Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SEJARAH INDONESIA
Diajukan untuk memenuhi salahsatu tugas sejarah Indonesia

DISUSUN OLEH:
RIDA MAHMUDAH
 ROBI MUZAKY
 RENDI RISWANDI
 DELVAN HERDIANTO

SMK AS-SYAFI’IYAH

CIKATOMAS-TASIKMALAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas terselesaikannya
makalah, Makalah yang masih perlu dikembangkan lebih jauh ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya. Secara garis besar makalah ini
memuat latar belakang tentang rakayat riau angkat senjata pada masa melawan kolonialisme
belanda. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai
pihak, penulis tidak mungkin menyelesaiakan penyusunan makalah ini, untuk itu ucapan
terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pihak pembaca.
Akhirnya saya sampaikan terima kasih serta mohon maaf yang sebesar-besarnya bila ada
kesalahan kata maupun kalimat, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi siswa – siswi
khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Tasikmalaya, 20 September 2019

Penyusun
Kelompok

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………….......i
DAFTAR ISI…………………………………………………………....ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.A Latar Belakang....................................................................................1
1.B Rumusan Masalah..............................................................................1
1.C Tujuan.................................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN
2.A Rakyat Riau Angkat Senjata................................................................2
2.B.Perang banjar………………………………………………………….2
BAB III : PENUTUP
3.A Kesimpulan.........................................................................................5
3.B Saran...................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.A Latar Belakang


Pada era Kolonialisme belanda di bentuklah suatu kongsi dagang yang
bernama Vereenigde Oos Indische Compagnie (VOC), Suatu kongsi dagang yang
memonopoli dagang dan hasil bumi nusantara, di balik itu rayat indonesia tida terima atas
keserakahan VOC tersebut, sehingga terjadilah perang dimana-mana. Salah satunya adalah
rakyat Riau, mereka tidak terima atas monopoli yang dilakukan belanda, sehingga mereka
melakukan genjatan senjata yang sering disebut “Rakyat Riau Angkat Senjata. Oleh karena
itu untuk membahas lebih lanjut tentang akyat riau angkat senjata maka kami membuat
makalah yang berjudul “Sejarah Rakyat Riau Angkat Senjata”

1.B Rumusan Masalah


a. Apa yang melatarbelakangi rakyat riau angkat senjata.
b. Kerajaan manakah yang melopori gerakan rakyat riau angkat senjata.
c. Bagaimana kornotogis perang tersebut.

1.C Tujuan
a. Untuk mengetahui latar belakang terjadinya peranga rayat Riau dengan VOC.
b. Untuk mengetahui kerjaan pelopor gerakan rakyat Riau angkat. Senjata.
c. Untuk mengetahui kornotoogis perang rakyat Riau.

