Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Dalam percobaan ini mahasiswa akan:
1. Melakukan studi tentang HE Shell dan Tube.
2. Mampu menghitung besarnya pressure drop pada Heat Exchanger Shell and
Tube pada kondisi Counter Current dan Co-Current
3. Mampu mengevaluasi perbandingan antara aliran Counter Current dan Co-
Current.
Heat exchanger atau alat penukar panas merupakan suatu peralatan yang
digunakan untuk memindahkan energi panas dari fluida yang temperaturnya tinggi
dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Perpindahan panas secara langsung
terjadi apabila fluida panas bercampur secara langsung dengan fluida dingin dalam
suatu tempat tertentu, tanpa adanya pemisah. Perpindahan panas secara tidak
langsung terjadi apabila fluida panas tidak berhubungan langsung (indirect contact)
dengan fluida dingin tetapi proses tersebut melalui suatu media perantara, dapat
berupa pipa, pelat atau peralatan lainnya. Mekanisme perpindahan panas dapat
Konduksi merupakan perpindahan panas dari salah satu bagian yang memiliki
suhu lebih tinggi ke suatu bagian yang memiliki suhu lebih rendah melalui media
perantara.
Konveksi merupakan transfer panas yang diterima oleh fluida yang bergerak
perpindahan panas yang terjadi pada suatu fluida yang mengalir. Proses pergerakan
fluida yang disebabkan oleh adanya pompa, blower, fan atau alat lainnya disebut
dengan forced convection. Apabila fluida bergerak secara alami maka proses ini
Radiasi adalah proses dimana panas mengalir dari benda yang bersuhu tinggi
ke benda yang bersuhu rendah bila benda benda itu terpisah di dalam ruang bahkan
bila terdapat ruang hampa di antara benda benda tersebut. Istilah “radiasi” dalam
perpindahan panas hanya perlu diperhatikan berkaitan dengan suhu dan hal yang
dapat mengangkut energi melalui medium yang tembus cahaya atau melalui ruang.
Tubular heat exchanger terdiri dari tube-tube yang salah satu fluida
exchangers, shell and tube heat exchanger, dan spiral tube type heat exchangers.
Plate heat exchangers terdiri dari plat tipis yang membentuk jalur aliran.
Aliran fluida dipisahkan oleh plat yang rata. Plate heat exchangers dapat
plate) untuk menambah area perpindahan panas. Dua jenis extended surface heat
exchangers yang paling sering digunakan adalah plate fin heat exchangers dan
a. Co Current Flow
Jika aliran dari keduaa fluida yang melakukan perpindahan panas mengalir
Shell and Tube Exchanger dapat dibedakan menjadi tiga (3) kelas berdasarkan
industri migas.
1) Huruf pertama menyatakan bentuk head pada bagian ujung depan (front and
3) Huruf ketiga menyatakan jenis head pada bagian belakang (rear and head
type).
(d) Bagian Shell and Tube terdiri dari 2 jenis yaitu : tubes bundle lurus dan tubes
bundle berbentuk U.
Secara umum bagian-bagian shell and tube heat exchanger dapat dilihat pada
Merupakan bagian dari heat exchangers yang merupakan saluran masuk fluida
yang mengalir di dalam tube. Terdapat dua jenis stationery head yang biasa
digunakan yaitu bonnet (untuk fluida bersih) dan channel (untuk fluida kotor)
3.3.2 Shell
Shell merupakan bagian tengah alat penukar kalor dan merupakan rumah untuk
tube bundle. Antara shell dan tube bundle terdapat fluida yang menerima atau
melepaskan panas. Jenis shell yang banyak digunakan adalah jenis satu pass. Shell
dua pass atau lebih digunakan apabila perbedaan temperature pada shell dan tube
Head begian belakang ini terletak pada ujung lain dari heat exchanger. Rear
3.3.4 Tubes
Tubes merupakan pipa-pipa kecil yang dipasang didalam shell yang di dalam
density serta jenis yang berbeda. Tube harus mampu memindahkan panas diantara
fluida di dalam tube dengan di luar tube. Kedua ujung dari tube diikat pada tube
sheet, yang bertujuan untuk mencegah kebocoran fluida yang menyebabkan fluida
kontaminasi.
