2 mmol –
0,92 mmol = -0,72 mmol
- Mol OH sisa = Mol HCl bereaksi = -0,72 mmol
- Mol OH bereaksi = mol NaOH total - Mol OH sisa = 1 mmol – (-
0,72 mmol) = 1,72 mmol
mol OH bereaksi 1,72 mmol
- x(konsentrsi OH bereaksi) = = = 0,0172 M
v campuran 100 mL
x 0,0172 M
- K2 = ta (a−x) = 900 . mol-1 Ls-1 = 0 mol-1 Ls-1
0,0172 (0,0172−0,0172)

Untuk t = 30 menit (1800 sekon) , V NaOH = 47 mL

- Mol OH titrasi = V NaOH titrasi . [NaOH] = 47 mL . 0,02 M =


0,94 mmol
- Mol HCl sisa = Mol OH titrasi = 0,94 mmol
- Mol HCl bereaksi = mol HCl total – mol HCl sisa = 0,2 mmol –
0,94 mmol = -0,74 mmol
- Mol OH sisa = Mol HCl bereaksi = -0,74 mmol
- Mol OH bereaksi = mol NaOH total - Mol OH sisa = 1 mmol – (-
0,74 mmol) = 1,74 mmol
mol OH bereaksi 1,74 mmol
- x(konsentrsi OH bereaksi) = = = 0,0174 M
v campuran 100 mL
x 0,0174 M
- K3 = ta (a−x) = 1800.0,0172(0,0172−0,0174) mol-1Ls-1 = -2,81 mol-1 Ls-1

Untuk t = 45 menit (2700 sekon) , V NaOH = 48 mL

- Mol OH titrasi = V NaOH titrasi . [NaOH] = 48 mL . 0,02 M =


0,96 mmol
- Mol HCl sisa = Mol OH titrasi = 0,96 mmol
- Mol HCl bereaksi = mol HCl total – mol HCl sisa = 0,2 mmol –
0,96 mmol = -0,76 mmol
- Mol OH sisa = Mol HCl bereaksi = -0,76 mmol
- Mol OH bereaksi = mol NaOH total - Mol OH sisa = 1 mmol – (-
0,76 mmol) = 1,76 mmol
mol OH bereaksi 1,76 mmol
- x(konsentrsi OH bereaksi) = = = 0,0176 M
v campuran 100 mL
x 0,0176 M
- K4 = ta (a−x) = 2700.0,0172(0,0172−0,0176) mol-1Ls-1 = -0,94 mol-1 Ls-1

Menghitung harga k rata – rata ( untuk HCl 10 mL)


k1+k2+k3+k4
K rata – rata = 4

16,47+0+(−2,81)+(−0,94)
= mol-1 Ls-1
4

= 3,18 mol-1 Ls-1

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
1. Untuk dapat menentukan apakah suatu reaksi orde dua atau bukan
dapat diselidiki seperti pada reaksi tingkat satu yaitu (Sukardjo, 1997):
a. Dengan memasukkan harga a, b, t dan x pada persamaan. Bila
harga-harga k2 tetap maka reaksi orde dua.
b. Secara grafik. Bila reaksi orde dua maka grafik t terhadap log
merupakan garis lurus tangen atau slope.Untuk konsentrasi sama,
grafik harus lurus bila reaksi orde dua.
c. Half life period tidak dapat dipakai untuk menyelidiki tingkat
reaksi, dimana konsentrasi A dan B berbeda, karena A dan B akan
mempunyai waktu berbeda untuk bereaksinya setengah jumlah zat
tersebut.
2. Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa
digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari
reaktan. Karena pengukuran volume memainkan peranan penting
dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisis
volumetrik.
B. Saran
Praktikan harus teliti dan berhati-hati dalam melakukan percobaan,
terutama pada saat titrasi dan untuk standarisasi bisa menggunakan asam
lain seperti asam oksalat, menggunakan variasi suhu dan variasi kedua-
duanya dan untuk reaksi saponifikasinya bisa menggunakan larutan alkali
lain seperti KCl yang adalah bahan untuk pembuatan sabun lunak.

