Anda di halaman 1dari 99

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER


DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SAMMARIE BASRA
JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR
PERIODE 7 JULI-26 AGUSTUS 2014

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

FITRI NURMAYANTI, S. Far.


1306502434

ANGKATAN LXXIX

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2015
UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER


DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SAMMARIE BASRA
JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR
PERIODE 7 JULI-26 AGUSTUS 2014

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar apoteker

FITRI NURMAYANTI, S. Far.


1306502434

ANGKATAN LXXIX

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2015
i
ii

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh:


Nama : FITRI NURMAYANTI
NPM : 1306502434
Program Studi : Apoteker- Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di Rumah Sakit
Ibu Dan Anak SamMarie Basra Jl. Basuki Rachmat No. 31
Jakarta Timur Periode 7 Juli - 26 Agustus 2014

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia
DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : T. Nebrisa Z., S.Farm., Apt., MARS ( )

Pembimbing II : Nadia Farhanah Syafhan, S.Farm., M.Si.,Apt. ( )

Penguji I : ( )

Penguji II : ( )

Penguji III : ( )

Ditetapkan di : Depok
Tanggal :

iii

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


KATA PENGANTAR

Tidak lupa penulis panjatkan rasa syukur yang teramat sangat kepada Tuhan Yang
Maha ESA, karena hanya ridho dan ketentuan-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dan menyelesaikan tugas
akhir RSIA SamMarie Basra berupa laporan umum mengenai RSIA SamMarie
Basra dengan lancar dan tanpa ada hambatan apapun.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis melibatkan bantuan berbagai pihak untuk
merampungkan serta memperbaiki laporan ini. Laporan ini ditulis dan disusun
sebagai tugas akhir dalam penyelesaian pendidikan Profesi Apoteker di
Universitas Indonesia dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker (Apt.) di Universitas Indonesia. Penulis sadar akan pentingnya
bimbingan serta saran yang diberikan dari pembimbing dan berbagai pihak selama
melaksanakan PKPA hingga penyelesaian penulisan laporan PKPA ini. Oleh
karena itu, didalam kata pengantar ini penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besrnya kepada:
1. Bapak T. Nebrisa Z., S.Farm., Apt., MARS selaku Pembimbing telah banyak
membantu dan membimbing penulis untuk mengenal Rumah Sakit ini.
2. Ibu Nadia Farhanah Syafhan, S.Farm., M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing
dari Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan selama Praktek
Kerja Profesi Apoteker berlangsung hingga penyusunan laporan akhir.
3. Bapak Drs. Mahdi Jufri, M.Si. Ph. D, selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
4. Bapak Dr. Hayun, M.Si., Apt, selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan dukungan dan motivasi
selama penulis menempuh pendidikan di Farmasi UI.
5. Bapak dan Ibu di rumah yang telah memberikan dukungan moral dan material
yang tidak terhingga kepada penulis.
6. Kakak tercinta, Mas Umar, Mas Nur, khususnya Mas Fris Nugraha yang telah
memberikan semangat selama penulisan berlangsung.

iii

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


7. Ibu Khristiana Ratnawati, S. Farm., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi RSIA
SamMarie Basra, Ibu Widia,S.Si., Apt., Uni Novi, kak Uci , Mas Abi, Kak Evi,
Kak Irma, Kasih, Lusiya serta seluruh karyawan RSIA SamMarie Basra yang
tidak dapat disebutkan satu persatu atas pengarahan, ilmu pengetahuan, dan
dukungan selama pelaksanaan hingga penyusunan laporan Praktek Kerja
Profesi Apoteker.
8. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi UI yang telah banyak memberikan bekal ilmu, berbagi pengalaman,
dan pengetahuan kepada penulis selama masa studi di Fakultas Farmasi.
9. Seluruh teman-teman Apoteker UI angkatan 79 yang telah mendukung dan
bekerja sama selama perkuliahan hingga pelaksanaan Praktek Kerja Profesi
Apoteker.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun dan dapat memacu penulis untuk berkarya
lebih baik dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan dapat memberikan kontribusi
ilmu pengetahuan bagi semua pihak.

Penulis

2015

iv

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


v

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


ABSTRAK

Nama : Fitri Nurmayanti, S.Far


NPM : 1306502434
Program Studi : Apoteker
Judul : Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Ibu
Dan Anak SamMarie Basra Jl. Basuki Rachmat No. 31
Jakarta Timur Periode 7 Juli-26 Agustus 2014
Praktik Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Ibu Dan Anak SamMarie Basra Jl.
Basuki Rachmat No. 31 Jakarta Timur bertujuan untuk memahami tugas dan
fungsi IFRS di Rumah Sakit dan memahami peran apoteker termasuk tugas dan
fungsinya di IFRS RSIA SamMarie Basra. Sedangkan tugas khusus yang
berjudul Penyusunan Standar Prosedur Operasional Perbekalan Farmasi
Kadaluwarsa/Rusak di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ibu dan Anak SamMarie
Basra bertujuan untuk membuat dan mengusulkan pembuatan SPO pengelolaan,
penarikan dan pemusnahan perbekalan farmasi yang kadaluwarsa di RSIA
SamMarie Basra.

Kata kunci : RSIA SamMarie Basra,IFRS, SPO, Kadaluwarsa, Rusak


Tugas umum : xii + 30 halaman; 16 lampiran
Tugas khusus : iv + 21 halaman; 9 lampiran
Daftar Acuan Tugas Umum : 5 (2004-2015)
Daftar Acuan Tugas Khusus : 10 (1999-2014)

vi

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


ABSTRACT

Nama : Fitri Nurmayanti, S.Far


NPM : 1306502434
Program Studi : Apothecary profession
Judul : Pharmacist Internship Program at Rumah Sakit Ibu Dan
Anak SamMarie Basra Jl. Basuki Rachmat No. 31 Jakarta
Timur Periode 7 Juli-26 Agustus 2014
Pharmacist Internship Program at Rumah Sakit Ibu Dan Anak SamMarie Basra Jl.
Basuki Rachmat No. 31 Jakarta Timur aims to understand the duties and functions
of IFRS in the hospital and to understand the role of pharmacists, including the
duties and functions in IFRS RSIA SamMarie Basra. While the specific tasks with
the title Preparation of Standard Operating Procedure of Pharmacy Supplies
Expiration/Damaged in IFRS Ibu dan Anak SamMarie Basra aims to create and
propose making of Standard Operating Procedure about management, withdrawal
and destruction of expired pharmaceutical in RSIA SamMarie Basra.

Key Word: RSIA SamMarie Basra,IFRS, SPO, Expired, Damaged


General Assignment : : xii + 30 pages; 16 appendices
Specific Assignment : iv + 21 pages; 9 appendices
Bibliography of General Assignment : 5 (2004-2015)
Bibliography of Specific Assignment : 10 (1999-2014)

vii

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i


HALAMAN PENYATAAN ORISINALITAS ..................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.............. vi
ABSTRAK .............................................................................................. vii
ABSTRACT............................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xii

1. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................... 2

2. TINJAUAN UMUM ...................................................................... 3


2.1 Definisi Rumah Sakit ............................................................ 3
2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ............................................. 3
2.3 Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit ........................................ 4
2.4 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) .................................. 5
2.4.1 Definisi IFRS ............................................................. 5
2.4.2 Tugas IFRS ................................................................ 5
2.4.3 Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit ....................... 6
2.5 Tim Farmasi dan Terapi (TFT) .............................................. 8
2.6 Pelayanan Farmasi Klinik....................................................... 9
2.6.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep................................ 9
2.6.2 Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat ..................... 10
2.6.3 Pelayanan Informasi Obat (PIO) ................................ 11
2.6.4 Konseling .................................................................... 12
2.6.5 Penyelenggaraan pekerjaan kefarmasian .................... 13

3. TINJAUAN KHUSUS .................................................................. 15


3.1 Profil RSIA SamMarie Basra ................................................ 15
3.1.1 Sejarah Singkat ........................................................... 15
3.1.2 Visi dan Misi............................................................... 16
3.1.3 Logo .......................................................................... 16
3.1.4 Tujuan ......................................................................... 17
3.1.5 Slogan (Motto)............................................................ 17
3.1.6 Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia......... 17
3.1.7 Klasifikasi & Pelayanan RSIA SamMarie Basra........ 18
3.2 Profil Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra ..................... 19

ix Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


3.2.1 Pelayanan IFRS ......................................................... 19
3.2.2 Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia .. 20
3.2.3 Operasional IFRS........................................................ 20
3.3 Instalasi CSS- Linen RSIA SamMarie Basra ......................... 20
3.3.1 Definisi Instalasi Sterilisasi Pusat............................... 20
3.3.2 Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia .. 21
3.3.3 Ruang & Sarana Instalasi Sterilisasi Pusat SamMarie
Basra .......................................................................... 21
3.3.4 Kegiatan Instalasi Sterilisasi Pusat ............................. 21

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 22

5. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 28


5.1 Kesimpulan ............................................................................ 28
5.2 Saran ...................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 30


LAMPIRAN ........................................................................................... 31

x Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Logo RSIA SamMarie Basra............................................... 16

xi Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Struktur Organisasi Sammarie Healthcare Group ............ 31
Lampiran 2. Struktur Organisasi RSIA Sammarie Basra...................... 32
Lampiran 3. Struktur organisasi IFRS RSIA SamMarie Sasra ............. 33
Lampiran 4. Faktur Perbekalan Farmasi Dan Alkes RSIA
Sammarie Basra ............................................................... 34
Lampiran 5. Catatan Medisinal IFRS Sammarie Basra ........................ 35
Lampiran 6. Surat Permintaan Perbekalan Farmasi Dan Alkes Dari

Ruang Rawat Inap ............................................................. 36


Lampiran 7. Laporan Penjualan Obat Di RSIA Sammarie Basra......... 37
Lampiran 8. Alur Pasien RSIA Sammarie Basra .................................. 38
Lampiran 9. Kartu Stok Barang RSIA Sammarie Basra....................... 39
Lampiran 10. Laporan Stock Obat RSIA Sammarie Basra..................... 40
Lampiran 11. Daftar Obat Expired Date Di RSIA Sammarie Basra....... 41
Lampiran 12. SP Perbekalan Farmasi RSIA Sammarie Basra................ 42
Lampiran 13. Resep Dan Salinan Resep RSIA Sammarie Basra............ 43
Lampiran 14. Bukti Serah Terima Perbekalan Farmasi Dari PBF
Ke RSIA Sammarie Basra................................................. 44
Lampiran 15. Kegiatan Penyiapan Alkes R. Rawat Inap/OK/NICU/
PICU/VK Di RSIA Sammarie Basra ................................ 45
Lampiran 16. Etiket, Klip, Plastik Obat Dan Bungkus Puyer
Di RSIA Sammarie Basra ................................................. 46

xii Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berkembangnya ilmu kesehatan di dunia menjadi faktor utama dalam
mengubah persepsi masyarakat tentang kesehatan, masyarakat menjadi lebih
peduli akan kesehatannya dan berupaya secara optimal menjaga kesehatannya.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat, maka pemerintah juga
semakin sadar untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Dewasa ini, kesehatan menjadi hak bagi setiap masyarakat, dan hal ini menuntut
pemerintah serta instansi yang bergerak dalam bidang kesehatan untuk
menciptakan pelayanan paripurna. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44
tahun 2009 mendefinisikan pelayanan kesehatan paripurna adalah sebagai
pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dalam mewujudkan serta mengembangkan pelayanan kesehatan diseluruh lapisan
masyarakat, pemerintah menyediakan Rumah Sakit-Rumah Sakit (RS) baik RS
umum maupun RS khusus. Tidak hanya itu, dewasa ini tidak sedikit pula Rumah
Sakit Swasta yang juga ikut berlomba-lomba memberikan pelayanan kesehatan
secara paripurna. Dalam asuhan kefarmasian dikenal perkembangan orientasi
yang dulu hanya berpegang pada produk sekarang berkembang menjadi orientasi
terhadap pasien, “Product Oriented” menjadi “Patient Oriented”.
“Product Oriented”,yaitu pelayanan kesehatan yg hanya berfokus pada
produk atau obat-obatan yang dijual, tanpa mempertimbangkan faktor-faktor
pasien yang mendapatkan obat tersebut, namun seiring dengan berkembangnya
orientasi tersebut menjadi “Patient Oriented” maka pelayanan kesehatan
dilakukan lebih optimal dengan mempertimbangkan keamanan pelayanan hingga
sampai kepada pasien. Oleh sebab itu farmasi yang ikut serta dalam pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit patut untuk diperhitungkan dalam mewujudkan
pelayanan paripurna yang aman bagi pasien.
Farmasi dalam ruang lingkup pelayanannya di Rumah Sakit memegang
peranan penting pada pekerjaan kefarmasiannya. Biasanya dikenal sebagai

1 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


2

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). IFRS yang dikepalai oleh apoteker dalam
jabatan fungsionalnya mempunyai banyak tugas dan fungsi terhadap pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit tempat IFRS berdiri. Diantaranya adalah, IFRS sebagai
instalasi penting yang mengatur ketersediaan perbekalan farmasi dan alat
kesehatan di rumah sakit, IFRS juga bertanggung jawab dalam mengelola
perbekalan tersebut hingga mutunya terjamin sampai pada saat perbekalan
tersebut sampai ketangan pasien. Bahkan lebih besarnya lagi, IFRS dalam fungsi
kliniknya juga ikut bertanggung jawab memberikan monitoring terhadap
penggunaan obat pasien serta berkewajiban memberikan informasi obat yang baik
dan benar. Dalam beberapa RS biasanya juga telah diterapkan pemberian
konseling seputar kesehatan dan penggunaan obat-obatan kepada pasien yang
menerim pengobatan di RS tersebut.
Dari sekian kompleksnya tugas dan fungsi IFRS, maka perlu dilakukan
pembelajaran secara real bagi farmasis ataupun calon apoteker yang bergerak
dibidang pelayanan kesehatan untuk mempersiapkan kemampuan pelayanan yang
baik nantinya jika terjur ke masyarakat. Oleh sebab itu, Universitas Indonesia
bekerja sama dengan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ibu dan Anak SamMarie
Basra dengan melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
RSIA SamMarie Basra selama periode Juli hingga Agustus 2014.