3.3.5 Baffle
Baffle atau sekat yang dipasang pada heat exchangers berfungsi untuk
menahan tube bundle, menjaga jarak antar tube, menahan vibrasi pada tubes,
membuat aliran turbulen di dalam shell, untuk mengontrol dan mengarahkan aliran
fluida yang mengalir di luar tubes. Dari segi konstruksi baffle diklasifikasikan
b. Rod Baffle
c. Longitudinal Baffle
d. Impingement Baffle
3.3.6 Nozzle
Nozzle merupakan bagian dari heat exchanger yang berfungsi sebagai saluran
masuk fluida ke dalam bagian heat exchangers baik pada bagian shell maupun
bagian tube. Pengaruh penempatan nozzle ini dipengaruhi oleh jumlah lintasan aliran.
Demikian pula, untuk HE Shell & Tube counterflow dengan satu aliranShell
dan satu aliran Tube ditunjukkan pada Gambar 2b, keseimbangan panas dituliskan
sebagai berikut :
Dimana:
mt = laju aliran massa fluida dingin di tube ( kgs-1)
ms = laju aliran massa fluida panas di shetl ( kgs-1)
cpt = panas spesifik cairan dingin di tube ( kJkg -1 o C -1 )
cps = panas spesifik cairan panas di shell ( kJkg - 1 o C -l )
t1,t2 = suhu masuk fluida dingin I meninggalkan tube ( oC )
T1,T2 = suhu masuk fluida panas/meninggakan shell ( oC )
Q = nilai tukar panas antara fluida ( kW )
Dimana :
Ao = area di luar tube ( m2 )
Ai = area didalam tube ( m2 )
∆Tm = perbedaan suhu (oC)
Uo = panas keseluruhan koefisien perpindahan berdasarkan daerah luar tube (KWM-
2o -1
C )
Ui = panas keseluruhan koefisien perpindahan berdasarkan daerah dalam tube
(KWM-2oC-1)
Dan
Dimana:
ho = koefisien luar film cairan ( kWm-2 o C - 1 )
hi = koefisien dalam film cairan ( kWm -2 o C-1 )
hod = koefisien kotoran luar(foulingfactor) ( kWm -2 o C-1)
Dimana ∆T1 dan ∆T2 dapat dilihat dalam gambar 2a dangambar 2b. Untuk penukar
panas yang lebih kompleks, seperti HE 1 : 2 ( Gambar 2c), perkiraan perbedaan suhu
yang benar untuk 3 dituliskan sebagai berikut
Dimana Ft adalah faktor koreksi suhu sebagai fungsi dari dua dimensi rasio suhu R
dan S :
Flow Area
melalui Baffle. Panjang flow area diambil sama dengan jarak Baffle (B).
a) Bagian Shell
Perhitungan flow area pada bagian shell menggunakan rumus berikut: (3:138)
IDs x C′ x B
As = .............................................................................................. (3.6)
144 x Pt
b) Bagian Tube
Perhitungan flow area pada bagian tube menggunakan rumus berikut: (3:150)
Nt x a′ t
At = 144 x n ................................................................................................... (3.7)
a) Bagian Shell
Ws
Gs = ........................................................................................................ (3.8)
As
b) Bagian Tube
Wt
Gt = ......................................................................................................... (3.9)
At
Dimana : Gs, Gt = Kecepatan aliran massa pada bagian shell, tube (lb/hr.ft2)
Bilangan Reynold
Bilangan Reynold untuk masing-masing shell dan tube dapat dihitung dengan
a) Bagian Shell
De x Gs
Res = ............................................................................................... (3.10)
µ
b) Bagian Tube
D x Gt
Ret = ................................................................................................. (3.11)
µ
kalorik (lb/hr.ft)
tergantung jenis fluida yang mengalir, berdasarkan harga Tc, oAPI dan Kuop-
nya. De dicari melalui grafik shell side heat transfer curve for bundles with
25% cut segmental baffles atau lampiran 4 berdasarkan harga Pt, ODt dan tipe
susunan tube.
