Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA


MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISKUSI
KELOMPOK PADA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA KELAS IV SD NEGERI 13 SUNGAI
JAGA A

Disusun Oleh :
SURIANI
NIM ; 20166523085

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEPERAWATAN
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................... 5
KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................................. 5
BAB III ................................................................................................................................ 10
METODE PENELITIAN ........................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) bertujuan memberikan bekal
kemampuan dasar calistung (baca tulis hitung), pengetahuan dan keterampilan
dasar yang bermanfaat bagi siswa yang sesuai dengan tingkat perkembangannya
serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi.
Terkait dengan tujuan memberikan bekal kemampuan dasar “baca tulis” maka
peranan pengajaran Bahasa Indonesia di SD menjadi sangat penting.
Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya pada tahap keberwacanan (di kelas I
dan kelas II) tetapi juga pada tercapainya kemahiran wacanan (di kelas-kelas
tinggi atau kelas III sampai kelas VI SD).

Hakikatnya belajar bahasa adalah belajar komunikasi, oleh sebab itu


pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan keterampilan
siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan benar, baik secara lisan
maupun tertulis (Kurikulum Pendidikan Dasar GBPP Kelas II, 1994:20).

Belajar Bahasa Indonesia siswa harus menguasai empat keterampilan


berbahasa, yaitu: keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) yang mempunyai peran
penting adalah aspek keterampilan menulis (Zuchdi, 1997:100). Sedangkan
menurut Ary (2004) kegiatan berbahasa tersulit adalah menulis. Sebab, menulis
ini tidak hanya melibatkan representasi grafis pembicaraan, tetapi juga
pengembangan dan presentasi pemikiran secara terstruktur.

Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasaan


yang harus dimiliki oleh para siswa yang sedang belajar mulai tingkat pendidikan
dasar (SD) sampai perguruan tinggi (PT). Keterampilan menulis sifatnya
fungsional bagi pengembangan diri untuk kehidupan masyarakat. Menurut Harris
(1988) membuat kalimat termasuk ke dalam kegiatan untuk keterampilan menulis,
karena itu membuat kalimat juga berarti mengungkapkan ide dan berkomunikasi
dengan orang lain melalui simbol-simbol bahasa. Dalam membuat kalimat perlu
memperhatikan dua hal, yaitu substansi dari hasil tulisan (ide yang diekspresikan)
dan aturan struktur bahasa yang benar (grammatical form and syntactic pattern).
Unsur-unsur pembentuk kalimat seperti subyek, predikat, obyek dan keterangan
dengan benar dan jelas bagi pembaca, mengungkapkan gagasan utama secara
jelas, membuat teks koheren, sehingga orang lain mampu mengikuti
pengembangan gagasan serta memperkirakan pengetahuan yang dimiliki target
pembaca.

Ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran ditunjukkan dengan


dikuasainya materi pembelajaran oleh siswa. Tercapainya tujuan pembelajaran
tersebut dapat diukur dengan tes hasil belajar.

Rendahnya minat belajar siswa dalam pelajaran bahasa indonesia


Berdasarkan Bahan yang Tersedia dengan Memperhatikan Penggunaan Ejaan ini
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: kurangnya latihan yang diberikan guru,
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas kurang bervariasi dan kurang
mengesankan serta kurangnya tugas yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti berkeinginan melakukan


PTK dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA
MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISKUSI KELOMPOK PADA
PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV SD NEGERI 13 SUNGAI
JAGA A”. Peneliti ingin mencoba mengubah tradisi lama ke arah yang lebih
baru, kondusif dan komunikatif.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil analisis pada latar belakang masalah dapat digunakan sebagai
dasar untuk merumuskan masalah yang akan digunakan sebagai fokus perbaikan
pembelajaran sebagai berikut :

Apakah Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Diskusi Kelompok Dapat


Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV SD
NEGERI NEGERI 13 SUNGAI JAGA A

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia


melalui metode pembelajaran diskusi kelompok.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan konstribusi dan manfaat.

1. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam berbahasa . Selain


itu, melalui metode pembelajaran diskusi kelompok dapat menumbuhkan minat
belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia. Menghilangkan
anggapan bahwa belajar bahasa itu membosankan.
1. Bagi Guru
Penelitian ini dapat memacu guru agar lebih kreatif dalam menggunakan metode
pembelajaran dan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran.

1. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, khususnya pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sekolah dapat meningkatkan fasilitas
pembelajaran yang dibutuhkan siswa dan guru.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN BELAJAR
Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi
kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri
(adaptasi) dengan lingkungannya. Dengan adanya proses belajar inilah manusia
bertahan hidup (survived). Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses
perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, tejadi dalam jangka waktu
waktu tertentu. Perubahan yang itu harus secara relative bersifat menetap
(permanent) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak
(immediate behavior) tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa
mendatang (potential behavior). Hal lain yang perlu diperhatikan ialah bahwa
perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pengalaman. Perubahan yang terjadi
karena pengalaman ini membedakan dengan perubahan-perubahan lain yang
disebabkan oleh kemasakan (kematangan).
B. HASIL BELAJAR SISWA
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan.
Beajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam
belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan
seseorang guru sebagai pengajar.
Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu
dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru.
Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa
mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya
intervensi orang lain sebagai pengajar.
Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari
pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut
Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar
mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan,
(3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia
menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan
pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor
dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari
pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan
kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21)
menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh
kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor
dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas
pembelajaran (Sudjana, 2002 : 39).
"Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan
lingkungannya" (Ali Muhammad, 204 : 14). Perubahan perilaku dalam proses
belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya
berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila
terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam
diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas
pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki
oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual),
bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).
Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan
faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar
adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran
yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak
pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak
pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
C. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Menurut M. Ngalim Purwanto (1997:4) dalam metodologi pengajaran
Bahasa Indonesia, menyebutkan bahwa bahasa memungkinkan manusia untuk
saling berhubungan (berkomunikasi), saling berbagi pengalaman, saling belajar
dari orang lain, memahami orang lain, menyatakan diri, dan meningkatkan
kemampuan intelektual. Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah program untuk
mengembangkan pengetahuan, mempertinggi kemampuan berbahasa, dan
menumbuhkan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia.
Achmad Alfianto (2006) menyebutkan bahwa pendidikan Bahasa
Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para
siswa di sekolah. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Indonesia diibaratkan
seperti ulat yang hendak bermetamorfosis menjadi kupu-kupu.
M. Ngalim Purwanto (1997:4) juga menyebutkan ruang lingkup
pembelajaran bahasa Indonesia meliputi:
1. Penguasaan Bahasa Indonesia;
2. Kemampuan memahami;
3. Keterampilan berbahasa/menggunakan bahasa untuk segala macam keperluan;
4. Apresiasi sastra.
D. MODEL PEMBELAJARAN DISKUSI KELOMPOK
Metode diskusi pada hakikatnya berpusat kepada peserta didik, dimana
kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan diskusi yang tidak terstruktur hingga
kepada kegiataan yang terstruktur dimana guru dapat bertindak keras dan
otokratis. Dan persoalan dan masalah-masalah yang didiskusikan sesuai dengan
mata pelajaran/materi pokok. Dengan diskusi para murid akan bekerja keras,
bekerja sama berusaha memecahkan masalah dengan mengajukan pendapat dan
argumentasi yang tepat.
Apabila beberapa pengertian di atas digabungkan, maka akan memberikan
suatu kesimpulan umum bagi pengertian metode diskusi kelompok, yakni Cara
yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk menyampaikan materi
pembelajaran dimana peserta didik belajar bekerjasama memberikan argumentasi
dan ide-ide dalam kelompok-kelompok kecil atau kelompok besar secara
kolaboratif dengan struktur kelompok yang hiterogen dan memiliki kemampuan
yang berbeda-beda, sehingga peserta didik dapat memanfaatkan teman sejawat
(peserta didik lain) sebagai rekan dalam memecahkan masalah atau
mendiskusikan materi-materi yang telah ditentukan kepada kelompok-kelompok
tersebut, dan mereka dapat saling membantu dan tukar menukar pendapat dan ide
yang pada akhirnya dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar,
