Anda di halaman 1dari 90

REPUBLIK INDONESIA

Ringkasan Eksekutif

MEMELIHARA MOMENTUM PERUBAHAN


Evaluasi Lima Tahun Pelaksanaan
RPJMN 2004-2009

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
2010
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Kata Pengantar

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)


2004-2009 telah berakhir. Secara umum RPJMN 2004-2009 telah berhasil
dilaksanakan dengan baik. Pencapaian ketiga agenda pembangunan yaitu: (1)
Agenda Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai, (2) Agenda
Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis, serta (3) Agenda
Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat telah menunjukkan kemajuan yang
berarti. Meskipun peningkatan hasil pembangunan telah terjadi di seluruh
bidang pembangunan, namun terdapat beberapa sasaran pembangunan yang
masih perlu mendapat perhatian lebih lanjut.
Buku Ringkasan Eksekutif ini diharapkan dapat memberi gambaran singkat
tentang keseluruhan isi Buku MEMELIHARA MOMENTUM PERUBAHAN
Evaluasi Lima Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009 yang disusun oleh
seluruh pihak terkait di Bappenas. Oleh karena itu, ringkasan eksekutif ini
dikemas dalam dua bagian. Bagian pertama menguraikan keberhasilan
masing-masing prioritas pembangunan. Bagian kedua disajikan dalam bentuk
matriks yang memuat capaian sasaran masing-masing prioritas pembangunan.
Kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak di Kementerian PPN/Bappenas yang telah mendukung,
menyusun, memungkinkan dan mewujudkan terbitnya buku laporan dan buku
ringkasan ini.
Diharapkan Buku Ringkasan Ekskutif ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya para pelaku pembangunan.

Jakarta, April 2010


Plt. Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan
Bappenas

Dr. Ir. Dedi M. Masykur Riyadi

ii
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................... i


Kata Pengantar ........................................................................................ ii
Daftar Isi .................................................................................................. iii

Ringkasan Eksekutif Keberhasilan MEMELIHARA MOMENTUM


PERUBAHAN Evaluasi Lima Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009 ....... 1
Agenda I Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai ................ 1
Agenda II Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis .......... 5
Agenda III Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat .............................. 10

Matriks Ringkasan Capaian MEMELIHARA MOMENTUM PERUBAHAN


Evaluasi5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009................................. 26
Agenda I Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai ................ 26
Agenda II Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis .......... 35
Agenda III Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat .............................. 46

iii
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Ringkasan Eksekutif
Keberhasilan MEMELIHARA MOMENTUM PERUBAHAN
Evaluasi Lima Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Pelaksanaan RPJMN 2004—2009 secara umum telah terlaksana dengan baik


dan berhasil mencapai kemajuan yang berarti bagi pembangunan Indonesia.
Hal ini cukup nyata terlihat pada beberapa capaian seperti penurunan jumlah
penduduk miskin, penurunan jumlah pengangguran terbuka, dan beberapa
capaian lainnya. Namun demikian, masih terdapat beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian, yaitu berbagai kemajuan yang belum sepenuhnya
mencapai target yang telah ditetapkan. Upaya yang lebih besar dan mencakup
komitmen dan kerjasama seluruh pihak terkait sangat dibutuhkan dalam
pencapaian pembangunan pada waktu mendatang.

Pencapaian pembangunan diwujudkan berdasarkan tiga agenda


pembangunan, yaitu (1) Agenda Mewujudkan Indonesia yang Aman dan
Damai; (2) Mewujudkan Indonesia Yang Adil dan Demokratis; (3) Agenda
Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat.

Agenda I Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai

Pencapaian sasaran-sasaran dari Agenda Mewujudkan Indonesia yang Aman


dan Damai menunjukkan hasil yang cukup baik. Situasi aman dan damai dapat
terwujud berkat kemajuan dalam penyelesaian berbagai konflik di daerah
maupun konflik antarkelompok warga masyarakat serta penanggulangan
berbagai bentuk kriminalitas. Semakin kokohnya NKRI didukung oleh
keberhasilan pemerintah dengan dukungan masyarakat dalam pencegahan
dan penanggulangan separatisme dan terorisme serta peningkatan
kemampuan pertahanan negara yang antara lain tercermin dari
pengembangan tingkat kesiapan alutsista. Peran Indonesia dalam
menciptakan perdamaian dunia semakin meningkat antara lain peran
Indonesia di PBB, penyelesaian masalah Palestina, dan diadopsinya prakarsa
Indonesia dalam pembentukan Komunitas ASEAN.

Sasaran pertama dari Agenda Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai
adalah meningkatnya rasa aman dan damai. Dalam rentang waktu 2004—
2009, pencapaian sasaran ini menunjukkan hasil yang cukup baik. Situasi yang
1
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

aman dan damai dapat terwujud melalui berbagai kemajuan yang dicapai dari
penyelesaian berbagai konflik di daerah, seperti Nanggroe Aceh Darussalam
(NAD), Papua dan Maluku maupun konflik antarkelompok warga masyarakat;
serta penanggulangan berbagai bentuk kriminalitas, termasuk kejahatan
konvensional, transnasional dan peredaran gelap narkoba. Sasaran ini dicapai
melalui penetapan Prioritas Peningkatan Rasa Saling Percaya dan Harmonisasi
Antarkelompok Masyarakat, Prioritas Pengembangan Kebudayaan yang
Berlandaskan Pada Nilai-nilai Luhur, serta Prioritas Peningkatan Keamanan,
Ketertiban, dan Penanggulangan Kriminalitas.

Prioritas Peningkatan Rasa Saling Percaya dan Harmonisasi Antarkelompok


Masyarakat. Pencapaian situasi harmonis di kalangan masyarakat merupakan
kontribusi nyata dari peran masyarakat bersama pemerintah. Ini terlihat dari
hasil pemulihan wilayah pasca konflik dan peningkatan komitmen persatuan
dan kesatuan nasional, khususnya di Papua, Maluku, Maluku Utara, Poso
Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat, Jatim, Aceh dan Kalimantan Barat,
memperlihatkan hasil yang cukup baik. Berbagai capaian khususnya dalam
menjaga stabilitas sosial dan politik merupakan kontribusi dari pelaksanaan
program-program yang dilaksanakan selama lima tahun, terutama dukungan
pelaksanaan Program Pemulihan Wilayah Pasca Konflik dan Program
Peningkatan Komitmen Persatuan dan Kesatuan.

Prioritas Pengembangan Kebudayaan yang Berlandaskan Pada Nilai-nilai


Luhur. Pengembangan kebudayaan yang diarahkan untuk memperkuat jati
diri dan karakter bangsa dalam periode RPJMN 2004—2009 telah
memberikan kemajuan yang cukup berarti semakin berkembangnya
pemahaman terhadap pentingnya kesadaran akan keragaman budaya yang
ditandai oleh menurunnya eskalasi konflik/perkelahian antarkelompok warga
di tingkat desa, yaitu dari 2.583 desa pada tahun 2003 menjadi 1.235 desa
pada tahun 2008 (BPS, 2008; Podes). Program Pengelolaan Keragaman
Budaya telah mendorong terciptanya situasi yang lebih kondusif di kalangan
masyarakat yang tercermin dari terlaksananya dialog antarbudaya yang
terbuka dan demokratis untuk mengatasi berbagai persoalan bangsa
khususnya dalam rangka kebersamaan dan integrasi serta terlaksananya
kampanye hidup rukun dalam keragaman budaya/multikultur.

Prioritas Peningkatan Keamanan, Ketertiban, dan Penanggulangan


Kriminalitas. Pelaksanaan RPJMN 2004—2009 untuk prioritas ini secara
umum menunjukkan kemajuan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
berbagai tindak kriminal seperti kejahatan konvensional maupun
2
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

transnasional, konflik horizontal dan vertikal, penyalahgunaan dan peredaran


gelap narkoba, serta berbagai bentuk kriminalitas yang lainnya, baik secara
kuantitas maupun kualitas, masih menunjukkan angka yang cukup tinggi. Hal
ini diduga bukan disebabkan oleh kurangnya jumlah dan pelayanan polisi,
tetapi lebih disebabkan oleh meningkatnya faktor korelatif kriminogen,
seperti meningkatnya jumlah pengangguran dan kemiskinan, serta tingginya
peluang dan kesempatan untuk melakukan tindakan kriminalitas. Dalam
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, kontribusi Program
Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) cukup
menonjol yang dicirikan dengan tidak adanya konflik horizontal maupun
vertikal yang berakibat terganggunya keamanan dalam negeri, aktivitas
masyarakat, maupun dunia usaha.

Sasaran kedua adalah semakin kokohnya NKRI berdasarkan Pancasila, UUD


1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. Penurunan konflik dan pulihnya kondisi
keamanan dan ketertiban masyarakat di daerah pasca konflik separatisme,
seperti NAD dan Papua, menunjukkan keberhasilan pemerintah bersama
masyarakat dalam menjaga kekokohan NKRI. Selain itu upaya pencegahan dan
penindakan aksi terorisme yang dapat dilaksanakan dalam waktu relatif
singkat terbukti telah menimbulkan rasa aman di kalangan masyarakat.
Sasaran ini diwujudkan melalui penetapan Prioritas Pencegahan dan
Penanggulangan Separatisme; Pencegahan dan Penanggulangan Gerakan
Terorisme; serta Peningkatan Kemampuan Pertahanan Negara.

Prioritas Pencegahan dan Penanggulangan Separatisme. Dalam upaya


pencegahan dan penanggulangan separatisme, Pemerintah berhasil
menuntaskan konflik separatisme di NAD dan mengurangi intensitas konflik
separatisme di Papua. Dampak positif dari semakin kondusifnya
perkembangan politik adalah terciptanya kondisi yang aman bagi kehidupan
masyarakat umum yang diikuti oleh terselenggaranya proses pembangunan di
segala bidang. Kebijakan otonomi khusus untuk provinsi tertentu dan otonomi
daerah untuk daerah lainnya dapat dilaksanakan sesuai dengan
pentahapannya. Keberhasilan pemerintah dalam pencegahan dan
penanggulangan separatisme dalam kurun waktu lima tahun tercermin dari
terlaksananya berbagai kegiatan Program Pemantapan Keamanan Dalam
Negeri.

Prioritas Pencegahan dan Penanggulangan Gerakan Terorisme. Upaya


pencegahan dan penanggulangan terorisme yang dilakukan sampai dengan
tahun 2008 telah menunjukkan keberhasilan. Namun, terjadinya peristiwa
3
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

peledakan bom di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton pada pertengahan tahun
2009 menunjukkan bahwa aksi terorisme harus terus diwaspadai. Sejumlah
keberhasilan aparat bersama masyarakat dalam mencegah dan menindak
aksi-aksi terorisme membuktikan bahwa daya cegah dan tangkal negara
terhadap ancaman terorisme secara keseluruhan telah meningkat. Aparat
keamanan mampu mengurai dan menghubungkan kasus-kasus terorisme
dengan jaringan-jaringan terorisme yang ada di Indonesia dan keterkaitannya
dengan jaringan terorisme internasional. Kemampuan dalam mencegah dan
menindak aksi-aksi terorisme tersebut terlaksana berkat dukungan sarana dan
prasarana pencegahan dan penanggulangan terorisme yang semakin
memadai. Secara simultan, seluruh kegiatan Program Pemantapan Keamanan
Dalam Negeri telah berhasil dengan baik dalam pelaksanaan penanggulangan
aksi terorisme. Hal itu terlihat dari perubahan peran Desk Terorisme, yang
meningkat menjadi Badan Penanggulangan Terorisme. Dokumen perubahan
tersebut dalam waktu dekat akan ditandatangani oleh Presiden RI sebagai
tindak lanjut Program 100 Hari Pemerintahan SBY-Boediono.

Prioritas Peningkatan Kemampuan Pertahanan Negara. Kemajuan


pembangunan pertahanan negara dalam kurun waktu RPJMN 2004—2009
antara lain ditunjukan oleh peningkatan kesiapan personel dan alutsista, serta
terselenggaranya latihan matra dan gabungan TNI sesuai rencana secara
berkelanjutan. Profesionalisme TNI terus ditingkatkan melalui pengembangan
kekuatan terpusat, kewilayahan, satuan tempur, satuan bantuan tempur dan
satuan pendukung, serta pelaksanaan latihan perorangan hingga latihan
gabungan TNI. Jumlah personel TNI dalam kurun waktu lima tahun meningkat
dari 382.326 personel menjadi 402.595 personel atau bertambah sebanyak
20.359 personel. Keberhasilan capaian sasaran peningkatan kemampuan
pertahanan negara terwujud melalui pelaksanaan Program Pengembangan
Pertahanan (lintasmatra darat, laut, dan udara). Keberhasilan yang cukup
menonjol pada akhir tahun 2009 adalah meningkatnya tingkat kesiapan
alutsista yang mencapai rata-rata sekitar 60 persen, yang disumbangkan oleh
matra darat sekitar 81 persen, matra laut sekitar 46 persen dan matra udara
59 persen.

Sasaran ketiga adalah semakin berperannya Indonesia dalam menciptakan


perdamaian dunia. Sasaran ini dinilai berhasil dari berbagai capaian yang
diraih oleh Pemerintah Indonesia dalam memperjuangkan kepentingan
nasional di berbagai forum internasional. Sasaran ini diwujudkan melalui
penetapan prioritas Pemantapan Politik Luar Negeri dan Peningkatan
Kerjasama Internasional.
4
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Prioritas Pemantapan Politik Luar Negeri dan Peningkatan Kerjasama


Internasional. Kiprah diplomasi Indonesia selama periode 2004—2009 terus
menguat sejalan dengan peran aktif yang dimainkan oleh Indonesia dalam
percaturan diplomasi internasional, baik dalam kerangka bilateral, regional
maupun multilateral. Indonesia menjadi tuan rumah dalam perhelatan
internasional untuk mengatasi masalah perubahan iklim atau dikenal dengan
UNFCC (United Nation Framework on Climate Changes) dan menghasilkan Bali
Roadmap. Porsi pencapaian terbesar pada lingkup ASEAN adalah diadopsinya
prakarsa Indonesia terkait dengan pembentukan Komunitas ASEAN. Berkaitan
dengan pemulihan citra Indonesia, ‘Indonesia yang moderat dan demokratis’
merupakan citra baru yang dibangun dan disebarluaskan ke seluruh dunia.
Penyebarluasan ide dan gagasan melalui pembangunan citra telah
memantapkan posisi Indonesia sebagai pemain aktif dalam pergaulan
internasional yang pada gilirannya akan membantu mempercepat tercapainya
tujuan pembangunan nasional. Pelaksanaan Program Penegasan Komitmen
Perdamaian Dunia dinilai paling memberikan dampak bagi pencapaian
sasaran RPJMN 2004—2009, terutama capaian yang diraih terkait dengan
peran Indonesia di PBB, penyelesaian masalah Palestina, dan peningkatan
upaya penanggulangan kejahatan lintasnegara seperti terorisme, money
laundering, penyalahgunaan narkoba, trafficking, dan lain-lain.

Agenda II Mewujudkan Indonesia Yang Adil dan Demokratis

Berkaitan dengan pencapaian sasaran-sasaran pada Agenda Mewujudkan


Indonesia yang Adil dan Demokratis, kemajuan pencapaian yang cukup baik
diantaranya ditunjukkan oleh meningkatnya pelayanan birokrasi masyarakat
yang tercermin dari penurunan praktik korupsi, menurunnya kesenjangan
pencapaian pembangunan antara perempuan dan laki-laki yang tercermin
dari peningkatan angka IPG dan IDG, terkendalinya pembentukan daerah
otonom baru sebagai hasil pelaksanaan revitalisasi proses desentralisasi dan
otonomi daerah, dan meningkatnya penataan perundang-undangan termasuk
dukungan yang positif dan keterlibatan pemerintah dalam penyusunan
perubahan terhadap peraturan perundangan bidang politik bagi
berkembangnya proses demokratisasi Indonesia. Selain berbagai kemajuan di
atas, terdapat beberapa pencapaian yang masih membutuhkan upaya dan
komitmen yang lebih besar, salah satunya adalah pelaksanaan penegakan
hukum atas hak asasi manusia.

5
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran pertama dari Agenda Mewujudkan Indonesia yang Adil dan


Demokratis adalah meningkatnya keadilan dan penegakan hukum.
Perwujudan peningkatan keadilan terlihat dari berbagai penyusunan
perundang-undangan yang tidak diskriminatif. Namun, dalam hal penegakan
hukum masih ditemukan berbagai pelanggaran terhadap hak asasi manusia,
sehingga masih diperlukan upaya dan komitmen yang lebih intensif. Sasaran
ini diwujudkan melalui prioritas Pembenahan Sistem dan Politik Hukum; serta
Penghormatan, Pengakuan, dan Penegakan atas Hukum dan Pengakuan atas
Hak Asasi Manusia (HAM).

Prioritas Pembenahan Sistem dan Politik Hukum. Pencapaian sasaran


penataan hukum dilaksanakan melalui peninjauan dan penataan kembali
peraturan perundang-undangan. Selama lima tahun pelaksanaan RPJMN
2004—2009 Pemerintah telah menetapkan sebanyak 284 Rancangan Undang-
Undang (RUU) yang tercantum dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas).
Dari jumlah tersebut sebanyak 87 buah UU merupakan RUU yang tercantum
dalam Prolegnas. Salah satu faktor penghambat dalam proses perencanaan
dan pembentukan hukum adalah masih belum dipatuhinya Program Legislasi
Nasional (Prolegnas) secara konsisten. Program yang mendukung pencapaian
sasaran pembangunan sistem dan politik hukum adalah Program
Pembentukan Hukum. Keberhasilan pelaksanaan program ini ditentukan oleh
peraturan perundang-undangan yang dihasilkan, salah satunya adalah pada
bidang pemberantasan korupsi, yaitu dengan disahkannya UU Nomor 7 Tahun
2006 tentang Pengesahan United Nation Convention Against Corruption 2003
(Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa Anti Korupsi) dan UU Nomor 46 Tahun
2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.

Prioritas Penghapusan Diskriminasi dalam Berbagai Bentuk. Pencapaian


penghapusan diskriminasi dalam berbagai bentuk dilaksanakan antara lain
melalui peraturan perundang-undangan yang tidak mengandung unsur
diskriminatif; perbaikan pelayanan, khususnya di bidang hukum termasuk
HaKI, keimigrasian, dan administrasi hukum umum; serta pelaksanaan
bantuan hukum bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan. Kesadaran dan
peran aktif masyarakat dalam menciptakan kondisi yang kondusif dalam
penyelenggaraan Pemilu dengan aman dan tertib terlihat dari pelaksanaan
Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden pada tahun 2009. Program Pelayanan
dan Bantuan Hukum merupakan satu-satunya program yang menjadi andalan
dalam mewujudkan pencapaian prioritas pembangunan ini.

6
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Prioritas Penghormatan, Pengakuan dan Penegakan atas Hukum dan Hak


Asasi Manusia. Pencapaian penanganan korupsi di Indonesia telah
memperlihatkan hasil yang cukup baik, dengan meningkatnya Indeks Persepsi
Korupsi (IPK) Indonesia dari 1,9 pada tahun 2004 menjadi 2,8 pada tahun
2009. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari kerja keras Pemerintah untuk
terus meningkatkan upaya pemberantasan korupsi di berbagai bidang.
Namun, pelaksanaan penegakan hukum atas hak asasi manusia di Indonesia
secara keseluruhan belum menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Berbagai pelanggaran terhadap hak asasi manusia masih terjadi seperti pada
kasus-kasus penggusuran, kelaparan, dan pemutusan hubungan kerja secara
massal. Terkait dengan penegakan dan perlindungan HAM, sampai saat ini
juga terus dilakukan berbagai Rencana Aksi Nasional HAM (RAN-HAM).
Rencana aksi ini tertuang dalam Keppres Nomor 40 Tahun 2004 tentang
RANHAM 2004—2009 disertai dengan kegiatan monitoring dan evaluasi
pelaksanaannya.