Bilangan Prandtl
Untuk bagian shell dan tube, perhitungan bilangan Prandtl dapat dihitung dengan
rumus:
a) Bagian Shell
Cp x µs
Pr = .................................................................................................. (3.12)
k
b) Bagian Tube
Cp x µt
Pr = .................................................................................................. (3.13)
k
tube (lb/hr.ft)
(Btu/hr.ft2.oF/ft)
Koefesien perpindahan panas dapat dihitung pada kondisi diluar dan didalam
tube:
ho k
= JH x De x [Pr]1/3 ................................................................................. (3.14)
φs
ho
Dimana : = Koefisien perpindahan panas di luar tube
φs
(Btu/hr.ft2.oF)
Pr = Bilangan Prandtl
JH dapat dicari dari grafik Shell side heat transfer curve for
hi
Dimana : = Koefisien perpindahan panas di tube side (Btu/hr.ft2.oF)
φt
Pr = Bilangan Prandtl
JH dicari pada grafik Tube side heat transfer curve atau lampiran 3
hio
= Koefisien perpindahan panas di dalam/luar tube
φt
(Btu/hr.ft2.oF)
ho
= Koefisien perpindahan panas di shell side
φs
(Btu/hr.ft2.oF)
hio
Nilai φt dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
hio hi ID
= φt x OD ........................................................................... (3.17)
φt
Untuk bagian shell dan tube, ratio viskositas fluida bagian luar dan dalam
a) Bagian Shell
µ 0,14
φs = [µw] .............................................................................................. (3.18)
b) Bagian Tube
µ 0,14
φt = [µw] ............................................................................................. (3.19)
tube (lb/hr.ft)
ho
ho = φs x φs (Btu/hr.ft2.oF) ....................................................................... (3.20)
hi
hi = x φt (Btu/hr.ft2.oF)......................................................................... (3.21)
φt
ID
hio = hi x .............................................................................................. (3.22)
OD
hio x ho
Uc = (Btu/hr.ft2.oF) .................................................................. (3.23)
hio+ho
Q
Ud = A x delta T (Btu/hr.ft2.oF) ....................................................... (3.24)
Apabila suatu alat penukar panas telah lama digunakan maka lama-kelamaan
akan timbul kerak atau endapan, baik di dalam maupun di luar tube. Hal tersebut
Uc − Ud
Rd = (hr.ft2.oF/Btu) ........................................................... (3.25)
Uc x Ud
f x Gs2 x Ds x (N+1)
∆Ps = 5,22 x 1010 x De x S x φs ......................................................................... (3.26)
b) Bagian Tube
f x Gt2 x L x n
∆Pt = 5,22 x 1010 x D x S x φt ........................................................................... (3.27)
4n V2 62,5
∆Pr = x (2g x ) psi .............................................................. (3.28)
S 144
n = Jumlah pass
V = Kecepatan (fps)
c) Pengukuran Aliran
Tersedianya lndikator laju aliran digital dan rokal. Digunakan untuk memilih
laju alir yang beralih pada kontrol panelsehingga dapat menentukan jenis
pengukuran berikut:
FT 1: Laju alir air panas
FT 2: Laju alir air dingin
Laju alir secara digital ditampilkan dalam LPM.