dan dalam sistem ini guru sebagai fasilitator dan pengarah efektifitas
pembelajaran.
1. Syarat-syarat Metode Diskusi
Adapun syarat-syarat pelaksanaan metode diskusi adalah:
- Pendidik menguasai masalah yang didiskusikan secara utuh
- Pokok-pokok masalah yang didiskusikan agar dipersiapkan lebih awal.
- Memberikan kesempatan secara bebas kepada peserta didik untuk mengajukan
pikiran, pendapat atau kritikannya
- Masalah yang didiskusikan diusahakan agar tetap pada pokoknya.
2. Kelemahan dan Keunggulan Metode Diskusi
Ada beberapa kelemahan metode diskusi antara lain:
- Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang peserta
didik yang memiliki keterampilan berbicara
- Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan
menjadi kabur
- Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai
dengan yang direncanakan
- Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang
tidak dikontrol akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung,
sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.
Disamping memiliki kelemahan metode diskusi juga memiliki keunggulan, antara
lain:
- Mempertinggi peran serta secara perorangan
- Mempertinggi peran serta kelas secara keseluruhan, dan
- Memupuk sikap saling menghargai pendapat orang lain.
Dalam berdiskusi tidak semua persoalan patut didiskusikan, persoalan
yang patut didiskusikan kehendaknya memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
- Menarik perhatian peserta didik
- Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
- Memiliki lebih dan satu kemungkinan pemecahan atau jawaban, bukan
kebenaran lunggal, dan
- Pada umumnya tidak mencari mana jawaban yang benar, melainkan
menggunakan pertimbangan dan perbandingan.
Teknik diskusi sebagai metode belajar mengajar lebih cocok dan
diperlukan apabila kita (guru) hendak:
- Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada (dimiliki) oleh para peserta
didik.
- Memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menyalurkan
kemampuannya masing-masing.
- Memperoleh umpan balik dan para peserta didik tentang apakah tujuan yang
telah dirumuskan telah dicapai.
- Membantu para peserta didik belajar berpikir teoritis dan praktik lewat
berbagai mata peserta didikan dan kegiatan sekolah.
- Membantu para peserta didik belajar menilai kemampuan dan peranan diri
sendiri maupun teman-temannya (orang lain).
- Membantu para peserta didik menyadari dan mampu merumuskan berbagai
masalah yang dilihat baik dan pengalaman sendiri maupun dalam peserta didikan
sekolah.
- Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.
Oleh karena itu, metode diskusi bukanlah hanya percakapan atau debat
biasa, tapi diskusi timbul karena ada masalah yang memerlukan jawaban atau
pendapat yang bermacam-macam. Dalam metode diskusi ini peranan guru sangat
penting dalam rangka menghidupkan kegairahan murid berdiskusi.
3. Macam-Macam Diskusi
- Diskusi Informal
- Diskusi Formal
- Diskusi panel
- Diskusi symposium
Dalam buku Civic Education digambarkan beberapa model rancangan tata
kelas yang memakai metode diskusi:
- Model lingkaran
- Model Konferensi
- Model Corak Tim
4. Langkah-langkah Penggunaan Metode Diskusi
Agar penggunaan metode diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Langkah Persiapan
- Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum
maupun tujuan khusus. Tujuan yang ingin dicapai mesti dipahami oleh setiap
peserta didik sebagai peserta diskusi. Tujuan yang jelas dapat dijadikan sebagai
kontrol dalam pelaksanaan.
- Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai.
- Menetapkan masalah yang akan dibahas. Masalah dapat ditentukan dari isi
materi pembelajaran atau masalah-masalah yang aktual yang terjadi di lingkungan
masyarakat yang dihubungkan dengan materi peserta didikan sesuai dengan
bidang studi yang diajarkan.
- Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan
diskusi.
2. Pelaksanaan Diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah:
- Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi kelancaran
diskusi
- Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan
tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi
yang akan dilaksanakan
- Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam
pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatikan suasana atau iklim belajar yang
menyenangkan
- Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk
mengeluarkan gagasan dan ide-idenya
- Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas.
Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan
menjadi melebar dan tidak fokus.
3. Menutup Diskusi
Akhir dan proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi
hendaklah dilakukan hal-hal sehagai berikut:
- Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil
diskusi
- Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta
sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.
Dari uraian di atas dapat dipahami metode diskusi merupakan teknik belajar
mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah, dan di dalam diskusi ini
proses belajar mengajar terjadi, dimana interaksi dua atau lebih individu yang
terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah dapat
terjadi juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilakukan
dalam pembelajaran BAHASA INDONESIA di Kelas IV SDN 13 SUNGAI
JAGA A Kec. Bilah Hulu Kabupaten Labuhan
Batu.Dengan jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian sebanyak 30 ora
ng terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 17 orang siswa perempuan.
B. Sumber Data
1. Siswa: Sumber data siswa diperoleh dari hasil observasi yang
diperoleh secara sistematik selama pelaksanaan siklus pertama
sampai siklus kedua, hasil evaluasi dan hasil wawancara guru.
2. Guru: Sumber data guru berasal dari lembar observasi aktivitas guru
dalam Model Pembelajaran Demonstrasi .
3. Data Dokumen: Sumber data dokumen berasal dari data awal hasil
tes, hasil pengamatan, catatan lapangan selama proses pembelajaran
dan hasil foto.
C. Prosedur Penelitian
Rancangan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Dalam perencanaan ini meliputi sebagai berikut:

