Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Undang – undang nomor 20 Tahun 2003 tentang sistim Pendidikan Nasional pasal
57 menyatakan bahwa evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu
pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitaspenyelenggara pendidikan
kepada pihak – pihak yang berkepentingan .evaluasi dilakukan terhadap peserta
didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk
semua jenjang, satuan, dan jenisn pendidikan,
Ujian Nasional (UN) dan ijian sekolah berstandar Nasional (USBN)
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari system pendidikan nasional. UN
adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dan
persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh Pusat Penilaian
Pendidikan. Sebagain bagian dari evaluasi Indonesia melakukan benchmark
internasional dengan mengikuti trends in International Mathematics and Science
Study (TIMSS) dan programe for International Student Assessment ( PISA ).
Hasil pengukuran capaian siswa berdasar UN ternyata selaras dengan capaian
PISA maupun TIMSS. Hasil UN 2018 menunjukan bahwa siswa – siswa masih
lemah dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi ( Highher Order Thinking Skill )
seperti menakar,menganalisa, dan mengevaluasi. Oleh karena itu siswa harus
dibiasakn dengan soal – soal dan pembelajaran yang berorientasi kepada
keterampilan berpikir tingkat tinggi ( Highher Order Thinking Skill ) agar terdorong
kemampuan berpikir kritisnya.
Salah satu upaya Kementrian Pendidikan dan kebudayaan melalui Direktorat
Jendrel Guru dan Tenaga Kependidikan ( Ditjen GTK ) imtuk meningkatkan kualitas
pembelajaran yang bermuara pada peningkatan kualitas siswa adalah
menyelenggarakan program Prningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP).

PKP, merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi siswa


melalui pembinaan guru dalam merencanakan, melaksanakan, sampai dengan
mengevaluasi pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi
(Higher Order Thinking Skills/HOTS). Program ini merupakan bagian dari program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan yang diamanatkan oleh Undang- Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negera dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
(PKB) adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan keprofesiannya. Pada Program
PKB terdahulu yang dikembangkan oleh Ditjen GTK sebelumnya, yang didasarkan
pada hasil Uji Kompetensi Guru, berfokus pada peningkatan kompetensi guru khususnya
kompetensi pedagogi dan profesional. Sedangkan Program PKP lebih berfokus pada
upaya mencerdaskan siswa melalui pembelajaran berorientasi keterampilan berpikir
tingkat tinggi. Penyelenggaraan program PKP Berbasis Zonasi .
Untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, serta pemerataan mutu pendidikan,
maka pelaksanaan Program PKP mempertimbangkan pendekatan kewilayahan, atau
dikenal dengan istilah zonasi. Melalui langkah ini, pengelolaan Pusat Kegiatan Guru
(PKG) TK, kelompok kerja guru (KKG) SD, atau musyawarah guru mata pelajaran
(MGMP) SMP/SMA/SMK, dan musyawarah guru bimbingan dan konseling
(MGBK), yang selama ini dilakukan melalui Gugus atau Rayon, dapat terintegrasi
melalui zonasi pengembangan dan pemberdayaan guru. Zonasi memperhatikan
keseimbangan dan keragaman mutu pendidikan di lingkungan terdekat, seperti status
akreditasi sekolah, nilai kompetensi guru, capaian nilai rata-rata UN/USBN sekolah,
atau pertimbangan mutu lainnya. Pedoman ini disusun untuk memberikan arah dalam
implementasi Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi.

B. Dasar Hukum

Program PKP Berbasis Zonasi dikembangkan dengan memperhatikan beberapa


peraturan sebagai berikut.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Guru sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun
2008 tentang Guru.
6. Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan
Karakter.
7. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya.
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2007 tentang Standar Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah.
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2007 tentang Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah.
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik Konselor.

2
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
Pendidikan Khusus.
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.
14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran
Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
19. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada Satuan
Pendidikan.
a. urang aktif cenderung bicara sendiri dengan teman

2. Analisis Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka dapat dianalisis yang menjadi


akar dari permasalahan yaitu siswa – siswa masih lemah dalam keterampilan berpikir
tingkat tinggi ( Highher Order Thinking Skill ) seperti menalar,menganalisa, dan
mengevaluasi. Oleh karena itu siswa harus dibiasakn dengan soal – soal dan
pembelajaran yang berorientasi kepada keterampilan berpikir tingkat tinggi ( Highher
Order Thinking Skill ) agar terdorong kemampuan berpikir kritisnya.
Rumusan Masalah

Dari beberapa identifikasi masalah yang telah dipaparkan pada latar belakang,

akhirnya dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana cara meningkatkan ,mendorong atau mengarahkan siswa agara

mereka dapat berpikir kritis

20. Tujuan

Sejalan dengan pengertian di atas, zona peningkatan kompetensi

pembelajaran bertujuan untuk :

a. Mewujudkan pemerataan pendidikan yang berkualitas dan berkeadilan.