d) Pengukuran Suhu
Gunakan saklar pemilih suhu pada kontrol panel untuk memilih suhu berikut:
Counter-Current Co-Current
TT1: suhu masuk air panas TT1: suhu masuk air panas
TT2: suhu keluar air panas TT2: suhu keluar air panas
TT3: suhu masuk air dingin TT3: suhu keluar air dingin
TT4: suhu keluar air dingin TT4: suhu masuk air dingin
Suhu secara digital ditampilkan dalam o C
e) Pengukuran Tekanan Diferensial
Penggunaan tekanan diferensial untuk memilih kontror panel sehingga
memilih jenis pengukuran berikut :
DPT 1: tekanan diferensial untuk tube (0 - 500 mmH2O)
DPT 2: tekanan diferensial untuk shell (0 - 1000 mmH2O)
Pengukuran tekanan diferensial secara digital ditampilkan dalam %
f) Batas Operasi
Suhu: max.70 oC
3. Dimensi Keseluruhan
Tinggi : 2.00 m
Lebar : 2.00 m
Kedalaman : 1.22 m
4. Ketentuan Umum
Elektrik : 415VAC/50Hz (3 phase) @50Amps
Air Pendingin : Laboratorium air kran, 20 LPM @2 m titik drainase
V. PROSEDUR PERCOBAAN
5.1. Prosedur Umum Menyalakan Alat
1. Lakukan pemeriksaan cepat untuk memastikan bahwa peralatan tersebut dalam
kondisi kerja yang tepat.
2. Pastikan bahwa semua katup pada awalnya ditutup.
3. Mengisi tangki air dingin.
4. Mengisi tangki air panas.
5. Hidupkan Main Power. Beralih pada pemanas untuk tangki air panas. Sesuaikan
set point pada kontroler untuk suhu 55oC.
6. Biarkan suhu air di dalam tangki air panas untuk mencapai set -point.
7. Peralatan sekarang siap untuk dijalankan .
5.2 Neraca Energi Studi untuk Heat Exchanger Shell dan Tube
1. Lakukan prosedur umum start- up seperti pada bagian 4.1 .
2. Mengatur katup untuk proses counter - current seperti pada Tabel 1 .
Tabel 1 : Pengaturan Valve untuk Heat Exchanger Shell& Tube
Keterangan :
FT1 = Laju alir air panas
FT2 = Laju alir air dingin
TT1 = Suhu masuk air panas
TT2 = Suhu keluar air panas
TT3 = Suhu masuk air dingin
TT4 = Suhu keluar air dingin
Keterangan :
FT1 = Laju alir air panas
FT2 = Laju alir air dingin
TT1 = Suhu masuk air panas
TT2 = Suhu keluar air panas
TT3 = Suhu keluar air dingin
TT4 = Suhu masuk air dingin
VII.PERHITUNGAN
Tabel 7.1. Beban Panas dan Kehilangan Panas pada Aliran Counter Current
Debit (LPM) Fluida Panas Fluida Dingin Q lepas Q terima Q loss
No. Temp. Tout,˚ Tin,˚ Tout,˚ BTU/hr BTU/hr BTU/hr
FT1 FT2
Tin,˚C C C C
30 30 57.9 51 35,4 39,7 49229,93 30679,52 18550,41
1 55˚C 25 25 58,4 50,8 35,4 40,2 48159,72 29728,22 18431,50
20 20 58,4 50,1 35,6 40,6 36149,52 22831,27 13318,24
Contoh Perhitungan :
Debit : Hot Fluid = 1800 kg / hr ; Cold Fluid = 1800 kg / hr
Qs = mt. Cpt. ∆T
Qt = ms. Cps. ∆t
b. Aliran Co – Current
Tabel 7.2. Beban Panas dan Kehilangan Panas pada Aliran Co-Current
Debit (LPM) Fluida Panas Fluida Dingin Q lepas Q terima Q loss
No. Temp.
