OLEH :
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2019
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah Patofisiologi
Kelenjar Endokrin dengan lancar dan dalam kondisi yang sangat baik.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa pula kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu khususnya dari rekan-rekan
sekelompok kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik walaupun ada
beberapa hambatan yang kami alami dalam penyusunan makalah ini. Namun, berkat
motivasi yang disertai kerja keras dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya dapat
teratasi.
Dengan segala kerendahan hati dan penuh harapan semoga makalah ini
bermanfaat. Kami menyadari didalam makalah ini masih banyak kekurangan
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran serta solusi yang sifatnya membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sistem endokrin merupakan salah satu sistem pengatur kelenjar yang terdapat
pada tubuh manusia dan berguna melakukan sekresi atau menghasilkan hormon.
Sistem endokrin meliputi sistem dan alat yang mengeluarkan hormon atau alat yang
merangsang keluarnya hormon yang berupa mediator kimia. Hormon yang diproduksi
dalam sistem endokrin dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang nantinya akan
disalurkan melalui darah dan digunakan untuk proses kerja pada tiap organ-organ
dalam tubuh.
1.3.Tujuan
1.4.Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini agar menjadi bahan ajar atau untuk
menambah wawasan pembaca ataupun penulis
BAB II
PEMBAHASAN
Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin yang
mempunyai efek tertentu pada aktifitas organ-organ lain dalam tubuh yang dihasilkan
oleh kelenjar endokrin atau kelenjar buntu. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang
tidak mempunyai saluran sehingga sekresinya akan masuk aliran darah dan mengikuti
peredaran darah ke seluruh tubuh. Apabila sampai pada suatu organ target , maka
hormon akan merangsang terjadinya perubahan. Pada umumnya pengaruh hormon
berbeda dengan saraf. Perubahan yang dikontrol oleh hormon biasanya merupakan
perubahan yang memerlukan waktu panjang.Contohnya pertumbuhan dan pemasakan
seksual. Hormon berfungsi untuk memberikan sinyal ke sel target yang selanjutnya
akan melakukan suatu tindakan atau aktivitas tertentu.
1. Hipotiroid
Hipotiroid atau hipotiroidisme merupakan sebuah penyakit dimana keadaan
penyakitnya diakibatkan karena kekurangna hormon tiorid yang dihasilkan oleh
kelenjar tiroid dan biasanya sering terjadi pada usia tuap akan tetapi tidak menutup
kemungkinan akan menyerang masa remaja atau dewasa. Umumnya penyakit ini
yang diderita pasien disebabkan oleh kelenjar tiroid yangdimlikinya mengalami
atrofi ayau tidak mempunyai kenejar tiroid karena telah menjalani pembedahan atau
ablasi radioisotp, atau bisa juga karena destruksi oleh antibodi autoimun yang
beredar dalam sirkulasi. Selain itu, hipotiroidisme juga bisa disebabkan karena
adanya kecacatan dimasa perkembangan, yang akhirnya menjadikan kelenjar tiroid
tidak terbentuk. Hal tersebut biasanya terjadi pada kasus hipotiroidisme kongenital.
a. Etiologi
Penyebab terjadinya hipotiroidisme adalah akibat terjadinya melefungsi
pada kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Jika hipotiroidisme diakibatkan
oleh malafungsi kelenjar tiroid, maka penderitanya akan memiliki kadar HT
yang rendah dan disertai juga peningkatan kadar TSH dan TRH. Hal itu
disebabkan karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis
anterior dan hipotalamus.