3
b. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas peningkatan kompetensi

pembelajaran, di mana kegiatan dilakukan secara terintegrasi dalam satu

area wilayah dengan mempertimbangkan jarak, akses, dan volume guru

yang ikut serta.

c. Memudahkan dalam melakukan pemetaan kompetensi, kinerja, serta

aktivitas guru.

d. Memudahkan dalam melakukan pembinaan terhadap program

peningkatan kompetensi guru sesuai dengan hasil pemetaan yang

dilakukan.

e. Memudahkan dalam melakukan supervisi dan koordinasi peningkatan

kompetensi pembelajaran.

Manfaat

Dari hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Guru

a. Membantu guru memperbaiki pembelajaran

b. Membantu guru dalam mengembangkan profesionalismenya

c. Meningkatkan rasa percaya diri

d. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan

ketrampilan yang dimiliki ke arah yang lebih baik

2. Bagi Siswa

Untuk meningkatkan proses belajar siswa disamping guru melaksanakan

PKP dapat menjadi model bagi siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil

belajarnya.

3. Bagi Sekolah

4
Membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan /

kemajuan pada diri guru dan pendidik di sekolah tersebut.

5
BAB II

PEMBAHASN

A. PKP

1. Pengertian
Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran, selanjutnya akan disingkat
dengan Program PKP, merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan
kompetensi siswa melalui pembinaan guru dalam merencanakan, melaksanakan,
sampai dengan mengevaluasi pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan
berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS). Program ini
merupakan bagian dari program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan yang
diamanatkan oleh Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negera dan Reformasi Birokrasi
Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) adalah pengembangan
kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap,
berkelanjutan untuk meningkatkan keprofesiannya. Pada Program PKB terdahulu
yang dikembangkan oleh Ditjen GTK sebelumnya, yang didasarkan pada hasil Uji
Kompetensi Guru, berfokus pada peningkatan kompetensi guru khususnya
kompetensi pedagogi dan profesional. Sedangkan Program PKP lebih berfokus pada
upaya mencerdaskan siswa melalui pembelajaran berorientasi keterampilan berpikir
tingkat tinggi.
2. Kegiatan
Penyiapan Program PKP yang mempertimbangkan pendekatan kewilayahan,

atau dikenal dengan istilah zonasi, dilaksanakan oleh Ditjen GTK mulai dari

penyusunan Pedoman Program PKP Berbasis Zonasi, Petunjuk Teknis Program PKB

Berbasis Zonasi, Buku Pegangan Pembekalan Narasumber Nasional/Instruktur/Guru

Inti Program PKP Berbasis Zonasi, Unit Pembelajaran, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), soal tes awal dan tes akhir serta instrumen penjaminan mutu.

Pedoman ini memberikan gambaran utuh tentang Program PKP Berbasis Zonasi.

Buku Pegangan Pembekalan Narasumber/Instruktur/Guru Inti memberikan panduan

6
tentang pelaksanaan pelatihan khususnya skenario pelatihannya. Unit Pembelajaran

berisi materi pembelajaran dalam satu Kompetensi Dasar disertai dengan contoh

latihan/kasus/tugas sesuai dengan berbagai model pembelajaran yang dipilih. RPP

yang disusun oleh tim pengembang merupakan contoh RPP berorientasi keterampilan

berpikir tingkat tinggi.

Pelaksanaan Program PKP Berbasis Zonasi dirancang dalam bentuk pelatihan

berjenjang mulai dari Pembekalan Narasumber Nasional, Instruktur Nasional, dan

Guru Inti yang masing-masing memiliki pola 60 Jam Pelajaran (JP), dan Pelatihan

Guru Sasaran dengan pola 82 JP (dengan pola In-On-In).

