Anda di halaman 1dari 9

Kadar Seng Rambut dan Konsumsi Zat Gizi pada Ibu Hamil dengan Anemia di

Wilayah Kerja Puskesmas III Denpasar Utara Provinsi Bali

Kadek Tresna Adhi, Ni Ketut Sutiari, Ni Wayan Septarini


PS. IKM Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

ABSTRAK

Latar belakang. Berbagai faktor penyebab anemia selama kehamilan. Salah satunya adalah
defisiensi mikronutrien dan juga adanya interaksi antar zat gizi yang dikonsumsi yang dapat
mempengaruhi metabolisme zat gizi mikro yang lain.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status seng rambut dan
konsumsi zat gizi ibu hamil dengan anemia.
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan rancangan
cross sectional. Sebanyak 30 ibu hamil dari 83 ibu hamil dengan anemia yang bersedia
diambil sampel rambut untuk dilakukan analisis kadar seng rambut dan selanjutnya dianalisis
dengan metode AAS, sedangkan konsumsi zat gizi diperoleh dengan wawancara
menggunakan formulir food recall.
Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil dengan anemia
memiliki kadar seng rambut diatas normal (>500 ppm) (63,3%). Berdasarkan analisis data
konsumsi diperoleh sebagian besar termasuk dalam kategori baik (≥100%AKG) yaitu
konsumsi energi (53,3%), protein (63,3%), vitamin A (76,7%), vitamin B12 (83,3%), vitamin
C (83,3%), zat besi (56,7%) dan seng (43,3%), sedangkan untuk konsumsi asam folat
sebagian besar ibu hamil termasuk dalam kategori defisit (86,7%).
Kesimpulan. Perlu adanya peningkatan konsumsi asam folat yang berkontribusi terhadap
kejadian anemia selama kehamilan dan juga diperhatikan kemungkinan kelebihan konsumsi
zat gizi tertentu (seng) yang dapat menurunkan absorpsi zat besi.

Keywords: anemia, mikronutrien, seng rambut, kehamilan


PENDAHULUAN
Gangguan kesehatan yang terjadi selama kehamilan dapat mempengaruhi kesehatan
janin hingga kelahiran serta pertumbuhan bayi selanjutnya. Salah satu dari masalah kesehatan
selama kehamilan adalah anemia. Anemia terjadi pada saat kadar hemoglobin (Hb) kurang
dari 11 g/dl yaitu pada trimester I dan III atau kadar Hb kurang dari 10,5g/dl pada trimester II
(1,2). Anemia ibu hamil akan meningkatkan risiko mendapatkan bayi berat lahir rendah
(BBLR), risiko pendarahan sebelum dan saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan
kematian ibu dan bayi apabila ibu dalam kondisi anemia berat. Menurut WHO, sebesar 40%
kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan (3,4,5).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi anemia ibu
hamil di Indonesia cukup tinggi yaitu 24,5%.
Sebagian besar penyebab utama anemia dalam kehamilan khususnya di negara
berkembang adalah karena defisiensi zat besi. Namun, beberapa penelitian menunjukkan
bahwa defisiensi zat besi bukan satu-satunya penyebab anemia melainkan juga disebabkan
oleh defisiensi asupan mikronutrien yang lain seperti asam folat dan seng (6). Daerah yang
memiliki prevalensi anemia zat besi tinggi diperkirakan prevalensi defisiensi seng (Zn) dan
asam folat juga tinggi, khususnya di negara berkembang seperti d Indonesia. Hal ini erat
kaitannya dengan pola konsumsi di negara berkembang yang sebagian besar makanan pokok
berasal dari bahan makanan nabati, sementara konsumsi produk hewani masih rendah
sehingga asupan besi (Fe) dan Seng (Zn) rendah sehingga dapat menimbulkan anemia pada
ibu hamil yang pada kondisi tersebut mengalami peningkatan kebutuhan akan zat gizi (7).
Disamping itu perlu diperhatikan pula interaksi antar zat gizi yaitu adanya
kemungkinan saling bersaing saat diabsorpsi atau defisiensi zat gizi mikro akan
mempengaruhi metabolisme zat gizi mikro lainnya. Penelitian menunjukkan bahwa
konsentrasi asupan zat besi yang tinggi akan mempengaruhi absorpsi seng karena memiliki
valensi yang sama. Defisiensi asam folat dan vitamin B12 juga akan mempengaruhi replika
DNA dan proses pembelahan sel yang pada gilirannya mengganggu pembentukan heboglobin
(6,8).
Berdasarkan interaksi ini, maka penelitian ini penting dilakukan untuk mempelajari
kadar seng rambut dan konsumsi zat gizi pada ibu hamil dengan anemia, sehingga diharapkan
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi dan masukan kebijakan program gizi,
khususnya program suplementasi zat besi (Fe) yang sudah berjalan saat ini mengingat masih
tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini akan menggunakan rancangan penelitian crossectional dengan populasi
yang akan dipakai adalah semua ibu hamil dengan anemia yang ada di wilayah kerja
Puskesmas III Denpasar Utara. Ibu hamil dengan anemia diperoleh dengan melakukan
skrining kadar Hb menggunakan alat Hemocue, sehingga didapatkan sejumlah 83 ibu hamil
dengan anemia di wilayah kerja puskesmas III Denpasar Utara. Setelah dilakukan informed
consent untuk pengambilan sampel rambut, sebanyak 30 ibu hamil menyatakan bersedia
untuk diambil sampel rambutnya. Pengambilan sampel rambut untuk dilakukan
menggunakan gunting stainless steel dan disimpan pada kantong plastik yang sudah
diberikan kode ID sampel. Selanjutnya sampel rambut dianalisis menggunakan metode
atomic absorption spectrophotometer (AAS) di UPT Laboratorium Analitik Universitas
Udayana. Hasil pengukuran kadar seng rambut dikategorikan menjadi 1) defisiensi seng
kronik (<70 ppm), 2) defisiensi seng ringan (70-100 ppm), 3) normal (>100-500 ppm) dan 4)
diatas normal ( >500 ppm). Data asupan zat gizi dikumpulkan dengan menggunakan form
Recall 24 jam yang dilakukan 2 kali pada waktu yang tidak berurutan. Data asupan gizi
dinyatakan dalam bentuk persentase (%) dengan membandingkan hasil asupan dengan angka
kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) tahun 2004. Selanjutnya data kadar seng rambut dan
asupan zat gizi dianalisis secara deskriptif yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi,
tabulasi silang, persentase, rata-rata dan standar deviasi (SD).