1. Menetapkan peneliti mitra (observer) yaitu Kepala Sekolah SD.


2. Menelaah materi mata pelajaran Tematik serta menelaah indikator
bersama tim kolaborasi.
3. Menyusun RPP sesuai sesuai indikator yang telah ditetapkan dan
skenario Model Pembelajaran Numbered Heads Together.
4. Menyiapkan alat peraga dan media pembelajaran berupa gambar.
5. Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis, dan lembar kerja siswa.
6. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa, guru
dan angket.
D. Pelaksanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan PTK ini direncanakan dalam 2 siklus. Siklus pertama
yaitu bulan Juni 2013 dan siklus kedua yaitu bulan Juli 2013.
Penelitian dipusatkan pada pelaksanaan serangkaian pembelajaran yan
g dipilah
kedalam 2 siklus tindakan. Pada setiap siklus tindakan diobservasi,
dievaluasi dan direfleksi data-dataatau temuan yang berhubumgan dengan
kinerja guru dalam menggunakan Model Pembelajaran Numbered Heads
Together, dan hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru
pengamat untuk mengamati aktivitas siswa dan sikap siswa ketika mengikuti
pembelajaran Tematik yang menerapkan Model Pembelajaran Numbered
Heads Together. Observasi juga dilakukan terhadap guru yang
menerapkan Model Numbered Heads Together.
d. Refleksi
Setelah mengkaji proses pembelajaran yaitu aktivitas siswa dan guru,
serta hasil belajar siswa dalam pembelajaran Tematik, apakah sudah efektif
dengan melihat ketercapaian dalam indikator kinerja pada siklus pertama,
serta mengkaji kekurangan dan membuat daftar permasalahan yang muncul
dalam pelaksanaan siklus pertama, kemudian bersama tim kolaborasi
membuat perencanaan tindak lanjut untuk siklus berikutnya sampai
mencapai indikator kinerja.
4. Siklus Penelitian
4.1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
1). Menyusun RPP Tematik.
2).Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa gambar.
3). Menyiapkan lembar kerja siswa.
4).Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan dalam penelitian.
5).Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran tematik. Menjelaskan logistic
yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktifitas pemecahan
masalah pembelajaran tematik.
2) Guru membantu siswa mendifinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan Tematik (menetapkan topic, tugas, jadwal
dll).
3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai
eksperimen tentang pembelajaran tematik untuk mendapatkan penjelasan
dan peemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis dan pemecahan
masalah.
4) Guru membantu siswa dalam merencanakan, menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan pembelajaran tematik dan membantu mereka berbagi
tugas dengan temannya.
5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi dan evaluasi terhadap
penyelidikan terhadap pembelajaran tematik dan proses-proses yang mereka
gunakan
c. Observasi
1). Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam
pembelajaran Tematik (dilakukan oleh observer).
2). Memantau penerapan Model pembelajaran Numbered Heads
Together.
3). Melakukan pengamatan keterampilan guru dalam
pembelajaran (dilakukan oleh observer).
d. Refleksi
