BAB I
LINGKUP PEKERJAAN TANGGUNG JAWAB
KONTRAKTOR
pekerjaan dan cara melaksanakan pekerjaan tersebut termasuk hal-hal khusus bila
diperlukan, persiapan-persiapannya, peralatan, pekerjaan sementara yang ada sejauh
mana hal tersebut mencakup lingkup dari pekerjaannya dan harus mendapatkan
persetujuan dari Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan, dan pihak-
pihak atau instansi yang terkait dengan kelangsungan kegiatan tersebut di atas.
1.6.TENAGA KERJA
Tenaga-tenaga yang yang digunakan hendaknya dari tenaga-tenaga yang ahli / terlatih
dan berpengalaman pada bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik
sesuai dengan ketentuan/ petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas
Lapangan.
1.7.SATUAN UKURAN
Semua satuan ukuran yang disebutkan dalam spesifikasi ini yang digunakan dalam
pekerjaan adalah standar meter dan Kilogram. Bila disebut satu ton, yang dimaksud
adalah satu ton yang bernilai 1000 kilogram.
Orang-orang atau pelaksana tersebut harus mengerti bahasa yang dipakai oleh Pejabat
Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan, atau Kontraktor akan menyediakan
penterjemah khusus untuk keperluan tersebut.
1.9. LAPORAN
a. Kontraktor diharuskan membuat bahan laporan berkala kemajuan pekerjaan untuk
setiap satu minggu kegiatan dengan mengisi formulir evaluasi kemajuan pekerjaan
sesuai dengan petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.
Ringkasan laporan tersebut harus mencantumkan keadaan cuaca, jumlah
pengerahan tenaga kerja, tenaga pengawas dan pelaksana, alat-alat yang
dipergunakan, jumlah pengiriman bahan-bahan bangunan ke lokasi pekerjaan,
kemajuan fisik dari pekerjaan yang telah selesai, masalah-masalah yang timbul
dilapangan serta pemecahannya, dan rencana kerja minggu berikutnya.
b. Laporan kemajuan pekerjaan harus diserahkan oleh Kontraktor pada setiap akhir
pekan untuk dievaluasi
c. Laporan lain seperti Laporan Harian dan lain-lain sesuai dengan uraian dalam syarat-
syarat umum kontrak.
e. Pada penyerahan akhir pekerjaan (Penyerahan Pertama dan Terakhir) harus disertai
Gambar hasil pelaksanaan “ (as built drawings)”.
f. Semua ukuran dinyatakan dalam sistim matrik.
g. Kalau terdapat perbedaan dengan spesifikasi maka yang benar dan berlaku adalah
yang ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.
m. Apabila bahan-bahan yang dikirim ke lokasi Kegiatan ternyata tidak sesuai dengan
contoh yang ditunjukkan, baik dalam hal mutu, jenis, berat maupun kekuatannya,
maka Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan berwenang untuk
menolak bahan tersebut dan mengharuskan Kontraktor untuk menyingkirkannya dan
diganti dengan bahan-bahan yang sesuai dengan contoh yang telah diperiksa
terdahulu.
n. Semua bahan yang disimpan di lokasi Kegiatan harus diletakkan dan dilindungi
sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kontaminasi atau mengalami proses
lainnya yang dapat mengakibatkan rusaknya atau menurunnya mutu bahan-bahan
tersebut.
o. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kontraktor dilarang menyimpan bahan-bahan
yang berbahaya seperti minyak, cairan lainnya yang mudah terbakar, gas dan bahan
kimia sedemikian rupa sehingga keselamatan orang dan keamanan lingkungan
sekitarnyan dapat dijamin.
BAB II
PEKERJAAN PERSIAPAN DAN SARANA UTAMA
PENUNJANG PEKERJAAN
a. Kontraktor harus senantiasa menyediakan air minum yang cukup bersih di tempat
pekerjaan untuk para pekerjanya.
b. Kontraktor harus mengadakan air kerja untuk keperluan pekerjaan selama
pelaksanaan dapat mempergunakan atau menyambung pipa air yang telah ada
dengan meteran air sendiri (guna memperhitungkan pembayarannya) atau air
sumur yang bersih/ jernih dan tawar, bila hal ini meragukan harus diperiksa di
laboratorium.
2.5. PENGUKURAN
2.5.1. Jaringan Titik Tetap
a. Jaringan patok titik tetap diambil berdasarkan referensi titik tetap (Patok
Beton/Bangunan Permanen) yang dipasang oleh dinas terkait yang terdekat.
b. semua elevasi yang ditunjukkan dan tercantum dalam gambar adalah elevasi yang
dikaitkan dengan ketinggian patok titik tetap seperti yang dijelaskan pada butir di
atas.
c. Patok titik tetap yang dipergunakan sebagai referensi dalam Kegiatan ini tercantum
dalam gambar-gambar rencana atau akan ditunjukkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen, PPTK, Pengawas di lapangan.
e. Pekerjaan dapat dihentikan beberapa saat oleh Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK,
Pengawas Lapangan bila dipandang perlu untuk mengadakan penelitian kelurusan
maupun level dari bagian-bagian pekerjaan.
f. Kontraktor harus membuat peil/ titik-titik tanda (bench mark) permanen di tiap-
tiap bagian pekerjaan dan peil ukuran ini harus diberi pelindung dan dirawat selama
berlangsungnya pekerjaan agar tidak berubah.
g. Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukur selama pekerjaan berlangsung berikut
ahli ukur yang berpengalaman sehingga apabila dianggap perlu setiap saat siap
mengadakan pengukuran ulang.
h. Pengukuran titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat optik dan
sudah ditera kebenarannya/ dikalibrasi.
i. Hasil pengukuran lengkap mengenai peil elevasi, sudut. Koordinat, serta letak
patok-patok harus dibuat gambarnya dan dilaporkan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
Kebenaran dari hasil laporan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
j. Jika menurut pendapat Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan
kemajuan Kontraktor tidak memuaskan untuk menyelesaikan pekerjaan survei ini
tepat pada waktunya atau dalam hal Kontraktor tidak memulai pekerjaan atau
melakukan pekerjaan tidak dengan standar yang ditentukan, Pejabat Pembuat
Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan dapat menunjuk stafnya sendiri atau pihak
lain untuk mengerjakan survey lapangan dan membebankan seluruh biayanya
kepada Kontraktor.