A). MASYARAKAT RIAU AMGKAT SENJATA


Di samping menguasai Malaka, VOC juga mulai mengincar Kepulauan Riau,dengan politik
memecah belah.Kerajaan-kerajaan kecil seperti Siak, Indragiri, Rokan dan Kampar mulai
terdesak oleh ambisi monopoli dan tindakan sewenang-wenang VOC. Salah satu contoh
perlawanan di Riau yang dilancarkan oleh Kerajaan Siak Sri Indrapura. Raja Siak Sultan
Abdul Jalil Rahmat Syah (1723-1744) memimpin rakyatnya untuk melawan VOC.Sultan
Abdul Jalil mengirimkan pasukan dibawah komando Raja Lela Muda untuk menyerang
Malaka,ia selalu mengikutsertakan putramya yang bernama Raja Indra Pahlawan.
Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah wafat, sebagai gantinya diangkatlah putranya, Muhammad
Abdul Jalil Muzafar Syah (1746-1760),ia menunjuk Raja Indra Pahlawan sebagai pimpinan
perangnya. Sebagai strategi menghadapi serangan Raja Siak, VOC berusaha memutuskan
jalur perdagangan menuju Siak. Kapal-kapal dagang yang akan menuju Siak ditahan oleh
VOC.Oleh karena itu,Kerajaan Siak segera mempersiapkan kekuatan yang besar untuk
menyerang VOC. Pimpinan dipercayakan kembali kepada Raja Indra Pahlawan dan Panglima
Besar Tengku Muhammad Ali.
Serangan ini diperkuat dengan kapal perang “Harimau Buas” yang dilengkapi dengan
lancang serta perlengkapan perang secukupnya.Terjadilah pertempuran sengit di Pulau
Guntung. Sultan Siak bersama para panglima dan penasehatnya mengatur siasat baru. Mereka
sepakat bahwa VOC harus dilawan dengan tipu daya. Sultan diminta berpura-pura berdamai
dengan cara memberikan hadiah kepada Belanda.Siasat ini dikenal dengan “Siasat Hadiah
Sultan”,siasat perang ini tidak lepas dari jasa Raja Indra Pahlawan.Oleh karena itu, atas
jasanya Raja Indra Pahlawan diangkat sebagai Panglima Besar Kesultanan Siak dengan gelar
“Panglima Perang Raja Indra Pahlawan Datuk Lima Puluh”.
Sebab Perlawanan
1. VOC ingin memonopoli kepulauan Riau
2. VOC memecah belah kerajaan Riau menjadi kerajaan kerajaan kecil seperti Siak, Indragiri,
dan Kampar yang lalu merasa terdesak dengan tindakan sewenang wenang VOC

Proses Perlawanan
1. Perlawanan Raja Siak memimpin rakyatnya untuk melawan VOC. setelah merebut Johor,
ia membuat benteng pertahanan di Bintar
2. Dari perthananan di pulau Bintan, Sultan Abdul Jalil memerintahkan Raja lela Muda untuk
menyerang Malaka
3. Tahun 1751 terjadi perang melawan VOC. VOC dengan strategi perangnya memutus jalur
perdagangan menuju Siak. VOC mendirikan benteng pertahanan di sepanjang jalur yang
menghubungkan sungai Indragiri sampai pulau Guntung
4. Terjadi pertempuran sengit di pulau Guntung (1752-1753). Kerajaan Siak kesusahan
menembus benteng pertahanan VOC yang dilengkapi meriam. Kerajaan Siak lalu mundur
5. Raja Siak lalu pura pura menyerah pada VOC. Diadakan perundingan damai di Losi, pulau
Guntung. Pada perundingan ini sultan dipaksa untuk tunduk pada VOC. lalu sultan memberi
kode untuk menyerang VOC di Losi hingga akhirnya VOC berhasil di singkirkan

Dampak Positif dan Negatif


Negatif
1. Memecah belahkan kerajaan riau
2. Warga riau menderta kekalahan terhadap VOC

Positif
1. Munculnya strategi perang baru bagi riau
2. Memicu semangat kemerdekaan bagi warga riau
Tokoh perlawanan rakyat riau
Sultan Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah

1. Tahun 1751 berkobar lagi melawan VOC setelah kematian ayahnya


2. VOC memutus jalur perdagangan menuju Siak
3. VOC mendirikan Benteng Pertahanan sepanjang sungai Indragiri, Kampar, Sampai Pulau
Guntung yang berapa di muara sungai Siak
4. Pertemputan puncak terjadi di pulau Guntung (1752 - 1753) yang diperkuat dengan kapal
perang “Harimau Buas”. Pertempuran berlangsung satu bulan. Banyak korban berjatuhan dari
kedua pihak.
5. Sultan diminta berpura-pura berdamai dengan VOC yang dikenal dengan “siasat hadiah
sultan” yang diadakan di Loji, Pulau Guntung
6. Saat perundingan sultan dipaksa tunduk kepada VOC. Sultan memberi kode kepada anak
buahnya untuk menyergap. Loji dibakar dan sultan kembali ke Siak membawa kemenangan
Siasat perang ini tidak lepas dari jasa Raja Indra Pahlawan. Oleh karena jasanya Raja Indra
Pahlwan diangkat menjadi Panglima Besar Kesultanan Siak dengan gelar “Panglima Perang
Raja Indra Pahlawan Datuk Lima Puluh”