FT 01 FT02 Tin,˚C Tout,˚C Tin,˚C Tout,˚C BTU BTU BTU
30 30 58,8 51.4 35,1 40,2 52797,32 36387,34 16409,98
1 55˚C 25 25 58.1 50,8 34,8 40,3 43403,2 32701,04 10702,16
20 20 58,6 50,5 35,3 41,1 38527,77 27587,79 10939,98
Contoh Perhitungan :
Qs = mt. Cpt. ∆T
Qt = ms. Cps. ∆t
2. LMTD
Counter current
Contoh Perhitungan :
Suhu : 55 ˚C
(𝑇1−𝑡2)−(𝑇2−𝑡1)
LMTD = 𝑇1−𝑡2
ln( )
𝑇2−𝑡1
(136.22−103,46)−(123,8−95,72)
= 136.22−103,46 = 30,36 ˚F
ln( )
123,8−95,72
𝑇1−𝑇2
R= = 1,60
𝑡2−𝑡1
𝑡2−𝑡1
S = 𝑇1−𝑡1 = 0,191
b. Aliran Co – Current
(𝑇1−𝑡1)−(𝑇2−𝑡2)
LMTD = 𝑇1−𝑡1
ln( )
𝑇2−𝑡2
Co-Current
Contoh Perhitungan :
Debit : Hot Fluid = 30 kg / menit ; Cold Fluid = 30 kg / menit
Suhu : 55 ˚C
(𝑇1−𝑡1)−(𝑇2−𝑡2)
LMTD = 𝑇1−𝑡1
ln( )
𝑇2−𝑡2
(137,84−95,18)−(124.52−104,36)
= 137,84−95,18 = 30 ˚F
ln( )
124.52−104,36
𝑇1−𝑇2
R= = 1,45
𝑡2−𝑡1
𝑡2−𝑡1
S= = 0,22
𝑇1−𝑡1
Counter current
Contoh Perhitungan :
Debit : Hot Fluid = 30 kg / menit ; Cold Fluid = 30 kg / menit
Suhu : 55 oC
a. Temperatur kalorik untuk fluida panas
Tc = T2 + Fc(T1 – T2)
Tc = 123,8 + 0,48 (136,22- 123,8) = 129,76 oF
b. Temperatur kalorik untuk fluida dingin
tc = t2 + Fc(t2 – t1)
tc = 103,46 + 0,48 (103,46- 95,72) = 107,18 oF
b. Co-Current Flow
Co-Current
Contoh Perhitungan :
Debit : Hot Fluid = 30 kg / menit ; Cold Fluid = 30 kg / menit
Suhu : 55 oC
(e) Temperatur kalorik untuk fluida panas
Tc = T2 + Fc(T1 – T2)
Tc = 124,52+ 0,3 (137,84-124,52) = 128,516 oF
(f) Temperatur kalorik untuk fluida dingin
tc = t2 + Fc(t2 – t1)
tc = 104,36+ 0,285 (104,36- 95,18) = 107,11 oF
4. Bilangan Reynold
Diketahui :
a’t = 0,0876 in2 (Melihat Lampiran table 10. D Q Kern )
A = Flow area (t = tube ; s = shell)
Debit (LPM) Gt Gs
No. Temp. At (ft2 ) as (ft2 )
FT 1 FT2 (lb / hr. ft2) (lb / hr. ft2)
30 30 0,0225 158732,84 25936,74 0,153
1 55˚C 25 25 0,0225 132277,36 21613,95 0,153
20 20 0,0225 105821,88 17291,16 0,153
Flow Area
Bagian Shell
Bagian Tube
Nt x a′ t 37 x 0,0876
At = = = 0.0225
144 x n 144 x 1
Bagian Shell
Ws 3968,321
Gs = = = 25936,74 lb / hr. ft2
As 0,153
Bagian Tube
Wt 3968,321
Gt = = = 158732,84 lb / hr. ft2
At 0.0225
Dimana : Gs, Gt = Kecepatan aliran massa pada bagian shell, tube (lb/hr.ft2)
Ws, Wt = Aliran massa pada bagian shell, tube (lb/hr)
As, At = Luas penampang aliran bagian shell, tube (ft2)
Nt = Jumlah tube
a’t = Flow area per tube (in2)
n = Jumlah pass pada bagian tube
Tabel 7.5. Bilangan Reynold pada Debit Counter Current
Re
Debit (LPM) µ
Temp.