2.5.4. Pematokan dan Bouwplank
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktror harus melaksanakan
pematokan dan pemasangan bouwplank sesuai petuntuk Pejabat Pembuat
Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.
b. Bouwplank harus dibuat tegak lurus sumbu saluran dan dibuat selebar pondasi
saluran.
c. Patok dan bouwplank harus dibuat kokoh, tidak mudah rusak dan tidak bergerak
serta harus dijaga agar tidak rusak/ hilang selama pelaksanaan pekerjaan.
d. Elevasi yang tercantum dalam bouwplank dan patok akan menjadi dasar
pelaksanaan pekerjaan baik dalam penentuan lebar saluran, tinggi saluran maupun
tebal pasangan/ konstruksi lainnya.
e. Untuk pekerjaan jalan lingkungan dipasang patok kayu tiap jarak 50 m dan pada
bagian atas setinggi 50 cm di permukaan tanah dicat meni dan diberi Nomor Sta
(Stadium).
Data dan hasil pengukuran awal oleh Kontraktor yang telah disyahkan dan disetujui
oleh Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan pekerjaan tersebut, akan
menjadi acuan dasar pembuatan gambar-gambar selama waktu pelaksanaan sampai
selesai pekerjaan.
Gambar-gambar hasil pengukuran awal tersebut di atas, akan merupakan dasar pokok
kesepakatan bersama antara Kontraktor dan Pejabat Pembuat Komitmen untuk
menghitung volume dari masing-masing jenis pekerjaan yang harus dan telah
dilaksanakan oleh Kontraktor, serta yang harus dibayar oleh Pejabat Pembuat
Komitmen.
Semua dimensi bangunan, jenis serta komposisi jenis material dan rencana elevasi posisi
dan kedudukan dari masing-masing jenis bangunan jalan yang tergambar “Construction
Drawing” Atau “Working Drawing” harus mengacu dan didasarkan pada “Design
Drawing” yang diberikan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.
Apabila karena kondisi dan posisi lapangan yang sesungguhnya, sehingga
mengakibatkan perlu adanya penyesuaian dimensi, elevasi posisi dan kedudukan
bangunan, maka Kontraktor harus konsultasi dan mendapatkan persetujuan terlebih
dahulu dari Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan. Atas dasar
persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen, jika ada penyesuaian dimensi, elevasi posisi
dan kedudukan bangunan, maka kondisi terakhir rancang bangun yang telah disepakati
bersama, disetujui dan disyahkan Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas
Lapangan adalah yang mengikat pada kondisi awal pelaksanaan pekerjaan, dan
merupakan dasar serta acuan utama bagi Kontraktor pada pelaksanaan pekerjaan.
“Construction Drawing” Atau “Working Drawing” yang dipersiapkan oleh kontraktor
tersebut, harus bisa memberikan suatu gambaran rancang bangun yang akan
dilaksanakan pada kondisi nyata lapangan, sehingga perlu dan harus dicantumkan
anatara lain :
Garis elevasi muka tanah asli hasil pengukuran awal.
Dimensi rencana bangunan jalan.
Elevasi posisi dan kedudukan bangunan jalan
Jenis dan komposisi material yang akan dipakai dan lain-lain.
“Construction Drawing” Atau “Working Drawing” yang disyahkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen, dipakai sebagai dasar dan acuan perhitungan volume awal saat akan
dimulainya pelaksanaan pekerjaan atau “ Mutual Cheek ” pada kondisi pelaksanaan
0%.
Kontraktor wajib membuat copy “Construction Drawing” Atau “Working Drawing”
sebanyak minimum 3 (Tiga) Copy, dengan distribusi dua copy untuk PPTK, Pengawas
Lapangan, satu copy untuk arsip Kontraktor dan satu copy serta gambar aslinya harus
gambar aslinya harus diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
Pembuatan Working Drawing dan perhitungan Mutual Check harus sudah selesai dan
disetujui oleh PPTK, Pengawas Lapangan dan Pejabat Pembuat Komitmen selambat-
lambatnya 2 minggu setelah tanggal SPMK.
Selama waktu pelaksanaan pekerjaan dari waktu ke waktu, dimungkinkan adanya
penyesuaian pelaksanaan karena kondisi “Engineering Adjustment”, atau perubahan
Kontraktor wajib membuat copy “Shop Drawing” sebanyak minimum 5 (lima) copy,
dengan distribusi dua Copy untuk PPTK, dan Pengawas Lapangan, satu copy dipasang di
barak kerja, satu copy untuk arsip Kontraktor dan satu copy serta gambar aslinya harus
diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “Shop Drawing” termasuk
penggandaannya sebanyak 5 (lima) copy, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan
beban Kontraktor, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “Overhead” pada analisa
harga satuan pekerjaan.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “As Built Drawing” termasuk
penggandaannya sebanyak 5 (lima) copy, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan
beban kontraktor, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “Overhead” pada analisa
harga satuan pada analisa harga satuan pekerjaan.
As Built Drawing harus sudah diserahkan dan disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen,
PPTK, Pengawas Lapangan selambatnya-lambatnya bersamaan dengan Berita Acara
Penyerahan I.
BAB III
PEKERJAAN TANAH
3.1. UMUM
Yang dimaksud dengan pekerjaan tanah adalah semua pekerjaan persiapan lapangan,
termasuk pekerjaan peralatan tanah, galian tanah, serta penanganan, penghamparan
dan pemadatan material timbunan yang diperlukan, pembuangan semua material sisa
galian, pengeringan (bila diperlukan), perlindungan terhadap daerah di sekitarnya,
urugan kembali, pengupasan muka tanah, timbunan tanah pada alur dan elevasi sesuai
yang ditunjukkan pada gambar.
Khusus pekerjaan perataan dan galian tanah harus menggunakan alat berat atau secara
mekanis. Kebutuhan alat berat untuk penggalian dan pengangkutannya serta kombinasi
dari kedua alat dan metode kerjanya harus dihitung berdasarkan jadwal atau waktu yang
dibutuhkan untuk penggalian dan harus disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK,
Pengawas Lapangan. Bila terjadi kesalahan hitung atau metode kerja sehingga
mengakibatkan waktu penyelesaian Kegiatan menjadi mundur atau terjadi penambahan
biaya, maka segala akibat tersebut di atas harus ditanggung sepenuhnya oleh
Kontraktor.
Bila tidak langsung digunakan penyimpanan bahan galian yang akan digunakan tidak
diperbolehkan diletakkan di jalan. Batu besar yang tidak diperkenankan untuk material
timbunan dapat disimpan/ dicadangkan bagi keperluan pasangan batu, sesuai dengan
spesifikasi. Penggunaan semua material galian untuk keperluan tertentu ditentukan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan. Kontraktor tidak diperkenankan
menghamburkan atau dengan kata lain membuang material galian yang berguna. semua
galian akan dilaksanakan dengan batasan dan sesuai kebutuhan yang diperlihatkan pada
pasal-pasal dari spesifikasi ini berkenaan dengan masalah pengendalian air. Tidak
diperbolehkan menebang tanpa ijin dari Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas
Lapangan dan Instansi yang terkait.