Sultan abdul jalil rahmat syah

1. Berhasil merebut Johor kemudian membuat Benteng Pertahanan di pulau Bintan


2. Mengirim pasukan dibawah komando Raja Lela Muda untuk menyerang Malaka bersama
putranya Raja Indra Pahlawan.
Dalam suasana memanas, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah wafat dan digantikan putranya
yaitu Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah (1746 - 1760) dengan komandan perangnya
adalah Raja Indra Pahlawan

Jalannya perang
Ambisi untuk melaksanakan monopoli perdagangan dan menguasai bermacam-macam daerah
di Nusantara terus dilakukan VOC. Di samping menguasai Malaka, VOC juga mulai
mengincar Kepulauan Riau. Dengan politik memecah belah VOC mulai berhasil
menanamkan pengaruhnya di Riau. Kerajaan kerajaan kecil seperti Siak, Indragiri, Rokan,
dan Kampar semakin terdesak oleh pemaksaan monopoli dan tindakan sewenang-wenang
dari VOC. Oleh sebab itu, beberapa kerajaaan mulai melancarkan perlawanan.

Salah satu contoh perlawanan di Riau adalah perlawanan yang dilancarkan oleh Kerajaan
Siak Sri Indrapura. Raja Siak Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723 – 1744) memimpin
rakyatnya untuk melawan VOC. Setelah berhasil merebut Johor lalu ia membuat benteng
pertahanan di Pulau Bintan. Dari pertahanan di Pulau Bintan ini pasukan Sultan Abdul Jalil
mengirim pasukan di bawah komando Raja Lela Muda untuk menyerang Malaka. Uniknya
dalam pertempuran ini Raja Lela Muda selalu mengikutsertakan puteranya yang bernama
Raja Indra Pahlawan. Itulah sebabnya sejak remaja Raja Indra Pahlawan sudah mempunyai
kepandaian berperang. Sifaf bela negara/ tanah air sudah mulai tertanam pada diri Raja Indra
Pahlawan.

Dalam suasana konfrontasi dengan VOC itu, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah wafat. Sebagai
gantinya diangkatlah puteranya yang bernama Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah (1746 -
1760). Raja ini juga mempunyai naluri seperti ayahandanya yang ingin selalu memerangi
VOC di Malaka dan sebagai komandan perangnya adalah Raja Indra Pahlawan. Tahun 1751
berkobar perang melawan VOC.

Sebagai strategi menghadapi serangan Raja Siak, VOC berusaha memutus jalur perdagangan
menuju Siak. VOC mendirikan benteng pertahanan di sepanjang jalur yang menghubungkan
Sungai Indragiri, Kampar, sampai Pulau Guntung yang berada di muara Sungai Siak. Kapal-
kapal dagang yang akan menuju Siak ditahan oleh VOC. Hal ini adalah pukulan untuk Siak.
Oleh sebab itu segera dipersiapkan kekuatan yang lebih besar untuk menyerang VOC.
Sebagai pucuk pimpinan pasukan dipercayakan kembali kepada Raja Indra dan Panglima
Besar Tengku Muhammad Ali. Dalam serangan ini diperkuat dengan kapal perang “Harimau
Buas” yang dilengkapi dengan lancang serta perlengkapan perang secukupnya. Terjadilah
pertempuran sengit di Pulau Guntung (1752 – 1753). Ternyata benteng VOC di Pulau
Guntung itu berlapis-lapis dan dilengkapi meriam-meriam besar.