Sasaran kedua adalah terjaminnya keadilan gender untuk meningkatkan


peran perempuan dalam berbagai bidang pembangunan. Pencapaian indeks
pembangunan gender (IPG)/Gender-related Development Index(GDI) dan
indeks pemberdayaan gender (IDG)/(Gender Empowerment Measure/GEM)
menunjukkan peningkatan, artinya telah terjadi kemajuan dalam upaya
peningkatan keadilan gender. Sasaran ini diwujudkan melalui prioritas
Peningkatan Kualitas Kehidupan dan Peran Perempuan serta Kesejahteraan
dan Perlindungan Anak

Prioritas Peningkatan Kualitas Kehidupan dan Peran Perempuan serta


Kesejahteraan dan Perlindungan Anak. Kesenjangan pencapaian
pembangunan bagi perempuan dan laki-laki mengalami penurunan, walaupun
masih perlu diturunkan lagi. Hal ini terlihat dari peningkatan angka IPG, yaitu
dari 0,721 pada tahun 2005 menjadi 0,726 pada tahun 2007 (Human
Development Report/HDR). Selain itu IDG Indonesia, juga menunjukkan
peningkatan, yaitu dari 0,613 pada tahun 2005 menjadi 0,621 pada tahun
2007 (BPS-KNPP). Namun demikian, kecilnya peningkatan nilai IDG tersebut
mengindikasikan bahwa peningkatan kesetaraan gender di bidang
ketenagakerjaan, ekonomi, dan politik, masih belum memadai. Untuk
kesejahteraan dan perlindungan anak kemajuan terlihat terutama di bidang
pendidikan, kesehatan, dan perlindungan anak. Di bidang pendidikan
ditunjukkan dengan meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) pendidikan
anak usia dini dan angka partisipasi sekolah (APS) usia 7-12, 13-15, dan 16-18
tahun. Di bidang kesehatan, ditandai dengan menurunnya angka kematian
7
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

bayi, balita, dan neonatal. Sedangkan di bidang ketenagakerjaan ditunjukkan


dengan menurunnya persentase pekerja anak usia 10-14 tahun.

Sasaran ketiga adalah meningkatnya pelayanan kepada masyarakat dengan


menyelenggarakan otonomi daerah dan kepemerintahan daerah yang baik,
menjamin konsistensi seluruh peraturan pusat dan daerah, serta tidak
bertentangan dengan peraturan dan perundangan yang lebih tinggi.
Perwujudan dari peningkatan pelayanan kepada masyarakat dengan
menyelenggarakan otonomi daerah dan kepemerintahan yang baik terlihat
dari perkembangan daerah otonomi baru yang tertata cukup baik dan
peningkatan dan perkembangan kapasitas keuangan Pemerintah Daerah
dengan adanya peningkatan transfer keuangan dari Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah daerah lebih dari 100 persen. Sasaran ini diwujudkan melalui
prioritas Revitalisasi Proses Desentralisasi dan Otonomi Daerah.

Prioritas Revitalisasi Proses Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Pada kurun


waktu 2004—2009 perkembangan daerah otonomi baru (DOB) tertata cukup
baik. Hal ini tercermin dari terkendalinya pembentukan DOB, yaitu berupa
penurunan jumlah DOB yang terbentuk dari sebanyak 104 daerah pada kurun
waktu 2000-2004 menjadi 57 daerah pada kurun waktu 2004—2009.
Berdasarkan peningkatan dan perkembangan kapasitas keuangan Pemerintah
Daerah dalam rangka peningkatan pelayanan masyarakat, penyelenggaraan
otonomi daerah, dan penciptaan pemerintahan daerah yang baik, telah
terjadi peningkatan transfer keuangan dari Pemerintah kepada Pemerintah
Daerah dari Rp150,46 Triliun pada tahun 2005 menjadi Rp309,57 Triliun pada
tahun 2009. Selain itu, proporsi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap total
pendapatan daerah terutama pada daerah kabupaten/kota juga meningkat
dari tahun 2007 sebesar 6,1 persen menjadi sebesar 7,1 persen di tahun 2009

Sasaran keempat adalah meningkatnya pelayanan birokrasi kepada


masyarakat. Sasaran ini dicerminkan dengan berkurangnya secara nyata
praktik korupsi di birokrasi, yang dimulai dari tataran (jajaran) pejabat yang
paling atas, terciptanya sistem pemerintahan dan birokrasi yang bersih,
akuntabel, transparan, efisien dan berwibawa. Untuk mencapai sasaran ini
diwujudkan melalui penetapan prioritas yang diletakkan pada Penciptaan Tata
Pemerintahan yang Bersih dan Berwibawa.

Prioritas Penciptaan Tata Pemerintahan yang Bersih dan Berwibawa. Pada


RPJMN 2004—2009, pembangunan aparatur negara diarahkan untuk
menciptakan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa dengan sasaran
8
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

berkurangnya secara nyata praktik korupsi di birokrasi, meningkatnya kualitas


pelayanan publik, dan terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan
pemerintahan yang efisien, efektif, transparan, profesional, dan akuntabel.
Praktik korupsi telah menurun secara nyata sesuai dengan meningkatnya IPK
Indonesia, meningkatnya opini wajar tanpa pengecualian (WTP) hasil audit
BPK atas Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL) dan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), serta meningkatnya jumlah instansi
pemerintah (pusat, daerah) yang melaksanakan dan melaporkan pelaksanaan
Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.
Keberhasilan pembangunan aparatur negara antara lain ditunjukkan oleh
capaian Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur
Negara, Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, dan Program
Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan.

Sasaran kelima adalah terlaksananya Pemilihan Umum (Pemilu) 2009 secara


demokratis, jujur, dan adil dengan menjaga momentum konsolidasi demokrasi
yang sudah terbentuk berdasarkan hasil Pemilu secara langsung tahun 2004.
Perwujudan sasaran ini ditunjukkan dengan dukungan yang positif dan
keterlibatan pemerintah dalam penyusunan perubahan/revisi terhadap
peraturan perundangan bidang politik bagi berkembangnya proses
demokratisasi Indonesia. Sasaran ini diwujudkan melalui prioritas Perwujudan
Lembaga Demokrasi yang Makin Kokoh.

Prioritas Perwujudan Lembaga Demokrasi yang Makin Kokoh. Penguatan


kelembagaan demokrasi difokuskan pada penguatan yang bersifat prosedural
dan substansial. Hal ini ditunjukkan dengan dijaminnya proses checks and
balances atau prinsip-prinsip pengawasan antarkekuasaan secara timbal balik
dan berimbang, serta adanya pengakuan hak asasi manusia. Dalam masa
2004—2009, proses konsolidasi demokrasi dititikberatkan pada: (1) upaya
untuk meningkatkan peran dan fungsi lembaga penyelenggara negara dan
lembaga kemasyarakatan sesuai konstitusi dan peraturan perundangan yang
berlaku; (2) peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan kebijakan publik; serta (3) upaya untuk dapat menyelenggarakan
pemilihan umum yang demokratis, jujur dan adil. Tuntutan masyarakat
sekaligus kepemimpinan lembaga Mahkamah Konstitusi (MK) dan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) yang memberikan perhatian agar demokrasi
dapat berjalan dengan baik telah mendorong lembaga-lembaga pemerintah
untuk menunjukkan upaya perbaikan kinerja dan menghasilkan keluaran yang
diharapkan oleh rakyat. Dampak dari kinerja parpol yang belum optimal
adalah lemahnya kepercayaan publik terhadap partai politik. Prioritas
9
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

pembangunan perwujudan lembaga demokrasi yang makin kokoh dicapai


melalui beberapa program dan kegiatan pokok, yang salah satunya adalah
Program Penyempurnaan dan Penguatan Kelembagaan Demokrasi.
Keberhasilan pelaksanaan program ini terlihat dengan adanya dukungan yang
positif dan keterlibatan pemerintah dalam penyusunan perubahan/revisi
terhadap peraturan perundangan bidang politik bagi berkembangnya proses
demokratisasi Indonesia, seperti UU Nomor 22 Tahun 2007 tentang
Penyelenggara Pemilu, UU Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan UU
Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan
DPRD serta UU Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden.

Agenda III Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat

Pada Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat, hasil pencapaian sasaran-


sasarannya belum sepenuhnya dapat terwujud dengan baik. Pencapaian
sasaran penurunan jumlah penduduk miskin menjadi 8,2 persen tahun 2009
serta penciptaan lapangan kerja yang mampu mengurangi pengangguran
terbuka menjadi 5,1 persen tahun 2009 dengan didukung oleh stabilitas
ekonomi yang tetap terjaga masih menemui kendala. Kendala yang dihadapi
adalah goncangan ekonomi global dan bencana alam yang berdampak pada
perekonomian domestik. Namun, terdapat juga berbagai kemajuan yang
cukup berarti, antara lain meningkatnya kontribusi kawasan perdesaan
terhadap pertumbuhan nasional, berkurangnya jumlah kabupaten dengan
status daerah tertinggal; meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya AKI
dan AKB; menurunnya TFR; dan meningkatnya perbaikan mutu lingkungan
hidup dan pengelolaan sumberdaya alam; serta perbaikan infrastruktur yang
ditunjukkan dengan peningkatan kuantitas dan kualitas berbagai sarana
penunjang pembangunan.

Sasaran pertama Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat adalah


menurunnya jumlah penduduk miskin menjadi 8,2 persen tahun 2009 serta
terciptanya lapangan kerja yang mampu mengurangi pengangguran terbuka
menjadi 5,1 persen tahun 2009 dengan didukung oleh stabilitas ekonomi yang
tetap terjaga. Pencapaian sasaran ini menunjukkan hasil yang cukup baik.
Selama kurun waktu 2004—2009, tingkat kemiskinan secara umum semakin
menurun yaitu menjadi 14,15 persen. Tingkat pengangguran terbuka telah
berhasil diturunkan sampai dengan 7,87 persen pada Agustus 2009.
Perwujudan pencapaian sasaran ini dilaksanakan melalui prioritas: (1)
Penanggulangan Kemiskinan; (2) Peningkatan Investasi dan Ekspor Non-migas;
10
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

(3) Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur; (4) Revitalisasi Pertanian; (5)
Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM); (6)
Peningkatan Pengelolaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN); (7) Peningkatan
Kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek); (8) Perbaikan Iklim
Ketenagakerjaan; dan (9) Pemantapan Stabilitas Ekonomi Makro.

Prioritas Penanggulangan Kemiskinan. Pemerintah pada periode tahun


2004—2009 menetapkan penanggulangan kemiskinan sebagai prioritas utama
pembangunan. Selama kurun waktu 2004—2009, tingkat kemiskinan secara
umum semakin menurun yaitu menjadi 14,15 persen. Penurunan ini
merupakan hasil kerja keras di tengah goncangan ekonomi global yang
menuntut naiknya harga BBM secara tajam dan berdampak pada
perekonomian domestik. Selain itu, bencana alam yang melanda sejumlah
daerah selama periode tersebut turut menahan perbaikan kondisi
perekonomian domestik. Pemerintah telah melakukan upaya-upaya untuk
menurunkan jumlah penduduk miskin diantaranya melalui Program Keluarga
Harapan (PKH) dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri.

Prioritas Peningkatan Investasi dan Ekspor Non Migas. Kegiatan investasi dan
ekspor dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih
berkesinambungan. Pada periode tahun 2004—2009, Pemerintah telah
menerbitkan berbagai peraturan dan deregulasi peraturan Pemerintah di
pusat dan daerah untuk mewujudkan iklim investasi yang sehat. Dari sisi
ekspor, pertumbuhan ekspor non-migas yang cukup tinggi terjadi selama
periode 2005—2008 dengan rata-rata sebesar 17,9 persen. Namun sepanjang
tahun 2009 ekspor non-migas terkena dampak negatif dari krisis ekonomi
global sehingga nilainya terkontraksi dengan pertumbuhan sebesar -9,7
persen. Penurunan ekspor non-migas ini disebabkan oleh penurunan
permintaan dunia dan penurunan harga komoditas/produk ekspor. Indonesia
telah berhasil menurunkan ketergantungan terhadap ekspor tradisional, pada
tahun 2005 pangsa pasar ekspor tradisional sebesar 54,7 persen dan
kemudian menjadi sebesar 45,1 persen pada tahun 2009. Selain itu, Indonesia
telah mampu diversifikasi pasar tujuan ekspor. Adapun, upaya yang telah
dilakukan oleh Pemerintah diantaranya melalui Program Peningkatan dan
Pengembangan Ekspor.

Prioritas Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur. RPJMN 2004—2009


menekankan pentingnya peningkatan daya saing industri manufaktur, karena
hal tersebut merupakan strategi untuk menjawab tantangan globalisasi dan
11
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

liberalisasi ekonomi dunia. Industri manufaktur dalam kurun waktu 2005-2009


menunjukkan peningkatan rata-rata sebesar 3,9 persen per tahun. Pencapaian
ini masih di bawah laju rata-rata sasaran RPJMN 2004—2009 sebesar 8,56
persen per tahun. Industri manufaktur Indonesia masih dapat dikatakan baik
ditengah gejolak ekonomi global. Industri manufaktur pada negara-negara
berkembang lainnya mengalami perlambatan, namun industri manufaktur
Indonesia tetap mengalami pertumbuhan. Pemerintah terus berupaya
meningkatkan daya saing industri maufaktur. Kebijakan diarahkan pada
perkuatan struktur dan daya saing manufaktur yang meliputi tiga program
yaitu: (1) Program Penguatan Struktur Industri, (2) Program Pengembangan
Industri Kecil dan Menengah, dan (3) Program Peningkatan Kemampuan
Teknologi Industri.

Prioritas Revitalisasi Pertanian. Dalam kurun waktu 2004—2009, revitalisasi


pertanian telah mencapai beberapa perkembangan yang baik. Dalam
pencapaian sasaran utama revitalisasi pertanian didapatkan pertumbuhan
PDB sektor pertanian mencapai rata-rata 3,6 persen per tahun dengan
pertumbuhan PDB subsektor tanaman bahan makanan mencapai 3,7 persen,
tanaman perkebunan 3,6 persen, peternakan dan hasilnya 2,9 persen, serta
perikanan 5,6 persen. Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian juga
meningkat rata-rata sebesar 1,2 persen per tahun yang diimbangi dengan
peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan yang ditunjukkan dengan
perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP). NTP pada tahun 2009 telah mencapai
110,2 atau naik dari 102,9 pada tahun 2004. Dalam pencapaian sasaran antara
peningkatan ketahanan pangan, kemampuan untuk meningkatkan produksi
beras dalam negeri telah menunjukkan hasil yang baik dimana dalam kurun
waktu 2004—2009, produksi padi/beras meningkat rata-rata sebesar 3,4
persen per tahun. Pada tahun 2008, Indonesia telah mampu mencapai
swasembada beras yang berarti produksi padi nasional telah mampu
memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pada tahun tersebut produksi padi
nasional mencapai 60,3 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara dengan
38,0 juta ton beras. Jumlah produksi beras nasional tersebut telah melebihi
total kebutuhan konsumsi penduduk yang diperkirakan mencapai 32 juta ton.
Keberhasilan tersebut berlanjut pada tahun 2009. Pada tahun tersebut
produksi padi nasional mencapai 64,3 juta ton GKG atau setara dengan 40,5
juta ton beras. Pencapaian-pencapaian penting berhasil diwujudkan terutama
melalui pelaksanaan Program Peningkatan Ketahanan Pangan dan Program
Pengembangan Sumber daya Perikanan.

12
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Prioritas Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.


Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah telah berhasil
dalam meningkatkan produktivitas UMKM dengan laju pertumbuhan yang
lebih tinggi dari laju pertumbuhan produktivitas nasional. Pada tahun 2008
produktivitas UMKM per unit usaha mencapai 22,73 juta/unit usaha dengan
rata-rata laju pertumbuhan hampir 2,5 persen setiap tahunnya. Sedangkan
produktivitas UMKM per tenaga kerja pada tahun 2008 adalah sebesar 12,72
juta/tenaga kerja dengan laju pertumbuhan rata-rata hampir sebesar tiga
persen setiap tahunnya yang jauh lebih tinggi dari produktivitas nasional yang
laju pertumbuhannya tidak sampai dengan dua persen. Namun, terdapat
beberapa hal yang perlu mendapat perhatian yaitu penurunan kualitas
koperasi yang ditunjukkan oleh penurunan jumlah koperasi aktif yang
melakukan Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan kepemilikan manajer dalam
koperasi, serta penurunan daya saing produk UMKM dalam pasar ekspor rata-
rata sebesar 0,17 persen selama periode 2005—2008.

Prioritas Peningkatan Pengelolaan BUMN. Peningkatan kinerja dan daya


saing BUMN dalam rangka memperbaiki pelayanan kepada masyarakat dan
memberikan sumbangan terhadap keuangan negara merupakan capaian
penting yang terus diupayakan peningkatannya, diantaranya melalui
Pemetaan fungsi BUMN yang ada ke dalam kelompok BUMN public service
obligation (PSO) dan kelompok BUMN komersial (business oriented).
Pelaksanaan PSO oleh BUMN meliputi lima prinsip tepat yaitu: tepat sasaran,
tepat kualitas, tepat kuantitas, tepat waktu, dan tepat harga. Berdasarkan
pemantauan terhadap pelaksanaan PSO oleh BUMN pada tahun 2008,
hasilnya secara umum adalah telah dilaksanakan peningkatan kualitas
pelayanan kepada masyarakat dengan baik dan tepat, walaupun masih
muncul berbagai kendala di lapangan. Berkaitan dengan revitalisasi BUMN,
selama kurun waktu 2005—2009 telah dilakukan berbagai upaya memperkuat
landasan hukum antara lain dengan diterbitkannya empat PP pelaksana UU
Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN dan lima Peraturan Menteri Negara
BUMN sebagai pelaksanaan UU Nomor 19 Tahun 2003. Selain itu,
Kementerian BUMN juga terus melanjutkan upaya pembinaan pelaksanaan
tata kelola perusahaan yang baik, Good Corporate Governance (GCG).
Kementerian BUMN terus memantau dan menilai pelaksanaan GCG, antara
lain melalui assessment yang sampai dengan tahun 2009 telah dilakukan
terhadap 109 BUMN dan review yang sampai dengan tahun 2009 telah
dilakukan terhadap 47 BUMN. Berbagai langkah kebijakan tersebut telah
memberikan hasil yang positif selama periode 2005—2008, dari sebanyak 139
BUMN yang dikuasai Pemerintah, jumlah BUMN yang merugi semakin sedikit,
13
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

yaitu 36 BUMN pada tahun 2005, menjadi 23 BUMN pada tahun 2008.
Besarnya keuntungan yang diraih BUMN juga meningkat dari sebesar Rp42,33
triliun pada akhir tahun 2005 menjadi Rp74,00 triliun pada tahun 2009.

Prioritas Peningkatan Kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.