Pekerjaan perataan, galian dan urugan harus benar-benar rata menurut gambar-gambar
potongan memanjang dan potongan melintang dengan permukaan dan kemiringan yang
rapi dan benar-benar rata dan teratur. Apabila tidak disebutkan lain, semua rumput
tanaman dan semua bahan-bahan yang merusak harus dibuang sebelum bahan urugan
diletakkan pada tempatnya. Semua bahan-bahan yang lemah atau mudah rusak harus
diganti dengan bahan-bahan yang baik seperti syarat yang ditetapkan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.
Bahan galian yang didapatkan dari tempat galian tidak mencukupi bagi keperluan
penimbunan maka dapat diperoleh tambahan galian dari daerah bahan galian lain yang
telah disetujui Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan. Lokasi bahan
galian yang telah digali harus diperbaiki sedemikian rupa untuk menghilangkan
kemiringan tanah yang tajam dan tidak stabil atau hal lain yang kurang baik dan
berbahaya. Luas dan kedalaman galian masih dalam batas area yang telah disetujui
Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan. Kontraktor bertanggung jawab
terhadap pengaturan dan pembayaran semua bahan galian termasuk bahan lempung
dan bahan yang dipilih sesuai persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas
Lapangan.
b. Toleransi Dimensi
1. Kelandaian akhir, arah dan formasi sesudah galian tidak boleh bervariasi dari
yang ditentukan lebih dari 2 cm dari tiap titik.
2. Permukaan galian yang telah selesai yang terbuka terhadap aliran air permukaan
harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin drainase
yang bebas dari permukaan ini tanpa terjadi genangan.
3. Setelah masing-masing galian untuk tanah dasar, formasi atau pondasi selesai,
Kontraktor harus memberitahu Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas
Lapangan. Bahan landasan atau material lain tidak boleh dipasang sebelum
kedalaman galian disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas
Lapangan.
e. Prosedur Penggalian.
Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang ditentukan
dalam gambar atau ditunjukkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas
Lapangan dan harus mencakup pembuangan seluruh material dalam bentuk apapun
yang dijumpai, termasuk tanah, padas, batu bata, batu beton, dan lain-lain.
Pekerjaan galian harus dilakukan dengan seminimal mungkin gangguan terhadap
material di bawah dan di luar batas galian.
4. Seluruh tepi galian terbuka harus diberi penghalang yang cukup untuk mencegah
pekerja atau orang lain terjatuh kedalamnya dan setiap galian terbuka pada jalan
badan atau bahu harus ditambah dengan bambu pada malam hari dengan drum
dicat putih atau lampu kuning sesuai dengan ketentuan Pejabat Pembuat
Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.
2. Material galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan dalam saluran
air harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan selesai sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu saluran air.
3. Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh
Kontraktor harus ditinggalkan dalam keadaan rapi dengan tepi dan lereng yang
stabil.
b. Timbunan/ Urugan
Timbunan tidak boleh diletakkan hingga galian yang telah dilakukan dan pekerjaan
pondasi yang telah diselesaikan diperiksa dan disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan. Penimbunan diletakkan mendatar lapis demi
lapis yang dipadatkan dengan menggunakan peralatan tetapi dengan ketebalan lepas
maksimum 200 mm, pemadatan timbunan dengan tenaga manusia dan juga dengan
tenaga mesin harus dengan ketebalan lepas maksimum 200 mm.
Distribusi bahan di seluruh bagian lapisan harus seragam dan penimbunan harus
bebas dari tonjolan, cekungan, dan alur-alur atau lapisan material yang berbeda
susunan atau gradasi dengan material di sekitarnya.
Bila permukaan lapisan menjadi terlalu keras atau halus, untuk pemadatan dengan
lapisan berikutnya, perlu dilakukan torehan sejajar sumbu penimbunan hingga
kedalaman tidak kurang dari 75 mm sebelum dilapisi dengan lapisan selanjutnya.
Pada muka puncak semua timbunan tanah harus diberi kemiringan tidak kurang dari
2% untuk mendapatkan drainase yang efektif, walau tidak diperlihatkan/ditunjukkan
dalam gambar. Permukaan dari timbunan tanah harus dengan kemiringan 25 hingga
dapat berfungsi sebagai drainase.
c. Pemadatan
Pelaksanaan semua penimbunan tidak kurang 90% dari maksimum dry density.
Semua timbunan harus dilembabkan sebesar 2% daripada optimum dan kemudian
dipadatkan. Distribusi kelembaban yang seragam dapat diperoleh dengan metode
yang telah disetujui Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan bagi
pemadatan lapisan. Bila lapisan teratas (dari lapisan sebelumnya) dan timbunan yang
dipadatkan atau tanah pondasi menjadi kering atau basah untuk memperoleh ikatan
yang baik perlu dilakukan penorehan dan pelembaban dengan menggunakan
pancaran air untuk memperoleh kadar air yang yang baik bagi peletakan lapisan
selanjutnya.
BAB IV
PEKERJAAN LEAN CONCRETE
4.1. UMUM
Lean Concrete dapat digunakan sebagai lantai kerja pada jalan. Pengerjaannya harus
mendapat persetujuan dari pengawas. Ketebalan lean concrete = 10 cm
4.2. PERSYARATAN KEKUATAN
Bahan pembuat beton harus dipilih dan dengan proporsi sedemikian rupa sehingga
menghasilkan beton yang kuat, padat, dan tahan terhadap pelapukan dan abrasi.
Beton harus memiliki kekuatan minimum untuk 28 hari = 120 kg/cm2
4.3. KOMPOSISI
Lean concrete harus terdiri dari semen Portland, agregat halus dan air dengan
komposisi tertentu untuk menghasilkan beton yang cocok untuk digunakan secara
pneumatik
a. Semen Portland
1. Semen harus berupa semen Portland sesuai dengan semua persyaratan dari
Japanese Industrial Standars dan/atau British Standards untuk semen Portland type
I
2. Saat ditimbang dengan cara konvensioanal, semen Portland harus memiliki berat
tidak kurang dari 1505,7 kg/m3
b. Agregat halus
Agregat halus harus berupa pasir silica alam yang terdiri dari partike yang keras,
bersih, kuat, tahan lama, dan tidak dilapisi, sesuai dengan persyaratan Japanese
Standars dan/atau British Standards untuk agregat Beton. Agregat Halus harus
berada dalam batas seperti berikut ini:
1. Lolos saringan 9.5 mm 100%
2. Lolos saringan 4.76 mm 95% – 100%
3. Lolos saringan 2.68 mm 80% – 100%
4. Lolos saringan 1.18 mm 50% – 85 %
5. Lolos saringan 0.6 mm 25%- 60%
6. Lolos saringan 0.3 mm 10%- 30%
7. Lolos saringan 0.15 mm 2% – 10%
c. Air
Air yang digunakan saat pencampuran dan air yang berada di nosel harus segar,
bersih, dan bebas minyak, asam, alkali, sayuran, limbah, dan/atau bahan organic.