HASIL

Karakteristik Ibu Hamil


Karakteristik ibu hamil dengan anemia yang digali dalam penelitian ini meliputi
umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, jumlah anak, paritas dan umur
kehamilan.
Tabel 1 Karakteristik Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas III Denpasar Utara
Karakteristik Ibu Hamil Frekuensi (f) Persentase (%)
Umur
<20 atau >35 tahun 4 13.3
20-35 tahun 26 86.7
Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah/SD 9 30.0
SMP 12 40.0
SMA 6 20.0
Diploma/PT 3 10.0
Pekerjaan
IRT 18 60.0
PNS 1 3.3
Wiraswasta 5 16.7
Karyawan Swasta 6 20.0
Jumlah Anggota Keluarga
>4 orang 4 13.3
≤4 orang 26 86.7
Jumlah Anak
Hamil pertama 9 30.0
1-2 anak 16 53.4
≥3 anak 5 16.6
Paritas
0 atau >3 10 33.3
1-3 20 66.7
Umur Kehamilan
Trimester 1 2 6.6
Trimester 2 14 46.7
Trimester 3 14 46.7

Rata-rata umur ibu hamil adalah 28,4 tahun, dengan umur termuda yaitu 19 tahun dan
tertua yaitu 38 tahun. Sebagian besar tamat SMP dan bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Sebagian besar ibu hamil memiliki jumlah anggota keluarga kurang atau sama dengan 4
orang dengan jumlah anak 1-2 orang. Sebagian besar merupakan ibu hamil dengan paritas 1
(satu) sampai 3 (tiga). Sebagian besar umur kehamilan ibu yang menjadi sampel penelitian ini
adalah berada pada trimester 2 dan 3.
Rata-rata kadar Hb ibu hamil dengan anemia adalah 9.96 gr/dl. Berdasarkan hasil
pengukuran tinggi badan dan hasil wawancara berat badan sebelum hamil, diperoleh rata-rata
Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum hamil adalah 22.3 yang termasuk dalam kategori IMT
sebelum hamil normal (IMT 18,5-25) dengan pertambahan berat badan selama kehamilan ±6
kg.

Kadar seng rambut


Gambar 1 dibawah ini diketahui bahwa sebagian besar sampel (ibu hamil dengan
anemia) memiliki kadar seng rambut diatas normal (>500 ppm) sebanyak 19(63,3%) dan
normal (>100-500 ppm) sebanyak 11(36,7%). Tidak ada ibu hamil yang termasuk dalam
kategori defisiensi seng kronis dan juga defisiensi seng ringan. Rata-rata kadar seng rambut
ibu hamil dengan anemia dalam penelitian ini adalah 1208,5±1032,2 ppm. Kadar seng
maksimum ibu hamil 3591,4 ppm dan kadar seng minimum sebesar 258,6 ppm.
0% 0%