Peningkatan kemampuan iptek merupakan syarat peningkatan daya saing
bangsa. Dalam kurun waktu 2005—2009, capaian paling penting yang berhasil
diwujudkan adalah meningkatnya jumlah publikasi ilmiah dan paten yang
didaftarkan di dalam negeri (Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual,
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia). Paten yang terdaftar di dalam
negeri yang berkaitan dengan bidang pangan sebesar 17,5 persen, energi 7,4
persen, transportasi 7,4 persen, teknologi informasi dan komunikasi 4,8
persen, teknologi pertahanan dan keamanan 0,6 persen, serta kesehatan dan
obat 7,8 persen. Pencapaian tersebut menggambarkan bahwa sasaran
peningkatan kemampuan iptek yang terdiri dari empat sasaran, secara umum
telah tercapai dengan baik. Adapun program yang paling mendukung
terwujudnya capaian-capaian sasaran dalam peningkatan kemampuan Iptek
ini adalah Program Penelitian dan Pengembangan Iptek, Program Difusi dan
Pemanfaatan Iptek dan Program Penguatan Kelembagaan Iptek.

Prioritas Perbaikan Iklim Ketenagakerjaan. Taraf kehidupan yang lebih baik


dapat dicapai dengan pemenuhan hak untuk memperoleh pekerjaan. Sasaran
pembangunan ketenagakerjaan pada akhir 2009 seperti dituangkan dalam
RPJMN 2004—2009 berupa tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar 5,1
persen. Sasaran ini dapat tercapai apabila pertumbuhan ekonomi 6,6 persen.
Secara umum, TPT telah berhasil diturunkan namun sebagian besar lapangan
kerja yang tercipta masih didominasi oleh lapangan kerja informal. Sampai
Agustus 2009, TPT masih sebesar 7,87 persen, dengan rata-rata pertumbuhan
ekonomi hanya sebesar 5,3 persen. Pemerintah melakukan upaya-upaya
perbaikan iklim ketenagakerjaan diantaranya melalui Program Perluasan dan
Pengembangan Kesempatan Kerja.

Prioritas Pemantapan Stabilitas Ekonomi Makro. Indonesia tetap


mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan dengan
tetap menjaga stabilitas ekonomi selama periode RPJMN 2004—2009.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2009 secara keseluruhan sebesar 4,5
persen, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008
dan target RPJM 2004—2009 masing-masing sebesar 6,1 persen dan 6,4
persen. Kondisi ini merupakan dampak dari masih lesunya perekonomian
global yang berimbas pada perekonomian domestik. Namun demikian,
14
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Pemerintah terus mengupayakan untuk tetap menjaga ketahanan fiskal yang


berkesinambungan serta memberikan stimulus fiskal untuk pertumbuhan
ekonomi. Peningkatan penerimaan perpajakan menunjukkan kinerja yang
baik, hal ini ditempuh melalui perbaikan dan reformasi administrasi
perpajakan yang berkelanjutan, seperti moderninasi administrasi perpajakan.

Sasaran kedua adalah berkurangnya kesenjangan antarwilayah melalui


penetapan prioritas pembangunan yang mengarah pada pembangunan
perdesaan dan pengurangan ketimpangan pembangunan wilayah. Pencapaian
pembangunan perdesaan dapat dilihat dari meningkatnya kontribusi kawasan
perdesaan pada sektor pertanian maupun non pertanian terhadap
pertumbuhan nasional, meningkatnya kesejahteraan masyarakat desa yang
ditandai dengan berkurangnya jumlah penduduk miskin, dan perluasan
kesempatan kerja yang berdampak pada menurunnya pengangguran dan
kemiskinan, serta meningkatnya produktivitas dan pendapatan masyarakat
desa. Perwujudan pengurangan ketimpangan pembangunan wilayah dapat
dilihat dari berkurangnya jumlah daerah tertinggal. Sasaran ini diwujudkan
melalui prioritas Pembangunan Perdesaan, dan prioritas Pengurangan
Ketimpangan Wilayah.

Prioritas Pembangunan Perdesaan. Kawasan perdesaan memiliki kontribusi


dan peran yang besar sebagai basis pertumbuhan nasional. Sektor pertanian
turut memberikan kontribusi yang semakin besar dalam meningkatkan produk
domestik bruto dilihat dari semakin meningkatnya rasio PDB sektor pertanian
terhadap PDB nasional, yaitu dari 13,13 persen pada tahun 2005 menjadi
15,85 persen pada tahun 2009. Kontribusi kawasan perdesaan terhadap
pertumbuhan nasional dari sektor non pertanian (terutama upaya
pemberdayaan UMKM) juga cukup nyata yang ditunjukkan dengan
peningkatan produktifitas ekonomi kawasan perdesaan. PDB sektor pertanian
UKM dari tahun 2005 hingga 2008 terus mengalami peningkatan. Pada tahun
2005 capaian PDB sektor pertanian UKM sebesar Rp347,41 triliun dan pada
2008 menjadi Rp679,45 triliun. Kesejahteraan masyarakat perdesaan semakin
meningkat ditandai dengan berkurangnya jumlah penduduk miskin, yaitu 22,7
juta jiwa tahun 2005 menjadi 20,62 juta jiwa tahun 2009. Perluasan
kesempatan kerja di perdesaan, terutama lapangan kerja baru di bidang
kegiatan agribisnis off-farm dan industri serta jasa berskala kecil dan
menengah, telah berdampak pada berkurangnya angka pengangguran dan
kemiskinan serta meningkatnya produktivitas dan pendapatan masyarakat
perdesaan.

15
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Prioritas Pengurangan Ketimpangan Pembangunan Wilayah. Pelaksanaan


program-program pengembangan wilayah secara sinergis telah berhasil
mengurangi ketimpangan pembangunan wilayah. Salah satu indikator
keberhasilan tersebut adalah berkurangnya jumlah daerah tertinggal. Evaluasi
atas pelaksanaan pembangunan daerah tertinggal selama lima tahun
menunjukkan bahwa sebanyak 50 kabupaten dari 199 kabupaten yang pada
awal pelaksanaan RPJMN 2004—2009 dikategorikan sebagai daerah tertinggal
telah lepas dari status tertinggal menjadi daerah yang relatif maju dalam skala
nasional secara bertahap, yaitu 28 kabupaten di tahun 2007, 12 kabupaten di
tahun 2008, dan 10 kabupaten di tahun 2009.

Sasaran ketiga adalah meningkatnya kualitas manusia. Selama kurun waktu


2004—2009 peningkatan kualitas manusia yang dicapai antara lain: (1)
meningkatnya akses dan kesempatan masyarakat untuk memperoleh
pendidikan; (2) meningkatnya angka harapan hidup penduduk Indonesia
menjadi 70.7 tahun pada tahun 2009; (3) menurunnya angka kelahiran total
(TFR) menjadi 2.3 kelahiran per wanita; dan (4) meningkatnya kualitas dan
partisipasi pemuda di berbagai bidang pembangunan. Sasaran ini diwujudkan
melalui penetapan prioritas: (1) Peningkatan Akses Masyarakat terhadap
Pendidikan yang Berkualitas; (2) Peningkatan Akses Masyarakat terhadap
Layanan Kesehatan yang Lebih Berkualitas; (3) Peningkatan Perlindungan dan
Kesejahteraan Sosial; (4) Pembangunan Kependudukan, dan Keluarga Kecil
Berkualitas serta Pemuda dan Olahraga; serta (5) Peningkatan Kualitas
Kehidupan Beragama.

Prioritas Peningkatan Akses Masyarakat terhadap Pendidikan yang


Berkualitas. Pembangunan pendidikan nasional selama periode RPJMN
2004—2009 telah berhasil meningkatkan akses dan kesempatan masyarakat
untuk memperoleh pendidikan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya
rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas dari 7,27 tahun pada
tahun 2005 menjadi 7,50 tahun pada tahun 2008 dan menurunnya persentase
angka buta aksara penduduk usia 15 tahun ke atas dari 9,55 persen pada
tahun 2005 menjadi 5,97 pada tahun 2008 (BPS, 2008; hasil Susenas).
Pencapaian tersebut semakin diperkuat dengan adanya peningkatan angka
partisipasi pendidikan pada semua jenjang pendidikan.

Prioritas Peningkatan Akses Masyarakat terhadap Kesehatan yang


Berkualitas. Pembangunan kesehatan telah berhasil meningkatkan Umur
Harapan Hidup (UHH) penduduk Indonesia. Berdasarkan data BPS (2008), usia
harapan hidup pada tahun 2009 adalah 70,7 tahun, diatas sasaran RPJMN
16
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

2004—2009 yaitu 70,6 tahun. Angka kematian ibu (AKI) selama empat tahun
terakhir telah menurun secara nyata. Berdasarkan hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI menurun dari 307 per 100.000
kelahiran hidup menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007.
Angka ini telah mendekati sasaran dalam RPJMN 2004—2009 yakni 226 per
100.000 kelahiran hidup. Prevalensi kekurangan gizi pada anak balita adalah
sebesar 18,4 persen terdiri dari gizi-kurang 13,0 persen dan gizi-buruk 5,4
persen (Depkes, 2007, Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas). Angka tersebut telah
melampaui target RPJMN 2004—2009 sebesar 20,0 persen. Meskipun secara
prevalensi menurun dari tahun 2005 (25,8 persen), namun jika dilihat dari
jumlah penduduk dan proporsi balita pada tahun yang sama, beban masalah
yang dihadapi masih cukup besar.

Prioritas Peningkatan Perlindungan dan Kesejahteraan Sosial. Keberhasilan


pelaksanaan RPJMN 2004—2009 pembangunan bidang perlindungan dan
kesejahteraan sosial antara lain melalui pelayanan dan rehabilitasi
kesejahteraan sosial bagi anak, lanjut usia dan penyandang cacat telantar,
pemberian bantuan bagi fakir miskin dan PMKS lainnya, serta pemberdayaan
masyarakat miskin agar mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri.
Berkaitan dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT) didapatkan bahwa program
BLT merupakan program yang 90,51 persen tepat sasaran, 97,14 persen tepat
jumlah dan 89,10 persen tepat waktu. Sementara itu, bantuan sosial untuk
rumah tangga sangat miskin (RTSM) dalam bentuk bantuan tunai bersyarat
melalui PKH, pada tahun 2007 menjangkau 387.947 KK di 48 kabupaten di 7
provinsi. Sedangkan pada tahun 2009, cakupan PKH diperluas hingga
menjangkau 726.376 KK di 70 Kabupaten, dengan tambahan 6 provinsi.

Prioritas Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Kecil Berkualitas serta


Pemuda dan Olahraga. Pembangunan kependudukan yang didukung oleh
program keluarga berencana telah berhasil menurunkan angka kelahiran total
(total fertility rate/TFR) dari 2,4 kelahiran per wanita (SDKI 2002/2003)
menjadi 2,3 kelahiran per wanita (SDKI 2007). Hasil ini belum memenuhi
target TFR RPJMN 2004—2009 sebanyak 2,2 kelahiran per wanita. Kualitas
dan partisipasi pemuda di berbagai bidang pembangunan mengalami
peningkatan. Peningkatan ini antara lain ditunjukkan oleh meningkatnya APS
pemuda dan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) pemuda. APS penduduk
usia 16-18 tahun meningkat dari 53,86 persen pada 2005 menjadi 54,70 pada
2008; APS penduduk usia 19-24 tahun, meningkat dari 12,23 persen pada
2005 menjadi 12,43 pada 2008 (Susenas, 2008). Sementara itu TPAK pemuda

17
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

juga mengalami peningkatan yaitu dari 62,47 persen pada tahun 2006
menjadi 63,31 pada tahun 2008.

Prioritas Peningkatan Kualitas Kehidupan Beragama. Sejumlah kemajuan di


bidang kerukunan umat beragama telah menampakkan bentuknya yang
diperlihatkan dengan intensitas dan semangat kerjasama lintasagama dan
terbentuknya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di berbagai provinsi,
kabupaten/kota bahkan di tingkat kecamatan. Selama periode 2004—2009,
pemerintah terus berupaya memberikan pelayanan dan fasilitasi kepada umat
beragama agar bisa menjalankan ajaran agamanya dengan mudah, aman,
bebas dan leluasa. Untuk sarana peribadatan, sebanyak 1.093 gedung tempat
ibadah telah dibangun dan sebanyak 5.151 gedung tempat ibadah
direhabilitasi. Bantuan kitab suci dan tafsir kitab suci juga terus dilaksanakan,
dalam periode yang sama telah disalurkan sebanyak hampir 400 ribu
eksemplar. Bahkan, untuk menguatkan status hukum dari tanah-tanah hibah
keagamaan, baik itu tanah wakaf, tanah gereja dan sejenisnya, agar lebih
bermanfaat untuk kepentingan umat telah diupayakan bantuan sertifikasi
hampir untuk 20 ribu petak tanah hibah.

Sasaran keempat adalah membaiknya mutu lingkungan hidup dan


pengelolaan sumberdaya alam yang mengarah pada pengarusutamaan
(mainstreaming) prinsip pembangunan berkelanjutan di seluruh sektor dan
bidang pembangunan. Perbaikan pengelolaan sumber daya alam telah
menghasilkan beberapa indikator positif dalam penerapan dan penegakan
peraturan perundang-undangan, perbaikan kapasitas dan sistem pengelolaan
dan juga kualitas lingkungan hidup. Sasaran ini diwujudkan melalui prioritas
Perbaikan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Fungsi Lingkungan
Hidup.

Prioritas Perbaikan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Fungsi


Lingkungan Hidup. Secara umum upaya perbaikan pengelolaan sumber daya
alam telah menghasilkan beberapa indikator positif dalam penerapan dan
penegakan peraturan perundang-undangan, perbaikan kapasitas dan sistem
pengelolaan, dan juga kualitas lingkungan hidup. Pada sektor kehutanan,
berbagai pencapaian yang berhasil diwujudkan, antara lain: (1) menurunnya
kasus kejahatan di bidang kehutanan dan terselamatkannya kekayaan negara
sekitar Rp25 triliun setiap tahun sebagai hasil upaya pencegahan dan
pemberantasan pembalakan liar (illegal logging); (2) menurunnya laju
deforestasi dan degradasi hingga 0,9 juta hektar per tahun akibat adanya
upaya rehabilitasi; (3) investasi baru hutan tanaman sekitar 1,12 juta hektar
18
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

hutan tanaman industri (HTI) dengan nilai investasi sebesar Rp62,29 triliun;
membaiknya harga hasil hutan di pasar internasional; (4) adanya kepastian
hukum dan bantuan permodalan dalam usaha kehutanan bagi masyarakat; (5)
meningkatnya usaha di bidang pariwisata alam; (6) diatasinya kebakaran
hutan secara nyata; serta (7) terserapnya tenaga kerja dari pembangunan
kehutanan yang mencapai sekitar 2,5 juta orang. Pada sektor kelautan,
berbagai capaian yang berhasil diwujudkan antara lain: (1) menurunnya
jumlah pelanggaran serta perusakan sumber daya pesisir dan laut; (2)
terlaksananya uji coba pengelolaan ekosistem pesisir, laut, dan pulau-pulau
kecil secara lestari, terpadu, serta berbasis masyarakat di beberapa lokasi,
terutama di ekosistem terumbu karang, mangrove, dan padang lamun; serta
(3) diterbitkannya UU Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (PWP-PPK). Pada sektor Pertambangan dan
Energi, dalam periode 2004—2009 upaya untuk meningkatkan nilai tambah
dengan membangun industri pengolahan hasil tambang telah meningkat
meskipun masih sangat kecil. Pada sektor lingkungan hidup, berbagai capaian
yang berhasil diwujudkan antara lain: (1) terlaksananya pengendalian
pencemaran lingkungan; (2) terlaksananya pengendalian kerusakan
lingkungan; (3) terlaksananya pemantauan kualitas lingkungan; (4)
meningkatnya pengelolaan bahan beracun dan berbahaya (B3) dan limbah B3;
serta (5) upaya penanganan bencana alam dalam bentuk pembangunan
sarana dan pengembangan informasi meteorologi, klimatologi, kualitas udara
dan geofisika secara komprehensif. Pencapaian-pencapaian penting berhasil
diwujudkan terutama melalui pelaksanaan Program Pengembangan dan
Pengelolaan Sumber Daya Hutan, Program Pengembangan dan Pengelolaan
Sumber Daya Kelautan serta Program Pengendalian Pencemaran dan
Perusakan Lingkungan Hidup.

Sasaran kelima adalah membaiknya infrastruktur yang ditunjukkan oleh


meningkatnya kuantitas dan kualitas berbagai sarana penunjang pembangunan.
Perwujudan peningkatan kuantitas dan kualitas berbagai sarana penunjang
pembangunan dicerminkan dengan pencapaian beberapa kegiatan yang sesuai
atau bahkan melebihi target yang direncanakan di bidang sumberdaya air,
transportasi, energi dan kelistrikan, pos dan telekomunikasi, serta perumahan
dan permukiman. Sasaran ini diwujudkan dengan prioritas Percepatan
Pembangunan Infrastruktur.

Prioritas Percepatan Pembangunan Infrastruktur. Program percepatan


pembangunan infrastruktur pada RPJMN 2004—2009 difokuskan pada
perbaikan pelayanan dan penyediaan infrastruktur di bidang sumberdaya air,
19
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

transportasi, energi dan kelistrikan, pos dan telekomunikasi, serta


perumahan, air minum, limbah, persampahan, dan drainase guna mendorong
pertumbuhan ekonomi. Di samping itu, difokuskan pula pada percepatan
pembangunan infrastruktur yang didorong melalui peningkatan peran swasta
dengan meletakkan dasar-dasar kebijakan dan regulasi serta reformasi dan
restrukturisasi kelembagaan.

Bidang Sumberdaya Air, pencapaian dari pembangunan infrastruktur sumber


daya air sampai tahun 2009 antara lain: (1) dalam upaya menjaga kelestarian,
meningkatkan fungsi dan ketersediaan air, serta meningkatkan daya tampung
air, telah dilakukan pembangunan 11 waduk yaitu: Waduk Keuliling di
Nanggroe Aceh Darusalam, Telaga Tunjung dan Benel di Bali, Ponre-ponre di
Sulawesi Selatan, Panohan dan Lodan di Jawa Tengah, Kedung Brubus, Nipah,
dan Gonggang di Jawa Timur, serta Bilal dan Binalatung di Kalimantan Timur,
selain itu, juga telah dilakukan pembangunan 443 embung; (2) untuk
mendukung ketahanan pangan nasional, telah dilakukan peningkatan luas
layanan jaringan irigasi seluas 527,06 ribu hektar, rehabilitasi jaringan irigasi
seluas 1,93 juta hektar, dan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang
menjadi kewenangan pemerintah pusat seluas 2,1 juta hektar per tahun.
Selain itu, juga telah dilakukan peningkatan/rehabilitasi jaringan rawa seluas
923,57 ribu hektar serta operasi dan pemeliharaan jaringan rawa seluas
451,29 ribu hektar per tahun; (3) dalam upaya meningkatkan pemenuhan
kebutuhan air baku bagi rumah tangga, industri, dan perkotaan, telah
dibangun saluran pembawa air baku dengan kapasitas layanan lebih kurang
3
12,52 m /det.; (4) dalam rangka mengendalikan dan mengurangi dampak
bencana akibat banjir, telah dibangun prasarana pengendali banjir sepanjang
1.013 km untuk mengamankan kawasan seluas 12,8 ribu hektar dan telah
dipasang serta dioperasikan flood forecasting and warning system di sepuluh
wilayah sungai sebagai langkah antisipasi terhadap banjir; (5) sebagai
landasan hukum dan operasional pelaksanaan pengelolaan sumber daya air
secara optimal, telah diterbitkan beberapa Peraturan Pemerintah (PP) sebagai
implementasi dan pengaturan lebih lanjut atas UU Nomor 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air; dan (6) upaya untuk meningkatkan kapasitas dan
partisipasi masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pembinaan, pelatihan
dan kegiatan pengelolaan sumber daya air partisipatif yang dilakukan melalui
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), Gerakan Nasional Kemitraan
Penyelamatan Air (GNKPA), dan pemberdayaan masyarakat di sekitar waduk.
Pencapaian beberapa kegiatan telah sesuai atau bahkan melebihi target yang
telah direncanakan, yaitu dalam hal: (1) pelaksanaan pembangunan waduk
dan embung; pengelolaan dan konservasi sungai, danau, dan sumber air
20
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

lainnya; (2) peningkatan/rehabilitasi jaringan rawa dan jaringan pengairan


lainnya; dan (3) pembangunan saluran air baku.