Dengan demikian pasukan Siak sulit menembus benteng pertahanan itu. Namun banyak pula
jatuh korban dari VOC, sehingga VOC wajib mendatangkan pertolongan kekuatan termasuk
juga orang-orang Cina. Pertempuran nyaris berlangsung satu bulan. Sementara VOC terus
mendatangkan bantuan. Melihat situasi yang demikian itu kedua panglima perang Siak
menyerukan pasukannya untuk mundur kembali ke Siak. Sultan Siak bersama para panglima
dan penasihat mengatur siasat baru. Disepakati bahwa VOC wajib dilawan dengan tipu daya.
Sultan diminta berpura-pura berdamai dengan cara memberikan hadiah kepada Belanda.
Oleh sebab itu, siasat ini dikenal dengan “siasat hadiah sultan”. VOC setuju dengan ajakan
damai ini. Perundingan damai diadakan di loji di Pulau Guntung. Pada saat perundingan baru
mulai justru Sultan Siak dipaksa untuk tunduk kepada pemerintahah VOC. Sultan segera
memberi kode pada anak buah dan segera menyergap dan membunuh orang-orang Belanda di
loji itu.

Loji segera dibakar dan rombongan Sultan Siak kembali ke Siak dengan membawa
kemenangan, sekalipun belum berhasil mengenyahkan VOC dari Malaka. Siasat perang ini
tidak terlepas dari jasa Raja Indra Pahlawan. Oleh sebab itu, atas jasanya Raja Indra
Pahlawan diangkat sebagai Panglima Besar Kesultanan Siak dengan gelar: “Panglima Perang
Raja Indra Pahlawan Datuk Lima Puluh”.

Perang antara rakayat riau dengan VOC terjadi sangat sengit, Pada saat perang itu VOC
mendatangkan pertolongan dari china dan sekutunya, sehingga pada saat itu rakyat Riau
ditarik mundur untuk merundingkan strategi perang baru, sehingga dalam perundingan itu di
dapatlah suatu ide untuk berpura-pura mengajak VOC berdamai. Sehingga pada saat
perundingan damai dengan VOC itu, kesempatan rakyat riau untuk memukul habis para
pentinggi VOC. Pada akhirnya rakyat Riau memperoleh kemenangan dari VOC.

B)Sejarah Perang Banjar Melawan Belanda


Perang Banjar merupakan perang untuk melawan kolonial Belanda yang dimulai pada tahun
1859 hingga 1906. Perang ini termasuk dalam masa penjajahan Belanda di Indonesia, Nama
lainnya adalah Perang Kalimantan Selatan atau Perang Banjar-Barito karena letaknya
Kesultanan Banjar. Wilayah perang ini meliputi Kalimantan Selatan dan Tengah. Konflik ini
dimulai ketika Belanda memonopoli perdagangan di Kesultanan Banjar, Ternyata Belanda
menginginkan hal lebih yaitu ikut campur di urusan kerajaan yang tentu membuat situasi
kerajaan bertambah kalut. Perang ini berakhir dengan kemenangan Belanda.
Kedatangan Belanda di Tanah Banjar

Pada abad keenam belas, Belanda atas nama East United India Company sudah datang dan
menjalin kontrak di Pulau Kalimantan. Tepatnya pada tahun 1606. Pada tahun 1635, kontrak
pertama perdagangan lada ditandatangani bersama dengan Kesultanan Banjar, Waktu itu,
lada merupakan produk mewah di Eropa dan tentunya menjadi alasan utama Belanda berada
di tempat ini. Beberapa dekade berikutnya sudah muncul peperangan kecil dan bentrokan
senjata karena kontrak lada yang tidak dipenuhi. Yang paling serius adalah insiden
pembunuhan 64 orang Belanda dan 21 orang Jepang di Kota Waring pada tahun 1638.

Pada abad kesembilan belas, Herman Willem Daendels selaku Gubernur Hindia Belanda,
memutuskan untuk meninggalkan Banjarmasin atas pertimbangan tidak ekonomis. Kemudian
Inggris mengambil alih Kalimantan sebagai akibat dari Perang Napoleon pada tahun 1811.
Namun, pada Desember 1816, kewenangan Kalimantan kembali dari Inggris ke Belanda.
Belanda menandatangi kontrak baru dengan Sultan. Pada Januari 1817, bendera Sultan
diganti dengan bendera Belanda. Perlahan, kekuasaan Sultan digantikan oleh Hindia Belanda.
Di tahun-tahun berikutnya, timbul pemberontakan kecil dan ada kontrak tidak adil yang
ditandatangani.