1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya PKPA di RSIA SamMarie Basra adalah sebagai
berikut:
1. Memahami tugas dan fungsi IFRS di Rumah Sakit.
2. Memahami peran apoteker termasuk tugas dan fungsinya di IFRS RSIA
SamMarie Basra.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


BAB 2
TINJAUAN UMUM

2.1. Definisi Rumah Sakit


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/Menkes/PER/III/2010 dalam bab 1 ketentuan umum pasal 1 ayat, rumah Sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat. Definisi ini juga disebutkan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia (UU RI) Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit. Sedangkan
menurut UU RI No. 44 tahun 2009 pelayanan kesehatan paripurna adalah
pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai
kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti
diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai
fungsi sosial.
2.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif (Kemenkes
RI, 2009).
Rumah Sakit mempunyai fungsi :
a) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit;
b) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
c) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;dan
d) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

3 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


4

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan (Kemenkes RI,


2009).
2.3. Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit
Rumah Sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan
pengelolaannya Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit
dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. Rumah Sakit
Umum sebagaimana dimaksud pada memberikan pelayanan kesehatan pada
semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya(Kemenkes RI,
2010).
Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah
Sakit publik dan Rumah Sakit privat. Rumah Sakit publik dapat dikelola oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah
Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan
berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah Sakit
publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapat dialihkan
menjadi Rumah Sakit privat. Rumah Sakit privat dikelola oleh badan hukum
dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero(Kemenkes
RI, 2010).
Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan
fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan
berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit(Kemenkes RI,
2010).
Klasifikasi Rumah Sakit umum terdiri atas :
a. Rumah Sakit umum kelas A;
b. Rumah Sakit umum kelas B
c. Rumah Sakit umum kelas C;
d. Rumah Sakit umum kelas D(Kemenkes RI, 2010).
Klasifikasi Rumah Sakit khusus terdiri atas :
a) Rumah Sakit khusus kelas A;
Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


5

b) Rumah Sakit khusus kelas B;


c) Rumah Sakit khusus kelas C
Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi diatur dengan Peraturan
Menteri. Rumah Sakit harus mempunyai kemampuan pelayanan sekurang-
kurangnya pelayanan medik umum, gawat darurat, pelayanan keperawatan, rawat
jalan, rawat inap, operasi/bedah, pelayanan medik spesialis dasar, penunjang
medik, farmasi, gizi, sterilisasi, rekam medik, pelayanan administrasi dan
manajemen, penyuluhan kesehatan masyarakat, pemulasaran jenazah, laundry,
dan ambulance, pemeliharaan sarana rumah sakit, serta pengolahan limbah
(Kemenkes RI, 2010).

2.4. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)


2.4.1. Definisi IFRS
Instalasi adalah fasilitas penyelenggara pelayanan medik, pelayanan
penunjang medik, kegiatan penelitian, pengembangan, pendidikan, pelatihan dan
pemeliharaan sarana Rumah Sakit. Farmasi Rumah Sakit adalah seluruh aspek
kefarmasian yang dilakukan Rumah Sakit. Jadi, instalasi farmasi Rumah Sakit
adalah suatu bagian/unit/divisi atau fasilitas di Rumah Sakit, tempat
penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk
keperluan Rumah Sakit itu sendiri (Siregar, 2004).
Pengorganisasian Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus mencakup
penyelenggaraan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, dan bersifat dinamis
dapat direvisi sesuai kebutuhan dengan tetap menjaga mutu (Kemenkes RI, 2014).

2.4.2. Tugas IFRS


Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit meliputi:
a) Menyelenggarakan, mengoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh
kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai
prosedur dan etik profesi;
b) Melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien;
Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


6

c) Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek terapi
dan keamanan serta meminimalkan risiko;
d) Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta memberikan
rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien;
e) Berperan aktif dalam Tim Farmasi dan Terapi;
f) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan Pelayanan
Kefarmasian;
g) Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium Rumah Sakit (Kemenkes RI, 2014).

2.4.3 Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Berikut adalah fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit:
a) Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai.
Berikut adalah Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai.
b) Pelayanan farmasi klinik (Kemenkes RI, 2014).

2.4.3.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai. Berikut adalah Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan Dan
Bahan Medis Habis Pakai
Kegiatan yang berkaitan dengan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai. Berikut adalah Pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai adalah:
a. Memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit;
b. Merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai secara efektif, efisien dan optimal;
c. Mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang
berlaku;

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


7

d. Memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit;
e. Menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku;
f. Menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian;
g. Mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit;
h. Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu;
i. Melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”/dosis sehari;
j. Melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai (apabila sudah memungkinkan);
k. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
l. Melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat digunakan;
m. Mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai;
n. Melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai (Kemenkes RI, 2014).

2.4.3.2 Pelayanan Farmasi Klinik.


Berikut adalah pelayanan klinik yang dilakukan di dalam Rumah Sakit
menurut Kemenkes (2014):
a. Mengkaji dan melaksanakan pelayanan Resep atau permintaan Obat;
b. Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan Obat;
c. Melaksanakan rekonsiliasi Obat;
d. Memberikan informasi dan edukasi penggunaan Obat baik berdasarkan Resep
maupun Obat non Resep kepada pasien/keluarga pasien;
e. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
f. Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain;
Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


8

g. Memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya;


h. Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO)
i. Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
j. Melaksanakan dispensing sediaan steril
k. Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga kesehatan lain,
pasien/keluarga, masyarakat dan institusi di luar Rumah Sakit;
l. Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

2.5. Tim Farmasi dan Terapi (TFT)


Dalam pengorganisasian Rumah Sakit dibentuk Tim Farmasi dan Terapi
(TFT) yang merupakan unit kerja dalam memberikan rekomendasi kepada
pimpinan Rumah Sakit mengenai kebijakan penggunaan Obat di Rumah Sakit
yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di
Rumah Sakit, Apoteker Instalasi Farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila
diperlukan. TFT harus dapat membina hubungan kerja dengan komite lain di
dalam Rumah Sakit yang berhubungan/berkaitan dengan penggunaan Obat
(Kemenkes RI, 2014).
Ketua TFT dapat diketuai oleh seorang dokter atau seorang Apoteker,
apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah Apoteker, namun apabila
diketuai oleh Apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter. TFT harus mengadakan
rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali dan untuk Rumah Sakit besar
rapat diadakan sekali dalam satu bulan. Rapat TFT dapat mengundang pakar dari
dalam maupun dari luar Rumah Sakit yang dapat memberikan masukan bagi
pengelolaan TFT, memiliki pengetahuan khusus, keahlian-keahlian atau pendapat
tertentu yang bermanfaat bagi TFT (Kemenkes RI, 2014).
TFT mempunyai tugas:
a) mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat di Rumah Sakit;
b)melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk dalam formularium
Rumah Sakit;
c) mengembangkan standar terapi;
d)mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan Obat;
e) melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan Obat yang rasional;
Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


9

f) mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki;


g)mengkoordinir penatalaksanaan medication error;
h)menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan Obat di Rumah
Sakit (Kemenkes RI, 2014).

2.6. Pelayanan Farmasi Klinik


Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan
Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life)
terjamin. (Kemenkes RI, 2014).
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi:
a. pengkajian dan pelayanan Resep;
b. penelusuran riwayat penggunaan Obat;
c. rekonsiliasi Obat;
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
e. konseling;
f. visite;
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
j. dispensing sediaan steril; dan
k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) (Kemenkes RI, 2014).

2.6.1. Pengkajian dan Pelayanan Resep


Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,
pengkajian Resep, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai
pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya
pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication error). Kegiatan ini
untuk menganalisa adanya masalah terkait Obat, bila ditemukan masalah terkait
Obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis Resep. Apoteker harus
Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


10

melakukan pengkajian Resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan


farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat
jalan (Kemenkes RI, 2014).
A. Persyaratan administrasi meliputi:
a) nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien;
b) nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter;
c) tanggal Resep; dan
d) ruangan/unit asal Resep.
B. Persyaratan farmasetik meliputi:
a) nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan;
b) dosis dan Jumlah Obat;
c) stabilitas; dan
d) aturan dan cara penggunaan.
C. Persyaratan klinis meliputi:
a) ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat;
b) duplikasi pengobatan;
c) alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
d) kontraindikasi; dan
e) interaksi Obat (Kemenkes RI, 2014)..

2.6.2. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat .


Penelusuran riwayat penggunaan Obat merupakan proses untuk
mendapatkan informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang pernah
dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau
data rekam medik/pencatatan penggunaan Obat pasien (Kemenkes RI,
2014).Tahapan penelusuran riwayat penggunaan Obat:
a) membandingkan riwayat penggunaan Obat dengan data rekam
medik/pencatatan penggunaan Obat untuk mengetahui perbedaan informasi
penggunaan Obat;
b) melakukan verifikasi riwayat penggunaan Obat yang diberikan oleh tenaga
kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan;

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


11

c) mendokumentasikan adanya alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki


(ROTD);
d) mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi Obat;
e) melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan Obat;
f) melakukan penilaian rasionalitas Obat yang diresepkan;
g) melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap obat yang
digunakan;
h) melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan Obat;
i) melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan Obat;
j) memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap Obat dan alat bantu kepatuhan
minum Obat (concordance aids);
k) mendokumentasikan Obat yang digunakan pasien sendiri tanpa sepengetahuan
dokter; dan
l) mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan alternatif yang
mungkin digunakan oleh pasien.

2.6.3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak bias,
terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit
(Kemenkes RI, 2014). PIO bertujuan untuk:
a) menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di
lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah Sakit;
b) menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan
Obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai,
terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi;
c) Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
Kegiatan PIO meliputi:
a) menjawab pertanyaan;
b) menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


12

c) menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan


penyusunan Formularium Rumah Sakit;
d) bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) elakukan
kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap;
e) melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya; dan
f) melakukan penelitian (Kemenkes RI, 2014)..
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO:
a) sumber daya manusia;
b) tempat; dan
c) perlengkapan (Kemenkes RI, 2014)..

2.6.4. Konseling
Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas
kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan
pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan
kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker. Pemberian konseling
Obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi
Obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost-effectiveness yang
pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan Obat bagi pasien (patient
safety) (Kemenkes RI, 2014). Secara khusus konseling Obat ditujukan untuk:
a) meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien;
b) menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien;
c) membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan Obat;
d) membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan Obat dengan
penyakitnya;
e) meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan;
f) mencegah atau meminimalkan masalah terkait Obat;
g) meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal terapi;
h) mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan; dan
Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


13

i) membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan Obat sehingga dapat


mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien
(Kemenkes RI, 2014)..
Kegiatan dalam konseling Obat meliputi:
a) membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien;
b) mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan Obat melalui
Three Prime Questions;
c) menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien
untuk mengeksplorasi masalah penggunaan Obat;
d) memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
pengunaan Obat;
e) melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien; dan
dokumentasi (Kemenkes RI, 2014).
Kriteria pasien yang perlu diperhatikan dalam konseling Obat:
a. pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil dan
menyusui);
b. pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM, epilepsi, dan
lain-lain);
c. pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus (penggunaan
kortiksteroid dengan tappering down/off);
d. pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
phenytoin);
e. pasien yang menggunakan banyak Obat (polifarmasi); dan
f. pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah (Kemenkes RI, 2014).

2.6.5. Penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian


Didalam peraturan pemerintah RI nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian bagian kesatu bab 3 pasal 5 disebutkan bahwa Pelaksanaan Pekerjaan
Kefarmasian meliputi:
a. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi;pekerjaan
kefarmasian dalam pengadaan sediaan farmasi dilakukan pada fasilitas
produksi, fasilitas distribusi atau penyaluran dan fasilitas pelayanan sediaan
Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


14

farmasi. Pengadaan Sediaan Farmasi harus dilakukan oleh tenaga kefarmasian.


Pengadaan Sediaan Farmasi harus dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat
dan khasiat Sediaan Farmasi.
b. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi;
c. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau
d. Penyaluran Sediaan Farmasi; dan
e. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


BAB 3
TINJAUAN KHUSUS

3.1. Profil RSIA SamMarie Basra


3.1.1. Sejarah Singkat
SamMarie Helathcare Group (SMHG) merupakan sebuah instansi
pelayanan kesehatan swasta yang menaungi 4 perusahaan pelayanan kesehatan,
yaitu PT SamMarie Purnafiat, PT SamMarie Tramedifa, PT SamMarie Primafiat,
dan PT SamMarie Pharma . Masing-masing dari ke empat anak perusahaan ini
membawahi setidaknya satu cabang pelayanan kesehatan, seperti PT SamMarie
Purnafiat, yang terbantuk pada tahun 2003 menaungi SamMarie Family
Healthcare, Wijaya yang terbentuk pada tahun 2004. Sedangkan PT SamMarie
Tramedifa, menaungi beberapa sub bagian perusahaan yaitu Tramedifa GTPD
yang terbentuk pada tahun 2007, Tramedifa IT Solutions pada tahun 2011 dan
Rucitral Salon pada tahun 2008 yang berkembang kembali pada tahun 2008- 2011
menjadi Rucitra Salon Tebet dan Rucitra Salon Basra (RSIA SamMarie Basra,
2014)
Tidak hanya sampai disini, perusahaan swasta PT SamMarie Primafiat,
yang terbentuk pada tahun 2009 ini juga membawahi 2 sub bagian anak
perusahaan yaitu RSIA SamMarie Basra pada tahun 2010 dan Klinik Fertilitas&
Bayi Tabung SamMarie pada tahun 2011. Sedangkan anak perusahaan
selanjutnya, PT SamMarie Pharma, menaungi apotek tebet yang terbentuk pada
tahun 2008 (RSIA SamMarie Basra, 2014)
Pertama kali didirikan pada 2004 sebagai Klinik Fertilitas dan Menopause
SamMarie Basra dengan spesifikasi khusus pada bidang kesehatan reproduksi di
bawah naungan SMHG, Struktur Organisasi SMHG dapat dilihat pada Lampiran.
Pendiriannya diprakarsai oleh Prof. Dr. dr. T.Z. Jacoeb, SpOG-KFER beserta
istrinya, dr. Tjut Nurul Alam Jacoeb, SpKK dan iparnya Ir. Yusuf Effendi Pohan,
MPA beserta istrinya Ir. Cut Intan Djuwita, MSc, dengan tujuan membantu
pasangan suami-istri untuk mendapatkan keturunan. Pada tahun 2010, klinik
tersebut dikembangkan menjadi "Rumah Sakit Ibu dan Anak SamMarie Basra",
sehingga SamMarie tidak saja memberikan layanan kesehatan reproduksi,
15 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


16

melainkan juga untuk memelihara kesehatan ibu dan anak. Pelayanan yang
diberikan lebih lengkap dan terpadu dimulai dari persiapan kesehatan untuk
mendapatkan keturunan, kesehatan ibu selama hamil dan saat melahirkan hingga
kesehatan di ibu, bayi dan anak ke depannya. Rumah Sakit SamMarie Basra
terletak di Jl. Basuki Rachmat Pondok Bambu No.31 Jakarta Timur 13430 (RSIA
SamMarie Basra, 2014)

3.1.2. Visi dan Misi


RSIA SamMarie Basra memiliki visi “Meningkatkan kesehatan dan ikut
mengurangi kematian perempuan dan anak melalui layanan terpadu bermutu
internasional dengan unggulan fertilitas dan menoandropause” dengan misi
sebagai berikut:
a) Memenuhi standar mutu internasional dalam layanan kesehatan perempuan
dan anak.
b) Menyediakan tenaga terampil dengan pengetahuan terkini dalam layanan
kesehatan perempuan dan anak.
c) Menjadi pusat pendidikan dan pelatihan bagi dokter spesialis dan perawat
tingkat mahir.
d) Menjadi pusat rujukan bagi pemberi layanan kesehatan lain terutama dalam
hal fertilitas dan menoandropause.
e) Menjadi pusat rujukan bagi pemberi layanan kesehatan untuk
kegawatdaruratan bayi dan anak (RSIA SamMarie Basra, 2014).