B. Zona Peningkatan Kompetensi Pembelajaran

1. Pengertian

Zona peningkatan kompetensi pembelajaran pada hakikatnya merupakan bagian dari

strategi percepatan pembangunan pendidikan yang merata, berkualitas, dan

berkeadilan (Integrasi Pembangunan), melalui pengelolaan pusat kegiatan guru

(PKG), kelompok kerja guru (KKG), musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), dan

musyawarah guru bimbingan dan konseling (MGBK), yang selama ini dilakukan

melalui Gugus atau Rayon, khususnya dalam peningkatan kompetensi pembelajaran,

yang terintegrasi secara vertikal dari Satuan Pendidikan, Kabupaten/Kota, Provinsi,

dan Pusat sesuai dengan kewenangan masing-masing, yang berkesinambungan dari

Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar.

7
BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di SDN I Ngadirojo Kecamatan Sooko

Kabupaten Ponorogo, yang terletak sekitar + 4 Km dari jalan raya. Dan

lingkungan sekitar sekolah adalah berupa pemukiman penduduk.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 1 Ngadirojo Kecamatan

Sooko Kabupaten Ponorogo. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Matematika

di kelas V SDN 1 Ngadirojo Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo semester II

tahun ajaran 2009/ 2010

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Matematika di kelas V SDN 1

Ngadirojo Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo dengan jadwal sebagai

berikut :

1. Siklus I tanggal 21 Maret 2010

2. Siklus II tanggal 28 Maret 2010

B. Deskripsi per Siklus

1. Siklus pertama

a. Perencanaan

Pada tahap perecanaan siklus I diawali dengan refleksi dan analisis

awal penulis, dibantu oleh teman sejawat terhadap hasil belajar siswa

sebelum perbaikan, mengidentifikasi masalah, menganalisa masalah

dan mencari alternatif pemecahan masalah.

Berdasarkan hasil tersebut, penuh dibantu teman sejawat

melakukan hal-hal sebagai berikut :

(1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I (terlampir).

8
(2) Menyiapkan alat dan sumber belajar.

(3) Menyiapkan alat pengumpulan data yang akan penulis dan teman

sejawat gunakan untuk memperoleh data atau informasi tentang

proses dan hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran yaitu lembar

evaluasi akhir.

b. Pelaksanaan

Perbaikan pembelajaran dilaksanakan oleh penulis dibantu oleh

teman sejawat sebagai pengamat sesuai dengan rencana perbaikan

pembelajaran yang sudah disusun. Dimulai dari kegiatan awal, inti

pelaksanaan dan kegiatan akhir dilanjutkan dengan evaluasi

pembelajaran.

c. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan oleh penulis dibantu teman sejawat selama

pelaksanaan siklus I data hasil evaluasi dikumpulkan dengan

menggunakan tes akhir.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan oleh penulis dibantu teman sejawat pada setiap

pertemuan / siklus perbaikan pembelajaran. Refleksi difokuskan pada

keberhasilan, kendala dan dapat menggunakan metode dikusi kelompok

terhadap proses dan hasil perbaikan pembelajaran.

2. Siklus kedua

a. Perencanaan

9
Pada tahap perencanaan siklus I diawali dengan refleksi dan

analisis awal penulis, dibantu oleh teman sejawat terhadap hasil belajar

siswa sebelum perbaikan, mengidentifikasi masalah, mengidentifikasi

masalah dan mencari alternatif pemecahan masalah.

Dari hasil tersebut, selanjutnya si penulis dibantu teman sejawat

melakukan hal-hal seperti berikut :

(1) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran (terlampir) yang

difokuskan pada penggunaan diskusi kelompok.

(2) Menyiapkan alat dan sumber belajar.

(3) Menyiapkan alat pengumpulan data yang akan penulis dan teman

sejawat gunakan untuk memperoleh data atau informasi tentang

proses dan hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Alat

pengumpulan data yang direncanakan adalah : (1) lembar

pengamat diskusi kelompok, (2) lember penilaian kerja kelompok

atau LKS, dan (3) lembar evaluasi

b. Pelaksanaan

Perbaikan pembelajaran dilaksanakan oleh penulis dibantu oleh

teman sejawat sebagai pengamat sesuai dengan rencana perbaikan

pembelajaran yang sudah disusun.

Perbaikan pembelajaran siklus II ilaksanakan dengan langkah-

langkah berikut :

(1) Kegiatan awal.

(2) Siswa diminta menyebutkan contoh bilangan –bilangan pecahan

(3) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok.

(4) Setiap kelompok menyajikan hasil diskusinya.

(5) Pemantapan hasil diskusi kelompok / kelas oleh guru.