BAB V
PEKERJAAN JALAN ASPAL
Agregat yang dipergunakan terdiri dari Agregat pokok, Agregat pengunci dan
Agregat penutup yang bersih, keras, bersudut dan bebas lempung serta bahan
yang lain tidak dikehendaki.
Agregat pokok dan Agregat pengunci dapat diperoleh dari hasil / pecah tangan
(pecah lokal), sedangkan Agregat penutup dapat digunakan batu pecah mesin.
b. Bahan Pengikat.
Bahan aspal harus dari jenis aspal semen Pen. 60/70 produk ex. pertamina.
Bahan aspal harus mempunyai titik lembek minimum 48ºC, yang ditentukan
sesuai dengan SNI 06-2434-1991(AASHTO T53). Pengambilan contoh bahan
aspal harus dilaksanakan sesuai dengan AASHTO T40. Sebagai tambahan,
pengambilan contoh bahan aspal dari tiap truk tangki harus dilaksanakan pada
bagian atas, tengah, bawah. Contoh pertama yang harus diambil harus langsung
diuji di laboratorium lapangan untuk memperoleh nilai penetrasi dan titik lembek.
Bahan aspal di dalam truk tangki tidak boleh dialirkan ke dalam tangki penyimpan
sebelum hasil pengujian contoh pertama tersebut memenuhi ketentuan dari
spesifikasi ini. Bilamana hasil pengujian contoh pertama tersebut lolos pengujian,
tidak berarti bahan aspal dari truk tangki yang bersangkutan diterima secara final
kecuali bahan aspal dari contah yang mewakili telah memenuhi semua sifat–sifat
bahan aspal yang disyaratkan dalam spesifikasi ini.
Bahan aspal yang diperoleh kembali dari benda uji pada rumus perbandingan
campuran harus mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 55% nilai penetrasi
aspal sebelum pencampuran dan nilai daktilitas tidak kurang dari 40 cm, bila
diperiksa masing–masing dengan prosedur SNI-06-2456-1991 dan SNI-06-2432-
1991.
BAB VI
PEKERJAAN PELAT BETON
6.1. Umum
a. Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari pembuatan semua struktur beton termasuk beton tak
bertulang, beton bertulang dan bagian beton dari struktur komposit, sesuai dengan
spesifikasi ini serta elevasi, kelandaian dan ukuran yang tercantum dalam gambar
rencana atau sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas Lapangan/PPTK.
Pemborong sebelum melaksanakan pekerjaan beton diwajibkan memeriksa
gambar/perhitungan konstruksi beton bertulang. Bila Pengawas Lapangan/PPTK
menganggap perlu maka dibuatkan perhitungan / gambar beton dengan mendapat
persetujuan perencana teknis.
b. Standar-standar yang dipakai
Pada setiap tahapan pekerjaan beton, yakni perencanaan, pelaksanaan dan
pemeliharaannya berlaku ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Peraturan
Beton Bertulang Indonesia, yang selanjutnya disingkat dengan PBI. Hal-hal yang
belum diatur dalam ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam PBI, maka dipakai
standard SKSNI-T15,ACI, ASTM dan AASTHO.
c. Mutu beton
Mutu beton yang dikehendaki untuk semua pekerjaan beton biasa (praktis) adalah K
225 kecuali ditentukan lain oleh Pengawas Lapangan/PPTK dengan campuran beton
1pc : 2ps : 3kr, ukuran beton dan penulangannya sesuai dengan gambar.
d. Pengajuan
1. Pemborong harus mengajukan contoh semua bahan yang hendak digunakan
dengan data pengujian, yang harus memenuhi spesifikasi.
2. Pemborong harus mengajukan desain campurannya untuk setiap jenis pekerjaan
pengecoran beton.
3. Pemborong harus mengajukan gambar terinci dari semua perancah yang akan
digunakan, mendiskusikan metode konstruksi dan program kerjanya serta
memperoleh persetujuan Pengawas Lapangan, PPTK sebelum memasang setiap
perancah atau memulai pekerjaan beton lainnya. Persetujuan tersebut tidak akan
membebaskan Pemborong dari tanggung jawabnya pada setiap struktur.
Pasir cor harus dipakai pasir khusus untuk beton, berbutir tajam, bersih dari segala
kotoran dan tidak boleh tercampur dengan bahan-bahan lain.
Untuk mengaduk semua campuran beton harus memakai air bersih dan tawar sesuai
(PBI 1971).
Secara umum, kecuali ditentukan lain secara khusus dalam spesifikasi ini, semua bahan
yang dipakai untuk pekerjaan beton harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada
bagian 2 bab 3 dari PEDOMAN BETON 1989 (SKBI-1.4.53.1989).
a. Semen PC
1. Semua semen yang boleh digunakan adalah Semen Portland type-I yang
ditentukan dalam SII 0013-81 atau Standar Umum Bahan Bangunan Indonesia
1986 dan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam standar
tersebut.
2. Kecuali diijinkan lain oleh Pengawas Lapangan./PPTK, maka hanya produk dari
satu pabrik/merk untuk setiap jenis semen PC yang boleh digunakan untuk
pekerjaan beton.
3. Semen yang diterima dalam kantong-kantong yang masih tersegel dan tidak
pecah.
4. Kecuali jika diperintahkan lain oleh Pengawas Lapangan/PPTK, keterangan hasil
pengujian dari pabrik harus disertakan bersama setiap pengiriman semen untuk
menjamin mutu semen PC sesuai standar.
5. Pemborong harus menyediakan contoh dari setiap pengiriman semen PC yang
ventilasi yang baik dan lantai tempat penyimpanan terletak lebih tinggi 45 cm
dari permukaan tanah dan 20 cm dari dinding serta fasilitas lain untuk
mencegah penyerapan terhadap kelembaban. Semua fasilitas penyimpanan
harus mendapat persetujuan Pengawas Lapangan/PPTK dan harus diberi jalan
masuk yang mudah untuk tujuan pemeriksaan dan identifikasi. Setiap
penyerahan semen PC akan disimpan secara terpisah (menurut kelompoknya)
dan Pemborong menggunakan semen PC sesuai urutan waktu dari penerimaan
bahan tersebut. Tanpa alasan apapun semen PC tidak boleh ditumpuk (keatas)
lebih dari 10 zak (2 meter) tingginya.