3.1.3. Logo

[Sumber: RSIA SamMarie Basra, 2014)


Gambar 3.1. Logo RSIA SamMarie Basra

Berikut adalah makna yang terkandung dalam logo RSIA SamMarie


Basra:
Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


17

a) Lembar bawang = Empat orang Pendiri Utama.


b) Bawang = Pertumbuhan terus menerus dan berkembang dalam kesatuan.
c) Titik bulat di atas = Kepala manusia.
d) Tanda Silang = dapat dilihat sebagai “X” untuk perempuan; dan “Y” untuk
lelaki.
e) Warna Ungu = kesungguhan, keanggunan, contoh keteladanan.
f) Sam = ‘Sami dan Zagloel’
g) Marie = ‘Komariah’
h) Dulunya nama kapal pesiar milik keluarga Zagloel bernama “SamMarie”
ditulis menyatu dan tidak terpisah
f) Huruf khusus = cita rasa keindahan (RSIA SamMarie Basra, 2014).

3.1.4. Tujuan
Pada pelayanan kesehatan, RSIA SamMarie Basra memiliki tujuan sebagai
berikut:
a) Meningkatkan kemampuan tenaga medis dan paramedis serta tenaga
kesehatan lainnya.
g) Mendekatkan pencapaian masyarakat untuk layanan kesehatan perempuan
dan anak terpadu dengan mutu terbaik, efisien, dan professional (RSIA
SamMarie Basra, 2014).

3.1.5. Slogan (Motto)


RSIA SamMarie Basra memiliki slogan, yaitu “Kesehatan dan Kepuasan
Pasien Adalah Kebahagian Rumah Sakit” (RSIA SamMarie Basra, 2014).

3.1.6. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia


RSIA SamMarie Basra dipimpin oleh seorang Direktur yang membawahi
tiga bidang, yaitu Bidang Pelayanan Khusus, Bidang Pelayanan dan Bidang
Umum. Struktur organisasi RSIA SamMarie Basra dapat dilihat pada lampiran
(RSIA SamMarie Basra, 2014).

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


18

3.1.7. Klasifikasi & Pelayanan RSIA SamMarie Basra


RSIA SamMarie Basra merupakan rumah sakit khusus swasta kelas
C.Selain itu, RSIA SamMarie Basra juga merupakan rumah sakit pendidikan yang
bekerja sama dengan berbagai pihak, salah satunya Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (FKUI) sebagai mitra penyelenggara program pendidikan
Spesialis, Fakultas Farmasi UI, Telkom University, SMF IKIFA, Program
Vokasi,Universitas Indonesia, Program S2 Kajian Administrasi Rumah Sakit
FKM UI dan lain sebagainya (RSIA SamMarie Basra, 2014).
Berikut adalah layanan medis yang disediakan di RSIA SamMarie Basra:
1. Dokter umum & dokter gigi 24 jam
2. Dokter spesialis
3. Obstetri-ginekologi
4. Anak
5. Anestesi
6. Bedah urologi
7. Gizi klinik
8. Kesehatan kulit dan kelamin
9. Penyakit dalam
10. Radiologi
11. Konsultan andrologi
12. Dokter gigi spesialis
13. Kesehatan gigi anak
14. Dokter gigi umum
15. Instalasi gawat darurat 24 Jam (RSIA SamMarie Basra, 2014)
Sedangkan layanan penunjang medis yang tersedia di RSIA SamMarie
Basra adalah:
1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit 24 Jam
2. Laboratorium Darah 24 Jam
3. Perawatan Dewasa dan Anak 24 Jam
4. Kamar Bedah 24 Jam
5. Radiologi 24 Jam

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


19

6. Neonatal Intensive Care Unit (NICU)/Pediatric Intensive Care Unit (PICU)


atau di Kamar Operasi (OK).
7. Intensive Care Unit (ICU)
8. Ambulans
9. Apotek
10. Laboratorium Imunoandrologi (RSIA SamMarie Basra, 2014)
Selain 2 kelompok besar pelayanan tersebut, di RSIA SamMarie Basra
juga menyediakan layanan umum sebagai berikut, seperti: atm 24 jam:-, bank
mandiri, bank BNI, atm bersama:-, akupunktur, café, children playgorund, kelas
fertilitas, kelas laktasi, rucitra medical & Beauty salon, sammarie medical & baby
spa, seminar eksklusif untuk Umum, senam hamil dan senam nifas. Dan yang
menjadi layanan unggulan di RSIA SamMarie Basra adalah Fasilitas terpadu
layanan fertilitas dan menoandropause, rekayasa reproduksi, pemilihan jenis
kelamin bayi (separasi spermatozoa X/Y), IVF (Bayi Tabung), Imunisasi Leukosit
Suami (ILS), Ultrasonografi (2D/4D warna), Perawatan kulit komprehensif dan
pengaturan berat badan (RSIA SamMarie Basra, 2014).

3.2. Profil Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra


Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra didirikan pada Januari 2014,
sebelumnya pelayanan kefarmasian di RSIA SamMarie Basra dilakukan oleh
Apotek RSIA SamMarie Basra. Saat ini, operasional IFRS SamMarie Basra masih
dijalankan oleh tenaga kefarmasian yang sama dengan Apotek RSIA SamMarie
Basra (RSIA SamMarie Basra, 2014).

3.2.1. Pelayanan IFRS


Pelayanan IFRS berdasarkan bagian – bagian yang dilayani meliputi:
a) Rawat Inap: Pemakaian alat kesehatan (RI alkes), obat oral pasien rawat inap
dan pemakaian bulanan.
b) OK, VK, NICU, HCU: Pemakaian alat kesehatan dan obat injeksi serta cairan
di unit.
c) Lab Andrologi, IVF, Central Sterile Supply Departement (CSSD): Pemakaian
bulanan (RSIA SamMarie Basra, 2014).

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


20

3.2.2. Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia


Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra adalah satuan kerja fungsional
yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Manajer
Penunjang Medis. Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang Apoteker selaku
Kepala Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra. Saat ini, operasional IFRS
SamMarie Basra masih dijalankan oleh tenaga kefarmasian yang sama dengan
Apotek RSIA SamMarie Basra. Tenaga kerja di Apotek dan Instalasi Farmasi
RSIA SamMarie Basra terdiri dari 2 orang Apoteker, 5 orang Asisten Apoteker,
dan 1 orang pekarya. Struktur organisasi Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra
secara lengkap dapat dilihat pada lampiran (RSIA SamMarie Basra, 2014).

3.2.3. Operasional IFRS


IFRS diharapkan berjalan 24 jam tetapi saat ini operasional IFRS RSIA
SamMarie Basra oleh tenaga kerja khusus IFRS dilakukan pada 2 shift (07. 00 –
21.00). Di atas jam tersebut pelayanan rawat inap yang diberikan hanya alkes,
cairan dan injeksi, dan pelayanan dilakukan oleh AA Apotek, resep dari rawat
inap diserahkan ke IFRS keesokan harinya (RSIA SamMarie Basra, 2014).

3.3. Instalasi CSS – Linen RSIA SamMarie Basra


Kondisi steril melalui sterilisasi merupakan prinsip dasar untuk mencegah
terjadinya infeksi nosokomial. Sterilisasi menjadi langkah awal untuk
terlaksananya patient safety melalui pemutusan mata rantai penyebaran
mikroorganisme. Pelaksanaan sterilisasi membutuhkan perangkat dan sistem yang
utuh dalam pelaksanaannya dengan petugas khusus dengan keterampilan khusus
sebagai first step to quality. Oleh karena itu, Instalasi Sterilisasi menjadi unit yang
sangat dibutuhkan di rumah sakit untuk memenuhi ketersediaan atas barang-
barang steril untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Alat kesehatan steril
menjadi produk akhir sterilisasi di ISP (RSIA SamMarie Basra, 2014).

3.3.1. Definisi Instalasi Sterilisasi Pusat


ISP/CSSD disebut sebagai Instalasi Sterilisasi Pusat/Central Sterile Supply
Department merupakan unit kerja yang bertugas menyediakan barang-barang dan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


21

peralatan steril yang dibutuhkan oleh departemen/instalasi/unit kerja lainnya di


RSIA SamMarie Basra (RSIA SamMarie Basra, 2014).

3.3.2. Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia


CSSD RSIA SamMarie Basra dikelola oleh Kepala CSSD yang
bertanggung jawab langsung kepada Manajer Penunjang Medis (RSIA SamMarie
Basra, 2014).

3.3.3. Ruang & Sarana Instalasi Sterilisasi Pusat SamMarie Basra


Ruang CSSD RSIA SamMarie Basra berada di Lantai 2 Gedung RSIA
SamMarie Basra, bersama dengan ruang operasi (OK) dan VK. Keseluruhan
lantai dilapisi dengan lapisan Epoksi. Alat yang digunakan untuk membantu
sterilisasi yaitu gas sterilisator dan autoclave sterilisator (RSIA SamMarie Basra,
2014).

3.3.4. Kegiatan Instalasi Sterilisasi Pusat


a) Alur Perpindahan Barang Satu Arah
CSSD RSIA SamMarie Basra memiliki alur dalam perpindahan barang. Barang
non steril diterima serta dipilih dan disortir. Barang direndam, dibersihkan,
dibilas, dan dikeringkan, kemudian barang dikemas bersama dengan indikator
dalam. Barang yang dikemas lalu diberi label, disusun dan akhirnya melalui
proses sterilisasi. Setelah proses sterilisasi, barang akan masuk disimpan (RSIA
SamMarie Basra, 2014).
b) Proses Sterilisasi Barang Medis Ulang Pakai
Proses sterilisasi barang medis ulang pakai CSSD RSIA SamMarie Basra harus
melalui proses dekontaminasi terlebih dahulu. Barang yang didekontaminasi
dikeringkan dan dilakukan kontrol spesifikasi, lalu memasuki tahap
pengemasan, labeling dan penyusunan. Setelah penyusunan barang disterilisasi
dengan suhu tinggi atau suhu rendah. Barang diuji secara visual dan
ditempatkan di bagian penyimpanan barang steril untuk didistribusikan (RSIA
SamMarie Basra, 2014).

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Terbentuknya Rumah Sakit SamMarie Basra berawal dari pendirian


sebuah Klinik yang bertempat di Wijaya dan dinamakan “Klinik SamMarie
Wijaya” pada tahun 1998. Selanjutnya pada tahun 2004 didirikan Klinik
SamMarie yang berlokasi di Basuki Rahmat, dan berkembang menjadi rumah
sakit ibu dan anak pada tahun 2010 hingga kini. RSIA SamMarie Basra memiliki
fokus utama pada kesehatan Ibu dan Anak serta memiliki layanan unggulan
seperti Layanan fertilitas, khususnya bayi tabung (fertilisasi in vitro). RSIA
SamMarie memiliki kapasitas 24 tempat tidur untuk rawat inap (16 tempat tidur
untuk dewasa dan 8 tempat tidur bayi), 3 tempat tidur untuk instalasi gawat
darurat, 4 tempat tidur untuk perawatan intensive, 1 kamar bersalin, 1 kamar
bedah, rawat jalan dengan 7 poliklinik, laboratorium, Klinik Fertilitas dan Bayi
Tabung (KFBT) dan layanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit 24 jam.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan suatu departemen atau
unit atau bagian di rumah sakit yang berada di bawah pimpinan seorang apoteker
atau merupakan suatu fasilitas penyelenggara yang bertanggung jawab atas
seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan
rumah sakit. Melihat pentingnya fungsi dari suatu IFRS, maka Rumah Sakit Ibu
dan Anak (RSIA) SamMarie Basra mendirikan IFRS SamMarie Basra yang
diresmikan pada bulan Januari tahun 2014. Oleh karena IFRS baru didirikan,
maka fungsinya pun belum sepenuhnya sempurna. IFRS SamMarie bertanggung
jawab atas pelayanan kefarmasian instalasi lainnya seperti rawat inap, OK & VK,
NICU, PICU, dan HCU.
Instalasi Farmasi RSIA SamMarie merupakan salah satu instalasi di dalam
RSIA SamMarie yang berada di bawah tanggung jawab Wakil Direktur Pelayanan
bagian Penunjang Medis, di mana dipimpin oleh seorang dokter. IFRS ini
bertugas untuk melaksanakan seluruh pekerjaan kefarmasian di rumah sakit yang
berorientasi kepada kepentingan pasien dengan melaksanankan kegiatan
pelayanan farmasi non klinik dan klinik. Pelayanan farmasi non klinik dan
pelayanan farmasi klinik .