10
c. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan oleh penulis dibantu teman sejawat selama

pelaksanaan siklus II mencakup : (1) Data proses diskusi kelompok,

dikumpulkan menggunakan lembar pengamatan proses diskusi

kelompok, (2) Data hasil evaluasi dalam proses dikumpulkan dengan

menggunakan lembar penilaian hasil kerja kelompok / LKS, (3)

Tingkat penguasaan siswa terhadap materi dengan menggunakan tes

akhir.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan oleh penulis dibantu teman sejawat untuk

menganalisis dan menginterprestasikan hasil pengamatan baik tentang

aktivitas peneliti maupun aktivitas siswa dalam pembelajaran. Hasil

refleksi ini kemudian untuk dijadikan bahan kajian untuk melaksanakan

perencanaan dan pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada tindakan

selanjutnya.

11
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi per Siklus

1. Hasil Penelitian Siklus I

Dalam proses pembelajaran siklus I pembelajaran kurang maksimal dan

belum mencapai kriteria keberhasilan perbaikan pembelajaran yang

diharapkan. Kekurangan keberhasilan perbaikan tersebut tegambar dari :

(1) Pengamatan diskusi kelas (2) Hasil penilaian akhir.

Dari pengamatan terhadap proses diskusi kelas diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 1

Hasil Pengamatan Proses Diskusi Kelas Siklus I

Aspek yang dinilai


KLP Nama Siswa
Penguasaan
Menjawab
Keaktifan Materi
Pertanyaan
Diskusi
- - -
WILIS
UNTUNG BUDI
-  -
SETIYO AGUNG
1.
- - -
RULI OKTALINA
  
RENI MARLIANA
SAMSURI ARIP
 - -
MUSTOPA
ADHI RAHMAT
-  
PRATAMA
2.
FITRI NUR INDAH
- - 
SARI
KHOIRUL NUR
  
ROHMAD Z.
3.
- - 
LAZIMUL ARIFIN
MARYANTI   

12
NABILA MAULANA
-  -
IZATI
 - 
NIKO DWI ABADI
NUR AHMAD
4. - - -
KHOIRUL M.
ROHMAD ALIF
-  -
SYAHFIAR
Jumlah ( % ) 5 (36%) 7(50%) 7(50%)
Keterangan : kriteria keberhasilan proses diskusi kelompok adalah 75% siswa menunjukkan keaktifan dalam
diskusi, penguasaan materi diskusi dan kemampuan merespon / menanggapi / menjawab
pertanyaan.

Hasil pengamatan diskusi di atas menggambarkan bahwa tingkat

keaktifan siswa, penguasaan materi diskusi dan menjawab pertanyaan dalm

proses diskusi kelas masih jauh dari kriteria yang diharapkan (75%). Dari

ketiga aspek yangdiamati, keaktifan siswa dalam diskusi hanya 36%,

keberanian menjawab pertanyaan dari teman dalam proses diskusi kelas

merupakan aspek tertinggi (30%). Hal ini berkaitan erat dengan

penguasaan siswa terhadap materi juga masih rendah (30%).

Selanjutya dari penilaian terhadap hasil penyelesaian tugas diperoleh


hasil sebagai berikut :
Tabel 2
Hasil Tes Akhir Siklus I

Skor Nilai Per Butir Soal


NO Nama Siswa Jumlah
1 2 3 4 5

1. 15 5 5 15 15 55
WILIS
UNTUNG BUDI
2. 15 15 5 15 10 60
SETIYO AGUNG
3. 10 10 10 15 15 60
RULI OKTALINA
4. 15 10 20 5 15 65
RENI MARLIANA
SAMSURI ARIP
5. 10 15 5 10 10 50
MUSTOPA
ADHI RAHMAT
6. 5 20 15 15 20 75
PRATAMA

13
FITRI NUR INDAH
7. 10 15 15 5 15 60
SARI
KHOIRUL NUR
8. 15 5 10 15 15 60
ROHMAD Z.
9. 5 10 15 20 5 55
LAZIMUL ARIFIN
10. 20 5 15 15 15 70
MARYANTI
NABILA MAULANA
11. 15 15 20 20 5 75
IZATI
12. 5 20 10 15 15 65
NIKO DWI ABADI
NUR AHMAD
13. 15 5 10 10 10 50
KHOIRUL M.
ROHMAD ALIF
14. 5 10 10 15 10 50
SYAHFIAR
JUMLAH 850

RATA-RATA 60,71

SKM : 6,5

Jumlah siswa tuntas :5

Rata-rata kelas : 850/14 = 60,71

Prosentase ketuntasan : 35,71%

Nilai tes akhir pada tabel di atas menggambarkan bahwa hasil siklus I

masih belum mencapai kriteria ketuntasan belajar yang diharapkan. Dari 14

siwa baru 5 siswa atau 35,71% yang mencapai prosentase dan batas

minimal ketuntasan.