8. Jenis semen PC yang berbeda harus disimpan di tempat yang terpisah dan
diberi tanda yang jelas. Semen PC yang dikirimkan ke lokasi pekerjaan dalam
drum atau zak oleh pemasok (supplier) atau pabrik harus disimpan didalam
drum atau zak sampai semen PC tersebut digunakan. Bila semen PC dalam
drum atau zak tersebut telah dibuka, semen PC tersebut harus segera
digunakan. Bila ada keterbatasan ruang untuk penyimpanan semen PC di lokasi
pekerjaan, maka harus disimpan di pusat lokasi Kegiatan dan dapat
didistribusikan sesuai kebutuhan masing-masing pekerjaan.
b. Agregat
1. Secara umum, agregat harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII
00520-80 dan persyaratan yang ditentukan dalam spesifikasi ini. Bila tidak
tercakup dalam SII 00520-80 maka agregat harus memenuhi ketentuan ASTM
C33.
2. Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran partikel terbesar
tidak lebih besar daripada 3/4 dari jarak minimum antara batang tulangan atau
perbatasan lainnya dalam jarak di mana pekerjaan beton harus ditempatkan.
3. Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran partikel terbesar
tidak lebih besar daripada 3/4 dari jarak minimum antara batang tulangan atau
perbatasan lainnya dalam jarak di mana pekerjaan beton harus ditempatkan.
4. Jumlah total lempung dan lumpur di dalam pasir alam tidak boleh melebihi
ketentuan yang ada dalam ACI dan ASTM
5. Agregat harus bebas dari bahan-bahan organik seperti dirinci dalam AASHTO.
6. Pengambilan contoh dan pengujian agregat harus dilakukan memenuhi
ketentuan yang sesuai dengan bagian-bagian dalam ASTM. Pemborong harus
15. Semua agregat harus disimpan di tempat bersih yang keras permukaannya dan
dicegah supaya tidak terjadi percampuran dengan material/bahan lain dan
terkotori.
16. Agregat halus yang basah tidak boleh digunakan sampai menurut pendapat
Pengawas Lapangan/PPTK agregat tersebut telah kering hingga mencapai
kadar air yang tetap dan seragam, kecuali jika Pemborong mengukur kadar air
agregat halus secara terus menerus dan mengatur jumlah agregat halus dan
air yang ditambahkan dalam setiap pengadukan beton. Bila diperlukan untuk
memenuhi ketentuan dalam pasal ini, Pemborong harus melindungi
gundukan/timbunan dari pengaruh cuaca buruk. Bila keadaan tempat/lokasi
kerja terbatas bagi penyimpanan agregat, agregat harus disimpan di pusat
lokasi kerja dan akan didistribusikan setiap hari sesuai dengan kebutuhan
masing-masing jenis pekerjaan dengan cara sedemikian rupa sehingga
terhindar dari pengotoran dan pemisahan terhadap agregat.
c. A i r
1. Air yang digunakan dalam mencampur, merawat, atau penggunaan lain yang
direncanakan harus bersih dan bebas dari setiap zat-zat yang merugikan seperti
minyak, garam, asam alkali, basa, gula atau zat organik yang adapat merusak
beton. Air harus diuji sesuai dengan dan harus memenuhi persyaratan ASTM
atau PBI.
2. Air dengan kualitas sebagai air minum dapat digunakam tanpa pengujian.
b. Pengadukan Beton
Beton harus diaduk dalam alat pengaduk mekanis atau beton molen yang mampu
mengkombinasikan agregat, semen dan air (termasuk bahan campuran tambahan,
jika ada) ke dalam suatu campuran yang berwarna seragam dan melepaskan
campuran tanpa pemisahan. Pada permulaan pekerjaan, dengan pengaduk yang
bersih, pengadukan pertama hanya terdiri dari setengah bagian dari jumlah normal
agregat kasar untuk mengganti pelekatan bahan lain pada drum. Keadaan kadar
air asli agregat harus ditentukan sebelum dimulainya pengadukan setiap harinya
dan pada periode tertentu dalam 1 hari pengadukan bila diperlukan.
Pemborong harus memperhitungkan kandungan air dalam agregat bila
menentukan jumlah air yang ditambahkan ke setiap campuran, dan akan mengatur
jumlah air yang ditambahkan ke setiap adukan untuk menjaga rasio air/semen dari
adukan selalu tetap.
5. Apabila dalam pelaksanaan nanti kedapatan bahwa hasil uji tekan gagal
memenuhi syarat spesifikasi dan telah pula dilakukan penyelidikan lain dan
hasilnya gagal pula, maka bagian pekerjaan tersebut harus diperkuat dengan
suatu metode yang mana seluruh biaya untuk itu, baik untuk perencanaan
maupun pelaksanaannya ditanggung oleh Pemborong sepenuhnya.
6. Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan, Pengawas
Lapangan/PPTK mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang
cacat seperti berikut :
- Konstruksi beton kropos.
- Konstruksi beton tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau
posisinya tidak sesuai dengan gambar.
- Konstruksi yang tidak tegak lurus atau tidak rata seperti yang direncanakan.
- Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain.
Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada dasarnya harus dibongkar
dan diganti dengan yang baru, kecuali Pengawas Lapangan/PPTK menyetujui
untuk diadakan perbaikan atau perkuatan dari cacat yang ditimbulkan tersebut.
Pengujian tambahan yang diminta oleh Pengawas Lapangan/PPTK mengenai
mutu beton dan biaya ditanggung oleh Pemborong.
b. Pembuatan Bekisting
Pemborong tidak diperbolehkan mengecor beton sebelum bekesting dan pasangan besi
beton diperiksa dan disetujui Pengawas Lapangan/PPTK.
Pemasangan papan-papan bekesting dipakai papan meranti tebal 2 cm disusun secara
rapat.
Pembongkaran papan bekesting dapat dilaksanakan sesudah mendapat persetujuan
dari Pengawas Lapangan/PPTK.
Setelah pekerjaan bekesting dibongkar semua bidang yang terlihat ada lobang-lobang,
tidak rata, harus segera ditutup dengan spesie 1pc : 2ps.
1. Semua cetakan beton dan penopang-penopangnya harus didesain oleh Pemborong dan
sebelum mulai dikerjakan harus disetujui Pengawas Lapangan/PPTK.
2. Cetakan harus benar-benar lurus, rata dan kokoh sehingga cukup untuk menahan
defleksi, gerakan-gerakan dan getaran yang membahayakan akibat tekanan dari adukan
beton cair atau padat.
3. Semua sambungan harus ditutup rapat untuk menghindari kebocoran air semen dan
dibuat sedemikian sehingga permukaan beton yang kelihatan (exposed surface) lurus,
rata dan kokoh.
4. Bila ada bagian beton yang sempit dan mempunyai kedalaman yang sangat besar, harus
dibuat lubang-lubang pada sisi-sisi cetakan di posisi yang disetujui PPTK untuk
memungkinkan penuangan dan pemadatan beton yang memadai.