22 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


23

Pelayanan farmasi klinik adalah pelayanan farmasi yang diberikan sebagai


bagian dari perawatan pasien melalui interaksi dengan profesional pelayanan
kesehatan lainnya yang secara langsung terkait dengan perawatan pasien.Menurut
Menteri Kesehatan RI (2014) kegiatan pelayanan farmasi klinik adalah pengkajian
dan pelayanan Resep, penelusuran riwayat penggunaan Obat, rekonsiliasi Obat,
Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling, visite, Pemantauan Terapi Obat
(PTO), Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Evaluasi Penggunaan Obat
(EPO), dispensing sediaan steril, dan Pemantauan Kadar Obat dalam Darah
(PKOD).Namun karena IFRS di RSIA SamMarie Basra belum lama terbentuk
maka kegiatan farmasi klinik ini belum terlaksana sepenuhnya.
Sedangkan pelayanan farmasi non klinik adalah pelayanan farmasi yang
tidak langsung berkaitan dengan perawatan penderita dan menjadi tanggung jawab
apoteker serta tidak memerlukan interaksi dengan profesional pelayanan
kesehatan lain. Kegiatan farmasi non klinik di RSIA SamMarie meliputi:
1. Perencanaan dan Pengadaan
Proses perencanaan pembelian di Instalasi Farmasi RSIA SamMarie dilakukan
dengan cara menghitung stok maksimum dan stok minimum barang yang akan
dipesan di mana setiap harinya dicek jumlah dan disesuaikan dengan penyakit
atau endemik yang berkembang pada saat itu serta dokter yang praktek pada
hari tersebut, kemudian barang yang akan dipesan dicocokkan datanya antara
data komputer dengan data fisik barang. Jika barang sudah mencapai stok
minimum, maka dilakukan pemesanan obat yang dilakukan setiap hari. RSIA
SamMarie memiliki PBF sendiri yang memasok obat dan alat kesehatan, yaitu
PT. Tramedifa. Oleh karena itu IFRS SamMarie dapat dengan leluasa
melakukan pemesanan setiap harinya. Pemesanan dilakukan melalui telepon ke
PT. Tramedifa di mana Surat Pemesanan (SP) barangnya akan diberikan
setelah barang diantarkan.
Perencanaan barang di Instalasi Farmasi dilaksanakan dengan baik sehingga
jarang terjadi kekosongan stok obat. Stok kosong hanya terjadi jika produsen
tidak lagi memproduksi obat tersebut. Sedangkan untuk perencanaan di
Gudang Farmasi Perawatan dilakukan dengan cara menghitung stok akhir yang

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


24

ada di gudang dan mencocokkannya dengan data yang terdapat dalam


komputer.
2. Penerimaan
Penerimaan merupakan proses serah terima perbekalan farmasi yang dilakukan
oleh panitia penerimaan kepada pihak gudang. Saat penerimaan dilakukan
pemeriksaan dokumen dan fisik perbekalan farmasi yang dikirim. Kemudian
asisten penerimaan membubuhkan tanda tangan, nama jelas dan stempel serta
tanggal penerimaan pada faktur pembelian, dan salinan faktur yang diserahkan
kepada petugas administrasi untuk diproses lebih lanjut. Kemudian petugas
menginput data perbekalan farmasi yang diterima ke dalam sistem komputer
dan kartu stok manual yang meliputi spesifikasi produk, asal distributor,
jumlah dan waktu kadaluwarsa.
Pemeriksaan fisik perbekalan farmasi yang diterima meliputi keadaan fisik
produk, waktu kadaluwarsa, spesifikasi dan kesesuaian penanganan obat
termolabil. Pengiriman obat termolabil disyaratkan menggunakan cool box
yang dilengkapi dengan termometer penunjuk suhu dan dipastikan berada pada
rentang 2-8°C, jika pengiriman tersebut tidak sesuai dengan yang disyaratkan
maka petugas gudang akan melakukan penukaran produk yang baru.
3. Penyimpanan
Pengaturan tata ruang gudang perlu dilakukan untuk memudahkan
penyimpanan, penyusunan, pencarian dan pengawasan perbekalan farmasi.
Penyimpanan perbekalan farmasi yang dilakukan di RSIA SamMarie Basra
adalah dengan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out
(FEFO). Penyimpanan perbekalan farmasi ditempatkan pada beberapa tempat
yang terpisah, yaitu obat luar maupun dalam di gudang depan, kemudian
vaksin, cairan infus, alat kesehatan, disimpan di gudang belakang. RSIA
SamMarie Basra belum menyediakan gudang sebagai tempat penyimpanan
perbekalan farmasi, namun untuk menyimpan perbekalan farmasi yang baru
datang dan akan didistribusikan ke pasien , IFRS SamMarie Basra
menyediakan satu ruang khusus berukuran sekitar 6x6 meter. Pengaturan
penyimpanan perbekalan farmasi di ruang penyimpanan tersebut dilakukan
berdasarkan kategori berikut :

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


25

a. Obat penyimpanannya disusun berdasarkan beberapa kategori. Kemudian


tiap kategori disusun berdasarkan alfabetis dengan penyimpanan dipisah.
Kategori penyusunan obat :
1) Tujuan penggunaan : obat oral dan obat luar
2) Bentuk sediaan : sediaan padat dan cair (untuk obat dalam) dan semi
solid dan injeksi (obat luar)
3) Penyimpanan khusus : narkotika dan psikotropika
4) Stabilitas : obat termolabil disimpan di dalam kulkas dengan suhu yang
sesuai
5) Generik dan Nama dagang
b. Alat kesehatan
1) Khusus yaitu berdasarkan unit kerja
2) Penggunaan/ fungsi, misal: dressing
3) Volumenious yaitu berdasarkan volume perbekalan farmasi
Dalam rangka menjaga mutu perbekalan farmasi yang disimpan, IFRS
SamMarie Basra melakukan langkah-langkah berikut ini:
a) Melakukan stock opname tiga bulan sekali.
Stock opname di gudang berguna untuk mengetahui perbekalan farmasi
yang memiliki waktu kadaluwarsa singkat dan tidak memenuhi persyaratan.
Produk yang akan kadaluwarsa kurang dari tiga bulan diberi label
kadaluwarsa.
b) Melakukan pemantauan suhu kulkas dan suhu ruangan.
Pemantauan suhu kulkas dan ruangan dilakukan tiga kali sehari pada pukul
07.00, 14.00 dan 21.00 WIB, dimaksudkan untuk menjaga stabilitas obat.
c) Memisahkan produk bermasalah
Gudang juga bertanggung jawab atas perbekalan farmasi yang tidak
memenuhi persyaratan dan telah kadaluwarsa. Untuk perbekalan farmasi
yang tidak memenuhi persyaratan akan dilakukan penukaran ke distributor,
sedangkan yang telah kadaluwarsa akan dilakukan penukaran ke distributor
bila disetujui atau akan dimusnahkan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


26

4. Pendistribusian
Pendistribusian merupakan proses penyaluran perbekalan farmasi dari
gudang/ruang penyimpanan ke ruangan yang melakukan permintaan sediaan
farmasi dan alat kesehatan disertai dengan surat permintaan khususu. Ruang
penyimpanan perbekalan farmasi yang dikelola oleh IFRS SamMarie Basra
melayani permintaan rutin yang telah dijadwalkan untuk setiap unit kerja serta
permintaan mendesak/cito setiap hari. Sistem manual dilakukan oleh unit kerja
dengan menggunakan surat permintaan perbekalan farmasi yang harus diantar
langsung oleh petugas dari unit kerja ke instalasi farmasi sebelum pengambilan
perbekalan farmasi.
Setelah permintaan diterima, petugas akan menyetujui permintaan sesuai
dengan persediaan yang ada di ruang penyimpanan. Selanjutnya, petugas ruang
penyimpanan akan menyiapkan perbekalan farmasi yang disetujui serta
melakukan pencatatan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang tertera pada
formulir permintaan. Petugas administrasi akan memproses formulir
permintaan tersebut untuk mendapatkan Formulir Distribusi Obat/Alkes bagi
tiap satelit/unit/departemen terkait.
Setelah perbekalan farmasi disiapkan, petugas yang ada di ruang penyimpanan
akan menghubungi satelit/unit kerja terkait untuk memberitahukan bahwa
perbekalan farmasi sudah siap diambil. Pada saat penyerahan dilakukan
pengecekan kembali oleh petugas dan pihak satelit/departemen dengan
membaca ulang dan memeriksa perbekalan farmasi yang telah disiapkan serta
mencatat di buku serah terima gudang yang dilakukan di ruang pendistribusian.
Sedangkan untuk unit kerja yang tidak memiliki petugas untuk mengambil
perbekalan farmasi, petugas farmasi yang akan mengantarkannya.
Biasanya pendistribusian perbekalan farmasi di RSIA SamMarie Basra juga
dilakukan setiap pagi sesuai dengan surat permintaan setiap unit kerja yang
sebelumnya di tujukan ke IFRS. Distribusi ini dilakukan untuk menjaga
keutuhan stock di ruangan unit kerja dan mencegah kekosongan barang
sewaktu-waktu.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


27

5. Dokumentasi
Pendokumentasian arsip-arsip telah tertata dengan baik. Resep-resep disimpan
berdasarkan bulan selama 3-5 tahun. Juga tempat pendokumentasian laporan
keuangan, Surat Permintaan Barang telah tertata dengan baik dalam satu
ruangan.
Untuk CSSD RSIA SamMarie berada di bawah Instalasi Bedah Sentral.
Departemen ini bertugas memenuhi kebutuhan sterilisasi ruang bedah.
Departemen ini memiliki sebuah alat untuk sterilisasi serta dikepalai oleh seorang
perawat. Peranan apoteker belum terlihat dalam departemen ini, hal ini seperti
yang diungkapkan oleh Bapak T. Nebrisa. Z., S.Farm.,Apt., MARS bahwa CSSD
di RSIA SamMarie Basra saat ini memang masih ditangani oleh perawat dan
anggota CSSD lainnya karena dianggap bahwa tenaga tersebut sudah cukup
memenuhi keutuhan kegiatan sterilisasi di RSIA SamMarie Basra.
Untuk Komite Medik dan Satuan Medis Fungsional (SMF) yang ada di
RSIA SamMarie belum terlihat adanya apoteker yang turut berperan di dalamnya.
Hal ini terlihat dari tidak dilibatkannya apoteker dalam penyusunan formularium
RSIA SamMarie. Formularium atau buku standar pengobatan tersebut berisi
tentang obat yang digunakan dan yang beredar di RSIA SamMarie. Disusun
berdasarkan efek famakologi dan secara alfabetis. Buku Standar Pengobatan yang
telah disusun hendaknya direvisi setiap tahunnya dengan cara pengusulan melalui
setiap SMF langsung melalui Direktur lalu Direktur yang menetapkan apakah
obat-obat tersebut layak masuk di Buku Standar Pengobatan, dan kadang kala
dapat meminta saran dari Kepala Instalasi Farmasi. Namun Formularium RSIA
SamMarie yang telah dibuat pada tahun 2013 belum direvisi kembali untuk
penggunaannya di tahun 2014.
Seperti yang telah diungkapkan di atas, IFRS SamMarie Basra merupakan
penyelenggara pelayanan kefarmasian yang baru terbentuk diawal tahun 2014,
sehingga adanya kegiatan yang belum terlaksana masih dapat dimaklumi. Oleh
karena itu, bapak T. Nebrisa. Z., S.Farm.,Apt., MARS mengungkapkan seiring
dengan tumbuh dan berkembangnya IFRS SamMarie Basra, kegiatan yang belum
terlaksana di rumah sakit ini diharapkan nantinya juga dapat direalisasikan oleh
RSIA SamMarie Basra.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang dilakukan IFRS di RSIA SamMarie
Basra baru sekedar pelayanan farmasi dari segi manajemen farmasi.
Manajemen farmasi meliputi perencanaan, pengadaan dan pembelian,
penerimaan, penyimpanan, distribusi dan pelaporan serta dokumentasi
perbekalan kesehatan di rumah sakit.
2. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi IFRS di RSIA SamMarie Basra,
apoteker secara langsung membawahi dan berperan sebagai kepala instalasi di
mana fungsinya adalah sebagai manajer yang mengupayakan tercapainya
fungsi IFRS di RSIA SamMarie Basra yaitu dengan melibatkan diri secara
langsung dalam pengelolaan perbekalan farmasi di RSIA SamMarie Basra.
Tidak hanya itu, apoteker juga mempunyai kewajiban/bertugas untuk
mewujudkan pelayanan kefarmasian yang optimal dan profesional dengan cara
mengawasi, menyelenggarakan mengoordinasi kegiatan pelayanan kefarmasian
tersebut agar tetap sesuai dengan prosedur dan etik profesi.

5.2. Saran
1. Perlunya untuk segera diadakan kegiatan farmasi klinik seperti konseling,
ronde/visite, pemberian informasi obat (PIO) dan lain-lain sehingga peranan
dan fungsi dari apoteker di RSIA dapat berjalan optimal.
2. Perlunya dilakukan Pemberian Informasi Obat dengan cara penyebaran
leaflet/brosur tentang cara pemakaian obat khusus seperti suppossitoria atau
juga penyebaran leaflet tentang obat-obatan berdasarkan efek farmakologinya
dan juga penyimpanan obat yang benar
3. Penggunaan kartu stok agar dimaksimalkan sebagai alat untuk memantau
persediaan barang, sehingga stok barang yang ada selalu sama dengan sistem di
komputer.
4. Penambahan jumlah Asisten Apoteker di Sub Instalasi Produksi dan didirikan
satelit farmasi pada instalasi inap, HCU, NICU, PICU, OK, dan VK
28 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


29

5. Instalasi farmasi sebaiknya melakukan kegiatan pelayanan IV-admixture


sehingga dispensing sediaan cairan dapat dilakukan oleh ahlinya yang
bertanggung jawab dimana dalam hal ini adalah apoteker. Selain itu juga dapat
mengurangi kegiatan pencampuran obat suntik yang dilakukan di ruang
perawatan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 340/Menkes/PER/III/2010. Jakarta: Dirjen Binfar RI

Kemenkes RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun


2009 tentang rumah sakit. Jakarta: Dirjen Binfar RI

Kemenkes RI.2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah
Sakit. Jakarta: Dirjen Binfar RI.

RSIA SamMarie Basra. 2014. Briefing Kerja Pegawai Baru. Jakarta:


PT.SamMarie Medisentrum

Siregar, Charles J.P. 2004. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran EGC

30 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


Lampiran 1. Struktur organisasi SamMarie Healthcare Group

SamMarie Purnafiat, SamMarie Family


PT healthcare, Wijaya
(2003) (2004)

Tramedifa GTPD
(2007)

SamMarie Tramedifa,
Tramedifa IT Solutions
PT
(2011)
(2007)
Tebet
(2008)
SamMarie Rucitra Salon
Healthcare Group (2008)
(SMHG) Basra
(2011)
RSIA SamMarie Basra
(2010)
SamMarie Primafiat
(2009) Klinik Fertilitas & Bayi
Tabung SamMarie
(2011)

SamMarie Pharma, PT Apotek, Tebet


(2014) (2014)

31
Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015
Lampiran 2. Struktur organisasi RSIA SamMarie Basra

32
Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015
Lampiran 3. Struktur organisasi IFRS RSIA SamMarie Basra

AA PENANGGUNG
JAWAB GUDANG

AA PENANGGUNG
JAWAB RAWAT
MANAJER INAP
PENUNJANG KEPALA IFRS
MEDIS
AA PENANGGUNG
JAWAB OK & VK

AA PENANGGUNG
JAWAB NICU &
PICU

33
Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015
Lampiran 4. Faktur perbekalan farmasi dan alkes RSIA SamMarie Basra

34
Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015
Lampiran 5. Catatan medisinal IFRS SamMarie Basra

35
Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015
Lampiran 6. Surat permintaan perbekalan farmasi dan alkes dari ruang rawat inap

36
Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015
Lampiran 7. Laporan penjualan obat di RSIA SamMarie Basra

37
Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015
Lampiran 8. Alur pasien RSIA SamMarie Basra

PASIEN GAWAT IGD


DARURAT

INFORMASI DAN POLIKLINIK


PENDAFTARAN

RAWAT INAP KASIR

KOMPLEKS OK
RUANG OPERASI KAMAR BERSALIN WATER BIRTH

PENUNJANG UTAMA MEDIS


LAB DARAH APOTEK
KASIR

LAB ANDROLOGI

PENUNJANG MEDIS
PASIEN PULANG
KELAS LAKTASI PIJAT BAYI SENAM BUMIL

38
Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015
Lampiran 9. Kartu stok barang RSIA SamMarie Basra

39
Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015
Lampiran 10. Laporan stock obat RSIA SamMarie Basra

40
Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015
Lampiran 11. Daftar obat expired date RSIA SamMarie Basra

41
Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015
Lampiran 12. SP perbekalan farmasi RSIA SamMarie Basra

42
Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015
Lampiran 13. Resep dan salinan resep RSIA SamMarie Basra

43
Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015
Lampiran 14. Bukti serah terima perbekalan farmasi dari PBF ke RSIA SamMarie Basra

44
Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015
Lampiran 15. Kegiatan penyiapan alkes r. rawat inap/OK/NICU/PICU/VK di RSIA SamMarie Basra

45
Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015
Lampiran 16. Etiket, klip, plastik obat dan bungkus puyer di RSIA SamMarie Basra

46
Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015
UNIVERSITAS INDONESIA

PENYUSUNAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PERBEKALAN FARMASI KADALUWARSA/RUSAK DI
INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
SAMMARIE BASRA

TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI


RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SAMMARIE BASRA

FITRI NURMAYANTI, S.Far.