Dari hasil analisis dan refleksi penulis dan teman sejawat terhadap

proses dan siklus I, berhasil diidentifikasi sejumlah faktor masih menjadi

penyebab belum tercapainya kriteria ketuntasan yang diharapkan.

Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Tidak ada penjelasan dari guru tentang tugas.

14
b. Guru tidak membimbing siswa ketika diskusi.

c. Guru kurang memberi kesempatan bertanya.

Ketiga faktor yang menjadi kendala dalam meningkatkan ketuntasan

belajar siswa hingga mencapai ketuntasan yang diharapkan, penulis dan

teman sejawat memandang perlu dilakukan perubahan dan perbaikan pada

siklus II yaitu : Memberi penjelasan sebelum diskusi dan membimbing

siswa dalam mengerjakan LKS serta mengadakan tanya jawab untuk

memeriksa pemahaman siswa.

2. Hasil Penelitian Siklus II

Setelah dilakukan perubahan dan perbaikan terhadap kedua aspek yang

sudah penulis kemukakan di atas, proses pembelajaran siklus kedua sudah

mengalami peningkatan dibanding siklus I dan secara keseluruhan sudah

mencapai target minimal ketuntasan belajar yang diharapkan.

Terjadinya peningkatan dan pencapaian target minimal ketuntasan

belajar yang diharapkan tergambar dari : (1) Pengamatan proses diskusi (2)

Hasil penilaian akhir.

Dari pengamatan terhadap proses diskusi kelas pada siklus II diperoleh

hasil sebagai berikut :

Tabel 3

Hasil Pengamatan Proses Diskusi Kelas Siklus II

Aspek yang dinilai


Penguasaan
KLP Nama Siswa Menjawab
Keaktifan Materi
Pertanyaan
Diskusi
1. WILIS  - 

15
UNTUNG BUDI
  -
SETIYO AGUNG
-  -
RULI OKTALINA
  
RENI MARLIANA
SAMSURI ARIP
  
MUSTOPA
ADHI RAHMAT
  
PRATAMA
2.
FITRI NUR INDAH
  
SARI
KHOIRUL NUR
  
ROHMAD Z.
 - 
LAZIMUL ARIFIN
3.   
MARYANTI
NABILA MAULANA
  
IZATI
  
NIKO DWI ABADI
NUR AHMAD
4. -  
KHOIRUL M.
ROHMAD ALIF
-  -
SYAHFIAR
Jumlah ( % ) 12 (86%) 11(79%) 11(79%)
Keterangan : kriteria keberhasilan proses diskusi kelompok adalah 75% siswa menunjukkan keaktifan dalam diskusi
kelas, penguasaan materi diskusi kelompok dan kemampuan merespon / menanggapi / menjawab
pertanyaan.

Hasil pengamatan proses diskusi kelas siklus II di atas menggambarkan

bahwa tingkat keaktifan, penguasaan materi diskusi, dan menjawab

pertanyaan dalam proses diskusi kelas banyak terjadi peningkatan.

Prosentase keaktifan siswa meningkat dari 36% menjadi 86%,

prosentase penguasaan materi dan menjawab pertanyaan / tanggapan dari

teman juga meningkat dari 50% menjadi 79%. Suatu peningkatan

prosentase yang bagi penulis dan teman sejawat yang cukup mengagetkan

tetapi menggembirakan.

16
Sementara dari tes akhir siklus II juga menunjukkan perolehan hasil

yang menggembirakan dan mencapai target yang diharapkan (93% siswa

mencapai nilai minimal 70).

Tabel 4

Hasil Tes Akhir Siklus II

Skor Nilai Per Butir Soal


NO Nama Siswa Jumlah
1 2 3 4 5

1. 20 10 5 15 15 65
WILIS
UNTUNG BUDI
2. 15 15 10 15 15 70
SETIYO AGUNG
3. 10 15 15 15 15 70
RULI OKTALINA
4. 20 15 20 10 20 85
RENI MARLIANA
SAMSURI ARIP
5. 15 20 10 20 15 80
MUSTOPA
ADHI RAHMAT
6. 10 20 15 15 20 80
PRATAMA
FITRI NUR INDAH
7. 15 15 15 15 15 75
SARI
KHOIRUL NUR
8. 20 10 15 20 20 85
ROHMAD Z.
9. 10 15 20 20 15 80
LAZIMUL ARIFIN
10. 20 10 20 15 15 80
MARYANTI
NABILA MAULANA
11. 20 20 20 20 10 90
IZATI
12. 15 20 15 10 15 75
NIKO DWI ABADI
NUR AHMAD
13. 20 10 15 20 15 80
KHOIRUL M.
ROHMAD ALIF
14. 10 15 15 20 10 70
SYAHFIAR
JUMLAH 1085