Bidang Transportasi, beberapa capaian yang berhasil diwujudkan pada tahun


2009 antara lain:
Pembangunan transportasi jalan, meliputi: pemeliharaan jalan nasional
sepanjang 136.127 km, pemeliharaan jembatan sepanjang 161.054 meter,
peningkatan kapasitas dan struktur jalan nasional sepanjang 15.702 km dan
jembatan sepanjang 45.231 meter terutama pada lintas Timur Sumatera,
Pantura Jawa, lintas Selatan Kalimantan, lintas Barat Sulawesi dan lintas-lintas
lainnya; pembangunan jalan di kawasan perbatasan hingga mencapai 670,2
km; pembangunan jalan di pulau terpencil/terdepan hingga mencapai 571,8
km; pembangunan jembatan Suramadu; serta pengadaan lahan untuk
pembangunan jalan tol.

Pembangunan sarana lalu lintas angkutan jalan, berupa: (a) pengadaan


fasilitas keselamatan, seperti marka jalan sepanjang 2.829.555 m dan pagar
pengaman jalan 118.424 m; (b) pengadaan bus ukuran sedang dan besar
untuk Bus Rapid Transit (BRT) mencapai 40 unit, pengadaan 78 unit bus
perintis, 60 unit bus sedang non AC, 45 unit bus sedang AC dan 30 unit bus
besar untuk angkutan perintis, kota/pelajar/mahasiswa serta pelayanan
subsidi bus perintis untuk 111 trayek/lintasan perintis pada 21 provinsi; dan
(c) pembangunan baru dan lanjutan pembangunan terminal di tujuh lokasi:
terminal Batas Antar-Negara Sei. Ambawang-Pontianak (lanjutan), terminal
Matoain (NTT), terminal Kuningan (Jawa Barat), terminal Wonosari (DIY),
terminal Palangkaraya (Kalteng), terminal Badung (Bali), terminal Aceh Timur
(NAD), serta lanjutan rehabilitasi terminal di Provinsi Maluku dalam rangka
pelaksanaan Inpres Nomor 6 tahun 2003 tentang Percepatan Pemulihan
Pembangunan Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara Pasca konflik.

Pembangunan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan, antara lain:


(a) pengadaan rambu penyeberangan sebanyak 29 buah, rambu sungai dan
danau mencapai 2.530 buah; (b) pengerukan alur kolam pelabuhan 2.225.000
m3; (c) pembangunan dermaga penyeberangan sebanyak 151 unit (baru dan
lanjutan), dan pembangunan dermaga danau 36 unit (baru dan lanjutan); (d)
pembangunan kapal penyeberangan perintis 30 unit (baru dan lanjutan),
pembangunan bus air 28 unit, dan speed boat sepuluh unit; dan (e)
pengoperasian kapal penyeberangan perintis pada 76 lintas dalam provinsi
dan delapan lintas antarprovinsi.

21
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Pembangunan transportasi perkeretaapian, adalah: (a) peningkatan jalan rel


sepanjang 1.849,62 km dan pembangunan jalur KA baru sepanjang 244,80 km,
antara lain di NAD, lintas Simpang-Indralaya (Kampus Unsri), partial double
track lintas Tulungbuyut-Blambangan Umpu, jalur ganda Tanah Abang-
Serpong, jalur ganda lintas Cikampek-Cirebon, Yogyakarta-Kutoarjo, Tegal-
Pekalongan, dan lintas Cirebon-Kroya; (b) peningkatan jembatan KA 161 unit;
(c) modernisasi dan peningkatan persinyalan, telekomunikasi dan listrik
(sintelis) 96 paket; (d) pengadaan rel mencapai 142.311 ton; (e) pengadaan
wesel 100 unit; (f) rehabilitasi jalan KA lintas Bogor-Sukabumi sepanjang 57
km; (g) pembangunan Depo Depok; (h) engineering service MRT Jakarta; (i)
pembangunan double double track Manggarai-Cikarang; (j) pengadaan kereta
kelas ekonomi (K3) 168 unit, KRD/KRDI 46 unit, KRL 108 unit, kereta kedinasan
2 unit, railbus (tahap 1) tiga unit, serta public service obligation (PSO) untuk
angkutan kereta api kelas ekonomi.

Pembangunan transportasi laut (pada kurun waktu 2004—2009), yang telah


dilaksanakan adalah: (a) pembangunan 15 pelabuhan peti kemas (antara lain
Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Perak, Belawan, Tanjung Emas, Panjang,
Makasar, Banjarmasin, Pontianak, Bitung, Samarinda, dan Palembang), 17
pelabuhan yang memiliki terminal penumpang dan 142 pelabuhan untuk
pelayaran non-perintis/perintis/rakyat (antara lain Tanjung Buton dan Dumai
di Riau, Labuhan Amuk di Bali, Bitung di Sulawesi Utara, Arar Manokwari di
Papua, Tarempa, Malarko di Kepri, Teluk Tapang di Sumbar, Tanjung Batu
(Manggar) di Belitung); (b) pembangunan kapal perintis sebanyak 18 unit; (c)
pembangunan fasilitas sistem telekomunikasi pelayaran, antara lain persiapan
Indonesia Ship Reporting System (INDOSREP) di Selat Sunda dan Selat Lombok,
pembangunan Vessel Traffic Services (VTS) di wilayah Selat Malaka,
pembangunan vessel traffic information System (VTIS) di Teluk Bintuni, Papua
Barat, serta pemasangan automatic identification ship (AIS) di lima lokasi
pelabuhan: Belawan, Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Makassar; (d)
pembangunan sarana bantu navigasi pelayaran (SBNP) meliputi 42 unit
menara suar, 123 unit rambu suar, dan 100 unit pelampung suar; (e)
3
pengerukan alur/kolam pelabuhan mencapai 17,17 juta m ; dan (f) pengadaan
empat unit kapal navigasi.

Pembangunan transportasi udara, antara lain: (a) pengembangan 14 bandar


udara pada daerah rawan bencana dan daerah perbatasan agar mampu
melayani pesawat udara sejenis F-27 atau Hercules C-130; (b) rehabilitasi dan
pemeliharaan fasilitas landasan 2.881.925 m2, fasilitas terminal 17.842 m2,
fasilitas bangunan 124.083 m2, dan fasilitas keselamatan penerbangan 77
22
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

paket; (c) pembangunan 15 bandara yang melayani penerbangan umum,


diantaranya bandara Dobo, Saumlaki Baru, Seram Bagian Timur, Namniwel,
Sam Ratulangi-Manado, Pengganti Dumatubun-Langgur, Waghete Baru dan
Muara Bungo, Bandara Internasional Minangkabau, Abdurahman Saleh-
Malang, Blimbingsari-Banyuwangi, Seko, Rampi, dan Hadinotonegoro Jember;
(d) pembangunan bandara Medan Baru, Hasanuddin Makassar, Lombok Baru,
serta terminal tiga Bandara Soekarno Hatta; (e) pembangunan dan
peningkatan bandara di daerah perbatasan, terpencil, dan rawan bencana
sebanyak 12 lokasi di Rembele, Silangit, Sibolga, Enggano, Rote, Ende, Naha,
Manokwari, Sorong, Melongguane, Nunukan, dan Haliwen; serta (f)
pemberian subsidi operasi angkutan udara perintis untuk 96 rute di 15
provinsi.

Bidang Energi dan Ketenagalistrikan, pasokan energi primer nasional dari


tahun ke tahun mengalami kenaikan. Dari neraca energi tahun 2008,
Indonesia harus mengimpor energi primer sebesar 242.662 BOE dimana
impor minyak mentah dan BBM sekitar 238.649 BOE. Di sisi ekspor, tahun
2008 Indonesia telah mengekspor 1.057.757 BOE dimana ekspor minyak
mentah sekitar 134.872 BOE, gas bumi (dan LNG) sekitar 250.886 BOE, dan
batubara sekitar 672.000 BOE. Pengembangan dan pemanfaatan energi
alternatif yaitu energi baru terbarukan (EBT) juga mengalami peningkatan.
Pemanfaatan panas bumi (geothermal), surya, biomasa, bayu dan mikrohidro
untuk pembangkit listrik mengalami peningkatan walaupun belum optimal.
Kapasitas pembangkit listrik mengalami tren peningkatan, dibandingkan tahun
2005 terjadi peningkatan sebesar 5.830 MW sampai dengan tahun 2009.
Demikian pula dalam jangkauan pelayanan ketenagalistrikan, jumlah rumah
tangga berlistrik meningkat sebesar 4.539 rumah tangga dan jumlah desa
berlistrik meningkat sebesar 11.307 desa pada periode 2005-2009. Walaupun
mengalami tren yang meningkat, pencapaian pembangunan ketenagalistrikan
masih di bawah target yang direncanakan dalam RPJMN 2004—2009.
Penyebabnya antara lain adalah keterbatasan sumber pendanaan dan sulitnya
mencari sumber pendanaan baik dari dalam negeri maupun luar negeri,
permasalahan sosial menyangkut pembebasan tanah, gejolak global yang
mengakibatkan kenaikan harga bahan baku, berbagai kendala untuk
memperoleh perijinan dan masih sulitnya mencari sumber energi primer yang
siap dipergunakan terutama gas dan energi baru terbarukan (EBT).

Bidang Pos dan Telematika, beberapa capaian yang berhasil diwujudkan


adalah tercapainya teledensitas sambungan tetap sebesar 13 persen dan
telepon bergerak 20 persen, terselesaikannya pembangunan fasilitas
23
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

telekomunikasi perdesaan sekurang-kurangnya 43 ribu sambungan baru di 43


ribu desa dan meningkatnya kualitas dan jangkauan layanan penyiaran televisi
dan radio yang masing-masing mencakup 88 persen dan 85 persen penduduk
Indonesia.

Bidang Perumahan dan Permukiman, realisasi pencapaian kinerja sasaran


pembangunan rusunawa tahun 2004—2009 hanya mencapai 62,85 persen
dari sasaran RPJMN 2004—2009 yang disebabkan oleh terbatasnya anggaran
pemerintah pusat dan daerah (APBN dan APBD). Sedangkan realisasi
pencapaian pembangunan rusunami hanya mencapai 26,86 persen dari
sasaran RPJMN 2004—2009 karena program pembangunan rusunami baru
dijalankan setelah terbitnya Keppres 22 Tahun 2006 dan dicanangkannya
program percepatan pembangunan rumah susun di kawasan perkotaan pada
tanggal 5 April 2007 (1000 tower/menara rusuna).

Selain kelima sasaran tersebut di atas, terdapat prioritas tambahan yaitu


Penanggulangan dan Pengurangan Resiko Bencana. Prioritas ini tidak
terdapat pada RPJMN 2004—2009, tetapi karena didasari oleh perkembangan
situasi Indonesia yang mengalami beberapa bencana alam besar maka
dianggap penting untuk menambahkan prioritas tersebut dalam penyusunan
rencana pembangunan tahunan. Adapun keberhasilan upaya pengurangan
risiko bencana selama periode 2004—2009 antara lain:

Penanggulangan Pascabencana di Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi


Sumatera Utara, terlihat pada sektor kesehatan, pendidikan, perdagangan
dan pertanian. Capaian dari keempat sektor tersebut telah sesuai ataupun
melebihi target dari Rencana Induk. Pada sektor kesehatan, dalam rangka
memulihkan kondisi mental para korban yang trauma akibat bencana, maka
telah dilaksanakan kegiatan Trauma Conseling yang tersebar di 16 kabupaten
di Provinsi NAD dan Kepulauan Nias. Selanjutnya pada sektor pendidikan,
dikarenakan kebutuhan masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang
semakin meningkat dan adanya penambahan jumlah tenaga pengajar, maka
jumlah sekolah yang dibangun telah sesuai dengan target dari rencana induk,
bahkan melebihi.

Penanggulangan Pascabencana di Provinsi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah,


merupakan pengalaman pertama kali yang melibatkan secara penuh
pemerintah daerah, provinsi dan kabupaten/kota dalam siklus
penanggulangan bencana. Sejak tahun 2007 pelaksanaan rehabilitasi
perumahan di wilayah Provinsi DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah, baik
24
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

yang rusak berat, sedang dan ringan telah melebihi target Rencana Aksi. Posisi
keberhasilan pencapaian pemulihan sarana prasarana publik terdapat pada
pemulihan prasarana infrastruktur dan prasarana pemerintahan. Sedangkan
untuk pemulihan pariwisata dan perdagangan, pada tahun 2008 rehabilitasi
prasarana pendukung pariwisata telah mencapai 12 unit, dan rehabilitasi
kerusakan kios, los dan loket telah berhasil sebagaimana diamanatkan dalam
Rencana Aksi.

Penanganan Semburan Lumpur Panas Sidoarjo, sepanjang tahun 2007 hingga


2009, terdapat beberapa catatan penting yang telah dihasilkan Bapel BPLS,
antara lain: berhasil mempertahankan tidak meluasnya Peta Area Terdampak
(PAT), dan menangani masalah sosial kemasyarakatan di luar PAT melalui
pembayaran tahap 30 persen, sesuai Perpres nomor 40 tahun 2009, yang
dapat dituntaskan sesuai jadual.

Upaya Pengurangan Risiko Bencana, keberhasilan yang paling nyata selama


periode 2004—2009 adalah diterbitkannya UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana sebagai landasan hukum dalam pelaksanaan
penanggulangan bencana, serta Perpres Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Selain itu
ditunjukkan pula dengan terbentuknya kelembagaan penanggulangan
bencana dalam dua tahun terakhir ini, yaitu Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) di 23 provinsi dan 64 kabupaten/kota, serta pengarusutamaan
pengurangan risiko bencana dalam dokumen perencanaan pembangunan
daerah.

Capaian pelaksanaan pembangunan berdasarkan sasaran masing-masing


prioritas pembangunan dapat dilihat dalam matriks berikut.

25
Matriks Ringkasan Capaian
MEMELIHARA MOMENTUM PERUBAHAN
Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Matriks Ringkasan Capaian


MEMELIHARA MOMENTUM PERUBAHAN
Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009
Agenda 1: Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai
Sasaran Capaian

Peningkatan Rasa Saling Percaya dan Harmonisasi Antarkelompok Masyarakat


1. Menurunnya ketegangan dan ancaman 1. Pemerintah berhasil menciptakan situasi sosial politik yang kondusif di Poso Sulawesi
konflik antarkelompok masyarakat atau Tengah, Maluku dan Maluku. Saat ini, Pemerintah Daerah sedang dan terus melanjutkan
antargolongan di daerah-daerah rawan hasil yang telah dicapai selama empat tahun sebagai pelaksanaan Instruksi Presiden (Inpres)
konflik; Nomor 6 Tahun 2003 tentang Percepatan Pemulihan Pembangunan Provinsi Maluku dan
Maluku Utara Pascakonflik.

2. Terpeliharanya situasi aman dan damai; serta 2. Selama kurun waktu 2004—2009, pemulihan wilayah pascakonflik dan peningkatan
komitmen persatuan dan kesatuan nasional, khususnya di NAD dan Papua, memperlihatkan
hasil yang baik. Pemerintah Provinsi NAD setelah Perjanjian Helsinki, pasca Tsunami dan
penetapan UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh dapat melaksanakan
proses pembangunan tanpa terkendala persoalan politik

3. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam 3. Kerjasama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat luas dapat menurunkan
proses pengambilan keputusan kebijakan suhu ketegangan yang disebabkan oleh konflik antargolongan masyarakat seperti yang
publik dan penyelesaian persoalan sosial terjadi di Nusa Tenggara Barat terkait dengan persoalan agama, dan di Jawa Timur
kemasyarakatan. berkenaan dengan persoalan konflik pemilihan kepala daerah/wakil kepala daerah.
Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat telah bersama-sama meletakkan dasar-
dasar dan landasan penguatan ruang. Pemerintah telah pula meletakkan prakarsa untuk
memperkenalkan kembali dan mendorong penerapan nilai-nilai ideologi Pancasila dan tiga
pilar bangsa yaitu UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945, bentuk Negara
26
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika, terutama di kalangan
pemuda melalui berbagai pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan dan kebangsaan

Pengembangan Kebudayaan yang Berlandaskan pada Nilai-nilai Luhur


1. Menurunnya ketegangan dan ancaman 1. Pengembangan kebudayaan yang diarahkan untuk memperkuat jati diri dan karakter bangsa
konflik antar-kelompok masyarakat; yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur telah memberikan kemajuan yang cukup berarti.
Pemahaman terhadap pentingnya kesadaran keragaman budaya semakin berkembang, yang
ditandai dengan menurunnya eskalasi konflik/perkelahian antarkelompok warga di tingkat
desa, yaitu dari 2.583 desa pada tahun 2003 menjadi 1.235 desa pada tahun 2008.

2. Semakin kokohnya Negara Kesatuan 2. Kekokohan NKRI merupakan salah satu hasil dari upaya yang dilakukan melalui program
Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan pengelolaan keragaman budaya. Program tersebut diharapkan dapat menurunkan
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan ketegangan konflik, walaupun tidak secara langsung, namun terbukti dapat mendorong
Bhinneka Tunggal Ika; terciptanya situasi yang lebih kondusif sehingga konflik antarkelompok masyarakat
diharapkan dapat lebih berkurang dan pada akhirnya memperkokoh NKRI. Situasi yang lebih
kondusif juga terlihat dari peningkatan sikap saling menghormati dan menghargai
keberagaman budaya, yang ditandai dengan perkembangan persentase persepsi masyarakat
terhadap kebiasaan bersilaturahmi (79,22 persen), persentase persepsi masyarakat
terhadap kegiatan gotong royong (84,6 persen), serta persentase persepsi masyarakat
terhadap kebiasaan tolong-menolong antarsesama warga (90,4 persen) (Survei Sosial
Ekonomi Nasional 2006, BPS).

3. Semakin berkembangnya penerapan nilai 3. Pengembangan penerapan nilai baru yang positif terlihat dari capaian: (a) semakin
baru yang positif dan produktif dalam rangka berkembangnya proses internalisasi nilai-nilai luhur, pengetahuan dan teknologi tradisional,
memantapkan budaya nasional yang serta kearifan lokal yang relevan dengan tata kehidupan bermasyarakat dan bernegara,
terwujud dalam setiap aspek kebijakan seperti nilai-nilai persaudaraan, solidaritas sosial, saling menghargai, serta rasa cinta tanah
pembangunan; dan air; dan (b) meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap hasil karya seni budaya dan
perfilman yang ditandai oleh penyelenggaraan berbagai pameran, festival, pagelaran, dan
pentas seni dan film, pemberian penghargaan di bidang seni dan film, serta pengiriman misi
27
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

kesenian ke berbagai acara internasional sebagai bentuk promosi kesenian nasional


Indonesia.