1306502434

ANGKATAN LXXIX

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2015
i

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... iv

1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................... 2

2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 3


2.1 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dan Pelayanannya .... 3
2.2 Tingkat Struktur Organisasi IFRS ......................................... 5
2.3 Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian ......................... 6
2.4 Tahapan Penerapan Sistem Manajemen Mutu ....................... 6
2.5 Standar Prosedur Operasional (SPO) .................................... 9

3. METODOLOGI PENGKAJIAN ................................................ 11


3.1 Waktu dan Tempat ................................................................. 11
3.2 Cara Kerja .............................................................................. 11

4. PEMBAHASAN ............................................................................ 12
4.1 SPO Pemeriksaan Tanggal Kadaluwarsa/Rusak
Perbekalan Farmasi dan Alat Kesehatan di gudang,
ruang rawat, NICU/PICU dan OK.......................................... 14
4.2 SPO Penarikan Perbekalan Farmasi dan Alat Kesehatan
Kadaluwarsa/Rusak di Gudang, Ruang Rawat,
NICU/PICU dan OK RSIA SamMarie Basra......................... 16
4.3 SPO Pengelolaan Perbekalan Farmasi dan Alat Kesehatan
Kadaluwarsa/Rusak di RSIA SamMarie Basra .................... 17
4.4 SPO Pemusnahan/Penghapusan Perbekalan Farmasi dan
Alat Kesehatan Kadaluwarsa/Rusak di RSIA SamMarie
Basra ...................................................................................... 18

5. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 20


5.1 Kesimpulan ............................................................................ 20
5.2 Saran ...................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 21


LAMPIRAN ........................................................................................... 22

ii Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Gambar Titik Temu Antara Konsumen


Dan Pemasok. .........................................................................................
4

iii Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. SPO Pemeriksaan Tanggal


Kadaluwarsa/Rusak Perbekalan Farmasi
dan Alat Kesehatan.................................................................................
22
Lampiran 2. SPO Penarikan Perbekalan Farmasi dan Alat
Kesehatan Kadaluwarsa/Rusak di Rawat Inap,
NICU/PICU dan OK ..............................................................................
24
Lampiran 3. Pengelolaan Perbekalan Farmasi dan Alat Kesehatan
Kadaluwarsa/Rusak ...............................................................................
26
Lampiran 4. SPO Pemusnahan/Penghapusan Perbekalan Farmasi
dan Alat Kesehatan kadaluwarsa/Rusak.................................................28
Lampiran 5. Kartu Penandaan Obat Bertanggal
Kadaluwarsa ..........................................................................................
30
Lampiran 6. Contoh Berita Acara Pemusnahan
Obat/Perbekalan Kesehatan ..................................................................
31
Lampiran 7. Contoh Lampiran Daftar Obat Yang
Dimusnahkan Dalam Berita Acara
Pemusnahan Obat ...................................................................................
33
Lampiran 8. Contoh Lampiran Daftar Perbekalan Kesehatan yang
dimusnahkan Dalam Berita Acara Pemusnahan
Perbekalan Kesehatan.............................................................................
34
Lampiran 9. Contoh Berita Acara Pemusnahan Resep ............................................... 35

iv Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ketatnya persaingan di era globalisasi menyebabkan suatu pelayanan


kesehatan saling berlomba untuk mendapatkan konsumen sebanyak mungkin
dengan berbagai macam sumber daya yang dimiliki, pada sisi lain tidak dapat
dipungkiri bahwa konsumen semakin selektif dalam memilih sebuah produk
barang/jasa. Untuk dapat bersaing tidak hanya cukup dengan memberikan mutu
pelayanan terbaik dalam mencapai apa yang disebut dengan customer satisfaction
akan tetapi mutu barang/jasa yang ditawarkan juga harus mampu memberikan
jaminan mutu, sehingga mampu memenuhi tuntutan konsumen (Binfar dan
Pengurus Pusat IAI, 2011). Oleh karena itu penerapan sistem Manajemen Mutu
tidak dapat dihindari lagi. Terdapat beberapa tahapan dalam menerapkan suatu
Sistem Manajemen Mutu, antara lain salah satunya dengan menyepakati bahwa
setiap fungsi-fungsi dan aktivitas dikendalikan oleh standar prosedur operasional
(SPO) sehingga setiap aktivitas didokumentasikan secara terperinci dalam
prosedur operasional atau prosedur terperinci.
World Health Organization (WHO) dan Federation International
Pharmaceutical (FIP) juga telah menerbitkan panduan Good Pharmacy Practice
(GPP) pada tahun 2012 dan menghimbau semua negara untuk mengembangkan
standar minimal praktik farmasi hal ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan
pelayanan kefarmasian.
Uraian mengenai perlunya menjamin mutu dalam pelayanan diatas,
mewajibkan setiap instalasi yang mendeklarasikan diri sebagai unit pelayanan
kesehatan masyarakat untuk menyusun, menetapkan dan melaksanakan Standar
Prosedur Operasional (SPO) di tiap unit pelayanannya. Di Rumah Sakit,
khususnya pada pelayanan farmasi adanya SPO disusun oleh Instalasi Farmasi
Rumah Sakit dimana seperti yang disebutkan dalam peraturan pemerintah
Republik Indonesia nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian Pasal 1
ayat 16 berbunyi “SPO adalah prosedur tertulis berupa petunjuk operasional

1 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


2

tentang Pekerjaan Kefarmasian”, kemudian pada pasal 11 ayat 1 berisi “Dalam


melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 ayat 2 harus menetapkan SPO” diteruskan dengan ayat 2 dan pasal 23 ayat 2
“SPO harus dibuat secara tertulis dan diperbaharui secara terus menerus sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi dan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.
Oleh karena itu adanya SPO di rumah sakit berguna untuk menetapkan
kebijakan prosedur sekaligus dapat menjamin kualitas pelayanan kesehatan
kepada pasien. SPO sangat diperlukan bagi Rumah Sakit khususnya Rumah Sakit
baru yang belum diberlakukan dan ditetapkan SPO.
Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) SamMarie Basra merupakan unit
pelayanan kesehatan yang berkembang dari klinik menjadi Rumah Sakit dikhir
tahun 2010. RSIA SamMarie Basra juga merupakan rumah sakit baru dengan
pelayanan yang baru membentuk IFRS pada awal tahun 2014 sehingga segala
bentuk aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan kefarmasian perlu ditentukan
prosedur tetapnya. Seperti SPO perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan atau penghapusan dan pencatatan
sekaligus pelaporan.
Beberapa SPO dari masing-masing kegiatan kefarmasian tersebut telah di
susun oleh RSIA SamMarie Basra dan juga terdapat SPO yang masih dalam tahap
penyusunan seperti SPO pengelolaan obat dan alat kesehatan yang kadaluwarsa/
rusak sampai dengan pemusnahannya maka penambahan SPO yang belum ada ini
perlu dilakukan.

1.2. Tujuan
Tugas khusus ini dibuat berdasarkan beberapa tujuan yang ingin di capai,
dan tujuan nya adalah membuat dan mengusulkan pembuatan SPO pengelolaan,
penarikan dan pemusnahan perbekalan farmasi yang kadaluwarsa di RSIA
SamMarie Basra.

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan Pelayanannya


Rumah sakit (RS) dianggap sebagai kota dalam kota. Dalam RS terdapat
segala fasilitas dan kegiatan seperti yang terdapat dalam kegiatan suatu kota
seperti kamar yang diakomodasikan bagi penderita/pasien, sekolah untuk
pelatihan perawat, teknisi, ahli gizi, Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), kantin,
dan sebagainya (Siregar dan Charles J.P., 2004)
Walaupun IFRS merupakan salah satu dari banyak bagian dari RS, ia juga
mempunyai pengaruh yang sangat besar pada perkembangan profesional RS dan
ekonomi serta biaya operasional total RS, karena adanya hubungan timbal balik
dengan saling bergantungnya pelayanan-pelayanan lain pada IFRS. IFRS adalah
satu-satunya bagian di RS yang bertanggung jawab penuh atas pengelolaan dan
pengendalian seluruh perbekalan farmasi dan kesehatan lain yang beredar dan
digunakan di RS. Mulai dari perencanaan,pemilihan, penetapan spesifikasi,
pengadaan,pengendalian mutu, penyimpanan, serta pemberian, distribusi bagi
penderita, pemantauan efek, pemberian informasi dan sebagainya, semuanya
adalah tugas, fungsi serta tanggung jawab IFRS (Siregar dan Charles J.P., 2004)
Instalasi adalah fasilitas penyelenggara pelayanan medik, pelayanan
penunjang medik, kegiatan penelitian, pengembangan, pendidikan, pelatihan,dan
pemeliharaan sarana RS. Sementara Farmasi RS adalah seluruh aspek kefarmasian
yang dilakukan RS. Jadi Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu
bagian/unit/divisi atau fasilitas di RS, tempat penyelenggara semua kegiatan
pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan RS itu sendiri (Siregar dan
Charles J.P., 2004).
Berdasarkan layanan diatas IFRS dapat didefinisikan sebagai suatu
departemen atau unit di suatu RS di bawah pimpinan seorang apoteker dan
dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, tempat atau
fasilitas penyelenggara yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan
kefarmasian(Siregar dan Charles J.P., 2004).

3 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


4

IFRS

Titik temu
Spesifikasi

Titik temu
Pelayanan

Penderita
Penderita
Laporan Spesifikasi
Konsumen Proses Penghant
Ringkas Konsumen
Desain aran
Pelayanan
Pelayanan
Pemasok/
Prof . Pel. IFRS
Prof . Pel.
Kes Apoteker Pemasok/ Kes
Spesifikasi IFRS
Pengandalian
Apoteker
Proses mutu Pelayanan
Kebutuhan Pemasa
konsumen ran
Proses Hasil
Prnghantaran Pelaynn
Pelayanan
Tim
Apoteker

analisis dan Apoteker


Peningkatan
Assesmen
Unjuk Kerja
Konsume
Pelayanan Assesmen
n
Pemasok

IFRS
Apoteker Penderita Prof . Pel.
Kes

[Sumber:Siregar dan Charles J.P., 2004, telah dimodifikasi]


Gambar 2.1 Titik Temu antara Konsumen dan Pemasok

Berkaitan dengan pelayanan kefarmasian yang dilakukan IFRS, seperti


yang terlihat pada gambar di atas, pemasok adalah IFRS, sedangkan konsumen
adalah pasien, perawat, dokter dan profesional kesehatan lainnya. Pada titik temu
terjadi komunikasi antara konsumen dan pemasok untuk mengidentifikasi
kebutuhan dan mengetahui umpan balik pelayanan positif dan negatif yang telah
dihasilkan. Asesmen oleh pemasok dan konsumen setelah pelayanan dihantarkan
merupakan kegiatan penting untuk memperoleh masukan guna memperbaiki
pelayanan. Hasil asesmen yang dilakukan pada titik temu tersebut akan menjadi
umpan balik pelayanan yang telah diberikan. Jika terdapat hasil pelayanan yang
kurang memenuhi kebutuhan konsumen, akan dilakukan tindakan
perbaikan(Siregar dan Charles J.P., 2004)
Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


5

Hal di atas sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 tahun


2014 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit bahwa pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu
dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik
(Menkes, 2014).

2.2. Tingkat Struktur Organisasi IFRS


Struktur organisasi dapat dikembangkan dalam 3 tingkat, yaitu: tingkat
puncak, tingkat menengah dan garis depan (Siregar dan Charles J.P. 2004).
Manajer tingkat puncak bertanggung jawab untuk perencanaan, penerapan
dan pemfungsian yang efektif dari sistem mutu secara menyeluruh (Siregar dan
Charles J.P. 2004).
Manajer tingkat menengah,kebanyakan kepala bagian atau unit fungsional
bertanggung jawab untuk mendesain dan menerapkan berbagai kegiatan yang
berkaitan dengan mutu dalam daerah atau bidang fungsional mereka,untuk
mencapai mutu produk atau pelayanan yang diinginkan (Siregar dan Charles J.P.
2004).
Manajer garis depan terdiri atas personel pengawas yang secara langsung
memantau dan mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan mutu selama
berbagai tahap memproses produk atau pelayanan (Siregar dan Charles J.P. 2004).
Setiap personel perorangan dari IFRS harus mengetahui lingkup, tanggung
jawab dan kewenangan fungsi mereka dan dampak mereka pada suatu produk atau
pelayanan. Mereka harus mempunyai pengertian yang jelas tentang kewenangan
mereka dan bebas mengambil tindakan. Setiap personel dalam IFRS harus merasa
bertanggung jawab untuk mencapai mutu produk atau pelayanan(Siregar dan
Charles J.P. 2004).

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


6

2.3. Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian


Pengendalian Mutu adalah mekanisme kegiatan pemantauan dan penilaian
terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana dan sistematis, sehingga
dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu serta menyediakan
mekanisme tindakan yang diambil. Melalui pengendalian mutu diharapkan dapat
terbentuk proses peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian yang
berkesinambungan (Menkes, 2014).
Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang
dapat dilakukan terhadap kegiatan yang sedang berjalan maupun yang sudah
berlalu. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui monitoring dan evaluasi. Tujuan
kegiatan ini untuk menjamin Pelayanan Kefarmasian yang sudah dilaksanakan
sesuai dengan rencana dan upaya perbaikan kegiatan yang akan datang.
Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian harus terintegrasi dengan program
pengendalian mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang dilaksanakan secara
berkesinambungan (Menkes, 2014)
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan No. 58 tahun 2014, kegiatan
pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian meliputi:
a) Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi
untuk peningkatan mutu sesuai target yang ditetapkan.
b) Pelaksanaan, yaitu:
1. monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja
(membandingkan antara capaian dengan rencana kerja);
2. memberikan umpan balik terhadap hasil capaian
c) Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu:
1. melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai target yang ditetapkan;
2. meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.