1). Mengkaji pelaksanaan pembelajaran siklus 1.
2). Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus 1.
3). Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus 1.
4). Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus 2.
4.2. Siklus Kedua
a. Perencanaan
1). Menyusun RPP Tematik.
2).Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa gambar.
3). Menyiapkan lembar kerja siswa.
4).Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan dalam penelitian.
5).Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran tematik. Menjelaskan logistic
yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktifitas pemecahan
masalah pembelajaran tematik.
2) Guru membantu siswa mendifinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan Tematik (menetapkan topic, tugas, jadwal
dll).
3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai
eksperimen tentang pembelajaran tematik untuk mendapatkan penjelasan
dan peemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis dan pemecahan
masalah.
4) Guru membantu siswa dalam merencanakan, menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan pembelajaran tematik dan membantu mereka berbagi
tugas dengan temannya.
5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi dan evaluasi terhadap
penyelidikan terhadap pembelajaran tematik dan proses-proses yang mereka
gunakan
c. Observasi
1). Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam
pembelajaran Tematik (dilakukan oleh observer).
2). Memantau penerapan Model pembelajaran Numbered Heads
Together.
3). Melakukan pengamatan keterampilan guru dalam
pembelajaran (dilakukan oleh observer).
d. Refleksi
1). Mengkaji pelaksanaan pembelajaran siklus 2.
2). Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus 2.
3). Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus 2.
D. Jadwal Penelitian
Siklus I Siklus II
No KEGIATAN
Bulan Juni Bulan Juli
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perencanaan
2 Proses Pembelajaran
3 Evaluasi
4 Pengumpulan Data
5 Analisis Data
6. Penyusunan Hasil
7 Pelaporan Hasil
E. Desain Penelitian
F. Teknik analisis Data
G. INDIKATOR KEBERHASILAN
Dari tahap kegiatan pada siklus I dan II, hasil yang diharapkan adalah
1) Siswa memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif terlibat
dalam proses pembelajaran BAHASA INDONESIA sebanyak ≥ 80 %.
2) Terjadi peningkatan prestasi siswa pada mata pelajaran BAHASA
INDONESIA ≥ 70 %.
DAFTAR PUSTAKA
Hendro Darmodjo, Kaligis, J R E. (1991/1992). Pendidikan BAHASA
INDONESIA, Hal 7-11 Depdikbud Dirjen Dikti, Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan
Hernawaty Damanik. (2004). Penerapan Model Pembelajaran
Demonstrasi FKIP- Universitas Terbuka.
Irwanto, dkk (1991). Membaca Permulaan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Kemmis, S. dan MC. Toggart.R. (Ed.1988). The Action Resesarch Planner.
Deakin. Deakin University: Australia
Sobry Sutikno, (2004). Model Pembelajaran Demonstrasi. NTP Press. Mataram
Slavin, RE.(1994). Educational Psychology : Theory Research and Practice.
Second Edition. Boston: Allyn and Bacon.
Ahmad Sabri, Panduan Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta; Quantum Teaching,
2005).

Anda mungkin juga menyukai