µt µs
FT1 FT2 Ret Res
(lb/hr.ft) (lb/hr.ft)
30 30 0,2904 0,605 21516,1907 7904,275
Re
Debit (LPM) µ
Temp.
µt µs
FT1 FT2 Ret Res
(lb/hr.ft) (lb/hr.ft)
30 30 0,28556 0,5808 20057,4659 7904,275
kalorik (lb/hr.ft)
hi k
= jH x Di x [Cp x µ/k]1/3
φs
0,381
= 66 x x [0,698688]1/3 = 618,4556 Btu / hr.ft2.F
0,036
b. Koefisien perpindahan panas di luar tube (ho)
ho k
= jH x D x [Cp x µ/k]1/3
φt
0,381
= 46 x 0.036 x [1,631461]1/3 = 108,8987 BTU / hr.ft2.F
Pr = Bilangan Prandtl
hi k
= jH x Di x [Cp x µ/k]1/3
φs
0,381
= 62 x x [0,749501]1/3 = 594,7155 Btu / hr.ft2.F
0,036
b. Koefisien perpindahan panas di luar tube (ho)
ho k
= jH x D x [Cp x µ/k]1/3
φt
0,381
= 46 x 0.036 x [1,631461]1/3 = 108,8987 BTU / hr.ft2.F
Pr = Bilangan Prandtl
ho
φs
tw = tc + hio ho x (Tc – tc)
+
φt φs
108,90
tw = 107,1752 + 486,11+108,90 x (129,76 – 107,1752)
= 111,3087 oF
108,899
tw = 107,114 + 467,446+108,899 x (128,516 – 107,114)
= 111, 1578 oF
Bagian Tube
Bagian Tube
Tabel 7.9 Koefisien Clean Overall (Uc) pada aliran Counter current
Debit (LPM) Uc
No. Temp. ho hi hio
FT 1 FT2
30 30 111,8714 569,60 447,706 89,5059
hi
hi = φt x φt = 618,46 x 0,921 = 569,60 Btu/hr.ft2.oF
ID
hio = hi x OD = 569,60 x 0,786 = 447,706 Btu/hr.ft2.oF
hi
hi = x φt = 594,7155 x 0,933 = 554,7285 Btu/hr.ft2.oF
φt
ID
hio = hi x OD = 569,60 x 0,786 = 447,706 Btu/hr.ft2.oF
Tabel 7.11 Fouling Factor/Dirt Factor (Rd) pada aliran Counter current
Debit (LPM) ∆T Ud Uc Rd
No. Temp. Q
FT 1 FT2
30 30 49229,93 29,601 73,71973 89,50592 0,002392
Uc − Ud 89,50592 −73,71973
Rd = = 89,50592 x 73,71973 = 0,002392 hr.ft2.oF/Btu
Uc x Ud
Debit (LPM) ∆T Ud Uc Rd
No. Temp. Q
FT 1 FT2
30 30 52797,318 29,4 78,218249 89,23136 0,001578
Luas Permukaan Tube Side (A) : a’ = 0,1309 ft2 / lin ft (table 10. D Q kern)
Q 52797,318
Ud = A x ∆𝐓 = = 78,218249 Btu/hr ft2 oF
22,56x 29,601
Uc − Ud 89,23136 −78,218249
Rd = = = 0,002392 hr.ft2.oF/Btu
Uc x Ud 89,23136 x 78,218249
Debit (LPM) fs ft
No. Temp. ∆Ps ∆Pt ∆Pr ∆PT
FT 1 FT2
30 30 0,004681 0,015603 1,32 1,3356032 0,0022 0,00023
b) Bagian Tube
4n V2 62,5 4x1
∆Pr = x (2g x )= x 0,33 = 1,32
S 144 1
Debit (LPM) fs ft
No. Temp. ∆Ps ∆Pt ∆Pr ∆PT
FT 1 FT2
30 30 0,004667 0,015406 1,32 1,33540647 0,0022 0,00023
b) Bagian Tube
4n V2 62,5 4x1
∆Pr = x (2g x )= x 0,33 = 1,32
S 144 1
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum penentuan Rd dan pressure drop di Heat Exchanger 667 ini
menunjukan pengaruh dari tipe laju alir fluida, jenis fluida, suhu awal fluida panas &
dingin serta besar aliran fluida di dalam Heat Exchanger. Pada percobaan ini fluida
dialirkan dengan menggunakan 2 tipe aliran, yaitu aliran counter current dan co-
current. Selain itu, dilakukan perubahan pada besarnya debit aliran fluida yang
mengalir di heat exchanger (bagian shell & tubes) yang selanjutnya diamati suhu
fluida masuk dan keluar di shell dan tube HE.