2.4. Tahapan Penerapan Sistem Manajemen Mutu


Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan No. 58 tahun 2014 tahapan
program pengendalian mutu meliputi:

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


7

1. Mendefinisikan kualitas Pelayanan Kefarmasian yang diinginkan dalam bentuk


kriteria;
2. Penilaian kualitas Pelayanan Kefarmasian yang sedang berjalan berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan;
3. Pendidikan personel dan peningkatan fasilitas pelayanan bila diperlukan;
4. Penilaian ulang kualitas Pelayanan Kefarmasian;
5. Up date kriteria.
Langkah–langkah dalam aplikasi program pengendalian mutu, meliputi:
a) memilih subyek dari program;
b) tentukan jenis Pelayanan Kefarmasian yang akan dipilih berdasarkan prioritas;
c) mendefinisikan kriteria suatu Pelayanan Kefarmasian sesuai dengan kualitas
pelayanan yang diinginkan;
d) mensosialisasikan kriteria Pelayanan Kefarmasian yang dikehendaki;
e) dilakukan sebelum program dimulai dan disosialisasikan pada semua personil
serta menjalin konsensus dan komitmen bersama untuk mencapainya;
f) melakukan evaluasi terhadap mutu pelayanan yang sedang berjalan
menggunakan kriteria;
g) apabila ditemukan kekurangan memastikan penyebab dari kekurangan tersebut;
h) merencanakan formula untuk menghilangkan kekurangan;
i) mengimplementasikan formula yang telah direncanakan;
j) reevaluasi dari mutu pelayanan (Menkes, 2014).
Untuk mengukur pencapaian standar yang telah ditetapkan diperlukan
indikator, suatu alat/tolok ukur yang hasil menunjuk pada ukuran kepatuhan
terhadap standar yang telah ditetapkan (Menkes, 2014). Indikator dibedakan
menjadi:
a) Indikator persyaratan minimal yaitu indikator yang digunakan untuk mengukur
terpenuhi tidaknya standar masukan, proses, dan lingkungan.
b) Indikator penampilan minimal yaitu indikator yang ditetapkan untuk mengukur
tercapai tidaknya standar penampilan minimal pelayanan yang diselenggarakan
(Menkes, 2014).
Indikator atau kriteria yang baik sebagai berikut:
Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


8

1. sesuai dengan tujuan;


2. informasinya mudah didapat;
3. singkat, jelas, lengkap dan tak menimbulkan berbagai interpretasi;
4. rasional (Menkes, 2014).
Suatu pelayanan kefarmasian yang baik harus menyelenggarakan suatu
sistem jaminan mutu sehingga obat yang didistribusikan terjamin mutu, khasiat,
keamanan dan keabsahannya sampai ke tangan konsumen. Sistem ini
dilaksanakan sejalan dengan Sistem Quality Assurance yang telah dilakukan
lndustri Farmasi dalam menjalankan kegiatannya. Jaringan distribusi obat harus
menjamin bahwa obat yang didistribusikan mempunyai izin edar, dengan kondisi
penyimpanan yang sesuai terjaga mutunya, dan selalu dimonitor termasuk selama
transportasi serta terhindar dari kontaminasi. Setiap sarana pelayanan kefarmasian
harus mempunyai sistem jaminan mutu yang dapat menjamin bahwa produk yang
didistribusikan adalah benar ditujukan kepada penerima yang tepat (Binfar dan
Pengurus Pusat IAI, 2011)
Sistem penelusuran harus memungkinkan kemudahan penelusuran apabila
terjadi suatu kesalahan pelayanan dan kesalahan produk sehingga dapat ditarik
dari peredaran secara cepat dan mudah. Untuk dapat terlaksananya Cara
Pelayanan Kefarmasian Yang Baik, maka harus diperhatikan aspek-aspek yang
penting yang mendukung pelaksanaannya antara lain : manajemen mutu, Sumber
Daya Manusia, bangunan dan peralatan serta dokumentasi. Dalam suatu
organisasi, "Jaga Mutu" (Quality Assurance) merupakan bagian dari manajemen
mutu (Binfar dan Pengurus Pusat IAI, 2011)
Semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kefarmasian harus
bertanggungjawab terhadap mutu pelayanan dan keamanan pasien sesuai dengan
tujuan terapi. Agar pedoman cara pelayanan kefarmasian yang baik dilaksanakan
sesuai dengan tujuannya, maka dalam pelaksanaan penerapannya diperlukan SPO
untuk setiap kegiatan operasionalnya (Binfar dan Pengurus Pusat IAI, 2011)

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


9

2.5. Standar Prosedur Operasional (SPO)


Dalam melakukan praktek pekerjaan kefarmasian yang baik seorang
Apoteker harus berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk masing-
masing jenis kegiatan baik yang dikerjakan oleh Apoteker itu sendiri maupun oleh
Apoteker lain atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang membantu. SPO perlu secara
berkala ditinjau kembali untuk dapat disesuaikan dan disempurnakan dengan tata
urutan dalam melakukan pekerjaan/praktek kefarmasian (Binfar dan Pengurus
Pusat IAI, 2011). Dalam rangka memudahkan pemahaman dan pelaksanaannya,
maka Standar Prosedur Operasional (SPO) dibagi menjadi 4 (empat) kelompok
yaitu :
A. SPO Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (10 SPO)
B. SPO Pelayanan Kefarmasian (11 SPO)
C. SPO Higiene dan Sanitasi (4 SPO)
D. SPO Tata Kelola Administrasi (3 SPO)
E. SPO lainnya (7 SPO) (Binfar dan Pengurus Pusat IAI, 2011).
Beberapa contoh SPO yang dapat digunakan sebagai acuan antara lain :
A. SPO Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
1. Perencanaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
2. Pengadaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan dalam Apotek
3. Pengadaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan antar Apotek
4. Penerimaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
5. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
6. Pemindahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
7. Pemeriksaan Tanggal Kadaluwarsa
8. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan yang telah Kadaluwarsa
9. Pelayanan Obat Permintaan Bidan
10. Penanganan Obat Kembalian dari Pasien (Binfar dan Pengurus Pusat IAI,
2011).
B. SPO Pelayanan Farmasi Klinik
1. Pelayanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Tanpa Resep
2. Pelayanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Dengan Resep
3. Pelayanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Dengan Resep Racikan
Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


10

4. Penyiapan dan Penyerahan Sirup Kering


5. Penyiapan dan Penyerahan Tabtet dan Kapsul
6. Penyiapan dan Penyerahan Sediaan Farmasi/ Alat Kesehatan tertentu
7. Pelayanan Resep Narkotika
8. Pelayanan Informasi Obat
9. Konseling
10. Penyuluhan Farmasi
11. Pelayanan Residensial (Home Care) (Binfar dan Pengurus Pusat IAI, 2011).
C. SPO Higiene dan Sanitasi
1. Pembersihan Ruangan
2. Pembersihan Lemari Es
3. Pembersihan Alat
4. Higiene Perorangan (Binfar dan Pengurus Pusat IAI, 2011).
D. SPO Tata Kelola Administrasi
1. Pengelolaan Resep
2. Pembuatan Patient Medication Record (PMR)
3. Pencatatan Kesalahan Peracikan
E. SPO Lain-lain
1. Pemusnahan Resep
2. Pemusnahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
3. Penimbangan Bahan Baku
4. Produksi Skala Kecil
5. Pengaturan Suhu Ruangan
6. Penggunaan Baju Kerja
7. Cara Pembuatan SPO (Binfar dan Pengurus Pusat IAI, 2011).

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


BAB 3
METODOLOGI PENGKAJIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Pelaksanaan tugas khusus dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ibu
dan Anak SamMarie Basra (IFRSIA) berlangsung mulai tanggal 7 Juli - 26 Juli, 4
Agustus sampai dengan 23 Agustus 2014.

3.2. Cara Kerja


Berikut cara kerja dalam menyusun SPO ini:
1. Pengamatan kegiatan IFRS di RSIA SamMarie Basra.
2. Penentuan SPO yang belum ada dan yang harus diperbaharui di RSIA
SamMarie Basra.
3. Penelusuran literatur mengenai SPO pelayanan kesehatan di RS.
4. Menyusun SPO yang berakitan dengan kebutuhan pelayanan kesehatan di
RSIA SamMarie Basra berdasarkan literatur yang berlaku.

11 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


BAB 4
PEMBAHASAN

Adanya pelayanan kefarmasian yang berkaitan langsung dengan pelayanan


kesehatan pada masyarakat perlu mendapatkan perhatian khusus bagi
penyelenggara pelayanan. Karena hal ini selain menyangkut kepuasan pasien
terhadap pelayanan yang dilakukan, tetapi juga berkaitan dengan jaminan
pelayanan kesehatan terhadap pasien. Jaminan pelayanan kesehatan ini yang
membangun kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
dilakukan.
Adanya jaminan kesehatan ini menuntut seluruh tenaga kesehatan untuk
menjamin setiap pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, di mana pelayanan
yang dahulu hanya berorientasi pada Drug Oriented menjadi Patient Oriented.
Perkembangan orientasi pelayanan ini juga menjadi salah satu pencetus adanya
sistem yang mengatur jaminan mutu pelayanan kesehatan. Banyak pihak yang
terlibat dalam sistem jaminan mutu pelayanan kesehatan ini, diantaranya adalah
apoteker dan tenaga kefarmasian, di mana apoteker beserta dengan tenaga
kefarmasian lainnya terlibat dalam pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai baik di apotek maupun Rumah Sakit tempat mereka
menjalankan profesinya.
Apoteker beserta dengan tenaga kefarmasian lainnya dalam menjamin
mutu pelayanan kesehatan tidak hanya mengelola sediaan farmasi, alat kesehatan
serta bahan medis habis pakai saja, namun juga terlibat dalam pelayanan farmasi
klinik di Rumah Sakit. Menurut Menteri Kesehatan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan no 58 tahun 2014 tentang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit,
kegiatan yang berkenaan dengan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai meliputi pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, penyaluran, pemusnahan/penarikan dan pengendalian.
Dalam melaksanaan pekerjaan kefarmasian memang sudah sewajarnya
jika pelayanan kefarmasian yang diberian kepada pasien merupakan tanggung
jawab apoteker dan tenaga kefarmasian yang terlibat dalam Instalasi Farmasi
Rumah Sakit, yaitu sebuah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan
12 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


13

seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit (Menkes, 2014). Unit


pelaksana fungsional ini sudah selayaknya memberikan jaminan mutu kepada
pasien yang menerima sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Salah satu kegiatan yang
menjamin mutu perbekalan farmasi pada pelayanan kesehatan adalah pengelolaan
terhadap obat-obat yang rusak atau obat-obat maupun alat kesehatan yang telah
kadaluwarsa/rusak baik yang tersimpan digudang maupun di ruang-ruang rawat.
Unit pelaksana fungsional yang menyelenggaranan kegiatan pelayanan
kefarmasian yang selanjutnya disebut dengan instalasi farmasi ini di RSIA
SamMarie Basra disebut dengan IFRS. IFRS ini dibentuk pada awal tahun 2014,
dan oleh karena itu IFRS Ibu dan Anak SamMarie Basra dalam menjalankan
kewajibannya perlu menyususn dan menetapkan kebijakan yang berkaitan
langsung dengan pengelolaan perbekalan farmasi di RSIA SamMarie Basra. Hal
ini dimaksudkan agar pelayanan kesehatan di RSIA SamMarie Basra terjamin
mutunya.
Kebijakan yang selanjutnya disebut dengan SPO, ditetapkan, ditulis dan
harus diperbaharui secara terus menerus sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan-teknologi di bidang farmasi dan juga sesuai dengan ketentuan
(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 51 tahun 2009 pasal 23 ayat 2).
Pengelolaan yang dimaksudkan di atas adalah penanganan perbekalan farmasi dan
alat kesehatan yang kadaluwarsa/rusak seperti pemeriksaan tanggal kadaluwarsa,
penarikan kembali perbekalan yang telah kadaluwarsa/rusak dan prosedur tetap
pemusnahan perbekalan farmasi dan alat kesehatan di gudang maupun di rawat
inap, Neonatal Intensive Care Unit (NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU)
atau di Kamar Operasi (OK).
Penetapan dan penyusunan SPO harus memuat judul SPO, No. Dokumen,
No. Revisi, Nomor Halaman, Nama Instalasi yang menggunakan SPO tersebut,
Tujuan SPO, Pengertian yang berkaitan dengan judul SPO, Kebijakan serta
Prosedur yang berisi langkah-langkah tetap dalam menjalankan suatu pekerjaan di
Instalasi tersebut. SPO secara berkala perlu ditinjau kembali untuk dapat
disesuaikan dan disempurnakan dengan tata urutan dalam melakukan pekerjaan
kefarmasian.
Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


14

Berikut adalah uraian SPO yang diusulkan untuk digunakan di RSIA


SamMarie Basra sebagai ketetapan prosedur pengelolaan perbekalan farmasi di
RSIA SamMarie Basra di gudang, rawat inap, NICU/PICU dan OK.

4.1 SPO Pemeriksaan Tanggal Kadaluwarsa/rusak Perbekalan Farmasi dan


Alat Kesehatan di Gudang, Ruang Rawat, NICU/PICU dan OK RSIA
SamMarie Basra
Di apotek maupun di RS banyaknya obat dan jumlah perjenis obat yang
kadaluwarsa sangat merugikan karena investasi untuk persediaan tersebut tidak
akan kembali karena tidak dapat menghasilkan pendapatan (dianggap rusak).
Suatu cara untuk pengendalian obat bertanggal kadaluwarsa adalah dengan cara
menggunakan kartu seperti terlampir dalam lampiran 1 (Seto et al, 2008)
Surat faktur barang dicocokkan dengan barang/obat yang dikirim ke
Apotek atau RS terhadap jenis barang, jumlah,merek,harga satuan, jumlah harga
perjenis barang dan jumlah harga keseluruhan obat yang tertera dalam faktur dan
tanggal kadaluwarsa. Jika sesuai, faktur ditandatangani oleh apoteker atau asisten
apoteker dan obat disimpan di gudang ( Seto et al, 2008) Selanjutnya untuk
mencatat tanggal kadaluwarsa pada tiap jenis perbekalan farmasi yang datang
perlu ditentukan prosedur tetapnya/SPO pemeriksaan tanggal kadaluwarsa.
SPO ini dibuat agar dilakukan kegiatan pemeriksaan tanggal
kadaluwarsa/rusak untuk menghindari pemakaian obat yang tidak terjamin mutu,
stabilitas, potensi dan keamanannya. SPO ini menjadi ketetapan prosedur
pemeriksaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan (alkes) ketika farmasis akan
melakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa/rusak di Gudang, Ruang Rawat,
NICU/PICU dan OK. Dengan adanya pemeriksaan tanggal kadaluwarsa/rusak
perbekalan farmasi dan alkes ini diharapkan dapat meminimalisir dan
menghindari kejadian penggunaan obat dan alkes yang tidak layak pakai.Berikut
adalah prosedur yang diusulkan untuk diberlakukan pada kegiatan farmasi di
rumah sakit:
1. Apoteker/Asisten Apoteker (AA) melakukan pemeriksaan tanggal
kadaluwarsa/rusak secara berkala (1, 2 atau 3 bulan sekali) di Gudang, Ruang

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


15

Rawat, NICU/PICU dan OK SamMarie Basra.