VII. JAWABAN TUGAS


1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi?
Jawaban: Faktor yg mempengaruhi laju reaksi diantaranya
a. Sifat alami suatu reaksi. Beberapa reaksi memang secara alami
lambat atau lebih cepat dibandingkan yang lain. Jumlah spesies yang
ikut bereaksi serta keadaan fisik reaktan, ataupun kekompleksan
jalanya (mekanisme reaksi) dan factor lain sangat menentukan
kecepatan laju reaksi.
j. Konsentrasi reaktan. Karena persamaan laju reaksi didefinisikan
dalam bentuk konsentrsi reaktan maka dengan naiknya konsentrasi
maka naik pula kecepatan reaksinya. Artinya semakin tinggi
konsentrasi maka semakin banyak molekul reaktan yang tersedia
denngan demikian kemungkinan bertumbukan akan semakin banyak
juga sehingga kecepatan reaksi meningkat.
k. Tekanan. Reaksi yang melibatkan gas, kecepatan reaksinya
berbanding lurus dengan kenaikan tekanan dimana factor tekanan ini
ekuivalen dengan konsentrasi gas.
l. Orde reaksi. Orde reaksi menentukan seberapa besar konsentrasi
reaktan berpengaruh pada kecepatan reaksi.
m. Temperatur. Temperature berhubungan dengan energi kinetic yang
dimiliki molekul-molekul reaktan dalam kecenderungannya
bertumbukan. Kenaikan suhu umumnya menyediakan energi yang
cukup bagi molekul reaktan untuk meningkatkan tumbukan antar
molekul. Akan tetapi tidak semua reaksi dipengaruhi oleh
temperature, terdapat reaksi yang independent terhadap temperature
yaitu reaksi akan berjalan melambat saat temperature di naikkan
seperti reaksi yang melibatkan radikal bebas.
n. Pelarut. Banyak reaksi yang terjadi dalam larutan dan melibatkan
pelarut. Sifat pelarut baik terhadap reaktan, hasil intermediate, dan
produknya mempengaruhi laju reaksi. Seperti sifat solvasi pelarut
terhadap ion dalam pelarut dan kekuatan interaksi ion dan pelarut
dalam pembentukan counter ion.
o. Radiasi elektromagnetik dan Intensitas Cahaya. Radiasi
elektromagnetik dan cahaya merupakansalah satu bentuk energi.
Molekul-molekul reaktan dapat menyerap kedua bentuk energi ini
sehingga mereka terpenuhi atau meningkatkan energinya sehingga
meningkatkan terjadinya tumbukan antar molekul
p. Katalis. Adanya katalis dalam suatu sitem reaksi akan meningkatkan
kecepatan reaksi disebabkan katalis menurunkan energi aktifasi.
Dengan penurunan energi aktifasi ini maka energi minimum yang
dibutuhkan untuk terjadinya tumbukkan semakin berkurang
sehingga mempercepat terjadinya reaksi.
q. Pengadukan. Proses pengadukan mempengaruhi kecepatan reaksi
yang melibatkan sistem heterogen. Seperti reaksi yang melibatkan
dua fasa yaitu fasa padatan dan fasa cair seperti melarutkan serbuk
besi dalam larutan HCl, dengan pengadukan maka reaksi akan cepat
berjalan.
Dalam percobaan ini yang paling dominan yaitu pengadukan,
konsentrasi, sifat alami dari reaksi, katalis, suhu dan orde reaksi, dimana
yang paling signifikan adalah konsentrasi katalis dan suhu.

2. Apa yang dimaksud laju reaksi dalam percobaan ini?


Jawaban :
Laju reaksi merupakan penambahan konsentrasi produk atau
pengurangan konsentrasi reaktan per satuan waktu.Laju reaksi hampir
selalu sebanding dengan konsentrasi pereaksi, dan Orde reaksi
merupakan pangkat dari konsentrasi komponen itu dalam hukum laju.
Secara matematis laju reaksi dinyatakan sebagai (Labuza ,1982):
−𝑑𝐴
= k [𝐴]𝑛
𝑑𝑡

dimana:
−𝑑𝐴
= laju perubahan konsentrasi A pada waktu tertentu
𝑑𝑡

K = konstanta laju reaksi


[A] = konsentrasi pereaksi
n = orde reaksi
3. Jelaskan bagaimana reaksi penyabunan etil asetat dan ion hidroksida
Jawaban :
Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin
sapon, = sabun dan –fyadalah akhiran yang berarti membuat). Jadi dapat
disimpulkan bahwa rekasi saponifikasi adalah pembuatan sabun.
Secara keseluruhan reaksi-reaksi yang terjadi pada reaksi
saponifikasi yaitu(Vogel, 1990):
CH3COOC2H5 + 2NaOH CH3COONa + C2H5OH + NaOH ssisa
Etilasetat Na.hidroksida Na. asetat etanol Na. hidroksida
Rx: NaOH sisa + 2HCl NaCl + H2O + HCl sisa

Na. hidroksida As. klorida Na. klorida air As. klorida

HCl sisa + NaOH NaCl + H 2O

As. klorida Na. hidroksida Na. klorida air

4. Apa tujuan titrasi dalam percobaan ini?


Jawaban :
Fungsi titrasi atau Penambahan HCl berfungsi untuk menetralkan
campuran karena campuran bersifat basa akibat kelebihan NaOH (ion
OH-). Penambahan indikator PP untuk mengatahui titik akhir titrasi yaitu
titik dimana mol NaOH sama dengan mol HCl yang ditandai dengan
perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda. Dari hasil
percobaan diketahui bahwa semakin lama pengocokan maka semakin
banyak larutan NaOH yang digunakan.Artinya semakin banyak NaOH
yang bereaksi dengan etil asetat. Perubahan warna yang dihasilkan
menandakan bahwa titik ekuivalen sudah tercapai dimana mol
pentiter(NaOH) sama dengan mol analit(campuran), sehingga warna
tersebut adalah hasil dari reaksi antara NaOH dengan indikator.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Agus, Wibowo. 2010. Laju Reaksi Pencampuran Minyak Jarak Dan Air
Pada Hydrogen Reformer Menggunakan Pemanas Dan
Katalis.Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi
2010.Semarang :Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid
I. Jakarta: Erlangga.

Charles, W. 1992 .Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Gramedia.

Dwi Rahayu, Agustina. 2017. Step Up Kupas Tuntas Pola Soal Kimia
SMA/MA Kelas X, XI & XII. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Keenan,C.W; Kleinfelter,D.C; G,Wood.1990. Kimia Untuk Universitas,
jilid 1, edisi 6. Jakarta: AB: A.H Pudjaatmaka Erlangga.

Labuza TP. 1982. Shelf-life Dating of Foods. Food and Nutrition Press.,
Inc., Westport, Connecticut.
Man CM. 2000. Shelf-life Evaluation of Foods, 2nd ed. Aspen Publisher
Incorporation, London.

Anda mungkin juga menyukai