Anda di halaman 1dari 8

Faktor Iklim yang Mempengaruhi Kenikmatan (Comfort)

1. Suhu udara.
2. Kelembaban udara, dan
3. Radiasi.

Temperatur (Suhu) dan Kelembaban


1. Temperatur
a. Konduksi (hantaran)
Perpindahan panas dengan cara penjalaran di dalam suatu bahan atau antara permukaan dua
bahan yang saling bersentuhan. Misal antara kaki kita tanpa sepatu dan permukaan lantai. Dinding
yang tebal memerlukan waktu lama untuk penjalaran panas, karena itu dinding tebal sering dipakai
di bangunan tropis.
b. Konveksi
Perpindahan panas karena adanya aliran udara. Misal saat angin mengenai permukaan kulit kita,
maka kita akan merasa sejuk karena panas kulit kita terbawa angin
c. Radiasi
Perpindahan panas secara pancaran, misal panas dari alat elektronik, lampu, sinar matahari
d. Perambatan kalor

Cara Mengatasinya

Konduksi Pindahkan materialnya

Konveksi Buat vakum

Radiasi Gunakan permukaan opaque/mudah memantulkan

Evaporasi Pilih material yang kering

2. Kelembaban
a. Pengaruh fisik pada manusia.
b. Pengaruh tinggi langit-langit
c. Pengaruh kelembaban oleh penyerapan daya-daya kapiler
d. Perlindungan dari kelembaban
Hubungan antara kelembaban dan temperatur
Temperatur udara dinyatakan dengan :
- Temperatur bola basah (Wet Bulb Temperatur)temperatur udara yang berisi uap air
- Temperatur bola kering (Dry Bulb Temperatur)temperatur udara tanpa uap air
Kedua temperatur ini dipakai untuk menentukan kondisi saturasi (jenuh) dari uap air serta
temperatur pengembunan udara.
Termometer bola basah adalah termometer yang dilengkapi dengan bahan basah berupa sepon yang
diberi air. Cara menggunakannya dengan memutar termometer tersebut.
Jika di udara kadar uap airnya sudah sama dengan kadar uap air jenuh maka tidak ada lagi uap air
yang bisa menguap dan keringat tidak bisa terlepas dari kulit. Hubungan antara temperatur udara kering,
temperatur udara basah dan kelembaban jenuh disusun dalam suatu diagram (karta) yang disebut dengan
psikometrik. Psikometrik ini digunakan untuk menentukan temperatur pengembunan yaitu temperatur pada
saat kelembaban jenuh (saturasi) 100%.

Radiasi
Atap dan dinding pada bangunan kita adalah bagian yang paling banyak menerima radiasi
matahari secara langsung.
Radiasi tersebut melalui proses refleksi dan transmisi dihantarkan masuk ke dalam ruangan-ruangan.
Beberapa cara antara lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi besarnya pengaruh adanya
radiasi terhadap bangunan kita ialah :
 Pembayangan atap, dan
 Pembayangan dinding.

Pemakaian material pada bangunan dapat dilihat pada elemen-elemen bangunan, yaitu selubung
bangunan (dinding dan atap) serta interior bangunan (lantai dan partisi). Pematahan laju panas di daerah
tropis lembab menurut Santosa (1999) dilakukan dengan prinsip konstruksi yang mempunyai heat
resistance (R) maksimal, conductivity value (C) minimal, dan heat transmitannce (U-value) minimal.
Adapun sifat termal bahan yaitu sebagai berikut:
 Thermal Resistance (R) adalah total tahanan pada setiap lapisan elemen bangunan dan merupakan
jumlah langsung tahanan dari masing-masing lapisan. Satuan m² °C/W.
 Thermal Conductivity (C), adalah rata-rata aliran panas pada setiap permukaan dari ketebalan
elemen bangunan dalam setiap unit perbedaan temperatur. Satuan W/m°C.
 Thermal Transmitance (U-value), adalah transmisi termal dalam setiap permukaan elemen
bangunan persatuan waktu dalam setiap waktu perbedaan temperatur antara di luar dan di dalam
bangunan. SatuanW/m² °C. Thermal Transmitance dinyatakan dengan U=1/Ra
 Ra = Resistansi total dinding
Ra = 1/fo + Rb + 1/fi
fo = konduktansi udara pada permukaan luar dinding
Rb = Resistansi total dinding
fi = konduktansi udara pada permukaan dalam dinding
 Panas yang menembus dinding secara konduksi: Q = A.U.∆T dengan:
A = luas dinding
U = Transmitansi
∆T= selisih suhu udara di dekat permukaan dinding luar dan dinding dalam

Pada elemen dinding secara umum material yang digunakan adalah:


a) Papan kayu: dengan nilai U-value = 2.14 W/m².K, time lag = 0.60 hours, decrement factor = 0.99,
dan admittance = 2.48 W/m².K.
b) Batu bata: dengan nilai U-value = 1.78 W/m².K, time lag = 4.63 hours, decrement factor = 0.64, dan
admittance = 3.19 W/m².K.
c) Kaca: dengan nilai U-value = 5.30 W/m².K, admittance = 5.30 W/m².K,dan solar gain factor = 0.76
Dengan melihat nilai tersebut, maka sifat dari material kaca adalah paling cepat menerima maupun
melepas panas karena tidak adanya time lag, sedangkan material papan kayu cepat menerima dan melepas
panas karena nilai U-value besar dengan waktu penyimpanan yang relatif pendek.

Adapun material batu bata lebih lama menyimpan dan melepas panas karena nilai U-value kecil dengan
waktu penyimpanan yang relatif panjang.