2. Apoteker/Asisten Apoteker (AA) melakukan pemeriksaan tanggal
kadaluwarsa/rusak melalui 2 (dua) cara yaitu :
a) Melakukan pemeriksaan secara berkala (setiap 3 bulan) untuk masing-
masing obat dan alkes di Gudang, Ruang Rawat, NICU/PICU dan OK
SamMarie Basra.
b) Melakukan pemeriksaan pada saat pengambilan dan penyetokan obat pada
tahapan penyiapan obat dan alkes di Gudang, Ruang Rawat, NICU/PICU
dan OK SamMarie Basra.
3. Dalam mewujudkan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa/rusak secara berkala
Apoteker/Asisten Apoteker (AA):
a) Menetapkan petugas yang ditunjuk bertanggungjawab terhadap
pemeriksaan tanggal kadaluwarsa/rusak (Apoteker atau AA).
b) Melakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa/rusak untuk masing-masing
obat dan alkes pada satu bagian dari rak.
c) Untuk obat dan alkes yang mendekati tanggal kadaluwarsa/rusak (1 - 3
bulan sebelumnya) beri perhatian khusus.
d) Agar didistribusikan sebelum tanggal kadaluwarsa/rusak. Atau
mengembalikan (retur) obat dan alkes kepada distributor sesuai dengan
persyaratan yang disepakati.
e) Menyisihkan obat dan alkes yang telah kadaluwarsa/rusak dan simpan di
tempat tersendiri dengan diberi label/tulisan OBAT
KADALUWARSA/RUSAK.
f) Melakukan prosedur di atas kembali untuk bagian rak yang lain.
g) Mencatat hasil pemeriksaan tanggal kadaluwarsa/rusak pada buku
tersendiri.
4. Apoteker/Asisten Apoteker (AA) juga memeriksa tanggal kadaluwarsa/rusak
pada saat pengambilan obat dan alkes:
a) Pada saat mengambil obat dan alkes untuk pelayanan harus selalu
melakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa/rusak.
b) Sisihkan obat alkes yang telah kadaluwarsa/rusak dan simpan di tempat

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


16

tersendiri dengan diberi label/tulisan OBAT KADALUWARSA/RUSAK.


c) Mencatat hasil pemeriksaan tanggal kadaluwarsa/rusak pada buku
tersendiri atau pada Kartu Penanda Obat Kadaluwarsa

4.2 SPO Penarikan Perbekalan Farmasi dan Alat Kesehatan


Kadaluwarsa/rusak di Gudang, Ruang Rawat, NICU/PICU dan OK
RSIA SamMarie Basra
IFRS harus membuat prosedur terdokumentasi untuk mendeteksi
kerusakan dan kadaluwarsa perbekalan farmasi serta penanganannya. IFRS harus
diinformasikan tentang setiap produk perbekalan farmasi yang rusak, yang
ditemukan oleh perawat staf medik (Dirjen Binfar dan JICA, 2008). Sehingga
dengan laporan dari perawat staf medik di Ruang Rawat, NICU/PICU dan OK
SamMarie Basra maka IFRS dapat dengan cepat bertindak melakukan penarikan
Perbekalan Farmasi dan Alat Kesehatan yang telah Kadaluwarsa/rusak di ruangan
tersebut.
Dalam melakukan hal ini secara tidak langsung bertujuan untuk menjamin
pelayanan yang bermutu sehingga melibatkan farmasis dan tenaga profesi
kesehatan lainnya dalam membangun kerjasama dan ikut serta berpartisipasi
dalam mewujudkan tujuan jaminan mutu pelayanan kesehatan. Prosedur
penanganannya sebagai berikut:
1. Apoteker/Asisten Apoteker (AA) melakukan pemeriksaan tanggal
kadaluwarsa/rusak secara berkala (1, 2 atau 3 bulan sekali atau bersamaan
dengan Stok Opname (SO)) di Gudang, Ruang Rawat, NICU/PICU dan
OK RSIA SamMarie Basra.
2. Pada saat Apoteker/Asisten Apoteker (AA) melakukan pemeriksaan
tanggal kadaluwarsa di Gudang, Ruang Rawat, NICU/PICU dan OK RSIA
SamMarie Basra, jika ditemukan perbekalan farmasi yang telah
kadaluwarsa/rusak maka perbekalan tersebut dipisahkan dari perbekalan
yang lainnya.
3. Dalam hal penarikan produk yang signifikan secara klinik, pimpinan RS,
perawat dan staf medik yang bersangkutan di ruang tempat penarikan

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


17

harus diberi tahu setiap adanya penarikan perbekalan farmasi yang


kadaluwarsa/rusak.
4. Apoteker/Asisten Apoteker (AA) memberi label KOMODITI
KADALUWARSA/RUSAK DILARANG DIJUAL/DIGUNAKAN pada
tempat khusus.
5. Apoteker/Asisten Apoteker (AA) menarik dan melakukan karantina
semua produk yang kadaluwarsa dari Gudang, Ruang Rawat, NICU/PICU
dan OK RSIA SamMarie Basra, diberi tanda “jangan digunakan”
selanjutnya Apoteker/Asisten Apoteker (AA) melakukan pengelolaan
perbekalan farmasi yang kadaluwarsa/rusak.
6. Apoteker/Asisten Apoteker (AA) mengganti stok perbekalan farmasi
kadaluwarsa yang ditarik di Ruang Rawat, NICU/PICU dan OK RSIA
SamMarie Basra dengan perbekalan farmasi yang tidak kadaluwarsa
sejumlah perbekalan yang ditarik.

4.3 SPO Pengelolaan Perbekalan Farmasi dan Alat Kesehatan


Kadaluwarsa/Rusak di RSIA SamMarie Basra.
SPO ini dibuat untuk melakukan kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi
dan alat kesehatan yang telah kadaluwarsa/rusak. Standar ini dimaksudkan agar
perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang telah kadaluwarsa/rusak dapat
ditangani secara benar, sehingga SPO di RSIA SamMarie Basra dapat
meminimalisir kejadian tidak diinginkan yang berkaitan dengan penggunaan
perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang kadaluwarsa/rusak.
Dengan adanya pengelolaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang
kadaluwarsa/rusak maka dapat di ketahui dengan mudah mana perbekalan farmasi
dan alat kesehatan yang tidak kadaluwarsa/rusak dan yang kadaluwarsa/rusak.
Karena pada saat pengelolaannya perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang
kadaluwarsa/rusak diberi label khusus agar tidak dijual dan digunakan. Hal ini
sekaligus dapat dijadikan sebagai laporan khusus dan arsip terdokumentasi yang

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


18

nantinya dapat digunakan pada tahap pemusnahan barang dan pencatatan


perbekalan farmasi dan alat kesehatan. Berikut adalah prosedur yang diusulkan:
1. Apoteker/Asisten Apoteker (AA) menyediakan tempat khusus untuk
menyimpan perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang telah
kadaluwarsa/rusak.
2. Pada saat menyediakan tempat khusus penyimpanan komoditi, maka
Apoteker/Asisten Apoteker (AA) harus menyiapkan tempat yang terpisah dari
ruang peracikan.
3. Apoteker/Asisten Apoteker (AA) memberi label KOMODITI
KADALUWARSA/RUSAK DILARANG DIJUAL pada tempat khusus.
4. Apoteker (Ka.IFRS) menunjuk petugas yang bertanggungjawab mengelola
komoditi ini (AA atau Juru Resep)
5. Sebelum memasukkan komoditi yang telah kadaluwarsa/ rusak pada tempat
khusus, terlebih dahulu Apoteker/Asisten Apoteker (AA) mencatat hasil dan
jumlah perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang kadaluwarsa/ rusak dalam
buku khusus.
6. Dalam melakukan pemusnahan komoditi, petugas yang ditunjuk (AA/Juru
Resep) bersama Apoteker (Ka.IFRS) harus melakukan pemusnahan sesuai
tata cara yang berlaku.

4.4 SPO Pemusnahan/Penghapusan Perbekalan Farmasi dan Alat Kesehatan


Kadaluwarsa/Rusak di RSIA SamMarie Basra
SPO ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan pemusnahan
perbekalan farmasi dan alat kesehatan. Penghapusan atau pemusnahan merupakan
kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena
kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar yaitu dengan cara membuat
usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada pihak terkait sesuai prosedur yang
berlaku. Tujuan dari penghapusan ini untuk menjamin perbekalan farmasi yang
sudah tidak memenuhi syarat dikelola sesuai dengan standar yang berlaku.
Adanya penghapusan akan mengurangi beban penyimpanan maupun mengurangi

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


19

risiko terjadi penggunaan obat yang sub standar. Berikut adalah SPO yang
diusulkan:
1. Apoteker/Asisten Apoteker (AA) RSIA SamMarie Basra melakukan
inventarisasi perbekalan farmasi dan alat kesehatan berlabel khusus yang
akan dimusnahkan terpisah dengan perbekalan farmasi dan alat kesehatan
lainnya yang masih memenuhi standar.
2. Apoteker RSIA SamMarie Basra menyiapkan administrasi (berupa laporan
dan Berita Acara Pemusnahan Perbekalan farmasi dan alat kesehatan)
3. Apoteker RSIA SamMarie Basra menetapkan jadwal, metode dan tempat
pemusnahan.
4. Apoteker RSIA SamMarie Basra melakukan pemusnahan disesuaikan dengan
jenis dan bentuk perbekalan.
5. Apoteker RSIA SamMarie Basra membuat laporan pemusnahan perbekalan
farmasi dan alat kesehatan yang sekurang- kurangnya memuat :
a) Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan perbekalan farmasi dan alat
kesehatan.
b) Nama dan jumlah perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang
dimusnahkan.
c) Nama Apoteker pelaksana pemusnahan perbekalan farmasi dan alat
kesehatan.
d) Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan perbekalan farmasi dan alat
kesehatan.
6. RSIA SamMarie Basra membuat laporan pemusnahan perbekalan farmasi dan
alat kesehatan yang ditanda tangani oleh Apoteker dan saksi dalam
pelaksanaan pemusnahan (Berita Acara terlampir).

Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dan penyusunan SPO yang telah dilakukan dapat
ditarik kesimpulan bahwa telah dilakukan penyusunan SPO tentang pemeriksaan
tanggal kadaluwarsa, penarikan perbekalan farmasi kadaluwarsa dari rawat inap,
NICU/PICU dan OK Rumah Sakit Ibu dan Anak SamMarie Basra, pengelolaan
perbekalan farmasi kadaluwarsa dan pemusnahan perbekalan farmasi kadaluwarsa
di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) SamMarie Basra sesuai dengan ketetapan
yang diberlakukan oleh Bina Kefarmasian Republik Indonesia.

5.2. Saran
1. SPO hendaknya secara berkala direvisi dan diperbaharui sesuai dengan standar
yang berlaku.
2. Hendaknya petugas yang secara langsung terkait dalam pelaksanaan SPO
memahami isi SPO dan bertanggung jawab dalam melakukan operasional yang
dimaksud.
3. SPO yang telah tersusun diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan untuk dijadikan revisi ataupun tambahan SPO Rumah Sakit Ibu
dan Anak (RSIA) SamMarie Basra.
4. SPO yang telah tersusun diharapkan dapat dikaji secara berkesinambungan
agar tetap dapat mengikuti perkembangan zaman.
5. Sebaiknya dilakukan penyusunan SPO lainnya yang belum ada di IFRS
SamMarie Basra seperti SPO Higiene dan Sanitasi, SPO Tata Kelola
Administrasi, SPO pengaturan Suhu Ruang, SPO produksi skala kecil, SPO
Penggunaan Baju Kerja.

20 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


DAFTAR PUSTAKA

Binfar. 2008. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di


Apotek ( SK NOMOR 1027/MENKES/SK/IX/2004). Jakarta: Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan RI

Binfar dan Pengurus Pusat IAI. 2011. Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik
(CPFB) Good pharmacy Practice (GPP). Jakarta: KEMENKES RI.

Dirjen Binfar dan JICA. 2008. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di


Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.

Menkes. 1999. SK Menkes Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar


Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: Kenentrian Kesehatan Republik
Indonesia (RI)

Menkes. 2009. Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan


Kefarmasian. Jakarta : KEMENKES RI.

Menkes. 2014. Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2014 tentang Standar


Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta : KEMENKES RI

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) Republik


Indonesia (RI) Nomor Hk.04.1.33.12.11.09938 Tahun 2011. 2011.
Kriteria Dan Tata Cara Penarikan Obat Yang Tidak Memenuhi Standar
Dan/Atau Persyaratan. Jakarta: BPOM.

Siregar, Charles J.P. 2004. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran EGC.

Seto et al.2008. Manajemen Farmasi (Apotik. Farmasi Rumah Sakit. Pedagang


Besar Farmasi. Industri Farmasi).Surabaya: Airlangga University Press.

WHO dan FIP. 2012. Good Pharmacy Practice Joint FIF/WHO Guidelines On
GPP: Standards For quality of pharmacy service. Netherlands:
International Pharmaceutical Federation.