Sejarah Perang Banjar

Sultan Tahmidillah I memiliki tiga orang anak yang bisa menggantikan kedudukannya
sebagai sultan yaitu Pangeran Amir, Pangeran Abdullah dan Pangerah Rahmat. Muncullah
Pangeran Nata yang merupakan saudara Sultan Tahmidillah I. Antagonis ini membunuh
Pangeran Abdullah dan Pangeran Rahmat atas bantuan Belanda. Hanya Pangeran Amir yang
selamat. Belanda lalu mengangat Pangeran Nata menjadi Sultah Tahmidillah II.

Pangeran Amir yang selamat tentu tidak menerima Sultan Tahmidillah II menjadi Sultan
Banjar. Konflik pun meletus selama beberapa tahun. Namun dengan mudahnya Sultan
Tahmidillah II dan Belanda mengalahkan Pangeran Amir. Pangeran Amir ditangkap dan
dibuang ke Ceylon atau Sri Lanka. Tapi kemenangan atas Pangeran Amir ini tidaklah gratis.
Sultan Tahmidillah II harus membayar daerah Kotawaringin, Bulungan, Pasir dan Kutai
kepada Belanda.

Pangeran Antasari adalah putra dari Pangeran Amir yang lahir di tahun 1809. Pangeran
Antasari kecil sudah membenci kehidupan istana yang penuh politik, intrik dan pengaruh
kekuasaan kolonial Belanda. Dia lebih sering hidup di masyarakat biasa, bermain bersama
rakyat biasa, hidup bertani dan berdagang serta mempelajari agama Islam pada para ulama.

Agama Islam sangat berpengaruh ke kehidupan Pangeran Antasari. Tak heran Pangeran
Antasari memiliki akhlak yang baik. Seperti jujur, ikhlas dan pemurah. Tak hanya itu,
Pangeran Antasari juga sangat tabah dalam menghadapi cobaan dan memiliki pandangan
yang cukup luas dan jauh sehingga dia sangat disukai oleh rakyat. Sehingga Pangeran
Antasari menjadi pemimpin yang baik bagi rakyat Kalimantan Selatan.

Kondisi Kesultanan cukup memprihatinkan, tidak stabil dan kacau. Sultan Tahmidillah II
wafat dan diganti oleh Sultan Sulaiman yang hanya dua tahun memerintah. Lalu Sultan Adam
yang melanjutkan pemerintahan. Wilayah Kesultanan Banjar sekarang tinggal sedikit yaitu
Banjarmasin, Hulusungai dan Martapura. Wilayah yang dimiliki sebelumnya sudah diambil
oleh Belanda karena suatu perjanjian.

Perjanjian yang ditandatangani tahun 1826 itu cukup merugikan Kesultanan Banjar. Isinya
yaitu Kesultanan Banjar tidak bisa membuka hubungan diplomasi dengan negara selain
Belanda. Pengecilan wilayah Kesultanan Banjar karena beberapa bagian wilayah menjadi
milik dan diawasi oleh Belanda. Tokoh yang memangku jabatan Mangkubumi pun harus
disetujui oleh pemerintah Belanda. Padang perburuan yang menjadi tradisi dan penuh dengan
menjangan pun harus diserahkan ke Belanda.

Seperti Padang Bajingah, Padang Pacakan, Padang Simupuran, Padang Ujung Karangan dan
Padang Atirak. Penduduk sekitar dilarang berburu di menjangan itu. Pajak penjualan intan
pun didapat oleh Belanda dengan jumlah sepuluh persen dari harga intan dan harga
pembeliannya juga diatur oleh Belanda. Satu-satunya yang terlihat baik adalah Belanda
melindungi Kesultanan Banjar apabila diserang oleh musuh. Baik musuh dari dalam negeri
maupun luar negeri. Kelihatannya Belanda melindungi kedaulatan Kesultanan Banjar. Tapi
justru musuh Kesultanan Banjar adalah Belanda sendiri.