Menurut pendapat salah satu ahli, faktor-faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya hipotiroidisme diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :
1. Atrofi Jaringan Tiroid
2. Hilangnya Stimulasi Trofik
3. Faktor Lingkungan
b. Patofisiologi
Iodin dibutuhkan dalam kelenjar tiroid yang memiliki tujuan untuk
menyekresi dan mensintesis hormon tiroid. Contoh kerja iodin digambarkan
seperti berikut : jika seseorang sedang menjalani diet dan dalam dietnya kurang
mengandung iodin dalam artian produksi dari hormon tiroid tertekan untuk
alasan lain, tiroid akan mengalami pembesaran sebagai usaha untuk untuk
kompensasi dari kekurangan hormon. Dalam keadaan ini goiter kan menjalani
adaptasi penting pada suatu defisiensi hormon tiroid, sedangkan untuk
pembesaran yang terjadi dari kelenjar adalah sebuah respon yang bertujuan
untuk dapat meningkatkan respon sekresi pituitari dari TSH. TSH memiliki
kegunaan untuk melakukan stimulasi tiroid, agar nantinya tiroid dapat
menyekresi T4 lebih banyak lagi. Sementara saat level T4 darah rendah yang
terjadi adalah pembesaran pada kelenjar tiroid, dan hal itu membuat struktur di
leher dan dada tertekan serta dapat mengakibatkan adanya gejala respirasi
disfagia.
Hormon tiroid yang mengalami penurunan tingkatan akan menjadikan
BMR menjadi lambat dan perlambatannya tersebut kan menyerang seluruh
proses dalam tubuh, seperti pada proses yang mengarahkan hal ini pada kondisi
fungsi pernapasan menurun, penurunan produksi panas tubuh, penurunan traktus
gastrointestinal, bradikardi, dan suatu penurunan produksi asam lambung. Selain
itu, penurunan tingkatan hormon tiroid juga dapat menyebabkan metabolisme
lemak. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena pengikatan hasil
kolestrol di dalam serum dan level trigilserida dapat membuat pasien memiliki
potensi yang tinggi untuk mengalami arteriosklerosis dan penyakit jantung
koroner.
2. Hipertiroid
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana
didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks
fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon
tiroid berlebihan.
Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan terhadap
pengaruh metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson: 337)
Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid
bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di
dalam darah. Hipertiroidisme adalah kadar TH yang bersirkulasi berlebihan.
Gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. (Elizabeth J. Corwin: 296).
a. Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,
atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai
penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan
keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambamn
kadar HT dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif
dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan
memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
1. Penyebab Utama :
a. Penyakit Grave
b. Toxic multinodular goitre
c. ’’Solitary toxic adenoma’’
2. Penyebab Lain :
a. Tiroiditis
b. Penyakit troboblastis
c. Ambilan hormone tiroid secara berlebihan
d. Pemakaian yodium yang berlebihan
e. Kanker pituitari
f. Obat-obatan seperti Amiodarone
b. Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika.
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai
tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-
lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih
meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap
sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-
15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu
yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi
immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang
berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat
TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil
akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme
kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini
mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama
12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya
sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan
pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon
hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori
kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka
hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat
peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses
metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme
mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung
tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor
otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita
mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas
normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem
kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun
yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya
bola mata terdesak keluar.
b. Hipoparatiroidisme
Penyakit ini jarang terjadi pada orang dewasa, biasanya anak di bawah umur
16 tahun. Penyakit ini terjadi setelah strumektomi, terjadi paratiroidisme
sekunder. Timbul gejala-gejala reaksi neuromuskuler yang berlebihan akibat
kalsium serumyang sangat rendah, tetani dengan manifestasi spasmus
karpopedal dan kejang pada anggota gerak dan kelumpuhan otot.
c. Hiperkalsemia
Meningginya kadar kalsium dalam darah yang disebabkan oleh :
a. Berhubungan dengan paratiroidisme primer;
b. Berhubungan dengan keganasan (tumor hipokalsemia);
c. Berhubungan dengan vitamin D (abnormalitas metabolisme vitamin D);
d. Berhubungan dengan kegagalan ginjal; dan
e. Intoksikasi vitamin A (terlalu banyak vitamin A).
d. Hipokalsemia
Hipokalsemia subakut terjadi pada pankreatitis akut, mengakibatkan hormon
paratiroksin menjadi rendah. Klasifikasinya adalah.
a. Hormon paratiroid
Hipoparatiroidisme herediter suatu sindrom kompleks kegagalan dari
adrenal, ovarium dan paratiroid.