21 Universitas Indonesia

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


22

Lampiran 1. SPO pemeriksaan tanggal kadaluwarsa/rusak perbekalan farmasi


dan alat kesehatan

Pemeriksaan Tanggal Kadaluwarsa/Rusak Perbekalan


Farmasi dan Alat Kesehatan di Gudang, Ruang Rawat,

Jalan Basuki Rahmat NICU/PICU dan OK


No.31, Jakarta Timur,
Kota Jakarta Timur,
DKI Jakarta No.Dokumen No.Revisi Halaman 1/3
13430.Tlp:(021)
86613145
Ditetapkan
Standar Direktur
Tanggal
Prosedur
Terbit
Operasional …………………..
Serangkaian kegiatan pengelolaan yang mengawasi dan
Pengertian memeriksa tanggal kadaluwarsa/kerusakan perbekalan
farmasi di gudang,ruang rawat, NICU/PICU dan OK
Prosedur ini dibuat untuk melakukan kegiatan pemeriksaan
Tujuan tanggal kadaluwarsa untuk pemakaian obat yang tidak
terjamin mutu,stabilitas, potensi dan keamanannnya.
Kebijakan Apoteker dan Asisten Apoteker (AA)
Prosedur 1. Apoteker/Asisten Apoteker (AA) melakukan pemeriksaan
tanggal kadaluwarsa/rusak secara berkala (1, 2 atau 3 bulan
sekali) di Gudang, Ruang Rawat, NICU/PICU dan OK
SamMarie Basra.
2. Apoteker/Asisten Apoteker (AA) melakukan pemeriksaan
tanggal kadaluwarsa/rusak melalui 2 (dua) cara yaitu :
a) Melakukan pemeriksaan secara berkala (setiap 3 bulan)
untuk masing-masing obat dan alkes di Gudang, Ruang
Rawat, NICU/PICU dan OK SamMarie Basra.
b) Melakukan pemeriksaan pada saat pengambilan dan
penyetokan obat pada tahapan penyiapan obat dan alkes
di Gudang, Ruang Rawat, NICU/PICU dan OK
SamMarie Basra.
3. Dalam mewujudkan pemeriksaan tanggal

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


23

(lanjutan)
kadaluwarsa/rusak secara berkala Apoteker/Asisten
Apoteker (AA):
a) Menetapkan petugas yang ditunjuk bertanggungjawab
terhadap pemeriksaan tanggal kadaluwarsa/rusak
(Apoteker atau AA).
b) Melakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa/rusak
untuk masing-masing obat dan alkes pada satu bagian
dari rak.
c) Untuk obat dan alkes yang mendekati tanggal
kadaluwarsa/rusak (1 - 3 bulan sebelumnya) beri
perhatian khusus.
d) Agar didistribusikan sebelum tanggal kadaluwarsa/rusak.
Atau mengembalikan (retur) obat dan alkes kepada
distributor sesuai dengan persyaratan yang disepakati.
e) Menyisihkan obat dan alkes yang telah
kadaluwarsa/rusak dan simpan di tempat tersendiri
dengan diberi label/tulisan OBAT
KADALUWARSA/RUSAK.
f) Melakukan prosedur di atas kembali untuk bagian rak
yang lain.
g) Mencatat hasil pemeriksaan tanggal kadaluwarsa/rusak
pada buku tersendiri.
4. Apoteker/Asisten Apoteker (AA) juga memeriksa tanggal
kadaluwarsa/rusak pada saat pengambilan obat dan alkes:
a) Pada saat mengambil obat dan alkes untuk pelayanan
harus selalu melakukan pemeriksaan tanggal
kadaluwarsa/rusak.
b) Sisihkan obat alkes yang telah kadaluwarsa/rusak dan
simpan di tempat tersendiri dengan diberi label/tulisan
OBAT KADALUWARSA/RUSAK.
4. Mencatat hasil pemeriksaan tanggal kadaluwarsa/rusak pada
buku tersendiri atau pada Kartu Penanda Obat Kadaluwarsa

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


24

Lampiran 2.SPO penarikan perbekalan farmasi kadaluwarsa/rusak di rawat


inap, NICU/PICU dan OK

Penarikan Perbekalan Farmasi Kadaluwarsa/Rusak di


Rawat Inap, NICU/PICU dan OK

Jalan Basuki Rahmat


No.31, Jakarta Timur,
Kota Jakarta Timur, No.Dokumen No.Revisi Halaman 1/ 2
DKI Jakarta
13430.Tlp:(021)
86613145
Ditetapkan
Direktur
Standar
Tanggal
Prosedur
Terbit
Operasional

…………………..
Pengambilan kembali sejumlah perbekalan farmasi yang
dianggap kadaluwarsa/rusak ke gudang IFRS setelah proses
Pengertian
pemeriksaan anggal kadaluwarsa di Ruang rawat,
NICU/PICU, dan OK
Untuk melindungi dan menjamin distribusi perbekalan
farmasi yang bermutu tinggi kepada pasien di ruang rawat,
Tujuan
NICU/PICU dan OK serta untuk menghindari penggunaan
perbekalan farmasi yang substandar.
Kebijakan Apoteker dan Asisten Apoteker (AA)
Prosedur 1. Apoteker/Asisten Apoteker (AA) melakukan pemeriksaan
tanggal kadaluwarsa/rusak secara berkala (1, 2 atau 3 bulan
sekali atau bersamaan dengan Stok Opname (SO)) di
Gudang, Ruang Rawat, NICU/PICU dan OK RSIA
SamMarie Basra.
2. Pada saat Apoteker/Asisten Apoteker (AA) melakukan
pemeriksaan tanggal kadaluwarsa di Gudang, Ruang Rawat,
NICU/PICU dan OK RSIA SamMarie Basra, jika
ditemukan perbekalan farmasi yang telah kadaluwarsa/rusak
maka perbekalan tersebut dipisahkan dari perbekalan yang
lainnya.

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


25

(lanjutan)
3. Dalam hal penarikan produk yang signifikan secara klinik,
pimpinan RS, perawat dan staf medik yang bersangkutan di
ruang tempat penarikan harus diberi tahu setiap adanya
penarikan perbekalan farmasi yang kadaluwarsa/rusak.
4. Apoteker/Asisten Apoteker (AA) memberi label
KOMODITI KADALUWARSA/RUSAK DILARANG
DIJUAL/DIGUNAKAN pada tempat khusus.
5. Apoteker/Asisten Apoteker (AA) menarik dan melakukan
karantina semua produk yang kadaluwarsa dari Gudang,
Ruang Rawat, NICU/PICU dan OK RSIA SamMarie Basra,
diberi tanda “jangan digunakan” selanjutnya
Apoteker/Asisten Apoteker (AA) melakukan pengelolaan
perbekalan farmasi yang kadaluwarsa/rusak.
6. Apoteker/Asisten Apoteker (AA) mengganti stok
perbekalan farmasi kadaluwarsa yang ditarik di Ruang
Rawat, NICU/PICU dan OK RSIA SamMarie Basra dengan
perbekalan farmasi yang tidak kadaluwarsa sejumlah
perbekalan yang ditarik.

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


26

Lampiran3. Pengelolaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan


kadaluwarsa/rusak.

Pengelolaan Perbekalan Farmasi dan Alat Kesehatan


Kadaluwarsa/Rusak

Jalan Basuki Rahmat


No.31, Jakarta Timur, No.Dokumen No.Revisi
Kota Jakarta Timur, Halaman 1/2
DKI Jakarta - -
13430.Tlp:(021)
86613145
Ditetapkan
Direktur
Standar
Tanggal
Prosedur
Terbit
Operasional

…………………..
Penanganan perbekalan farmasi kadaluwarsa setelah di tarik
Pengertian
dari ruang rawat, NICU/PICU dan OK
Prosedur ini dibuat untuk melakukan kegiatan pengelolaan
Tujuan
sediaan farmasi dan alat kesehatan yang telah kadaluwarsa.
Kebijakan Apoteker
Prosedur 1. Apoteker/Asisten Apoteker (AA) menyediakan tempat
khusus untuk menyimpan perbekalan farmasi dan alat
kesehatan yang telah kadaluwarsa/rusak.
2. Pada saat menyediakan tempat khusus penyimpanan
komoditi, maka Apoteker/Asisten Apoteker (AA) harus
menyiapkan tempat yang terpisah dari ruang peracikan.
3. Apoteker/Asisten Apoteker (AA) memberi label
KOMODITI KADALUWARSA/RUSAK DILARANG
DIJUAL pada tempat khusus.
4. Apoteker (Ka.IFRS) menunjuk petugas yang
bertanggungjawab mengelola komoditi ini (AA atau Juru
Resep).
5. Sebelum memasukkan komoditi yang telah
kadaluwarsa/rusak pada tempat khusus, terlebih dahulu

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


27

(lanjutan)
Apoteker/Asisten Apoteker (AA) mencatat hasil dan
jumlah perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang
kadaluwarsa/ rusak dalam buku khusus.
6. Dalam melakukan pemusnahan komoditi, petugas yang
ditunjuk (AA/Juru Resep) bersama Apoteker (Ka.IFRS)
harus melakukan pemusnahan sesuai tata cara yang berlaku.

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


28

Lampiran 4. SPO pemusnahan/penghapusan perbekalan farmasi dan alat


kesehatan kadaluwarsa/rusak

Pemusnahan/Penghapusan Perbekalan Farmasi dan Alat


Kesehatan Kadaluwarsa/Rusak

Jalan Basuki Rahmat


No.31, Jakarta Timur,
Kota Jakarta Timur, No.Dokumen No.Revisi Halaman ½
DKI Jakarta
13430.Tlp:(021)
86613145
Ditetapkan
Direktur
Standar
Tanggal
Prosedur
Terbit
Operasional

…………………..
Kegiatan memusnahkan perbekalan farmasi
Pengertian kadaluwarsa/rusak yang dianggap substandar sesuai dengan
syarat yang di berlakukan oleh Bina Kefarmasian
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan
Tujuan pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
kadaluwarsa/rusak.
Kebijakan Apoteker
Prosedur 1. Apoteker/Asisten Apoteker (AA) RSIA SamMarie Basra
melakukan inventarisasi perbekalan farmasi dan alat
kesehatan berlabel khusus yang akan dimusnahkan terpisah
dengan perbekalan farmasi dan alat kesehatan lainnya yang
masih memenuhi standar.
2. Apoteker RSIA SamMarie Basra menyiapkan administrasi
(berupa laporan dan Berita Acara Pemusnahan Perbekalan
farmasi dan alat kesehatan)
3. Apoteker RSIA SamMarie Basra menetapkan jadwal,
metode dan tempat pemusnahan.
4. Apoteker RSIA SamMarie Basra melakukan pemusnahan
disesuaikan dengan jenis dan bentuk perbekalan.

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


29

(lanjutan)
5. Apoteker RSIA SamMarie Basra membuat laporan
pemusnahan perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang
sekurang- kurangnya memuat :
a) Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan perbekalan
farmasi dan alat kesehatan.
b) Nama dan jumlah perbekalan farmasi dan alat kesehatan
yang dimusnahkan.
c) Nama Apoteker pelaksana pemusnahan perbekalan
farmasi dan alat kesehatan.
d) Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan perbekalan
farmasi dan alat kesehatan.
6. RSIA SamMarie Basra membuat laporan pemusnahan
perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang ditanda tangani
oleh Apoteker dan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan
(Berita Acara terlampir).

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


30

Lampiran 5. Kartu penanda obat bertanggal kadaluwarsa (Seto et al, 2008)

Farmasi R.S/Apotek* :
Jalan Basuki Rahmat No.31, Jakarta Timur, Kota Jakarta Timur, DKI
Alamat :
Jakarta 13430.Tlp:(021) 86613145

Tahun kadaluwarsa :
Bulan Kadaluwarsa :

Sumber
No. Nama Obat, Bentuk Tgl. Tempat
Pembelian/No. Jumlah Ket
Urut Sediaan,Satuan Pembelian Penyimpanan
Faktur

*) Coret yang tidak perlu

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


31

Lampiran 6. Contoh berita acara pemusnahan obat/perbekalan kesehatan

BERITA ACARA PEMUSNAHAN OBAT/PERBEKALAN KESEHATAN

(Binfar, 2008)

Pada hari………..tanggal………bulan……………tahun…………….sesuai
dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan Tata Cara Pemberian Izin Apotek,
kami yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Apoteker Pengelola Apotek :……………………………………………..

No. SIK :……………………………………………..

Nama Apotek : Apotek/RSIA

No. SIA :……………………………………………...

Dengan disaksikan oleh :

1. Nama :……………………………………………...
Jabatan :……………………………………………...
No. SIKA :……………………………………………...
2. Nama :……………………………………………...
Jabatan :……………………………………………...
No. SIKA :……………………………………………...

Telah melakukan pemusnahan obat sebagaimana tercantum dalam daftar


terlampir.

Tempat dilakukan pemusnahan :……………………………………………

Demikian berita acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab.

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


32

(lanjutan)
Berita acara pemusnahan ini dibuat rangkap 4 ( empat ) dan dikirim kepada:

1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi


2. Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan
3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
4. Satu sebagai arsip di Rumah Sakit

…………………………….20……
Yang membuat acara,
Saksi- Saksi:

1. (……………………………..)
(………………………….) No. SIKA:…………………… No.
SIK:…………………

2. (……………………………..)
No. SIKA:…………………..

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


33

Lampiran 7.Contoh lampiran daftar obat yang dimusnahkan dalam berita acara
pemusnahan obat ((Binfar, 2008)

NARKOTIKA

No. Urut Nama Jumlah Alasan Pemusnahan

OBAT KERAS DAN BAHAN BERBAHAYA

No. Urut Nama Jumlah Alasan Pemusnahan

OBAT DAN BAHAN OBAT

No. Urut Nama Jumlah Alasan Pemusnahan

…………………………….20……
Yang membuat acara,
Saksi- Saksi:

1. (……………………………..)
(………………………….) No. SIKA:…………………… No.
SIK:…………………

2. (……………………………..)
No. SIKA:…………………..

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


34

Lampiran 8. Contoh lampiran daftar perbekalan kesehatan yang dimusnahkan


dalam berita acara pemusnahan perbekalan kesehatan (binfar,
2008)

DAFTAR PERBEKALAN KESEHATAN YANG DIMUSNAHKAN

No. Urut Nama Jumlah Alasan Pemusnahan

…………………………….20……
Yang membuat acara,
Saksi- Saksi:

1. (……………………………..)
(………………………….) No. SIKA:…………………… No.
SIK:…………………

2. (……………………………..)
No. SIKA:…………………..

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


35

Lampiran 9. Contoh berita acara pemusnahan resep(binfar, 2008)

BERITA ACARA PEMUSNAHAN RESEP

Pada hari………..tanggal………bulan……………tahun…………….sesuai
dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan Tata Cara Pemberian Izin Apotek,
kami yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Apoteker Pengelola Apotek :……………………………………………..

No. SIK :……………………………………………..

Nama Apotek : Apotek/RSIA

No. SIA :……………………………………………...

Dengan disaksikan oleh :

1. Nama :……………………………………………...
Jabatan :……………………………………………...
No. SIKA :……………………………………………...
2. Nama :……………………………………………...
Jabatan :……………………………………………...
No. SIKA :……………………………………………...

Telah melakukan pemusnahan resep di Apotek/Rumah Sakit kami, yang telah


melewati batas waktu penyimpanan selama 3 (tiga) tahun, yaitu:
Resep dari tanggal……………………………….sampai dengan tanggal…………
Seberat……………………kg
Resep Narkotik…………...lembar
Tempat dilakukan pemusnahan :……………………………………………

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015


36

(lanjutan)
Demikian berita acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab.

Berita acara pemusnahan ini dibuat rangkap 4 ( empat ) dan dikirim kepada:

1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi


2. Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan
3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
4. Satu sebagai arsip di Rumah Sakit

…………………………….20……
Yang membuat acara,
Saksi- Saksi:

3. (……………………………..)
(………………………….) No. SIKA:…………………… No.
SIK:…………………

4. (……………………………..)
No. SIKA:…………………..

Laporan praktek…, Fitri Nurmayanti, FF UI, 2015

Anda mungkin juga menyukai