Pada elemen atap material yang digunakan adalah:


a) Genteng tanah liat: dengan nilai U-value = 6.02 W/m².K, time lag = 0.10 hours, decrement factor =
1.00, dan admittance = 5.21 W/m².K.
b) Genteng jenis kodok (fabrikasi): dengan nilai U-value = 2.52 W/m².K, timelag = 0.77 hours.
c) Seng gelombang: dengan nilai U-value = 5.91 W/m².K, time lag = 0.00 hours, decrement factor =
1.00, dan admittance = 5.56 W/m².K.

Sehingga dari nilai yang ada, maka sifat material seng gelombang sangat cepat menerima dan melepas
panas, sedangkan genteng relatif lebih lama dalam menerima dan melepas panas.

Sedangkan pada elemen lantai material yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Tanah: dengan nilai conductivity = 1.210 W/m.k dengan specifik heat = 1.260 J/kg.K.
b) Batu bata: dengan nilai conductivity = 1.300 W/m.k dengan specifik heat = 0.800 J/kg.K.
c) Keramik: dengan nilai conductivity = 2.000 W/m.k dengan specifik heat = 0.900 J/kg.K.

Melihat nilai tersebut, maka material tanah merupakan penyerap panas paling tinggi yang diikuti
oleh material keramik dan kemudian material batu bata.

Konduktivitas pada dinding

Analogi rangkaian listrik


Konveksi pada dinding
Radiasi pada dinding

Radiasi Matahari

Efek rumah kaca


Sinar matahari yang masuk melalui kaca selain membawa cahaya juga membawa gelombang pendek.
Gelombang pendek ini dapat menembus kaca. Kemudian diserap oleh permukaan di dalam ruangan.
Permukaan ruangan melepaskan panas ke ruangan dengan cara meradiasikan gelombang panjang yang
tidak dapat melewati kaca. Sehingga kaca menjadi penahan panas dan ruangan semakin panas.
Efek pemanasan rumah kaca ini sering dipakai pada atmosfer dengan kacanya berupa lapisan CO2 yang
terbawa dan berkumpul di atmosfer
Panas yang menembus kaca:
Q = A. I. θ. W

A = luas jendela, m2
I = Intensitas radiasi matahari, W/m2
θ = solar gain factor dari kaca

Absorbsi
Kemampuan benda untuk menyerap panas yang dipancarkan secara radiasi. Baik dari matahari maupun
dari benda-benda lain yang memancarkan panas secara radiasi (misal atap seng). Absorbsi dinyatakan
dengan koefisien absorbsi α yang nilainya antara 0 dan 1. Sedangkan kemampuan memancarkan radiasi
dinyatakan dengan koefisien emisivitas ε
• Iluminasi yang baik
• Meneruskan warna dengan baik (color
rendering)
• Solar gain yang tinggi (High Solar gain)

• Di beri warna abu-abu, perak, hijau


• Buruk untuk pencahayaan siang hari
(daylight)
• Color rendering
• Tidak adaptif
• Solar gain yang rendah di saat dingin
• Overheat di saat panas
• Di beri lapisan - pemantul infra merah -
tembus cahaya - emisivitas rendah
• Pengontrolan solar gain yang baik
• Adaptif
• Pemilihan warna yang diteruskan (color
rendering)

Sesungguhnya sangat sukar sekali menetukan ukuran-ukuran kenikmatan secara tepat, oleh karena
kombinasi dari pergerakan udara dengan kecepatan 4,57m ~ 7,62m per menit, suhu udara pada 20,4oC
dan kelembaban udara 70%, adalah sama nikmatnya dengan kombinasi dari suhu udara 23,2oC ,
kelembaban udara 20%

Ukuran rasa nikmat ini adalah sangat subyektif. Seseorang pada keadaan dan suasana
(environment) tertentu sudah mencapai rasa nikmat, sedangkan bagi orang lain pada keadaan dan
suasana yang sama juga sama sekali belum merasa betah ataupun nikmat.

Adapun formula kenikmatan adalah sebagai berikut :


S = p + 0,25 (t1+ ts) + 0,1x –0,1 (37,8 –t1) v
Dimana :
S= angka kenikmatan
t1= suhu udara dalam Celcius
ts= suhu pancaran sinar (starlings temperatuur)
x= kelembaban absolute (g/kg)
v= kecepatan angin (m/sek), pengukuran 0,50 m diatas lantai.
p= angka konstan : 10,6 untuk musim panas.

Berdasarkan formula tersebut diatas, maka dibuat tabel kenikmatan seperti di


bawah ini :

S Ukuran Kenikmatan
+3 Terlalu sangat panas
+2 Terlalu panas
+1 Panas nikmat
0 Nikmat
1 Dingin nikmat
2 Teralu dingin
3 Terlalu sangat dingin
SUMBER
Evans, Martin. 1980. Housing, Climate and Comfort. London: The Architectural Press.
Givoni, B. 1998. Climate Considerations in Building and Urban Design. New York: Van Nostrand
Reinhold.
Koenigsberger, OH., Ingersoll, T.G., Mayhew, Alan., Szokolay, SV. 1973. Manual of Tropical
Housing and Building. London: Longman.
Lippsmeier, G. 1980. Tropenbau Building in The Tropics. Munchen: Callwey.
Markus, TA. and Moris, EN. 1980. Building, Climate and Energy. London: Pitman Publishing Ltd.
Szokolay, SV. 1981. Environment Science Handbook. London: Construction Press.
Egan, M.David, 1975, Concepts in Thermal Comfort, Prentice-Hall, Inc.

Anda mungkin juga menyukai