4. Meningkatnya pelestarian dan pengem- 4. Pelestarian dan pengembangan kekayaan budaya terlihat dari: (a) tumbuhnya kesadaran dan
bangan kekayaan budaya. pemahaman masyarakat atas pengelolaan kekayaan dan warisan budaya yang ditandai oleh
meningkatnya kesadaran, kebanggaan, dan penghargaan masyakarat kepada nilai-nilai
sejarah bangsa Indonesia, meningkatnya upaya perlindungan, pengembangan dan
pemanfaatan benda cagar budaya (BCB)/situs, serta berkembangnya peran dan fungsi
museum sebagai sarana rekreasi dan edukasi; dan (b) meningkatnya kerjasama yang
sinergis antarpihak terkait dalam upaya pengembangan nilai budaya, pengelolaan
keragaman budaya serta perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan warisan budaya.

Peningkatan Keamanan, Ketertiban, dan Penanggulangan Kriminalitas


1. Menurunnya angka pelanggaran hukum dan Pencapaian prioritas peningkatan keamanan, ketertiban, dan penanggulangan kriminalitas
indeks kriminalitas, serta meningkatnya secara umum diindikasikan oleh dua aspek yaitu: (a) menurunnya angka pelanggaran hukum
penuntasan kasus kriminalitas untuk men- dan indeks kriminalitas; dan (b) meningkatnya penuntasan kasus kriminalitas untuk
ciptakan rasa aman masyarakat; menciptakan rasa aman masyarakat. Dua aspek tersebut menggambarkan pencapaian delapan
2. Terungkapnya jaringan kejahatan inter- sasaran peningkatan keamanan, ketertiban, dan penanggulangan kriminalitas selama tahun
nasional terutama narkotika, perdagangan 2005—2009.
manusia, dan pencucian uang;
3. Terlindunginya keamanan lalu lintas infor- 1. Indeks Kriminalitas yang merupakan salah satu pencerminan kondisi keamanan dan
masi rahasia lembaga negara sesudah ketertiban masyarakat, menunjukkan kecenderungan fluktuatif yang semakin meningkat.
diterapkannya AFTA dan zona perdagangan Pada awal RPJMN 2004—2009 berada pada posisi 110 poin, pada akhir 2009 meningkat
bebas lainnya terutama untuk lembaga/fasili- menjadi 120,81 poin. Kasus kejahatan konvensional, yang lebih dekat terkait dengan kondisi
tas vital negara; sosial dan ekonomi masyarakat, mengalami fluktuasi pula. Pada awal RPJMN 2004—2009
4. Menurunnya jumlah pecandu narkoba dan mencapai 161.671 kasus, sementara pada akhir tahun 2009 mencapai 167.605 kasus
mengungkap kasus serta dapat diberantas-
nya jaringan utama supply narkoba dan 2. Dalam hal penuntasan kasus kriminalitas, pada kejahatan konvensional cenderung tetap
prekursor; pada kisaran 46,83 persen. Sementara itu, untuk tiga jenis kejahatan lainnya (kejahatan
28
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

5. Menurunnya jumlah gangguan keamanan transnasional, kejahatan terhadap kekayaan negara, dan kejahatan berimplikasi kontijensi),
dan pelanggaran hukum di laut terutama kinerja penyelesaian perkara relatif cukup baik, bahkan mendekati angka 100 persen.
pada alur perdagangan dan distribusi serta Stagnasi penyelesaian perkara kejahatan konvensional pada kisaran 46,83 persen diduga
alur pelayaran internasional; terkait dengan keterbatasan anggaran penyelidikan dan penyidikan tindak pidana.
6. Terungkapnya jaringan utama pencurian penanganan kejahatan narkoba—yang meliputi narkotika, psikotropika, dan bahan
sumber daya kehutanan, serta membaiknya berbahaya—menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Keberhasilan ini dapat
praktek penegakan hukum dalam pengelola- mengindikasikan pencapaian prestasi program Pencegahan dan Penanggulangan
an sumber daya kehutanan dalam Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) sekaligus memunculkan
memberantas illegal logging, over cutting, kekhawatiran bahwa peredaran narkoba sudah sedemikian luas.
dan illegal trading;
7. Meningkatnya kepatuhan dan disiplin ma-
syarakat terhadap hukum;
8. Meningkatnya kinerja Polri tercermin dengan
menurunnya angka kriminalitas, pelanggaran
hukum, dan meningkatnya penyelesaian
kasus-kasus hukum.

Pencegahan dan Penanggulangan Separatisme


1. Kembali normalnya kehidupan masyarakat di 1. Keberhasilan Pemerintah dalam pencegahan dan penanggulangan separatisme selama lima
Aceh dan Papua serta tidak adanya kejadian tahun adalah terwujudnya kondisi kehidupan masyarakat damai khususnya di Provinsi NAD
konflik baru di suatu daerah; dan Provinsi Papua.

2. Menurunnya perlawananan GAM dan 2. Pemerintah berhasil menuntaskan konflik separatisme yang telah terjadi dalam waktu yang
melemahnya dukungan simpatisan GAM di cukup lama di Provinsi NAD. Melalui kesepakatan antara Pemerintah dengan GAM tanggal
dalam dan luar negeri; 15 Agustus 2005 di Helsinki, tonggak perdamaian di NAD dapat diwujudkan. Penetapan
Undang Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh oleh Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) pada tanggal 11 Juli 2006 menjadi pijakan utama dalam
penyelenggaraan pemerintahan NAD baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Pilkada
gubernur NAD pada tahun 2007 dapat berjalan dengan baik dan demokratis.
29
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

3. Menurunnya kekuatan OPM dan mele- 3. Menurunnya kekuatan OPM ditunjukkan oleh semakin terbatasnya konflik bersenjata di
mahnya dukungan simpatisan OPM di dalam Papua. Pendekatan perdamaian antara elit-elit Papua khususnya terkait dengan dampak
dan luar negeri; Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2006 dan beberapa konflik yang terjadi pada tahun 2007
di Papua juga berhasil diselesaikan melalui dorongan dan sosialisasi pendidikan politik untuk
menumbuhkan sikap kedewasaan politik, sehingga hasil pilkada yang telah diselenggarakan
secara demokratis dapat diterima masyarakat. Pemerintah juga telah berupaya untuk
memberikan pengertian kepada simpatisan OPM di dalam dan luar negeri tentang kebijakan
otonomi khusus di Papua. Hal ini tercermin dari berhasil diyakinkannya kelompok Gerakan
Separatis Papua (GSP) di Papua Nugini untuk mendukung kebijakan otonomi khusus di
Papua.

Pencegahan dan Penangulangan Gerakan Terorisme


1. Menurunnya kejadian tindak terorisme di 1. Upaya pencegahan dan penanggulangan terorisme yang dilakukan sampai dengan tahun
wilayah hukum Indonesia; 2008 telah menunjukkan keberhasilan. Namun, terjadinya peristiwa peledakan bom di Hotel
JW Marriot dan Ritz Carlton pada pertengahan tahun 2009 menunjukkan bahwa aksi
terorisme harus terus diwaspadai. Sampai dengan tahun 2009, pelaku terorisme yang
berhasil ditindak mencapai 465 orang, dengan rincian sebanyak 40 orang teroris tertangkap
dan meninggal dunia, 24 orang tersangka teroris dipulangkan karena tidak terbukti terlibat,
67 orang sedang dalam proses hukum, dan 334 orang telah divonis hakim.

2. Meningkatnya ketahanan masyarakat ter- 2. Pembinaan kepada masyarakat yang secara terus-menerus dilakukan telah meningkatkan
hadap aksi terorisme; kepedulian masyarakat untuk turut memerangi aksi-aksi terorisme. Masyarakat semakin
berani melaporkan orang-orang berperilaku tidak lazim dan semakin berperan dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan terorisme. Beberapa kasus penggerebekan dan
penangkapan tersangka pelaku terorisme terjadi berkat laporan kecurigaan masyarakat
terhadap orang-orang yang berperilaku aneh.

30
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

3. Meningkatnya daya cegah dan tangkal 3. Daya cegah dan tangkal negara terhadap ancaman terorisme secara keseluruhan telah
negara terhadap ancaman terorisme secara meningkat. Aparat keamanan mampu mengurai dan menghubungkan kasus-kasus terorisme
keseluruhan. dengan jaringan-jaringan terorisme yang ada di Indonesia dan keterkaitannya dengan
jaringan terorisme internasional. Kemampuan ini meningkat dengan cepat setelah peristiwa
peledakan bom di Hotel J.W. Marriot dan Hotel Ritz-Carlton. Dalam tempo kurang dari satu
tahun, satuan Densus 88 Antiteror Polri mampu menyelesaikan kasus tersebut, bahkan
mampu menewaskan gembong teroris.

Peningkatan Kemampuan Pertahanan Negara


1. Tersusunnya Rancangan Postur Pertahanan 1. Rancangan postur pertahanan negara telah tersusun secara definitif melalui penetapan
Indoneisa berdasarkan Strategic Defense Peraturan Menteri Pertahanan Nomor PER/24/M/XII/2007 tanggal 28 Desember 2007.
Review (SDR) dan Strategi Raya Pertahanan Dokumen tersebut dirumuskan berdasarkan potensi ancaman pertahanan negara baik
dalam periode 2005—2006 yang disusun ancaman nyata maupun ancaman potensial yang terdiri dari ancaman agresi militer,
sebagai hasil kerjasama civil society dan pelanggaran wilayah, gerakan separatisme, pemberontakan bersenjata, pengamanan obyek
militer; vital nasional yang bersifat strategis, spionase, terorisme, gangguan keamanan di laut dan
udara, konflik komunal, dan ancaman nirmiliter.

2. Meningkatnya profesionalisme anggota TNI 2. Profesionalisme TNI diwujudkan melalui terselenggaranya pengembangan kekuatan
baik dalam operasi militer untuk perang terpusat, kewilayahan, satuan tempur, satuan bantuan tempur dan satuan pendukung, serta
maupun selain perang; pelaksanaan latihan perorangan hingga latihan gabungan TNI. Dalam aspek personel TNI,
sampai dengan akhir tahun 2009, kekuatan personel mencapai 402.595 prajurit yang terdiri
dari 298.848 prajurit TNI Angkatan Darat (AD), 62.947 prajurit TNI Angkatan Laut (AL),
32.194 prajurit TNI Angkatan Udara (AU), serta 8.606 prajurit bertugas di Markas Besar TNI,
Kementerian Pertahanan, dan di sejumlah kementerian/lembaga. Jumlah personel TNI
dalam kurun waktu lima tahun meningkat dari 382.326 personel menjadi 402.595 personel
atau hanya bertambah sebanyak 20.359 personel.

3. Meningkatnya kesejahteraan prajurit TNI 3. Pencapaian upaya peningkatan kesejahteraan prajurit ditunjukkan oleh pengembangan
terutama kecukupan perumahan, pendidikan fasilitas TNI. Meskipun masih terbatas, hal tersebut merupakan salah satu upaya
31
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

dasar keluarga prajurit, jaminan kesejah- Pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan prajurit. Secara bertahap, peningkatan
teraan akhir tugas; kesejahteraan prajurit dilakukan melalui peningkatan tambahan penghasilan berupa uang
lauk pauk (ULP). Tingkat ULP dapat ditingkatkan mulai dari Rp25.000 per hari pada tahun
2005, kemudian dinaikkan menjadi Rp30 ribu tahun 2007, dan dinaikkan kembali menjadi
Rp35 ribu pada tahun 2008. Namun, apabila diukur dengan standar kebutuhan kalori bagi
seorang prajurit yang sebesar 3.600 kalori per hari, besaran ULP tersebut masih belum
mencukupi.

4. Meningkatnya jumlah dan kondisi peralatan 4 Pada akhir tahun 2009 TNI mampu mencapai rata-rata kesiapan alutsista 60 persen dari
pertahanan ke arah modernisasi alat utama hanya 40 persen pada tahun 2004, dengan rincian sebagai berikut: (a) tingkat alutsista
sistem persenjataan dan kesiapan opera- matra darat mencapai rata-rata kesiapan 81,13 persen; (b) tingkat alutsista matra laut
sional; mencapai tingkat kesiapan rata-rata 45,92 persen; dan (c) tingkat kesiapan alutsista matra
udara mencapai rata-rata 59,01 persen.

5. Meningkatnya penggunaan alutsista produksi 5. Kemampuan industri pertahanan n asional dalam menyediakan produknya untuk alutsista
dalam negeri dan dapat ditanganinya TNI sampai akhir RPJMN masih sangat terbatas, namun sumbangan industri pertahanan
pemeliharaan alutsista oleh industri dalam nasional meningkat cukup nyata. Secara umum, alutsista yang dapat dihasilkan oleh industri
negeri; pertahanan nasional adalah senjata ringan dan sedang (SS-1, SMR, dan SMS), meriam 105
mm, mortir 60 mm dan 80 mm, munisi kaliber kecil, munisi mortir, bahan peledak,
kendaraan taktis angkut personel dan Panser 6x6 Pindad, Kapal Angkatan Laut (KAL), KRI
jenis Landing Platform Dock (LPD), pesawat angkut jenis CN 235, CN 212 untuk patroli
maritim, helikopter NBO 105, dan helikopter Super Puma NAS 332.

6. Teroptimasinya anggaran pertahanan serta 6. Dengan keterbatasan kemampuan keuangan Pemerintah, optimalisasi anggaran menjadi
tercukupinya anggaran minimal secara tuntutan untuk mencukupi kebutuhan anggaran pembangunan pertahanan negara.
simultan dengan selesainya reposisi bisnis Optimalisasi dapat dilakukan melalui efisiensi dan pemrioritasan peruntukan anggaran.
TNI; Anggaran yang diberikan oleh Pemerintah selama ini, sebesar 70 persen digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Kemhan dan TNI. Sementara itu, porsi
anggaran untuk peningkatan kemampuan pertahanan seperti untuk modernisasi dan

32
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

pemeliharaan serta perawatan alutsista hanya sebesar 30 persen.

7. Terdayagunakannya potensi masyarakat 7. Pendayagunaan potensi sumber daya nasional antara lain dilakukan melalui inventarisasi
dalam bela negara sebagai salah satu dan identifikasi potensi sumber daya pertahanan termasuk sumber daya buatan dan sumber
komponen utama pertahanan negara. daya alam. Untuk mendorong potensi sumber daya manusia, Pemerintah melakukan
sosialisasi kesadaran bela negara, pengorganisasian relawan dalam membantu bencana
alam, dan pengkoordinasian bantuan luar negeri yang dilaksanakan. Komponen cadangan
dan pendukung pertahanan negara yang merupakan bentuk implementasi kesemestaan
dalam sistem pertahanan negara belum bisa dipersiapkan secara fisik mengingat
penyusunan Rancangan UU Komponen Cadangan dan Pendukung Pertahanan Negara saat
ini sedang dalam tahap pembahasan dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Pemantapan Politik Luar Negeri dan Peningkatan Kerjasama Internasional


1. Semakin meningkatnya peranan Indonesia 1. Peranan Indonesia dalam hubungan internasional dan dalam menciptakan perdamaian
dalam hubungan internasional dan dalam dunia selama periode 2004—2009 terus menguat, yang ditandai dengan: (a) penguatan
menciptakan perdamaian dunia peran diplomasi bilateral Indonesia ditandai dengan peningkatan hubungan kerjasama
dengan negara-negara terdekat serta perkembangan implementasi sejumlah kerjasama
kemitraan strategis dengan beberapa negara kunci di berbagai kawasan, dan negara sahabat
lainnya; (b) pelaksanaan border diplomacy Indonesia dapat dikatakan berjalan efektif yang
ditandai dengan dilakukannya secara rutin serangkaian perundingan dengan negara-negara
tetangga, antara lain perundingan delineasi dan demarkasi batas darat dengan Timor Leste,
perundingan batas maritim dengan Malaysia, dan perundingan batas laut wilayah dengan
Singapura; dan (c) pemberian perhatian besar pada diplomasi multilateral yang
menempatkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai forum penanganan berbagai
tantangan dan permasalahan dunia. Dalam kaitan itu, Indonesia senantiasa menjalin
kerjasama dalam pemberantasan terorisme melalui intelligence sharing, peningkatan
kapasitas, kerjasama teknis, jointly-coordinated operation, pengiriman pakar dan pemberian
advis, ratifikasi berbagai konvensi internasional, serta penyusunan legislasi nasional terkait
pencegahan dan pemberantasan terorisme.
33
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

2. Pulihnya citra Indonesia dan kepercayaan ma- 2. Berkenaan dengan citra Indonesia di tingkat internasional, saat ini Indonesia dikenal sebagai
syarakat internasional negara demokrasi terbesar ketiga di dunia dan juga membuktikan ketahanan Indonesia
sebagai satu bangsa. Capaian penting dan merupakan mementum bagi pulihnya citra
Indonesia adalah: (a) prakarsa Indonesia dalam pelaksanaan Bali Democracy Forum (BDF)
pada bulan Desember 2008 yang dihadiri oleh 31 negara di dunia, termasuk negara-negara
yang selama ini diketahui sensitif terhadap isu demokrasi, seperti Myanmar, China, dan
Brunei Darussalam; dan (b) pelaksanaan peran diplomasi Indonesia dalam lingkungan
hidup. Peran tersebut telah diakui masyarakat internasional dengan disahkannya Bali Action
Plan dan Bali Roadmap pada Conference of Parties UNFCCC di Bali pada Desember 2007.
World Ocean Conference (WOC) yang diselenggarakan di Manado pada bulan Mei 2009 atas
inisiatif Indonesia telah menghasilkan Manado Ocean Declaration (MOD) yang
mengamanatkan agar dimensi lautan (ocean dimension) dimasukkan ke dalam agenda
pembahasan dan negosiasi perubahan iklim dalam kerangka UNFCCC.

3. Mendorong terciptanya tatanan dan kerja- 3. Indonesia telah memberikan kontribusi untuk mendorong terciptanya tatanan dan kerja-
sama ekonomi regional dan internasional sama ekonomi regional dan internasional yang lebih baik. Kontribusi paling nyata adalah
yang lebih baik dalam mendukung peran Indonesia bersama-sama dengan negara anggota ASEAN lainnya dalam upaya
pembangunan nasional. membentuk Komunitas ASEAN yang terdiri dari tiga pilar, yaitu: Komunitas Politik-
Keamanan ASEAN, Komunitas Ekonomi ASEAN, dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN. Selain
mengintensifkan kerjasama bilateral dalam berbagai bidang dengan berbagai negara,
Indonesia juga terus berupaya memainkan peran aktif dan memberikan inisiatifnya di
berbagai forum multilateral seperti Forum Ekonomi Asia Pasifik (APEC), Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO) maupun organisasi negara berkembang D-8 yang diketuai oleh
Indonesia.