RATA-RATA 77,5

SKM : 6,5

17
Jumlah siswa tuntas : 14

Rata-rata kelas : 1085/14 = 77,50

Prosentase ketuntasan : 100%

Nilai akhir pada tabel di atas menggambarkan bahwa perbaikan siklus

II memperlihatkan pencapaian hasil yang sangat menggembirakan, bukan

saja karena perolehan nilai siswa secara individual mengalami banyak

peningkatan, juga prosentase ketuntasan siswa pun banyak peningkatannya,

serta kriteria ketuntasan belajar yang diharapkan bisa tercapai. Dari 14

siswa hanya satu siswa (7%) yang mendapat nilai pada batas minimal SKM

dan 13 siswa (93%) mendapat nilai di atas SKM, ini berarti ketuntasan

mencapai 100%.

B. Pembahasan

Hasil akhir siklus I dan siklus II diperoleh nilai sebagai berikut :

Tabel 5

Hasil Nilai Akhir Pada Siklus I dan Siklus II

Nilai
NO Nama Siswa
Siklus I Siklus II

1. 55 65
WILIS
UNTUNG BUDI SETIYO
2. 60 70
AGUNG
3. 60 70
RULI OKTALINA

18
4. 65 85
RENI MARLIANA
5. 50 80
SAMSURI ARIP MUSTOPA
6. 75 80
ADHI RAHMAT PRATAMA
7. 60 75
FITRI NUR INDAH SARI
KHOIRUL NUR ROHMAD
8. 60 85
Z.
9. 55 80
LAZIMUL ARIFIN
10. 70 80
MARYANTI
11. 75 90
NABILA MAULANA IZATI
12. 65 75
NIKO DWI ABADI
13. 50 80
NUR AHMAD KHOIRUL M.
14. 50 70
ROHMAD ALIF SYAHFIAR
Jumlah 850 1085

Nilai rata-rata 60,71 77,50

Adapun grafik nilai rata-rata evaluasi siklus I dan siklus II adalah

sebagai berikut :

Tabel 6

Grafik Nilai Rata-rata Siklus I dan Siklus II

19
Berdasarkan yang disajikan di atas, perbaikan pembelajaran dalam dua

siklus yang penulis laksanakan dibantu teman sejawat, menunjukkan bahwa

penggunaan metode diskusi kelompok mampu meningkatkan proses dan hasil

belajar siswa. Walaupun peningkatan dan pencapaian kriteria ketuntasan untuk

setiap aspek dikaji terjadi secara bertahap dalam dua siklus.

1. Siklus I

Berdasarkan hasil tes akhir katuntasan mencapai 35,71% dan siswa yang

aktif dalam diskusi kelas hanya 36%.

2. Siklus II

20
Berdasarkan hasil ketuntasan mencapai 100% dan siswa yang aktif dalam

diskusi menjadi 86%.

21
BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Dari hasil perbaikan yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :

1. Penggunaan metode diskusi kelompok mampu meningkatkan siswa belajar

lebih mandiri.

2. Penggunaan metode diskusi sangat membantu guru dalam menyampeikan

suatu materi pembelajaran?

B. SARAN

Berdasarkan hasil simpulan di atas, maka ada hal yang perlu dipertimbangkan

yaitu :

1. Guru hendaknya menggunakan alat peraga yang efektif dan efisien dalam

setiap proses belajar mengajar.

2. Guru dalam memanfaatkan metode diskusi yang mudah dipahami siswa

3. Bagi penulis lain yang berminat menggunakan metode ini dapat

dikembangkan lebih lanjut pada mata pelajaran yang lain.

24

22
DAFTAR PUSTAKA

Sutejo. 2009. Cara Mudah Menulis PTK. Pustaka Felicha

S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Universitas Terbuka.

Tim FKIP. 2009. Penetapan Kemampuan Profesional. Jakarta : Universitas

Terbuka.

M. Toho Anggoro. 2007. Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Terbuka

I.G.A.K Wardani. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas

Terbuka.

23

Anda mungkin juga menyukai