5. Penggunaan pengikat (batang tarik) yang ditanam dalam beton diperkenankan setelah
mendapat persetujuan dari Pengawas Lapangan/PPTK. Penempatannya harus didesain
sehingga tidak ada bagian yang tertanam lebih dekat dengan permukaan beton dari
pada selimut betonnya untuk melindungi baja tulangan di lokasi tersebut.
6. Semua lubang bekas batang pengikat harus diisi dengan beton atau spesi dengan cara
yang disetujui Pengawas Lapangan/PPTK dan harus tidak berbekas pada permukaan
beton.
7. Cetakan harus mempunyai lubang-lubang sementara yang kegunaannya untuk
membuang kotoran. Lubang-lubang ini harus ditutup dengan rapi sebelum pengecoran.
8. Bekisting harus dibuat sedemikian sehingga pembongkarannya dapat mudah dilakukan
tanpa membahayakan konstruksi.
9. Jarak maksimum tiang-tiang penyangga harus diatur oleh Pemborong demi keamanan
struktur yang akan dicor. Semua tiang-tiang penyangga tidak boleh ditempatkan
langsung di atas tanah, tetapi berpijak di atas balok kayu rata atau lantai kerja dengan
kokoh.
10. Apabila pemasangan bekisting tidak sesuai dengan ketentuan atau dianggap kurang baik
maka Pengawas Lapangan/PPTK berhak menyuruh membongkar dan memperbaiki
dengan biaya ditanggung oleh Pemborong.
11. Untuk menghindari dan menjaga lendutan, maka cetakan khusus untuk balok dan plat
beton harus dibuat cembung keatas setinggi besarnya lendutan yang akan terjadi.
12. Pemborong diwajibkan untuk memasang beton deking agar tulangan tidak menempel
pada permukaan bekisting, ketebalan dari beton deking tersebut harus disesuaikan
dengan selimut beton yang diperlukan yang ditunjukkan dalam gambar kerja.
13. Sebelum pengecoran dilaksanakan, semua permukaan cetakan harus bersih dari segala
sesuatu yang dapat mengurangi mutu beton dan kekuatannya, terutama kotoran-
kotoran yang menempel, ataupun serpihan-serpihan kayu, kawat sisa pemotongan, dan
lain-lainnya untuk dikumpulkan disuatu tempat dan selanjutnya diambil dan dibuang
14. Semua bahan cetakan harus dirawat dengan baik. Bahan yang rusak tidak diijinkan untuk
digunakan. Sebelum digunakan lagi semua cetakan harus dibersihkan.
c. Pembongkaran Bekisting
1. Pembongkaran dilakukan dimana bagian konstruksi bagian tersebut harus dapat
memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaan, atau pembongkaran dapat
dilaksanakan sesuai kekuatan beton berdasarkan hasil pengujian. Tidak ada cetakan
yang boleh dibuka sebelum disetujui oleh Pengawas Lapangan/PPTK. Persetujuan ini
tidak membebaskan Pemborong dari tanggung jawabnya.
2. Pembongkaran bekisting dilaksanakan dengan hati-hati, jangan sampai merusak
betonnya sendiri. Pemborong wajib memperbaiki dengan biayanya sendiri, setiap
kerusakan yang timbul akibat pembongkaran dan pemukulan cetakan dan penopangnya.
Kerusakan-kerusakan kecil mungkin dapat diperbaiki dengan mengisi plester / spesi
sesuai kebijaksanaan Pengawas Lapangan/PPTK. Semua permukaan beton harus benar-
benar halus. Setiap permukaan yang bersisik harus dibersihkan dan lubang-lubang udara
di permukaan diisi dengan campuran spesi 1:1½.
e. Pengecoran Beton
1. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja
tulangan sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan instalasi-instalasi yang harus
ditanam, penopang dan pengikatan dan lain-lain selesai dikerjakan. Sebelum pengecoran
dimulai permukaan-permukaan yang berhubungan dengan pengecoran harus disetujui
oleh Pengawas Lapangan/PPTK.
2. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan cetakan harus bersih dari air yang
tergenang, reruntuhan atau bahan lepas yang lainnya. Permukaan bekisting dan bahan-
bahan yang menyerap pada tempat-tempat yang akan dicor harus dibasahi dengan
merata namun tidak berlebihan. Baja tulangan harus bersih dari semua kotoran atau zat
pelapis yang dapat mengurangi lekatan dengan beton.
3. Pemborong harus memperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap penghentian
pengecoran yang akan masih berlanjut, terhadap sistem struktur/penulangan yang ada.
4. Pemborong harus memperhatikan sebelum pengecoran, dikoordinasikan dengan
pekerjaan instalasi listrik dan drainase, terutama yang menyangkut pipa-pipa sparing
yang tertanam dalam beton. Untuk pemasangan sparing-sparing harus dihindari
memotong pembesian. Jika pemasangan sparing ini dirasa akan menimbulkan masalah,
Pemborong harus melaporkan dan meminta petunjuk dari Pengawas Lapangan/ PPTK.
terbuka atau corong pipa cor (tremie) dari jenis yang disetujui Pengawas
Lapangan/PPTK. Dasar kotak tidak boleh dibuka sampai kotak tersebut terletak dengan
baik di atas tempat pengecoran, dan ujung corong pipa cor harus selalu tetap di bawah
permukaan adukan beton yang baru dicor.
15. Toleransi Dimensional
a. Toleransi Permukaan Beton Permukaan beton dari berbagai macam mutu baik
dengan bekisting atau tanpa bekisting yang ditentukan pada butir diatas harus
sesuai dengan toleransi yang diperlihatkan pada tabel 6.4. di bawah ini, kecuali bila
toleransi dinyatakan berbeda oleh spesifikasi atau diperlihatkan dalam gambar. Pada
tabel 6.4. jalur dan ketinggian/"lines and level" dan dimensi/"dimension" berarti jalur
dan ketinggian serta dimensi potongan melintang yang diperlihatkan pada gambar.