34
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Agenda 2: Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis


Sasaran Capaian

Pembenahan Sistem dan Politik Hukum


1. Terciptanya sistem hukum nasional yang adil, 1. Pencapaian penataan sistem hukum dilaksanakan melalui peninjauan dan penataan kembali
konsekuen, dan tidak diskriminatif (termasuk peraturan perundang-undangan, yaitu sebanyak 284 RUU yang tercantum dalam Program
tidak diskriminatif terhadap perempuan atau Legislasi Nasional (Prolegnas). Hasil evaluasi terhadap kegiatan pembentukan hukum telah
bias gender); menetapkan sebanyak 231 undang-undang, yaitu sebanyak 33 undang-undang ditetapkan
pada tahun 2004, tahun 2005 telah ditetapkan 12 undang-undang, tahun 2006 ditetapkan
23 undang-undang, tahun 2007 ditetapkan 48 undang-undang, dan tahun 2008 sebanyak 56
undang-undang, serta pada tahun 2009 disahkan 59 undang-undang. Sebanyak 87 buah
undang-undang yang telah disahkan merupakan RUU yang tercantum dalam Prolegnas.

2. Terjaminnya konsistensi seluruh peraturan 2. Pemerintah telah melaksanakan harmonisasi dan pengkajian pada beberapa Peraturan
perundang-undangan pada tingkat pusat dan Daerah (Perda) dan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) yang dikeluarkan oleh
daerah, serta tidak bertentangan dengan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Berdasarkan hasil evaluasi Direktorat
peraturan dan perundangan yang lebih Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan (Februari 2010) terhadap 13.622
tinggi; dan Perda dan 2.640 Raperda tentang pajak daerah dan retribusi daerah (PDRD), didapatkan
fakta bahwa masih banyak Perda dan Raperda yang bermasalah. Hanya sebanyak 8.192
Perda dan 863 Raperda yang dianggap tak bermasalah. Sisanya, sebanyak 4.742 Perda dan
326 Raperda dibatalkan serta sebanyak 144 Perda dan 1.436 Raperda direvisi. Selebihnya,
terdapat 545 Perda dan 15 Raperda yang masih dalam proses penyusunan dan penetapan.
Menurut sektornya, Perda yang dibatalkan dan direvisi umumnya adalah mengatur sektor
perhubungan 559 Perda (15,2 persen), sektor industri perdagangan 531 Perda (14,4 persen),
sektor pertanian 384 Perda (10,4 persen), dan sektor kehutanan 371 Perda (10,1 persen).

3. Kelembagaan peradilan dan penegak hukum 3. Dalam rangka memperbaiki kinerja lembaga hukum telah dilakukan upaya pembenahan
yang berwibawa, bersih, profesional dalam kelembagaan baik manajemen penanganan perkara maupun perbaikan remunerasi untuk
upaya memulihkan kembali kepercayaan peningkatan kesejahteraan pegawai khususnya lembaga MA beserta jajaran di bawahnya.
hukum masyarakat secara keseluruhan. Pembentukan Komisi Yudisial dilaksanakan dengan fungsi menjalankan pengawasan

35
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

terhadap perilaku hakim tingkat pertama dan banding. Dalam upaya perbaikan manajemen
peradilan, MA telah menerbitkan SK Ketua MA Nomor 144/KMA/VII/2007 tentang
Keterbukaan Informasi di Pengadilan. Ketentuan tersebut merupakan salah satu langkah
penting dalam rangka menciptakan transparansi dan akuntabilitas pengadilan. Dalam rangka
mempercepat penanganan perkara, Kejaksaan Agung sejak September 2008 telah
melaksanakan program ‘quick wins’ penanganan perkara, yaitu kebijakan percepatan
penanganan perkara pidana umum dan pidana korupsi, sistem informasi online penanganan
perkara pidana korupsi, fasilitas pengaduan masyarakat di website, sistem informasi online
penanganan laporan pengaduan di empat lokasi percontohan, yaitu Kejaksaan Tinggi DKI
Jakarta, Kejaksaan Tinggi Banten, Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan dan Kejaksaan Negeri
Tangerang. Pelaksanaan program tersebut mempunyai tujuan mendasar, yaitu adalah
membangun kembali kepercayaan masyarakat (public trust building) kepada Kejaksaan
Agung dalam waktu relatif cepat.

Penghapusan Diskriminasi dalam Berbagai Bentuk


1. Terlaksananya peraturan perundang- 1. Upaya pemerintah dalam mendukung penghapusan diskriminasi antara lain:
undangan yang tidak mengandung perlakuan (a)diterbitkannya beberapa peraturan perundang-undangan yang menyangkut tenaga kerja
diskriminasi baik kepada setiap warga Indonesia (TKI), kekerasan terhadap perempuan, kewarganegaraan, perlindungan saksi dan
negara, lembaga/instansi pemerintah, korban, pemberantasan tindak pidana perdagangan orang, partai politik, penghapusan
maupun lembaga swasta/dunia usaha secara diskriminasi ras dan etnis, dan kesejahteraan sosial; (b) diterbitkannya peraturan
konsisten dan transparan; perundang-undangan dalam rangka ratifikasi beberapa konvensi internasional tentang
Tindak Pidana Transnasional yang Terorganisir, Hak Ekonomi, Sosial Sosial dan Budaya, dan
Hak Sipil dan Politik; (c) ditandatanganinya Piagam ASEAN pada tanggal 15 Desember 2008.
Piagam ASEAN tersebut meletakkan dasar-dasar yang lebih kuat bagi bangunan organisasi
regional untuk secara resmi mengakui nilai-nilai HAM dan diimplementasikan untuk
rakyatnya.

2. Terkoordinasikannya dan terharmonisasikan 2. Penyesuaian hukum nasional dengan prinsip-prinsip dalam kovenan internasional perlu
nya pelaksanaan peraturan perundang- ditindaklanjuti dengan upaya sosialisasi kepada masyarakat. Masih banyak ketidaktahuan
36
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

undangan yang tidak menonjolkan masyarakat dan aparat pemerintah karena kurangnya sosialisasi hak-hak yang diatur dalam
kepentingan tertentu sehingga dapat kovenan-kovenan ini berakibat masih rendahnya tingkat pemahaman masyarakat dan masih
mengurangi perlakuan diskriminatif terhadap terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang bersifat kepada pembatasan maupun
warga negara; pengurangan hak asasi dari sejumlah kelompok, ketidaktegasan aparat terhadap aksi
sepihak oleh satu kelompok terhadap kelompok lainnya atas dasar isu agama, politik dan
sebagainya. Sehingga diperlukan tidak hanya eksistensi peraturan perundang-undangan
tetap juga komitmen dan dukungan politik yang mendukung implementasi peraturan
perundang-undangan terkait HAM di Indonesia dalam rangka upaya pemajuan dan
perlindungan HAM.

3. Terciptanya aparat dan sistem pelayanan 3. Pencapaian penciptaan aparat dan sistem pelayanan publik ditunjukkan oleh: (a) perbaikan
publik yang adil dan dapat diterima oleh sistem pelayanan hukum khususnya di bidang HaKI; (b) optimalisasi pelayanan di bidang
setiap warga negara. keimigrasian juga dilakukan dengan membuat sistem pelayanan terkomputerisasi yang
telah dikembangkan di beberapa kantor imigrasi strategis dan mempunyai frekuensi
pelayanan keimigrasian yang tinggi; (c) penguatan infrastruktur sistem informasi peradilan
yang terintegrasi dari pengadilan tingkat pertama, banding hingga kasasi; dan (d) dukungan
pelaksanaan keterbukaan informasi di pengadilan. Di pengadilan tingkat Bandung dan
tingkat pertama, sampai dengan kurun waktu tahun 2009, sarana meja informasi baru
tersedia di 218 pengadilan (hasil survei di 17 propinsi di seluruh Indonesia oleh MA-RI).
Selain itu, lembaga pengadilan juga tengah membangun sistem online layanan informasi dan
pengaduan sebagai media utama pelayanan informasi bagi publik.

Penghormatan, Pengakuan, dan Penegakan atas Hukum dan Hak Asasi Manusia
Terlaksananya berbagai langkah-langkah Pencapaian penanganan korupsi di Indonesia secara perlahan namun pasti telah
Rencana Aksi yang terkait dengan memperlihatkan perkembangan yang baik. Hal ini diindikasikan oleh peningkatan Indeks
penghormatan, pemenuhan dan penegakan Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia yang surveinya dilakukan oleh Transparency International.
terhadap hukum dan hak asasi manusia antara Pada tahun 2004, IPK Indonesia berada pada angka 1,9. Kemudian pada tahun 2008 meningkat
lain Rencana Aksi Hak Asasi Manusia 2004— menjadi 2,6, dan pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi 2,8.
2009; Rencana Aksi Nasional Pemberantasan
37
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

Korupsi; Rencana Aksi Nasional Penghapusan Dalam rangka pelaksanaan Rencana Aksi HAM 2004-2009 serta untuk mendukung pelaksanaan
Eksploitasi Seksual Komersial Anak; Rencana Aksi HAM di seluruh Indonesia—sampai dengan bulan Juli tahun 2009—telah dibentuk 407 Panitia
Nasional Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Pelaksana Rencana Aksi Nasional HAM (Panpel RANHAM) Tingkat Kabupaten/Kota dan 33
Terburuk untuk Anak; dan Program Nasional Bagi Panpel RANHAM Tingkat Provinsi yang dalam pembentukannya bekerjasama dengan
Anak Indonesia (PNBAI) 2015. pemerintah daerah setempat. Kasus-kasus pelanggaran HAM berat, baik yang terjadi sebelum
maupun sesudah diundangkannya UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM masih
belum mengalami perkembangan yang nyata di Kejaksaan Agung karena sampai akhir tahun
2009, sebanyak tujuh hasil penyelidikan Komnas HAM belum semua ditindaklanjuti oleh
Kejaksaan Agung. Komnas Perempuan—sebagai bagian dari upaya penegakan HAM—telah
melakukan upaya pemantauan kasus-kasus HAM terutama berkenaan dengan kekerasan
terhadap perempuan. Sebelum berlakunya UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga masyarakat belum berani melaporkan tindak kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT). Setelah berlakunya undang-undang tersebut kesadaran masyarakat untuk
melaporkan kejadian KDRT semakin meningkat. Pada tahun 2004 dilaporkan sebanyak 14.020
kasus KDRT yang dialami perempuan yang dicatat oleh Komnas Perempuan. Laporan kejadian
KDRT yang dialami perempuan pada tahun 2009 mencapai 143.586 kasus atau meningkat
sebesar 143 persen dibandingkan tahun 2008 yang mencapai 54.425 kasus.

Peningkatan Kualitas Kehidupan dan Peran Perempuan serta Kesejahteraan dan Perlindungan Anak
1. Terjaminnya keadilan gender dalam berbagai 1. Berbagai upaya yang dilakukan untuk menjamin keadilan gender dalam berbagai peraturan
perundangan, program pembangunan, dan perundang-undangan, program pembangunan, dan kebijakan publik melalui penguatan
kebijakan publik; kelembagaan telah menunjukkan kemajuan yang berarti pada akhir tahun pelaksanaan
RPJMN 2004—2009. Hal ini terutama ditunjukkan dengan terbentuknya dan mulai
berfungsinya gender focal point dan kelompok kerja gender, baik nasional maupun daerah.
yang bertujuan untuk melembagakan strategi pengarusutamaan gender (PUG) dalam
penyusunan kebijakan, program, dan kegiatan dari tahapan perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Selain itu, kemajuan juga ditunjukkan oleh berbagai
penyusunan kebijakan, program, kegiatan di setiap kementerian/lembaga yang responsif
gender, seperti penyusunan panduan kurikulum sekolah yang berwawasan gender, panduan
38
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

perencanaan dan anggaran yang responsif gender bidang kesehatan dan program aksi
afirmasi untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), kebijakan khusus pemberian kredit
bagi kelompok pemberdayaan ekonomi perempuan, dan pembentukan kelompok kerja PUG
dengan melibatkan pusat-pusat studi wanita/gender di 33 provinsi sebagai mitra kerja
pemerintah daerah.

2. Menurunnya kesenjangan pencapaian 2. Penurunan kesenjangan pencapaian pembangunan bagi perempuan dan laki-laki terlihat dari
pembangunan antara perempuan dan laki- peningkatan angka indeks pembangunan gender/IPG (Gender-related Development
laki, yang diukur oleh angka GDI dan GEM; Index/GDI), yaitu dari 0,721 pada tahun 2005 menjadi 0,726 pada tahun 2007 (Human
Development Report/HDR). Selain itu indeks pemberdayaan gender/IDG (Gender
Empowerment Measure/GEM) Indonesia, juga menunjukkan peningkatan, yaitu dari 0,613
pada tahun 2005 menjadi 0,621 pada tahun 2007 (BPS-KNPP).

Berdasarkan indikator-indikator komposit penyusun IPG dan IDG, terlihat adanya berbagai
peningkatan pencapaian antara lain: (a) bidang pendidikan, angka partisipasi sekolah dan
angka melek huruf baik perempuan maupun laki-laki menunjukkan peningkatan. masing-
masing sebesar 87,5 persen dan 94,3 persen pada tahun 2005 menjadi sebesar 89,10 persen
dan 95,38 persen pada tahun 2008; (b) bidang kesehatan, angka harapan hidup, baik laki-
laki maupun perempuan, meningkat masing-masing 67,8 tahun dan 71,6 tahun pada tahun
2005 menjadi 68,5 tahun dan 72,5 tahun pada tahun 2007. Angka kematian ibu melahirkan,
dari sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003) menjadi 228 per 100.000
kelahiran hidup (2007); (c) bidang ekonomi, peningkatan akses lapangan kerja bagi
perempuan ditunjukkan dengan penurunan tingkat pengangguran terbuka (TPT)
perempuan, dari 13,57 persen pada tahun 2005 menjadi 8,81 persen pada tahun 2009
(Sakernas, BPS) dan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK). TPAK perempuan mengalami
peningkatan dari 50,65 persen pada tahun 2005 menjadi 51,77 persen pada tahun 2009;
dan (d) bidang politik, partisipasi perempuan di lembaga legislatif meningkat dari 11,3
persen pada tahun 2004 menjadi 17,9 persen pada tahun 2009. Demikian pula, anggota
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) perempuan meningkat dari 19,8 persen pada tahun 2004
menjadi 27,3 persen pada tahun 2009.
39
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

3. Menurunnya tindak kekerasan terhadap 3. Prevalensi kekerasan terhadap anak pada Susenas 2006 adalah sebesar 3,02 persen, yang
perempuan dan anak; serta berarti setiap 1.000 anak terdapat sekitar 30 orang yang berpeluang pernah menjadi korban
tindak kekerasan. Data Komisi Nasional (Komnas) Perempuan menunjukkan terjadinya
peningkatan jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan yaitu dari 20.391 kasus pada
tahun 2005 menjadi 54.425 kasus pada tahun 2008. Data Badan Reserse Kriminal
(Bareskrim) Polri juga menunjukkan hal yang sama yaitu adanya peningkatan jumlah kasus
kekerasan terhadap perempuan dan anak dari 2.302 kasus pada tahun 2005 menjadi 2.500
kasus pada tahun 2008.

4. Meningkatnya kesejahteraan dan perlin- 4. Keberhasilan dalam meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak telah ditunjukkan
dungan anak. oleh berbagai pencapaian pembangunan, antara lain: (a) bidang kesehatan, hasil SDKI tahun
2002/2003 menunjukkan bahwa angka kematian bayi (AKB) adalah 35 anak per 1.000
kelahiran hidup, angka kematian balita (AKBA) mencapai 46 anak per 1.000 kelahiran hidup,
dan angka kematian neonatal (usia 0−28 hari) mencapai 20 per 1.000 kelahiran hidup. Data
SDKI tahun 2007 menunjukkan penurunan, yaitu AKB menjadi 34 anak per 1.000 kelahiran
hidup, AKBA menjadi 44 anak per 1.000 kelahiran hidup, dan angka kematian neonatal
menjadi 19 per 1.000 kelahiran hidup. Selain itu, angka harapan hidup setiap anak Indonesia
yang terlahir hidup cukup tinggi, yaitu 69,7 tahun (perempuan 71,6 tahun dan laki-laki 67,8
tahun). Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada balita juga mengalami penurunan,
masing-masing dari 8,8 persen dan 19,24 persen (SDKI 2002/03) menjadi sebesar 5,4 persen
dan 13,0 persen (Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas, 2007); dan (b) bidang ekonomi dan
ketenagakerjaan, data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) menunjukkan penurunan
persentase pekerja anak usia 10–14 tahun dari 5,52 persen pada tahun 2005 menjadi 4,65
persen pada tahun 2006 dan 3,78 persen pada tahun 2007.

40
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

Revitalisasi Proses Desentralisasi dan Otonomi Daerah


1. Tercapainya sinkronisasi dan harmonisasi 1. Dalam upaya meningkatkan hubungan pusat dan daerah, telah ditetapkan Peraturan
peraturan perundang-undangan pusat dan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
daerah, termasuk yang mengatur tentang Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, PP
otonomi khusus Provinsi Papua dan Provinsi Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, PP Nomor 7 tahun 2008 tentang
NAD. Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, dan PP Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Selain itu, dalam upaya meningkatkan
sinkronisasi dan harmonisasi berbagai peraturan daerah (perda) sampai dengan Juli 2009,
9.182 perda pajak daerah dan retribusi daerah (PDRD) telah dikaji dengan hasil 6.091
dilanjutkan (tidak bermasalah), 144 direvisi, dan 2.947 dibatalkan. Sementara itu, rancangan
perda PDRD yang dikaji adalah sebanyak 2.535 rancangan perda, dengan hasil 825
dilanjutkan (tidak bermasalah), 1.391 direvisi, dan 319 dibatalkan.

2. Meningkatnya kerjasama antar pemerintah 2. Peningkatan kerjasama antar pemerintah daerah tercermin dari ditetapkannya PP Nomor 50
daerah; Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah sebagai landasan sekaligus
pedoman bagi kerja sama pemerintah daerah. PP tersebut mengatur tata cara pemerintah
daerah bekerja sama, baik dengan pemerintah daerah lainnya maupun kepada pihak ketiga.

3. Terbentuknya kelembagaan pemerintah 3. Pembentukan kelembagaan pemerintah daerah disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan
daerah yang efektif, efisien, dan akuntabel; potensi daerah yang perlu dikelola. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah menetapkan
PP Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang menjadi landasan
sekaligus pedoman bagi pemerintahan daerah dalam menyusun organisasi perangkat
daerah. Sampai dengan pertengahan 2009, sebanyak 296 pemerintah daerah atau 57
persen pemerintah daerah yang telah menyusun kelembagaan pemerintah daerahnya.

4. Meningkatnya kapasitas pengelolaan 4. Upaya peningkatan kapasitas SDM dilakukan melalui: (a) memfasilitasi penyediaan aparat
sumberdaya aparatur pemerintah daerah pemerintah daerah, berupa perekrutan pegawai negeri sipil (PNS) daerah baru dan
yang profesional dan kompeten; pengangkatan para tenaga honorer menjadi PNS daerah. Sampai dengan tahun 2009,
jumlah PNS daerah di seluruh Indonesia adalah 3.503.845 orang; (b) menyusun rencana
41
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

pengelolaan aparatur Pemerintah Daerah; dan (c) meningkatkan kapasitas aparat


pemerintah daerah. Sampai dengan tahun 2009, Pemerintah telah melaksanakan pelatihan
aparatur pemerintah daerah sebanyak 15.928 orang.

5. Terkelolanya sumber dana dan pembiayaan 5. Transfer keuangan dari Pemerintah kepada pemerintahan daerah telah meningkat lebih
pembangunan secara transparan, akuntabel, dari 100 persen yaitu dari Rp 150,46 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp 309,57 triliun pada
dan profesional; dan tahun 2009. Selain itu, proporsi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap total pendapatan
daerah terutama pada daerah kabupaten/kota juga meningkat dari tahun 2007 sebesar 6,1
persen menjadi sebesar 7,1 persen pada tahun 2009.

