melebihi normal di dalam cavum pleura diantara pleura parietalis dan visceralis
dapat berupa transudat atau cairan eksudat. Pada keadaan normal rongga pleura
keganasan, sirosis hati, trauma tembus atau tumpul pada daerah ada, infark paru,
Efusi pleura merupakan proses penyakit primer yang jarang terjadi, tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Menurut Bruner &
Suddart (2010) dalam Permana (2016), terjadinya efusi pleura disebabkan oleh 2
faktor yaitu :
a. Infeksi
menderita efusi pleura diantaranya adalah memiliki riwayat teknan darah tinggi
debu asbes.3
Ada dua tipe dari efusi pleura, yaitu efusi pleura transudatif dan eksudatif.
dalam dua bagian besar, yaitu kelainan yang disebabkan ole timbunan cairan
didalam rongga pleura dan kelainan yang disebabkan ole penyakit atau kelainan
primernya. Timbunan cairan didalam rongga pleura sudah dapat dipastikan akan
memberikan kompresi patologis pada paru, seingga ekspansi paru akan terganggu
dengan akibat akhir sesak napas (tentunya tanpa bunyi tambahan, karena bronkus
tetap normal). Semakin banyak timbunan cairan, sesak akan semakin terasa,
sebaliknya ik cairan masi sedikit keluan sesak belum begitu nyata aau malahan
tak terasa sama sekali. Pada beberapa penderita, akan timbul batuk-batuk
semakin banyak cairan, paru disisi yang sakit akan semakin tampak tertinggal
pada pernapasan(perlu diperatikan bawa keadaan ini juga dapat disebabkan oleh
timbulnya rasa nyeri). Fremitus akan melemah, bakan pada efusu yang berat
fremitus mungkin sama sekali tidak akan terasa. Bila banyak sekali cairan
dirongga pleura, akan tampak sela-sela iga menonjol atau koneks. Pada perkusi,
6. Penatalaksanaan Medis
intubasi melalui sela iga. Bila cairan pusnya kental, seingga sulit keluar atau bila
dibantu dengan irigasi cairan garam fisiologi atau larutan antiseptic (betadine).
Pengobatan secara siistemik hendaknya segera diberikan, tetai ini tidak berarti
apabila tidak diiringi pengeluaran cairan yang adekuat. Untuk mencega lagi efusi
iseral dan pleura parietal. Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin, bleomisin,
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Toraks
Pada oto rontgen PA akan terlihat jika akumulasi cairan pleura mencapai 300
sinus pleura yang dalam. Jika cairan pleura terus bertambah banyak, cairan
anterior. Jika cairan terus bertambah, cairan akan menuju keatas, yaitu
kostofrenikus tidak akan terliat pada foto rontgen ika cairan pleura mencapai 1
mL. Sehingga pada foto rontgen ditandai dengan opasitas homogen yang
menutupi kostofrenikus.5
b. Tes Rivalta
dilakukan hingga saat ini untuk membedakan efusi pleura transudat (tes
Rivalta negatif) dan eksudat (tes Rivalta positif). Interpretasi dari tes Rivalta
dilakukan dengan menilai ada tidaknya kekeruhan setelah cairan efusi pleura
8. Komplikasi
pleura viseralis dengan pleura parietlais setempat. Scwarte ini tentunya akan
Kemudian, Karen afibrin ini akan mengalami retraksi, akan timbul deormitas dan
9. Asuhan Keperawatan
Daftar Pustaka
1. Dewi, T.D.B.P. 2012. Efusi Pleura Masif: Sebuah Laporan Kasus. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Bali.
4. Dwianggita, P. 2016. Etiologi Efusi Pleura pada Pasien Rawat Inap di Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar, Bali Tahun 2013. Program Studi
Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Bali
6. Danusantoso,. 2020. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Edisi2. EGC. Jakarta
7. Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, W. A., Setiyohadi, B., Syam, F. A., dkk. 2014. Diare
Akut dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Interna
Publishing. Jakarta.