Ketidak-teraturan permukaan, dikategorikan sebagai kekasaran "abrupt" atau tidak
rata "gradual". Kekasaran tidak seragam mencakup, tetapi tidak terbatas pada
cetakan dan sirip yang disebabkan perletakan bekisting yang salah,
ikatan/sambungan yang longgar dan kerusakan pada bahan bekisting dan harus
diuji dengan plat lurus (straight template) bagi permukaan datar atau peralatan
yang sesuai bagi permukaan yang melengkung. Plat pengukur tersebut mempunyai
panjang 3 m untuk permukaan tanpa bekisting dan 1,5 m untuk permukaan dengan
bekisting.
b. Toleransi kelurusan dan selimut beton
Toleransi menurut ukuran :
Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m + 5 mm
Panjang keseluruhan melebihi 6 m + 15 mm
Panjang balok, pelat lantai atas, kolom, + 10 mm
kolom dinding atau antara tembok kepala
Toleransi menurut bentuk :
Siku-siku (perbedaan panjang/diagonal 10 mm
Kelurusan atau Busur (penyimpangan dari 12 mm
garis yang dimaksud) untuk panjang sampai 3 m
Kelurusan atau Busur untuk panjang 3 m - 6 m 15 mm
Kelurusan atau Busur untuk panjang lebih 20 mm
besar dari 6 m
Toleransi menurut Posisi (dari titik rujukan) :
Posisi rencana dari kolom pracetak + 10 mm
6. Pemborong harus memiliki data-data dari pemasok ready mix yang menunjukkan bahwa
ketentuan-ketentuan dalam spesifikasi ini telah dipenuhi oleh pemasok yang
bersangkutan. Proporsi campuran bahan-bahan dari setiap mixer harus terus didata.
7. Pada dokumen pengiriman harus dicantumkan waktu pengadukan dan penambahan air,
dikirim bersama pengemudi truk dan diparaf oleh pencatat waktu yang bertanggung
jawab di tempat pengadukan (batching plant). Penambahan air setelah keluar dari
tempat pengadukan harus dibawah pengawasan Pengawas Lapangan/PPTK. Sama sekali
tidak diperkenankan penambahan air pada waktu pengecoran.
8. Di lapangan harus dibuat catatan meliputi hal-hal berikut ini :
- Waktu kedatangan truk mixer.
- Waktu pengadukan dan penambahan air di batching plant.
- Waktu ketika beton dicorkan.
- Mutu beton atau kekuatan yang ditentukan dan ukuran agregat maksimum.
- Posisi dimana beton dicor.
- Identifikasi silinder uji yang diambil dari truk tersebut.
- Slump (atau faktor kompaksi)
9. Beton harus sudah dituang dan dipadatkan pada posisi akhirnya dalam waktu 2 jam
setelah semen bercampur dengan air kecuali disetujui oleh Pengawas Lapangan/PPTK.
Hal lain di luar ketentuan di atas kasus mengikuti ketentuan yang ada dalam PBI 1971
NI-2 atau SKBJ - 1.4.53.1989.
g. Perawatan (Curing)
1. Seluruh permukaan beton harus dilindungi selama proses pengerasan terhadap sinar
matahari dan hembusan angin kering.
2. Semua permukaan beton yang terlihat harus diambil tindakan sebagai berikut:
- Sebelum beton mulai mengeras, maka beton setelah pengecoran pada hari-hari
pertama harus disirami, ditutupi dengan karung basah atau digenangi dengan air
selama paling sedikit 2 minggu secara terus menerus.
- Tidak diperkenankan menaruh bahan-bahan diatas konstruksi beton yang baru dicor
(dalam tahap pengeringan) atau mempergunakannya sebagai jalan mengangkut
bahan-bahan.
6.6. Penulangan
a. Umum
Penulangan termasuk tulangan datar, anyaman yang dilas dan kawat pengikat untuk
beton cor di tempat dan pasangan batu.
b. Bahan Tulangan
1. Baja Tulangan
- Baja tulangan yang diapakai adalah ex produksi Krakatau Steel atau ditentukan
lain oleh Pengawas Lapangan/PPTK
- Pemborong tidak boleh memakai baja tulangan ukuran penampang yang tidak
tepat/banci. Baja tulangan harus bersih dari kotoran lapisan minyak/lemak dan
karat serta tidak cacat (retak-retak, mengelupas dan sebagainya). Penggantian
ukuran batang baja yang berbeda hanya akan diijinkan bila dilengkapi dengan
perhitungan-perhitungan yang dapat dipertanggung jawabkan serta harus
mendapatkan persetujuan Pengawas Lapangan/PPTK.
- Baja tulangan yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kualitas tidak sesuai
dengan spesifikasi dan peraturan lain harus segera dikeluarkan dari lokasi
setelah menerima instruksi dari Pengawas Lapangan/PPTK dalam waktu 1x24
jam.
2. Penunjang untuk Tulangan (Baja)
Harus dibentuk dari batang kawat baja ringan atau blok beton pracetak dari kelas
beton yang akan digunakan didalam pekerjaan. Kayu, batu bata, batu dan bahan-
bahan lain tidak akan diperkenankan sebagai penunjang.
3. Pengikat untuk Tulangan
Kawat untuk mengikat tulangan harus berupa kawat ikat baja lunak sesuai dengan
AASHTO M 32-78.
Selimut beton harus dijaga dengan bantuan blok-blok penyangga (beton tahu). Tulangan
paling atas plat lantai harus tetap pada kedudukannya dengan menggunakan dudukan
yang dibuat dari besi lunak / "chairs", diameter dan jumlah harus cukup untuk menjamin
tulangan tidak berubah bentuk dan berubah kedudukannya. Selimut beton pada
tulangan harus sesuai pasal 3.11.2 dari CP 110 part 1 - 1972 .
d. Pengelasan Tulangan
Tulangan yang ditentukan harus dilas, melalui beberapa proses yang harus diperlihatkan
oleh Pemborong dengan pengujian tekuk dan tarikan yang akan menjamin kekuatan besi
asli tidak berkurang dan las mempunyai kekuatan yang tidak kurang dari kekuatan besi
asli, serta harus dapat dibuktikan dengan pengujian di laboratorium dengan jumlah
benda uji ditentukan oleh Pengawas Lapangan/PPTK.
Semua pekerjaan beton bertulang harus mengikuti PBI 1971 dan SKSNI.
Semua ukuran besi beton maupun penulangannya harus dilaksanakan sesuai dengan
gambar. Besar ukuran beton beserta penulangan dilaksanakan sesuai gambar rencana dan
gambar detail tidak tertulis secara jelas.
Tulangan untuk beton harus memakai besi/tulang yang baru, bersih dari segala kotoran
termasuk karat-karat yang ada harus dibersihkan beton dilaksanakan sesuai dengan gambar,
bila terjadi perbedaan antara bestek dan gambar detail, Pemborong diwajibkan untuk
melaporkan kepada Pengawas Lapangan/PPTK sehingga mendapatkan keputusan mana yang
akan dilaksanakan.