6. Tertatanya daerah otonom baru. 6. Dalam kurun waktu 2004—2009, perkembangan daerah otonomi baru tertata cukup baik.
Hal ini tercermin dari: (a) terkendalinya pembentukan daerah otonomi baru, yaitu berupa
penurunan jumlah DOB yang terbentuk dari sebanyak 104 daerah dalam kurun waktu
2000—2004 menjadi 57 daerah pada kurun 2004—2009; (b) tersusummya Tata Cara
Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah yang mengatur prosedur dan
kriteria bagi terbentuknya daerah otonom baru serta penghapusan dan penggabungan
daerah; (c) tersusunnya Strategi Dasar Penataan Daerah (SDPD); dan (d) dikeluarkannya
peraturan tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Penciptaan Tata Pemerintahan yang Bersih dan Berwibawa


Terciptanya tata pemerintahan yang baik, bersih, Selama kurun waktu 2005—2009, pembangunan aparatur negara telah menunjukkan kemajuan
berwibawa, profesional, dan bertanggungjawab, yang berarti. Namun, kemajuan-kemajuan yang dicapai belum cukup kuat untuk menghadapi
yang diwujudkan dengan sosok dan perilaku tantangan yang ada, yaitu tuntutan dari masyarakat yang semakin maju dan persaingan global
birokrasi yang efisien dan efektif serta dapat yang semakin ketat. Untuk menghadapi tantangan tersebut, pembangunan aparatur negara
memberikan pelayanan yang prima kepada akan tetap menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan nasional ke depan.
seluruh masyarakat.

Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, secara Berkaitan dengan pencapaian sasaran khusus, sasaran 3, 4 dan 5 diindikasikan oleh
khusus sasaran yang ingin dicapai adalah: terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik.
42
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

1. Berkurangnya secara nyata praktek korupsi 1. Praktik korupsi telah menurun secara nyata yang ditandai oleh: (a) meningkatnya indeks
di birokrasi, dan dimulai dari tataran (jajaran) persepsi korupsi Indonesia dimana pada tahun 2005 IPK 2,2 meningkat menjadi 2,8 pada
pejabat yang paling atas; tahun 2009; (b) meningkatnya opini wajar tanpa pengecualian (WTP) hasil audit BPK atas
Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL) dari 8,75 persen pada tahun 2006 menjadi
42,17 persen pada tahun 2008 dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) 5 persen
pada tahun 2005 menurun 2,78 persen pada tahun 2008 yang disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan pemerintah kabupaten/kota dalam menyusun program dan laporan
keuangannya dan kelemahan sistem pengendalian internal yang dimiliki; dan (c)
meningkatnya jumlah instansi pemerintah (pusat, daerah) yang melaksanakan dan
melaporkan pelaksanaan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2004 tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi, pada tahun 2005, persentase instansi yang melapor
baru 16,27 persen. Pada tahun 2008 persentase ini meningkat menjadi 52,26 persen.

2. Terciptanya sistem kelembagaan dan 2. Sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang bersih, efisien, efektif,
ketatalaksanaan pemerintahan yang bersih, transparan, profesional dan akuntabel telah tercapai dengan baik, ditandai oleh upaya
efisien, efektif, transparan, profesional dan untuk mewujudkan birokrasi yang efektif, efisien, dan akuntabel. Penataan kelembagaan
akuntabel; dan ketatalaksanaan yang dilakukan telah berhasil meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan
akuntabilitas birokrasi pemerintahan. Hal ini dapat ditunjukkan dari pencapaian indikator:
(a) meningkatnya jumlah instansi pemerintah (pusat, daerah) yang telah menyampaikan
LAKIP sesuai Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang AKIP, pada tahun 2005 sebanyak 463
instansi menyampaikan laporannya dan tahun 2008 meningkat menjadi 509 instansi; (b)
meningkatnya skor efektivitas pemerintahan Indonesia (government effectiveness), Indeks
ini menggambarkan kemampuan Pemerintah dalam menyelenggarakan pelayanan publik
dan membuat kebijakan secara efektif. Selain itu, indeks ini juga mengukur kualitas
birokrasi, kompetensi aparat pelayanan, dan tingkat independensi pegawai negeri sipil dari
tekanan politik, dengan rentang skor dari -2,5 sampai 2,5. Sejak tahun 2005 hingga tahun
2008, Indonesia memperoleh skor berturut-turut -0,46 (2005), -0,37 (2006), -0,39 (2007),
dan -0,29 (2008); dan (c) meningkatnya jumlah instansi yang telah/akan melaksanakan
reformasi birokrasi sesuai dengan kebijakan nasional.

43
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

3. Terhapusnya aturan, peraturan dan praktek 3. Peningkatan kualitas pelayanan publik juga dapat ditunjukkan oleh: (a) pencapaian indikator
yang bersifat diskriminatif terhadap warga skor integritas pelayanan publik di unit layanan instansi pusat dan daerah. Unit layanan
negara, kelompok, atau golongan tingkat pusat memperoleh skor integritas 5,53 pada tahun 2007, kemudian berturut-turut
masyarakat; menjadi 6,84 dan 6,64 pada tahun 2008 dan 2009. Sementara itu, pelayanan publik di
4. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam tingkat daerah (kabupaten/kota) memperoleh skor rata-rata 6,69 pada tahun 2008 dan
pengambilan kebijakan publik; menurun menjadi 6,46 pada tahun 2009; (b) jumlah unit pelayanan terpadu satu pintu
5. Terjaminnya konsistensi seluruh peraturan (PTSP) atau dikenal dengan one stop service (OSS) di daerah Antara 2005—2009, jumlah OSS
pusat dan daerah, dan tidak bertentangan telah meningkat secara signifikan, yaitu dari 6 unit pada tahun 2005 menjadi 95 unit pada
peraturan dan perundangan di atasnya. tahun 2006, 286 unit pada tahun 2007, 329 unit pada tahun 2008 dan menjadi 339 unit OSS
pada tahun 2009; dan (c) peringkat kemudahan berusaha Indonesia terus meningkat. Hal ini
ditunjukkan dengan peningkatan indeks kemudahan berusaha dari peringkat 129 (dari 181
negara) pada tahun 2008 menjadi peringkat 122 (dari 183 negara) pada tahun 2009. Pada
tahap pendirian usaha, waktu dan jumlah prosedur yang dibutuhkan untuk memulai usaha
pada tahun 2005 adalah 151 hari dengan 12 prosedur dan tahun 2009 waktu dan jumlah
prosedur menurun menjadi hanya 60 hari dengan 9 prosedur. Pada tahap pendaftaran
properti mengalami peningkatan dari 42 hari dan 7 prosedur tahun 2005 menjadi 22 hari
dengan 6 prosedur pada tahun 2009. Tahap perlindungan kepada investor menunjukkan
kemajuan, dari peringkat 60 tahun 2006 membaik menjadi peringkat 41 pada tahun 2009.

Perwujudan Lembaga Demokrasi yang Makin Kokoh


Terpeliharanya momentum awal konsolidasi 1. Perkembangan kinerja institusi demokrasi, selama lima tahun terakhir, telah mengalami
demokrasi yang sudah terbentuk berdasarkan proses transformasi politik yang sangat bermakna bagi konsolidasi demokrasi. Mahkamah
hasil pemilu 2004 melalui beberapa capaian Konsitusi (MK) telah mampu menunjukkan kapasitasnya dalam mengawal konstitusi (the
antara lain sebagai berikut: guardian of the constitution) melalui respon yang tanggap terhadap berbagai tuntutan
1. Terlaksananya peran dan fungsi lembaga judicial review pada undang-undang yang dianggap bertentangan dengan UUD 1945. Sejak
penyelenggara negara dan lembaga era reformasi hingga kini, partai politik telah berkembang baik sebagai lembaga yang
kemasyarakatan sesuai Konstitusi dan memberikan legitimasi maupun sebagai lembaga yang membentuk kekuasaan. Khusus
peraturan perundangan yang berlaku; perihal dimensi peran politik perempuan dapat digambarkan bahwa representasi
perempuan di DPR hasil Pemilu 2009 sebanyak 17 persen meningkat dibandingkan hasil
44
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

Pemilu 2004 yang hanya 11 persen. Representasi perempuan di DPD hasil Pemilu 2009
meningkat menjadi 28 persen dari 20 persen pada pemilu 2004.

2. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam 2. Masyarakat telah menunjukkan partisipasinya untuk turut serta dalam kegiatan musyawarah
proses pengambilan keputusan kebijakan perencanaan pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintah nasional dan
publik; serta pemerintah daerah, yang dimulai di tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi
hingga di tingkat nasional. Di samping itu, partisipasi politik rakyat diekspresikan pula
melalui rapat dengar pendapat dengan lembaga perwakilan, dan audiensi atas prakarsa
masyarakat dengan pemerintah maupun pemerintah daerah.

3. Terlaksananya pemilihan umum yang 3. Pencapaian pelaksanaan pemilihan umum yang demokratis, jujur dan adil pada tahun 2009,
demokratis, jujur dan adil pada tahun 2009. ditandai dengan kesuksesan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah di seluruh provinsi
dan kabupaten/kota di Indonesia selama kurun waktu 2005—2009 dan pelaksanaan
pemilihan umum legislatif (Pemilu Legislatif) dan pemilihan umum presiden (Pilpres) pada
tahun 2009, yang secara umum, penyelenggaraannya berjalan dengan lancar, demokratis,
aman, dan damai. Partisipasi masyarakat dalam Pemilu Legislatif 2009 mencapai 70,99
persen, Pemilu Presiden 2009 mencapai 72,56 persen. Partisipasi politik dalam pemilu
kepala daerah sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 adalah 75,28 persen.

45
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Agenda 3: Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat


Sasaran Capaian

Penanggulangan Kemiskinan
Menurunnya jumlah penduduk miskin laki-laki
dan perempuan dan terpenuhinya hak-hak dasar
masyarakat miskin secara bertahap. Secara rinci,
sasaran tersebut adalah:
1. Menurunnya persentase penduduk yang 1. Penurunan tingkat kemiskinan dari 16,66 persen pada tahun 2004 menjadi 14,15 persen
berada dibawah garis kemiskinan menjadi pada tahun 2009.
8,2 persen pada tahun 2009;

2. Terpenuhinya kecukupan pangan yang 2. Pencapaian pemenuhan kebutuhan pokok yang bermutu dan terjangkau bagi penduduk
bermutu dan terjangkau; miskin ditunjukkan oleh peningkatan masyarakat yang menerima subsidi beras yaitu
sebanyak 15, 8 RTS pada tahun 2005 menjadi 18.5 RTS pada tahun 2009.

3. Terpenuhinya pelayanan kesehatan yang 3. Peningkatan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau bagi penduduk miskin
bermutu; selama periode 2004—2009, ditunjukkan oleh peningkatan jumlah masyarakat miskin yang
mendapatkan pelayanan kesehatan melalui Askeskin/Jamkesmas yaitu dari 60 juta orang
pada tahun 2005 menjadi 76,4 juta orang pada tahun 2009.

4. Tersedianya pelayanan pendidikan dasar 4. Peningkatan penyediaan pelayanan pendidikan dasar yang bermutu dan merata
yang bermutu dan merata; dicerminkan oleh meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) jenjang SD/MI/sederajat serta
angka partisipasi murni (APM) di jenjang SMP/MTs. APK SD/MI/sederajat pada tahun 2005
sebesar 94,30 meningkat 95,14 pada tahun 2008 dan diperkirakan akan mencapai 95,4 pada
tahun 2009. Sedangkan, untuk capaian APM SMP/MTs pada tahun 2005 sebesar 85,22
meningkat 96,18 pada tahun 2008 dan diperkirakan akan mencapai 98 pada tahun 2009.

5. Terbukanya kesempatan kerja dan berusaha; 5. Pencapaian sasaran terbukanya kesempatan kerja dan berusaha selama periode 2004—
2009, ditunjukkan oleh menurunnya jumlah dan tingkat pengangguran serta meluasnya

46
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

penciptaan kesempatan kerja. Jumlah pengangguran mengalami penurunan secara nyata


yaitu sebesar 11,899 juta orang pada tahun 2005 menjadi 8,96 juta orang pada tahun 2009.

6. Terpenuhinya kebutuhan perumahan dan 6. Pemenuhan kebutuhan perumahan dan sanitasi yang layak dan sehat dilakukan melalui
sanitasi yang layak dan sehat; upaya pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) bagi masyarakat
berpendapatan rendah. Jumlah rumah susun sederhana yang dibangun untuk masyarakat
miskin pada periode 2005-2009 berturut-turut sebanyak 4.762 unit, 6.448 unit, 8.265 unit,
9.443 unit, dan 8.791 unit. Jumlah pembangunan rusunawa sangat fluktuatif karena
dipengaruhi oleh anggaran yang disediakan dan harga material bangunan saat itu.

7. Terpenuhinya kebutuhan air bersih dan 7. Pencapaian pemenuhan kebutuhan air bersih dan aman bagi masyarakat miskin antara lain:
aman bagi masyarakat miskin; (a) penyusunan kebijakan penyediaan air berbasis masyarakat (Pamsimas); dan (b)
pengembangan prasarana dan sarana air minum bagi masyarakat berpendapatan rendah di
wilayah perkotaan guna mengatasi permasalahan ketersediaan air minum yang sehat.
Penyediaan air minum yang sehat selama periode 2005-2009 dapat dimanfaatkan oleh lebih
dari 700 ribu orang.

8. Terbukanya akses masyarakat miskin dalam 8. Terbukanya akses masyarakat miskin dalam pemanfaatan SDA dan kualitas lingkungan hidup
pemanfaatan SDA dan terjaganya kualitas ditunjukkan oleh penjaminan kepemilikan tanah bagi masyarakat miskin. Pemerintah
lingkungan hidup; melalui Badan Pertanahan Nasional (BPN) telah melakukan upaya pengelolaan pertanahan
untuk menertibkan sertifikat hak atas tanah bagi masyarakat golongan ekonomi lemah.
Sampai dengan tahun 2009, jumlah penerima manfaatnya 80 persen adalah masyarakat
miskin.

9. Terjamin dan terlindunginya hak perorangan 9. Pencapaian keberhasilan sasaran perlindungan hak perorangan dan hak komunal atas tanah
dan hak komunal atas tanah; terlihat dari jumlah sertifikat tanah yang diterbitkan bagi masyarakat miskin. Selama periode
2005-2008, jumlah sertifikat yang diterbitkan terus meningkat. Pada tahun 2005, jumlah
sertifikat yang diterbitkan sebanyak 415.361, meningkat pada tahun 2008 menjadi sebanyak
1.042.701.

47
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

10. Meningkatnya partisipasi masyarakat miskin 10. Peran partisipasi masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan dapat dilihat
dalam pengambilan keputusan. keberhasilannya dari jumlah kecamatan pelaksana program keberdayaan masyarakat PNPM.
Program keberdayaan masyarakat PNPM yang dimulai sejak tahun 2007 telah mendorong
masyarakat miskin khususnya berpartisipasi dalam proses perencanaan, pelaksanaan, serta
pemantauan kegiatan pembangunan. Pada tahun 2007, jumlah kecamatan penerima PNPM
sebesar 3.018. Jumlah ini meningkat menjadi 6.408 pada tahun 2009

Peningkatan Investasi dan Ekspor Non Migas


1. Terwujudnya iklim investasi yang sehat 1. Penciptaan iklim investasi yang sehat ditunjukkan oleh penerbitan beberapa peraturan dan
dengan reformasi kelembagaan ekonomi di deregulasi peraturan pemerintah di pusat dan daerah. Pada periode 2005—2009,
berbagai tingkatan pemerintahan yang Pemerintah antara lain telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2006
mampu mengurangi praktik ekonomi tinggi. tentang Paket Kebijakan Iklim Investasi, Inpres Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan
Reformasi dimaksud mencakup upaya untuk Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Sektor Mikro Kecil dan
menuntaskan sinkronisasi sekaligus Menengah, Inpres Nomor 5 Tahun 2008 tentang Fokus Ekonomi 2008—2009.
deregulasi peraturan antarsektor dan antara
pusat dengan daerah serta peningkatan
kapasitas kelembagaan untuk implementasi
penyederhanaan prosedur perijinan untuk
start up bisnis, penyempurnaan sistem
perpajakan dan kepabeanan, penegakan
hukum untuk meningkatkan keamanan dan
ketertiban berusaha;

2. Peningkatan efisiensi pelayanan ekspor- 2. Peningkatan efisiensi pelayanan ekspor-impor kepelabuhan, kepabeanan, dan administrasi
impor kepelabuhanan, kepabeanan, dan (verifikasi dan restitusi) perpajakan selama periode 2005—2009 mengalami peningkatan,
administrasi (verifikasi dan restitusi) yang ditunjukkan oleh berkurangnya lama waktu serta dokumen yang dibutuhkan untuk
perpajakan ke tingkatan efisiensi di negara- ekspor-impor.
negara tetangga yang maju perekono-
48
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

miannya di lingkungan ASEAN. Dalam 3 (tiga)


tahun pertama diharapkan setengahnya telah
dicapai;

3. Pemangkasan prosedur perijinan start up dan 3. Pencapaian sasaran pemangkasan prosedur perijinan memulai usaha dan operasi bisnis
operasi bisnis ke tingkatan efisiensi di selama kurun waktu 2004—2009 antara lain: (a) diterbitkannya sejumlah peraturan
negara-negara tetangga yang maju pemerintah (PP) dan peraturan presiden (perpres) bidang investasi; dan (b) berkurangnya,
perekonomiannya di lingkungan ASEAN. berbagai hambatan usaha yang ditandai dengan berkurangnya lama waktu untuk pendirian
Dalam 3 (tiga) tahun pertama, diharapkan usaha dari 151 hari menjadi 60 hari dengan jumlah prosedur berkurang dari 12 prosedur
setengahnya telah tercapai; menjadi sembilan prosedur. Hal ini didukung dengan berkurangnya biaya dari 101,7 persen
menjadi 6,0 persen dari pendapatan per kapita dan pembayaran pajak dari 576 jam menjadi
266 jam.

4. Meningkatnya investasi secara bertahap 4. Pencapaian peningkatan investasi selama kurun waktu 2004—2009 ditunjukkan oleh: (a)
sehingga peranannya terhadap Produk peningkatan realisasi investasi PMDN sektor nonmigas dari Rp30,7 triliun pada tahun 2005
Nasional Bruto meningkat dari 20,5 persen menjadi Rp32,5 triliun pada periode Januari-Oktober 2009; (b) peningkatan investasi PMA
pada tahun 2004 menjadi 27,4 persen pada sektor nonmigas dari USD4,6 miliar pada tahun 2004 menjadi USD14,9 miliar pada tahun
tahun 2009 dengan penyebaran yang makin 2008 atau rata-rata tumbuh sebesar 34,3 persen; dan (c) peningkatan peningkatan PNB
banyak pada kawasan-kawasan di luar Jawa, sebesar 27,7 persen pada tahun 2008.
terutama Kawasan Timur Indonesia;

5. Meningkatnya pertumbuhan ekspor secara 5. Pertumbuhan ekspor nasional sangat ditentukan oleh pertumbuhan ekspor sektor
bertahap dari sekitar 5,2 persen pada tahun nonmigas. Rata-rata pertumbuhan ekspor nonmigas Indonesia selama tahun 2005—2009
2005 menjadi sekitar 9,8 persen pada tahun adalah sebesar 12,4 persen atau mencapai nilai sebesar USD88,7 miliar per tahun. Secara
2009 dengan komposisi produk yang lebih nasional rata-rata pertumbuhan ekspor nasional selama periode 2005—2009 adalah sebesar
beragam dan kandungan teknologi yang 11,14 persen.
semakin tinggi;

49
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

6. Meningkatnya efisiensi dan efektivitas sistem 6. Peningkatan efisiensi dan efektifitas sistem distribusi nasional, tertib niaga dan kepastian
distribusi nasional, tertib niaga dan kepastian berusaha di Indonesia masih terus ditingkatkan. Capaian logistic performance index pada
berusaha untuk mewujudkan perdagangan tahun 2007 adalah 3,01 yang menduduki peringkat 43 dunia. Capaian ini menurun hingga
dalam negeri yang kondusif dan dinamis; 2,76 pada tahun 2009 dan hanya menduduki peringkat 75 dunia.