Perjanjian yang tidak seimbang ini tentu dipengaruhi oleh tindakan pendahulu Sultan Adam
yaitu Pangeran Nata. Pangeran Nata yang dibantu oleh Belanda untuk merebut kekuasaan
bagaikan bersekutu dengan setan. Akibatnya, Pangeran Nata harus membalas budi Belanda
dengan perjanjian yang sangat menguntungkan Belanda baik dari jangka pendek maupun
jangka panjang.

Perang Banjar pada 28 April 1859

Setelah Sultan Adam mangkat, Pangeran Tamjidillah diangkat oleh Sultan Banjar. Padahal
rakyat Banjar ingin agar Pangeran Hidayatullah yang menjadi sultan karena dia adalah putra
dari Sultan Adam. Tapi Belanda tetap memaksa agar Pangeran Tamjidillah tetap menjadi
Sultan dan Pangeran Hidayatullah hanya sebagai Mangkubumi. Penindasan dan perlakuan
Belanda yang seenaknya sendiri pada rakyat Kesultanan banjar membuat rakyat marah.

Pemerintah Hindia Belanda mulai waspada akan kemunculan pemberontakan. Penduduk


Banjar mulai melawan Belanda dan membawa semangat Perang Agama. Kelemahan Sultan
Tamjidillah mulai mengakibatkan kekacauan. Kondisi yang semakin panas membuat
Pangeran Antasari tampil menjadi pemimpin rakyat Banjar. Awalnya, Pangeran Antasari
menghimpun kekuatan rakyat yang sudah muak pada Belanda. Tak lupa Pangeran
Hidayatullah juga diajak yang kini menjadi Mangkubumi. Pangeran Hidayatullah pun setuju.

Pada tanggal 28 April 1859 pecahlah Perang Banjar. Pihak Kesultanan Banjar
dipimpin oleh pahlawan nasional yang sangat dikenal yaitu Pangeran Antasari. Pangeran
Antasari dibantu oleh Pangeran Hidayatullah, Demang Lehman, Haji Buyasin, Tumenggung
Antaluddin, Pangeran Amrullah dan lain-lain. Serangan mengarah ke tambang Nassau Oranje
milik belanda dan Benteng Pengaron. Sebagai reaksi, Pemerintah Hindia Belanda melakukan
intervensi dan mengutus Kolonel Augustus Johannes Andersen untuk mengambil alih
komando militer. Dia dibantu oleh Letnan Kolonel G. M. Verspyck.

Setelah berhasil menguasai dua tempat tersebut, muncullah pertempuran di beberapa tempat
lain. Pertempuran Benteng Tabanio di Agustus 1859, Pertempuran Benteng Gunung Lawak
pada September 1859, Pertempuran Munggu Tayur pada Desember 1859, Pertempuran
Amawang pada Maret 1860. Tumenggung Surapati sukses merusakkan kapal Onrust di
Sungai Barito.

Keberpihakan Pangeran Hidayatullah kepada rakyat semakin jelas dan menjadi anti Belanda.
Dia menolak tuntutan oleh Belanda agar menyerah. Hingga akhirnya Belanda menghapus
Kesultanan Banjar di Juni 1860 dan memerintahkan seorang petinggi Belanda untuk
memerintah Kesultanan Banjar.

Perang semakin meluas setelah para kepala daerah dan para ulama juga bergabung dengan
pemberontak. Mereka memperkuat tentara Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah
melawan penjajah. Sayangnya, pasukan pemberontak kalah oleh persenjataan Belanda yang
begitu canggih dan modern. Setelah terus berperang hingga tiga tahun, Pangeran
Hidayatullah menyerah ke Belanda pada tahun 1861 dan dibuang ke daerah Cianjur.