37%

Defisiensi
Kronis
Defisiensi
Ringan
Normal

63% Diatas
Normal

Gambar 1. Kategori Status Seng Rambut Ibu Hamil dengan Anemia

Konsumsi zat gizi

Berikut ini rata-rata konsumsi zat gizi ibu hamil yang meliputi asupan energi,
protein,vitamin A, asam folat, vitamin B12, vitamin C, kalsium, zat besi (Fe) dan seng (Zn).
Tabel 2. Rata-rata Konsumsi Zat Gizi Ibu Hamil
Konsumsi Zat Gizi Rata-rata±SD Rata-rata% AKG±SD
Energi (Kkal) 2352.8±888.1 108.9±41.3
Protein (gram) 101.5±48.7 151.4±72.7
Vitamin A (RE) 2273.0±2511.5 284.1±313.9
Asam Folat (µg) 358.2±774.6 59.7±129.1
Vitamin B12 (µg) 24.4±78.3 933.7±3011.9
Vitamin C (mg) 229.5±226.9 270.0±266.9
Besi (mg) 191.8±307.2 508.7±788.2
Seng (mg) 15.1±8.0 96.3±55.7
Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan sebagian besar ibu hamil asupan zat gizi
yang termasuk dalam kategori baik (≥100% AKG) yaitu asupan energi, protein, vitamin A,
vitamin B12, vitamin C dan besi. Pada asupan seng rata-rata asupan berada pada kategori
sedang, dan rata-rata asupan asam folat termasuk dalam kategori defisit (<70% AKG).
Gambar 1 dibawah ini menunjukkan kategori asupan zat gizi yang dikategorikan menjadi
menjadi empat, yaitu baik (≥100% AKG), sedang (80%-99% AKG), kurang (70%-80%
AKG) dan defisit (<70% AKG).
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Energi Protein Vit. A Asam Vit. B12 Vit. C Besi Seng
Folat
Baik Sedang Kurang Defisit

Gambar 2. Kategori Tingkat Konsumsi Zat Gizi Ibu Hamil dengan Anemia

BAHASAN

Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
masih tinggi prevalensinya di Indonesia yang dapat mengakibatkan peningkatan risiko
morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi (6). Sebagian besar ibu hamil dengan anemia pada
penelitian ini berumur diantara 20-35 tahun, namun ada ibu hamil yang termasuk kelompok
risiko tinggi yaitu berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.
Kehamilan menyebabkan peningkatan pada volume plasma dan masa sel darah
merah. Ekspansi terbesar terjadi pada volume plasma sehingga hemoglobin menjadi cair.
Akibatnya, konsentrasi hemoglobin menurun. Hal tersebut semakin jelas pada akhir trimester
kedua kehamilan. Setelah itu, selama trimester ketiga, konsentrasi hemoglobin secara
berangsur-angsur naik (9). Sebagian besar sampel dengan umur kehamilan yang memasuki
trimester 2 (dua) dan 3 (tiga).
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup
maupun lahir mati. Dalam persalinan normal, seorang wanita hamil akan mengeluarkan darah
rata-rata 500 ml atau setara dengan 200 mg Fe, sehingga semakin tinggi paritas maka
semakin banyak darah yang hilang saat persalinan. Pada penelitian ini sebagian besar sampel
dengan paritas 1-3 dan ditemukan pula ibu hamil denngan paritas lebih dari 3. Ibu dengan
paritas >3 berisiko terkena anemia pada kehamilan berikutnya karena persediaan Fe banyak
terkuras pada kehamilan dan persalinan sebelumnya, setiap kali wanita melahirkan jumlah zat
besi yang hilang diperkirakan sebesar 250 mg (5).
Anemia dapat dicegah dengan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang khususnya
asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Hal ini disebabkan karena
hampir sebagian besar anemia pada ibu hamil disebabkan karena kekurangan zat besi. terjadi
oleh interaksi antar zat gizi mikro lainnya (6,10,11). Berdasarkan hasil analisis konsumsi zat
gizi diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil dengan anemia, asupan asam folatnya
termasuk dalam kategori defisit (<70%AKG). Defisiensi asam folat akan menyebabkan
gangguan pematangan inti eritrosit yang selanjutnya akan menyebabkan gangguan dalam
replica DNA dan proses pembelahan sel (12). Keadaan ini akan mempengaruhi kinerja sel
yang berperan dalam sintesis hemoglobin. Pada umumnya defisiensi asam folat seiring
dengan defisiensi besi (13,14). Jika dibandingkan dengan konsumsi zat besi ibu hamil pada
penelitian ini sebagian besar berada pada kategori baik namun ada juga dalam kategori defisit
yaitu sebesar 26,7%. Berdasarkan hal ini sangat direkomendasikan suplementasi asam folat
bersamaan dengan zat besi.
Selain asam folat seng (Zn) juga merupakan co-factor dari enzim asam amino
levulinic dehidratase untuk sintesis transferin. Interaksi besi dan seng berlangsung secara
tidak langsung yaitu peran seng dalam sintesis protein transferin yaitu protein pengangkut
besi dan karena defisiensi seng juga akan menurunkan sistem kekebalan serta dapat
mengganggu metabolisme besi (15). Pada penelitian ini asupan seng ibu hamil dengan
anemia sebagian besar termasuk katgori tingkat konsumsi seng yang baik yaitu sebesar
43.3%, walaupun ada sebagian ibu hamil dengan anemi (30.0%) termasuk dalam tingkat
konsumsi seng yang defisit.
Berdasarkan analisis kadar seng rambut diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil
dengan anemia memiliki status seng diatas normal (63.3%) dan normal (36.7%). Tidak ada
ibu hamil dengan anemia yang mengalami defisiensi seng kronis dan ringan. Beberapa teori
menyebutkan bahwa seng berkompetisi dengan besi untuk dapat diserap di usus. Apabila
jumlah seng lebih banyak maka seng akan diserap lebih banyak dibandingkan dengan besi
(10). Namun penelitian lain mengatakan bahwa dengan adanya ligan dalam makanan maka
penyerapan seng tidak dipengaruhi oleh konsentrasi besi. Besi dan seng tidak berkompetisi
untuk mendapatkan tempat untuk ikatana transferin pada permukaan usus, karena seng
diserap kemudian diikat oelh albumin (16). Disamping seng, zat gizi mikro yang mungkin
berinteraksi dengan besi dalam fungsinya pada sintesis hemoglobin cukup banyak antara lain
adalah asam folat, vitamin B12, vitamin A, vitamin C dan tembaga (6,11).
SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa anemia pada ibu hamil pada penelitian
ini kemungkinan lebih banyak disebabkan oleh kurangnya konsumsi asam folat, disamping
juga berbagai faktor yang lain diantaranya kelebihan seng yang memerlukan penelitian lebih
lanjut untuk menganalisis keterkaitan zat gizi mikro khususnya besi, folat dan seng melalui
pemeriksaan biokimia yang lebih akurat.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih diucapkan kepada PS.IKM Fakultas Kedokteran Univeritas Udayana
dalam memberikan bantuan dana kepada tim peneliti sehingga dapat melaksanakan penelitian
sampai dengan tahap publikasi ini.