BAB VII
PEKERJAAN SALURAN
U-Ditch + Cover yang dimaksud adalah U-Ditch + Cover Precast yang berasal dari
pabrikasi yang mampu menahan beban kendaraan 5 ton/m2
Biaya transportasi U-Ditch Precast yang sudah dipesan, sepenuhnya ditanggung oleh
Kontraktor
U-Ditch + Cover yang dimaksud adalah U-Ditch + Cover Precast yang berasal dari
pabrikasi yang mampu menahan beban kendaraan 5 ton/m2
Biaya transportasi U-Ditch Precast yang sudah dipesan, sepenuhnya ditanggung oleh
Kontraktor
Biaya transportasi U-Ditch Precast yang sudah dipesan, sepenuhnya ditanggung oleh
Kontraktor
Pemasangan U-Ditch dilakukan dengan bantuan forklip atau sesuai dengan analisa RAB,
untuk mempercepat pemasangan dengan pengawasan mandor dan pengawas proyek.
Landasan dari adukan segar paling sedikit 30 mm tebalnya harus dipasang pada pondasi
dan disiapkan sesaat sebelum penempatan masing-masing batu pada lapisan pertama.
Batu besar pilihan harus digunakan untuk lapisan dasar dan pada sudut-sudut.
Batu yang dipasang harus dihampar dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka
yang tampak harus dipasang sejajar.
Peralatan yang cocok harus disediakan utnuk memasang batu yang lebih besar dari
yang dapat ditangani oleh dua orang. Menggelindingkan atau menggulingkan batu pada
pekerjaan yang baru dipasang tidak diperkenankan.
Batu harus tertanam dengan kuat satu dengan yang lainnya untuk mendapatkan tebal
yang diperlukan dari lapisan yang diukur tegak lurus terhadap lereng. Tambahan aduk
mengisi rongga yang ada diantara batu-batu dan harus diakhiri hampir rata dengan
BAB VIII
PEKERJAAN TEMBOK PENAHAN TANAH
a. Bahan yang diperlukan batu kali yang bersih serta homogen, pasir pasang yang
mempunyai gradasi yang baik, semen yang digunakan harus mempunyai standar SNI.
Bahan pasangan batu kali adalah batu kali yang dibelah terlebih dahulu dengan luas
permukaan pecah minimal 50%, ukuran batu kali yang akan dipasang minimal 10-15 cm
maksimal 30-40 cm.
b. Pelaksanaan pembuatan bangunan tembok pendukung atau penahan tanah.
1. Tembok pendukung dibangun sepanjang 25 meter dengan ukuran sesuai dengan
gambar perencanaan.
2. Pasangan batu kali baru boleh dilaksanakan setelah kedalaman dan lebar galian
diperiksa oleh KPA, PPTK, Pengawas dan sesuai ketentuan dalam gambar. Pada
seluruh pasangan pondasi batu kali harus didahului dengan urugan pasir yang
dipadatkan, dan pasangan batu kosong dengan ketebalan sesuai ketentuan dalam
gambar. Pemasangan batu belah untuk pasangan pondasi harus berdiri.
3. Pasangan batu kali menggunakan spesi 1 pc : 4 ps dan permukaan yang terlihat
diplester dengan spesi 1 pc : 3 ps.
4. Pengadukan spesi dengan menggunakan beton molen. Penggunaan terlalu banyak
adukan untuk menutup rongga atau celah tidak dibenarkan. Rongga atau celah
harus diisi dengan batu yang lebih kecil. Daya dukung maksimum yang diijinkan
dari pasangan batu belah yang sudah selesai dikerjakan adalah 50 Kg/Cm2.
5. Jika pekerjaan pasangan batu kali terpaksa dihentikan maka permukaan perhentian
harus bergerigi agar penyambungan berikutnya terjadi ikatan yang kokoh dan
sempurna. Di dalam pasangan tidak boleh ada rongga-rongga atau celah-celah yang
kosong.
6. Permukaan atas dan bagian dalam diplester halus dengan campuran 1 pc : 3 ps.
Campuran untuk pekerjaan plesteran harus memenuhi persyaratan. Pekerjaan
plesteran dikerjakan satu lapis sampai jumlah ketebalan 1,5 cm dan dihaluskan
dengan air semen.
BAB IX
PEKERJAAN PLENGSENGAN
a. Bahan yang diperlukan batu kali yang bersih serta homogen, pasir pasang yang
mempunyai gradasi yang baik, semen yang digunakan harus mempunyai standar SNI.
Bahan pasangan batu kali adalah batu kali yang di belah terlebih dahulu dengan luas
permukaan pecah minimal 50%, ukuran batu kali yang akan dipasang minimal 10-15 cm
maksimal 30-40 cm.
b. Pelaksanaan pembuatan bangunan plengsengan.
1. Pasangan batu kali baru boleh dilaksanakan setelah kedalaman dan lebar galian
diperiksa oleh KPA, PPTK, Pengawas dan sesuai ketentuan dalam gambar. Pada
seluruh pasangan pondasi batu kali harus didahului dengan urugan pasir yang
dipadatkan, dan pasangan batu kosong dengan ketebalan sesuai ketentuan dalam
gambar. Pemasangan batu belah untuk pasangan pondasi harus berdiri.
2. Pasangan batu kali menggunakan spesi 1 pc : 4 ps dan pemukaan yang terlihat
diplester dengan spesi 1 pc : 3 ps.
3. Pengadukan spesi dengan menggunakan beton molen. Penggunaan terlalu banyak
adukan untuk menutup rongga atau celah tidak dibenarkan. Rongga atau celah
harus diisi dengan batu yang lebih kecil. Daya dukung maksimum yang diijinkan
dari pasangan batu belah yang sudah selesai dikerjakan adalah 50 Kg/Cm2.
4. Jika pekerjaan pasangan batu kali terpaksa dihentikan maka permukaan perhentian
harus bergerigi agar penyambungan berikutnya terjadi ikatan yang kokoh dan
sempurna. Di dalam pasangan tidak boleh ada rongga-rongga atau celah-celah yang
kosong.
5. Permukaan atas dan bagian dalam diplester halus dengan campuran 1 pc : 3 ps.
Campuran untuk pekerjaan plesteran harus memenuhi persyaratan. Pekerjaan
plesteran dikerjakan satu lapis sampai jumlah ketebalan 1,5 cm dan dihaluskan
dengan air semen.
BAB X
PEKERJAAN LAIN-LAIN
10.1. PERUBAHAN-PERUBAHAN
Apabila ada perubahan dari ketentuan-ketentuan tersebut di atas karena sesuatu hal
harus seijin Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.
10.2. PENUTUP
Apabila dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) tidak disebutkan hal-hal yang
dipasang, dibuat, dilaksanakan dan disediakan, tetapi dalam pelaksanaan pekerjaan
hal ini menjadi bagian yang nyata dilaksanakan dan disediakan oleh Rekanan, harus
dianggap sebagai telah dibuat didalam spesifikasi ini jadi tidak terhitung sebagai
pekerjaan tambahan.
Dibuat oleh
Konsultan Perencana
PT.GUMILANG SEJATI