Percobaan dilakukan dengan menggunakan tipe arah aliran counter current dan
co-current, suhu proses diatur sebesar 55°C. Kemudian, debit aliran (fluida panas
dan dingin) diatur sesuai dengan yang telah ditentukan (20, 25, 30 LPM). Setelah
sistem steady state, maka akan didapatkan temperature inlet dan outlet dari fluida
panas maupun fluida dingin. Data-data yang telah didapatkan tersebut akan
digunakan untuk menghitung panas yang dilepas dan diterima, heat loss dan LMTD.
Dari perhitungan tersebut, terlihat bahwa semakin besar debit aliran maka akan
semakin kecil nilai Heat Loss. Heat loss pada aliran counter current dengan debit 30
LPM adalah 18550,41 BTU/hr dan aliran co current dengan debit 25 LPM sebesar
10702,16 BTU/hr , hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi keseimbangan antara
panas yang dilepas dan diterima. Berdasarkan perhitungan heat loss aliran counter
current dan co current terdapat perbedaan yang disebabkan oleh temperatur awal saat
fluida panas dan dingin masuk HE berbeda. Pada percobaan yang telah kami
lakukan, kalor yang dilepaskan tidak sepenuhnya diterima oleh fluida dingin dan hal
tersebut menandakan bahwa HE yang digunakan tidak bekerja dengan maksimal
ataupun karena jumlah tube yang sedikit (ukuran HE kecil).
Pada perhitungan bilangan reynold, variabel suhu fluida panas yang masuk dan
tipe arah aliran tidak mempengaruhi besarnya bilangan reynold dari fluida panas dan
fluida dingin. Dari hasil yang ditunjukkan pada tabel hasil perhitungan dapat
diketahui bahwa fluida panas dan dingin mengalir secara turbulen.
Koefisien perpindahan panas pada shell dan tube HE bergantung pada suhu
awal aliran fluida panas. Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan nilai koefisien
perpindahan panas pada tube sebesar 298.144 BTU / hr.ft2.F pada saat suhu 50°C ;
305.2427 BTU / hr.ft2.F pada suhu 60°C; 135.9333 BTU / hr.ft2.F pada suhu 70°C.
Sedangkan koefisien perpindahan panas shelle pada saat suhu 50°C adalah sebesar
157087912 BTU / hr.ft2.F; suhu 60°C sebesar 229968459.9 BTU / hr.ft2.F; dan saat
suhu 70°C adalah sebesar 287566658.8 BTU / hr.ft2.F.
Saran :
1. Mempersiapkan materi sebelum melakukan praktikum.
2. Memeriksa kondisi peralatan yang akan digunakan, apakah sudah pada
kondisi yang sesuai atau belum.
3. Fokus dan berhati – hati dalam melakukan percobaan.
X. DAFTAR PUSTAKA
Chopey, N,P. "Handbook of Chemical Engineering Calculations (2nd Edition)",
McGraw-Hill, 1994.
Coulson, J.M. and Richardson, J.F. "Chemical Engineering, Volume 1 (3rd Edition)",
Pergamon Press, 1977.
Coulson, J.M. and Richardson, J.F. .Chemical Engineering, Volume 6 (Revised 3rd
Edition)", Butterworth-Heinemann, 1 gg6.