RUJUKAN
1. Setiawan, A., Lipoeto, N.I, dan Izzah, A.Z. 2013. Hubungan kadar Hemoglobin Ibu
Hamil TM III dengan Berat Bayi Lahir di Kota Pariaman. Jurnal Kesehatan Andalas.
2013;2 (1). http://jurnal.fk.unand.ac.id
2. Departemen Kesehatan RI. (2008). Profil Kesehatan Indonesia 2008 Retrieved 2 Maret,
2013, from http://www.depkes.go.id
3. Hidayat, A. (1999). Seng (Zinc): Esensial bagi Kesehatan. J Kedokter Trisakti, 18(1)
4. Yunita, Erma. 2006. Status anemia ibu hamil dan berat badan lahir bayi serta faktor-
faktor yang mempengaruhi di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta. [Skripsi]. Program
Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB: Bogor.
5. Amiruddin, R., Syam, E., Rusnah, Tolanda, S., & Damayanti, I. (2007). Anemia
Defisiensi Zat Besi pada Ibu Hamil di Indonesia (Evidenced Based) Retrieved 2 Maret
2013, from http://ridwanamiruddin.wordpress.com
6. Jafar, N. (2012). Peranan Gizi pada Anemia Ibu Hamil. Program Studi Ilmu Gizi,
Fakultas Kesehatan Masyarakat , Universitas Hasanuddin. Makassar.
7. Arisman, M. (2010). Buku Ajar Ilmu Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta.: EGC.
8. Mc Laren DS. 2002. B Group Vitamin in The News. Medical Progress. 8-12
9. Monge R.V.,Rivero A. 2001. A Iron and Folat Status in Urban and Rural Costarica
Teenagers. Food and Nutrition Buletin. 45-51
10. Nixon, P. 2000. Iron Transport, Storage and Overload Brisbane: Biochemistry
Departement. The University of Queensland Australia.
11. Watts D.L. 1997. Iron in Trace Elements and Other Essential Nutrients. Dallas. Amerika
Serikat : 106-116
12. Lonnerdal P. 1998. Iron-Zinc-Copper Inteaction in Micronutrients Interactions : Impact
on Children Health and Nutrition. USAID/FAO. Washington DC.
13. Ronnenberg A.G.dkk. 2000. Anemia and Deficiencies of Folat and Vitamin B6 are
Comon and Vary with Season in Chinese Women of Chilbering Age. Community and
International Nutrition : 2703-2709
14. Tarmizi. (2011). Dampak kelebihan dan kekurangan mineral Retrieved 2 Maret, 2013,
from http://kimia.unp.ac.id/?p=1529

Anda mungkin juga menyukai