Menyerahnya Pangeran Hidayatullah membuat Pangeran Antasari menjadi satu-satunya


pemimpin pemberontakan dan keturunan Kesultanan Banjar. Untuk memperkuat kedudukan
sebagai pemimpin tertinggi, Pangeran Antasari meneriakkan slogan, “Hidup untuk Allah dan
Mati untuk Allah,” sehingga rakyat, alim ulama dan pejuang mengakui Pangeran Antasari
sebagai Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. Pangeran Antasari tidak bisa menolak
dan dia harus mengemban kedudukan yang dipercayakan rakyat dan kaum ulama
sepenuhnya. Dia begitu tawakkal kepada Allah. Sekarang Pangeran Antasari bertugas sebagai
Kepala Pemerintahan, Komando Tertinggi Perang dan Pemimpin Islam Tertinggi.

Sejarah Perang Banjar semakin mendekati akhir dan kekalahan Kesultanan Banjar sedikit
demi sedikit semakin tampak. Pasukan Belanda dipasok berbagai persediaan dan pasukan
bantuan dari Batavia. Karena terus terdesak, Pangeran Antasari memindahkan markas
komando di Sungai Teweh. Dari sana, Pangeran Antasari dibantu oleh dua putranya seperti
Gusti Muhammad Said dan Gusti Muhammad Seman. Selain itu juga dibantu oleh Kiai
Demang Lehman dan Tumenggung Surapati. Tapi beberapa hari kemudian Pangeran Antasari
wafat lalu dimakamkan di Hulu Teweh.

Meski Pangeran Antasari sudah wafat, pemberontakan pada Belanda masih berlanjut.
Sekarang dipimpin oleh dua putranya. Tapi tetap saja perlawanan melemah karena perbedaan
kekuatan yang signifikan. Di tahun-tahun akhir perang, Belanda berhasil menangkap dan
membunuh beberapa tokoh perjuangan. Contohnya yang tertangkap seperti Tumenggung
Aria Pati dan Kiai Demang Lehman. Sedangkan yang gugur yaitu Tumenggung Macan
Negara, Tumenggung Naro, Panglima Bukhari dan Rasyid. Menantu Pangeran Antasari, yaitu
Pangeran Perbatasari tertangkap di Belanda ketika bertempur di Kalimantan Timur pada
tahun 1866. Dia diasingkan ke Tondano di Sulawesi Utara. Panglima Bakumpai juga
tertangkap dan digantung pada tahun 1905 di Banjarmasin. Gusti Muhammad Seman juga
wafat di Pertempuran Baras Kuning di daerah Barito.

Hasil Akhir dengan Kekalahan Kesultanan Banjar

Sejarah Perang Banjar selesai pada tahun 1906 yang ditandai dengan kekalahan Pangeran
Antasari dan Kesultanan Banjarmasin. Korban di pihak Banjar lebih dari enam ribu jiwa.
Sementara pihak kolonial kehilangan tiga ribu hingga lima ribu orang dan dua kapal uap yang
tenggelam. Pasca perang ini, Belanda semakin menusukkan taring dan kukunya di tanah
Kalimantan.
BAB III
PENUTUP

3.A Kesimpulan
Perang antara rakayat riau dengan VOC terjadi sangat sengit, Pada saat perang tersebut
VOC mendatangkan bantuan dari china dan sekutunya, sehingga pada saat itu rakyat Riau
ditarik mundur untuk merundingkan strategi perang baru, sehingga dalam perundingan
tersebut di dapatlah suatu ide untuk berpura-pura mengajak VOC berdamai. Sehingga pada
saat perundingan damai dengan VOC tersebut, kesempatan rakyat riau untuk memukul habis
para pentinggi VOC. Pada akhirnya rakyat Riau mendapat kemenangan dari VOC.
3.B Saran
Dalam hal pembuatan makalah ini kami masih kekurangan materi, oleh karena itu saran
untuk makalah kami ini agar memperbanyak materi, sehingga isi darimakalah ini dapat
dikembangkan lebih meluas dan rinci.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2013. Sejarah Indonesia : Rayat Riau Angkat Senjata. Jakarta
: KEMENDIKNAS

Anda mungkin juga menyukai