Eliminasi Patogen
Eliminasi Patogen
Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah
Ananas comosus. Memiliki nama daerah danas (Sunda) dan neneh (Sumatera).
pina. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi
disana sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nanas
ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15,
Hawaii, Afrika Selatan, Kenya, Pantai Gading, Mexico dan Puerte Rico. Di Asia
Indonesia terdapat di daerah Sumatera utara, Jawa Timur, Riau, Sumatera Selatan
dan Jawa Barat. Pada masa mendatang amat memungkinkan propinsi lain
memprioritaskan pengembangan nanas dalam skala yang lebih luas dari tahun-
tahun sebelumnya.
berbagai faktor pembatas tersebut, serangan penyakit layu telah menjadi masalah
serius dalam budi-daya nanas di seluruh dunia. Penyakit layu nanas yang
selanjutnya berubah menjadi merah muda dengan ujung daun menggulung. Pada
serangan parah, seluruh daun menjadi layu, mengering dan akhirnya tanaman
mati, pertumbuhan akar terhenti, akar membusuk dengan warna coklat sampai
hitam.
Terdapat koloni kutu putih pada perakaran, pada tanah di sekitar perakaran
dan pada pangkal batang bahkan juga pada buah. Serangan penyakit menyebabkan
vektor virus PMWaV, kutu putih juga merupakan hama utama pada tanaman
nanas.
ternyata tidak menjamin lahan tersebut terbebas dari sumber inokulum karena
populasi kutu putih dan semut juga kurang berhasil. Simbiosis semut dengan kutu
putih (Rohrbach et at., 1988; Beardsley, 1996) dan tempat hidup (nice) kutu putih
di bagian yang tertutup dari tanaman nanas (di ketiak daun dan pangkal batang di
(maupun yang diinnundasi) tidak dapat bekerja optimal dan tetap menyisakan
populasi kutu putih yang potensial menyebarkan PMWaV. Alternatif cara
pengendalian penyakit layu yang memberi harapan serta perlu dikaji adalah
penggunaan bibit bebas virus. Penggunaan bibit bebas PMWaV akan menekan
menjadi kecil meskipun ada serangga vektor. Penggunaan bibit bebas PMWaV
diharapkan dapat mencegah terjadinya penyakit layu pada fase awal pertumbuhan
tanaman nanas sehingga dapat mengurangi resiko kehilangan hasil akibat penyakit
layu.
perbanyakan nanas merupakan cara baru yang belum umum digunakan. Cara
PMWaV akan dapat digunakan untuk produksi massal bibit nanas bebas virus.
Pada penelitian ini eliminasi PMWaV dilakukan dari jaringan tanaman dengan
perlakuan air panas pada stek. Diharapkan dapat menyediakan metode eliminasi
PMWaV dari jaringan tanaman nanas untuk memproduksi bibit bebas PMWaV
guna menekan kejadian penyakit layu nanas di lapang dan meningkatkan produksi
nanas di Indonesia.
METODEOLOGI
Bahan
gejala penyakit layu (diverifikasi dengan TBIA) dan tanaman sehat sebagai
kontrol negatif dari Kebun Percobaan PKBT Tajur II. Bahan stek yang digunakan
Prosedur Kerja
(daun, batang, dan crown ) dipisahkan dan diberi perlakuan panas dengan
susunan faktorial. Perlakuan panas terdiri atas empat taraf, yaitu perlakuan
air panas 56 °C selama 60 menit pada tanaman sakit; perlakuan air panas
58 °C selama 40 menit pada tanaman sakit; tanpa perlakuan air panas pada
2. Bahan stek daun diperoleh dengan cara pemotongan bagian dasar daun
muda.
bahan stek ditanam pada media semai sekam bakar dengan jarak tanam 5
mengering.
4. Bibit stek yang telah berumur 7 minggu dipindah tanam ke dalam polibag
berisi sekam bakar dan kompos (1:1). Bibit dipelihara sampai 4 minggu,
dan dilakukan pengamatan jumlah daun yang tumbuh dan tinggi tanaman.
5. Daun dipanen untuk deteksi PMWaV dengan TBIA. Data daya tumbuh
program SAS versi 9.0. dan rata-ratanya diuji dengan Duncan’s Multiple
Dari hasil penelitian yang dilakukan tunas stek daun dan stek batang akan
mulai terlihat sejak 2 MSS, namun belum terlihat tunas dari crown (Gambar 2
A,B,C). Pada 4 mss, daun mulai terbuka namun belum terbuka sempurna (Gambar
2 D,E,F). Daun dari tunas stek terbuka sempurna pada 5 mss (Gambar 2 G, H, I).
bentuk tunas pada stek dari tanaman sakit maupun tanaman sehat, baik yang diberi
perlakuan panas maupun tanpa perlakuan panas. Hal ini menun-jukkan bahwa
stek yang tumbuh pada 7 mss dibandingkan dengan jumlah total stek yang
ditanam. Daya tumbuh stek pada 7 mss ditampilkan dalam Tabel 1. Hot water
treatment 56°C selama 60 menit menyebabkan penurunan daya tumbuh stek daun
dan batang, sedangkan hot water treatment 58°C 40 menit tidak mengurangi
viabilitas stek. Dari penelitian ini diketahui bahwa hot water treatment dengan
waktu aplikasi yang lebih panjang meng-hambat daya tumbuh stek, sedangkan hot
water treatment dengan suhu lebih tinggi namun diaplikasikan dalam waktu yang
dan sekam bakar di dalam polibag. Secara umum bibit stek menunjukkan
pertumbuhan dan vigor tanaman yang sangat baik setelah dipindah tanam ke
dalam pot individu dengan media sekam bakar dan kompos. Pertumbuhan tajuk
Bibit dari stek tanaman sehat maupun tanaman sakit terlihat sehat dan
setelah tanam). Namun hasil deteksi PMWaV pada bibit dengan menggunakan
dalam pengujian TBIA menunjukkan reaksi kuat terhadap antigen PMWaV, dan
tidak terdapat reaksi terhadap tanaman sehat pada blot membran. Reaksi
(ditunjuk dengan tanda panah) yang terlihat jelas pada jaringan pembuluh daun
Antigen PMWaV terdeteksi hanya berada pada jaringan pembuluh pada daun
muda, daun berumur sedang, juga pada akar, tetapi tidak pada daun tua.
jumlah stek yang diberi perlakuan. Berdasarkan persentase infeksi PMWaV-1 dan
PMWaV-2 pada stek dari tanaman sakit diketahui bahwa hot water treatment 58 °
Eliminasi patogen dari bahan tanaman dengan hot water treatment dapat
dibandingkan toleransi bahan tanaman. Jika kedua syarat tersebut dapat terpenuhi,
maka akan diperoleh interval suhu perlakuan panas yang dapat mengeliminasi
patogen tanpa mengurangi viabilitas bahan tanaman. Interval suhu yang dapat
disebut ”treatment window” (Forsberg, 2001). Dalam penelitian ini, perlakuan air
banyak jenis virus (Hadidi et al., 1998), bahkan suhu 32 ºC dapat menghambat
tumbuh stek daun dan batang, namun tidak mampu menekan infeksi PMWaV-1
terhambatnya infeksi dan distri-busi PMWaV pada stek yang telah diberi hot
DISUSUN :
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PAPUA
2019