Hipoparatiroidisme didapat : komplikasi strumektomi, kerusakan
kelenjar paratiroid, setelah eksplorasi ginjal.
Hipomagnesemia primer dan sekunder.
b. PTH tidak akftif
Gagal ginjal kronik menyebabkan retensi fosfat, mengakibatkan
menurunnya kadar kalsium dalam darah.
Tidak adanya vitamin D yang aktif menimbulkan penyakit tulang
seperti osteomalasia.
Vitamin D aktif tetapi tidak efektif, malabsorpsi intestina.
Kelenjar adrenal adalah sepasang organ yang terletak dekat kutub atas
ginjal, terbenam dalam jaringan lemak.Kelenjar ini ada 2 buah, berwarna
kekuningan serta berada di luar (ekstra) peritoneal. Bagian yang sebelah kanan
berbentuk pyramid dan membentuk topi (melekat) pada kutub atas ginjal kanan.
Sedangkan yang sebelah kiri berbentuk seperti bulan sabit, menempel pada
bagian tengahginjal mulai dari kutub atas sampai daerah hilus ginjal kiri.
Kelenjar adrenal pada manusia panjangnya 4-6 cm, lebar 1-2 cm, dan tebal 4-6
Gb. 2.1 Anatomi
Adrenal
www.uvahealth.com
Diabetes yang timbul akibat kekurangan insulin. Insulin adalah hormon yang
diproduksi sel beta di pankreas, sebuah kelenjar yang terletak di belakang lambung,
yang berfungsi mengatur metabolisme glukosa menjadi energi serta mengubah
kelebihan glukosa menjadi glikogen yang disimpan di dalam hati dan otot. Tidak
keluarnya insulin dari kelenjar pankreas penderita DM tipe 1 bisa disebabkan oleh
reaksi autoimun berupa serangan antibodi terhadap sel beta pankreas.
Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja. Riwayat
keluarga, diet dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita
diabetes tipe 1. Pada penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan
memonitor kadar gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula darah.
Terutama pada anak-anak atau balita yang mana mereka sangat mudah mengalami
dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai penyakit.
Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin,
dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor
pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal
sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic
ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga). Terlepas
dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin melalui
pump, yang memungkinkan untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada
tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis (a bolus)
dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk
pemberian masukan insulin melalui "inhaled powder".
Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan
memengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan
yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan dijalankan. Tingkat
Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1 harus sedekat mungkin ke angka
normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l). Beberapa dokter menyarankan sampai ke 140-
150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk mereka yang bermasalah dengan angka yang lebih
rendah, seperti "frequent hypoglycemic events”. Angka di atas 200 mg/dl (10 mmol/l)
seringkali diikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air kecil yang terlalu sering
sehingga menyebabkan dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l) biasanya
membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke ketoasidosis. Tingkat
glukosa darah yang rendah, yang disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan
kehilangan kesadaran.
2. DM Tipe 2 atau Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Pencegahan Diabetes
Penyakit ini dapat dicegah dengan merubah pola makan yang seimbang
(hindari makanan yang banyak mengandung protein, lemak, gula, dan garam),
melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari (berenang, bersepeda, jogging,
jalan cepat), serta rajin memeriksakan kadar gula urine setiap tahun.
3.2.Saran
Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan,
baik karena bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan
mengkonsumsi makanan. Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat
beraktivitas dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Haryono, R dan Brigitta, A.D.S. 2019. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Endokrin, Pustaka Baru Press : Yogyakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Vol. 2. Jakarta : EGC.
Tim FK UI, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Media Aesculapius, Jakarta: 1999.
ISBN 979-95607-0-5.