7. Meningkatnya kontribusi pariwisata dalam 7. Pencapaian pembangunan kepariwisataan selama tahun 2005—2009 antara lain: (a)
perolehan devisa menjadi sekitar USD 10 peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dari 5 juta orang pada
miliar pada tahun 2009, sehingga sektor tahun 2005 menjadi 6,45 juta orang pada tahun 2009 atau meningkat sebesar 29,0 persen;
pariwisata diharapkan mampu menjadi salah dan (b) peningkatan penerimaan devisa dari hasil kunjungan wisman dari USD4,52 miliar
satu penghasil devisa besar. pada tahun 2005 menjadi USD6,43 miliar pada tahun 2009 atau meningkat sebesar 42,26
persen.

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur


1. Sektor industri manufaktur (non-migas) 1. Pertumbuhan industri manufaktur dalam kurun waktu 2005—2009 menunjukkan kinerja
ditargetkan tumbuh dengan laju rata-rata yang senantiasa meningkat meskipun pertumbuhannya hanya mencapai rata-rata 3,9
8,56 persen per tahun. Dengan tingkat persen per tahun.
operasi rata-rata hanya sekitar 60 persen
pada tahun 2003, target peningkatan
kapasitas utilisasi khususnya sub-sektor yang
masih berdaya saing akan meningkat ke titik
optimum yaitu sekitar 80 persen dalam dua
sampai tiga tahun pertama, terutama untuk
industri yang dinilai memiliki keunggulan
komparatif dan kompetitif;

2. Target penyerapan tenaga kerja dalam lima 2. Penyerapan tenaga kerja secara kumulatif di sektor industri manufaktur pada periode 2005—
tahun mendatang adalah sekitar 500 ribu per 2009 mengalami peningkatan sebesar 3.016.029 orang atau rata-rata sekitar 603.206 orang
tahun (termasuk industri pengolahan migas). per tahun.
Dengan kecenderungan penurunan
50
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

penyerapan beberapa tahun belakangan ini,


penyerapan tenaga kerja baru lebih banyak
mengandalkan pada basis industri baru yang
perlu dipacu pertumbuhannya. Sejalan
dengan upaya revitalisasi pertanian dan
pedesaan, langkah pengembangan untuk
mewujudkan industrialisasi perdesaaan
menjadi sangat penting. Sedangkan bagi
industri berskala menengah dan besar
penyerapan tenaga kerja baru akan
mengandalkan investasi baru. Diperkirakan
kebutuhan investasi untuk mengejar target
penyerapan tenaga kerja di atas mencapai 40
sampai 50 triliun rupiah per tahun;

3. Terciptanya iklim usaha yang lebih kondusif 3. Pencapaian peningkatan iklim usaha yang lebih kondusif bagi industri dalam kurun waktu
baik bagi industri yang sudah ada maupun 2005—2009 ditunjukkan oleh: (a) peningkatan PMDN di sektor industri, yaitu 149 ijin usaha
investasi baru dalam bentuk tersedianya tetap (IUT) dengan realisasi investasi Rp.21,0 triliun pada tahun 2005 menjadi 158 IUT
layanan umum yang baik dan bersih dari dengan nilai Rp.19,4 triliun pada tahun 2009; dan (b) peningkatan PMA di sektor industri ,
KKN, sumber-sumber pendanaan yang yaitu 335 IUT dengan nilai USD3,5 miliar pada tahun 2005 menjadi 474 IUT dengan nilai
terjangkau, dan kebijakan fiskal yang sebesar USD3,8 miliar pada tahun 2009.
menunjang;

4. Peningkatan pangsa sektor industri 4. Pencapaian peningkatan pangsa sektor industri manufaktur di pasar domestik ditunjukkan
manufaktur di pasar domestik, baik untuk oleh meningkatnya utilisasi kapasitas produksi. Hampir seluruh kelompok industri
bahan baku maupun produk akhir, sebagai manufaktur menunjukkan peningkatan, meskipun tingkat utilisasinya masih belum
cerminan daya saing sektor ini dalam mencapai 80 persen.
menghadapi produk-produk impor;

51
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

5. Meningkatnya volume ekspor produk 5. Nilai ekspor produk industri meningkat sangat pesat mulai dari USD48,7 miliar pada tahun
manufaktur dalam total ekspor nasional, 2004 menjadi USD88,4 miliar pada tahun 2008. Pada tahun 2009 ekspor produk industri
terutama pada produk ekspor industri sedikit melemah yaitu USD73,4 miliar atau menurun 16,9 persen dibanding dengan nilai
manufaktur yang daya saingnya masih ekspor tahun 2008 sebagai dampak dari krisis keuangan dunia.
potensial untuk ditingkatkan;

6. Meningkatnya proses alih teknologi dari 6. PMA di sektor industri dalam kurun waktu 2005—2009 mengalami peningkatan. Di tahun
foreign direct investment (FDI) yang 2005 tercatat 335 IUT dengan nilai USD3,5 miliar dan pada tahun 2009, jumlah IUT yang
dicerminkan dari meningkatnya pemasokan tercatat 474 dengan nilai USD3,8 miliar. Iklim usaha yang lebih kondusif dan berkualitas
bahan antara dari produk lokal; telah mendorong proses alih teknologi. Hal ini merupakan akibat langsung meningkatnya
penanaman modal asing.

7. Meningkatnya penerapan standardisasi 7. Penguatan dan pengembangan sepuluh klaster industri inti yaitu tekstil dan produk tekstil,
produk industri manufaktur sebagai faktor alas kaki, makanan, pengolahan sawit, pengolahan kayu/rotan, pengolahan karet, pulp dan
penguat daya saing produk nasional; kertas, pengolahan hasil laut, mesin/peralatan listrik, dan petrokimia serta beberapa klaster
industri penunjang dan industri terkait.

8. Meningkatnya penyebaran sektor industri 8. Melalui pendekatan pengembangan klaster dan penciptaan kompetensi inti daerah,
manufaktur ke luar Pulau Jawa, terutama persebaran industri terus didorong melalui penciptaan wirausaha baru di daerah sehingga
industri pengolahan hasil sumberdaya alam. kontribusi dari luar Jawa dan Sumatera terus meningkat.

Revitalisasi Pertanian
Tingkat pertumbuhan sektor pertanian rata-rata Pencapaian revitaslisasi pertanian ditunjukkan oleh: (a) pertumbuhan sektor pertanian,
3,52 persen per tahun dalam periode 2004— perikanan, dan kehutanan. Dalam kurun waktu 2004—2009, pertumbuhan PDB sektor
2009 dan meningkatnya pendapatan dan kese- pertanian mencapai rata-rata 3,7 persen per tahun dengan pertumbuhan PDB subsektor
jahteraan petani. tanaman bahan makanan mencapai 3,9 persen, tanaman perkebunan 3,4 persen, peternakan
dan hasilnya 3,0 persen, dan perikanan 5,6 persen. Sementara itu, pertumbuhan subsektor
kehutanan negatif dengan rata-rata -0,73 persen per tahun; (b) perkembangan Nilai Tukar
Petani (NTP) sebagai salah satu indikator kesejahteraan petani dan nelayan menunjukkan
52
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

kecenderungan meningkat. Pada tahun 2008, NTP telah mencapai 110,2 atau naik dari 102,9
pada tahun 2004; dan (c) peningkatan pendapatan petani dan nelayan dengan rata-rata tiga
persen per tahun. Pendapatan petani dan nelayan secara rata-rata mencapai Rp6,1 juta pada
tahun 2004 dan meningkat menjadi Rp6,9 juta pada tahun 2009.

Sasaran antara adalah:


1. Meningkatnya kemampuan petani untuk 1. Pada kurun waktu 2005—2009, kemampuan petani untuk dapat menghasilkan komoditas
dapat menghasilkan komoditas yang berdaya yang berdaya saing tinggi menunjukkan kecenderungan meningkat. Perkembangan produksi
saing tinggi; hasil pertanian padi misalnya, meningkat dari 54.151 ribu ton pada tahun 2004 menjadi
64.329 ribu ton pada tahun 2009.

2. Terjaganya tingkat produksi beras dalam 2. Pencapaian rasio swasembada beras ( produksi/konsumsi) pada tahun 2009 sebesar 109,25
negeri dengan tingkat ketersediaan minimal persen. Upaya Pemerintah untuk mencapai swasembada beras telah memberikan hasil yang
90 persen dari kebutuhan domestik, untuk baik selama kurun waktu 2005-2009. Hal ini didukung oleh peningkatan produksi beras yang
pengamanan kemandirian pangan; terus meningkat setiap tahunnya sejak tahun 2005 hingga 2009 masing-masing 34,12 juta
ton, 34,31 juta ton, 36,01 juta ton, 38,01 juta ton, dan 40,53 juta ton.

3. Diversifikasi produksi, ketersediaan dan 3. Capaian diversifikasi produksi, ketersediaan dan konsumsi pangan untuk menurunkan
konsumsi pangan untuk menurunkan ketergantungan pada beras terlihat dari semakin meningkatnya komposisi konsumsi zat gizi
ketergantungan pada beras; yang meliputi konsumsi kalori, konsumsi protein (hewani dan nabati).

4. Meningkatnya ketersediaan pangan ternak 4. Pencapaian peningkatan ketersediaan pangan ternak dan ikan dari dalam negeri ditunjukkan
dan ikan dari dalam negeri; oleh peningkatan produksi bahan pangan yang bersumber dari ternak dan ikan (daging,
telur, susu, dan ikan).

5. Meningkatnya konsumsi masyarakat ter- 5. Konsumsi masyarakat terhadap protein hewani yang berasal dari ternak dan ikan selama
hadap protein hewani yang berasal dari periode 2005—2009 secara umum mengalami peningkatan. Perkembangan konsumsi
ternak dan ikan; pangan yang bersumber dari ternak dan ikan (daging, telur, susu, ikan) berfluktuatif namun
cenderung meningkat. Salah satunya adalah konsumsi ikan yang meningkat pada tahun

53
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

2009 menjadi 30,17 kg/kapita/tahun, dimana pada tahun 2005 konsumsi ikan sebesar 23,95
kg/kapita/tahun.

6. Meningkatnya daya saing dan nilai tambah 6. Peningkatan komoditas pangan yang dihasilkan di dalam negeri memiliki daya saing semakin
produk pertanian dan perikanan; baik yang ditunjukkan dengan ketersediaan pangan yang mudah didapat dengan harga
terjangkau. Di tingkat internasional, Indonesia mampu menjadi produsen utama dunia
beberapa komoditas pertanian antara lain kelapa sawit (nomor dua terbesar dunia setelah
Malaysia), minyak kelapa (nomor dua setelah Filipina), lada (nomor tiga setelah Vietnam dan
Malaysia), kakao (nomor tiga setelah Pantai Gading dan Ghana), dan kopi (nomor empat
setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia).

7. Meningkatnya produksi dan ekspor hasil 7. Perkembangan ekspor hasil pertanian terpenting seperti kopi, karet, biji kakao, dan hasil
pertanian dan perikanan; perikanan yang cenderung meningkat selama 2004—2009 menunjukkan capaian
peningkatan produksi dan ekspor hasil pertanian dan perikanan.

8. Meningkatnya kemampuan petani dan 8. Perkembangan luas lahan pertanian dan produktivitas menunjukkan capaian kemampuan
nelayan dalam mengelola sumber daya alam petani dan nelayan dalam mengelola sumber daya alam secara lestari dan bertanggung
secara lestari dan bertanggung jawab; jawab. Selama periode 2005—2009, perkembangan luas lahan pertanian dan produktivitas
padi, jagung, dan kedelai secara umum mengalami peningkatan yang cukup baik.

9. Meningkatnya hasil hutan non kayu 30 9. Beberapa hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang menjadi andalan sejak tahun 2004, yaitu
persen dari produksi tahun 2004; sutera alam, lebah madu, bambu, dan rotan, serta gaharu, juga mengalami peningkatan.
Jenis-jenis HHBK ini mulai menunjukkan hasil seperti sutera alam dengan produksi kokon
491 ton, madu 8.800 ton, bambu 53,24 ton, rotan 17.779 ton, dan gaharu sebanyak
1.408,84 ton.

10. Bertambahnya hutan tanaman minimal 10. Secara akumulatif luas HTI sejak tahun 2004-2009 mengalami peningkatan yang semula
seluas 5 juta ha dan penyelesaian penetapan 295,04 ribu hektar pada tahun 2005 menjadi 1.151,4 ribu hektar pada tahun 2009. Untuk
kesatuan pemangkuan hutan sebagai acuan penyelesaian penetapan kesatuan pemangkuan hutan sebagai acuan pengelolaan hutan

54
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

pengelolaan hutan produksi. produksi, sampai tahun 2009 jumlah KPH model yang selesai sebanyak 11 unit pada lahan
seluas 216,55 ribu hektar.

Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah


1. Meningkatnya produktivitas UMKM dengan 1. Produktivitas UMKM per unit usaha pada tahun 2008 adalah sebesar 22,73 juta/unit usaha,
laju pertumbuhan lebih tinggi dari laju dan rata-rata laju pertumbuhan hampir 2,5 persen setiap tahunnya. Nilai ini lebih baik
pertumbuhan produktivitas nasional; apabila dibandingkan dengan rata-rata laju produktivitas nasional yang mengalami
penurunan 0,14 persen setiap tahunnya. Produktivitas UMKM per tenaga kerja pada tahun
2008 adalah sebesar 12,72 juta/tenaga kerja dengan laju pertumbuhan rata-rata hampir
sebesar tiga persen setiap tahunnya yang jauh lebih tinggi dari produktivitas nasional yang
laju pertumbuhannya tidak sampai dua persen.

2. Meningkatnya proporsi usaha kecil formal; 2. UMKM non pertanian berbadan hukum yang sudah terdata menunjukkan hampir 57 persen
berbentuk BUMN/BUMD dan BHMN, sementara 43 persen berbentuk PT/NV. Sebagian
usaha mikro dan kecil lainnya memiliki variasi bentuk usaha seperti: CV, firma, ijin khusus,
koperasi, PMA dan yayasan, sedangkan UMKM yang berbadan hukum tidak sampai satu
persen.

3. Meningkatnya nilai ekspor produk usaha kecil 3. Pada tahun 2005, persentase nilai ekspor UMKM terhadap total ekspor nasional adalah
dan menengah dengan laju pertumbuhan 20,28 persen. Sedangkan pada tahun 2008, nilai ekspor UMKM menurun menjadi 20,13
lebih tinggi dari laju pertumbuhan nilai persen dari ekspor nasional. Selama periode 2005—2008 tersebut rata-rata penurunan
tambahnya; adalah 0,17 persen.

4. Berfungsinya sistem untuk menumbuhkan 4. Selama kurun waktu 2005—2009 telah dilaksanakan berbagai program wirausaha baru guna
wirausaha baru berbasis ilmu pengetahuan memfungsikan sistem untuk menumbuhkan wirausaha baru berbasis ilmu pengetahuan dan
dan teknologi; dan teknologi, diantaranya Program Sarjana Pencipta Kerja (Prospek) Mandiri dan Gerakan
Tunas Kewirausahaan Nasional (Getuknas). Selain program-program usaha mandiri, sistem
pendukung wirausaha baru juga dilakukan melalui didirikannya Pusat Inovasi (PI) UMKM.

55
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

5. Meningkatnya kualitas kelembagaan dan 5. Pencapaian selama kurun waktu 2005—2009 menunjukkan bahwa persentase koperasi
organisasi koperasi sesuai dengan jatidiri aktif yang melakukan RAT menurun dari tahun 2005, yaitu sebesar 47,39 persen menjadi
koperasi. 43.28 persen di tahun 2008. Hal ini menunjukkan penurunan kualitas koperasi secara umum
karena RAT merupakan elemen penting pada sebuah koperasi. Selain itu jumlah koperasi
yang memiliki manajer sejak tahun 2005 juga menurun dengan rata-rata persentase
penurunan selama lima tahun sebesar 29,54 persen.

Peningkatan Pengelolaan BUMN


Meningkatnya kinerja dan daya saing BUMN Peningkatan kinerja BUMN selama periode 2005—2008 ditunjukkan dengan: (a) semakin
dalam rangka memperbaiki pelayanannya sedikitnya jumlah BUMN yang merugi yaitu menjadi 23 BUMN pada tahun 2008 dari 36 BUMN
kepada masyarakat dan memberikan sumbangan pada tahun 2005, dari 139 BUMN yang dikuasai Pemerintah; (b) peningkatan besar keuntungan
terhadap keuangan negara. yang diraih BUMN dari sebesar Rp42,33 triliun pada akhir tahun 2005 menjadi Rp78,47 triliun
pada tahun 2008, dan turun sedikit menjadi Rp74,00 triliun pada tahun 2009; (c) peningkatan
bagian laba BUMN yang diserahkan ke kas negara, yaitu dari Rp12,84 triliun pada tahun 2005,
menjadi Rp29,09 triliun pada tahun 2008, dan turun sedikit menjadi Rp28,60 triliun pada tahun
2009.

Peningkatan Kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


1. Tumbuhnya penemuan iptek baru sebagai 1. Pencapaian peningkatan kemampuan iptek dalam kurun waktu 2005—2009 ditunjukkan
hasil litbang nasional yang dapat dengan: (a) peningkatan jumlah publikasi ilmiah dan paten yang didaftarkan di dalam negeri
dimanfaatkan bagi peningkatan nilai tambah (Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
dalam sistem produksi dan dalam (b) peningkatan jumlah publikasi ilmiah, yaitu dari 1.376 judul artikel pada tahun 2005
pengelolaan sumberdaya alam dan menjadi 1.808 judul artikel pada tahun 2009; (c) peningkatan jumlah paten yang didaftarkan
lingkungan secara lestari dan bertanggung di dalam negeri, yaitu 4.499 paten pada tahun 2005 menjadi 4.825 paten pada tahun 2009.
jawab; Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dalam penemuan iptek baru yang diperoleh
melalui Program Penelitian dan Pengembangan Iptek.

56
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

2. Meningkatnya ketersediaan, hasil guna, dan 2. Meningkatnya publikasi ilmiah dan paten yang terdaftar di dalam negeri menunjukkan
daya guna sumberdaya (SDM, sarana, bahwa upaya peningkatan kemampuan iptek telah dilakukan dengan efisien, karena dalam
prasarana dan kelembagaan) iptek.; kurun waktu tersebut sumber daya yang tersedia sebagai input semakin terbatas. Hal ini
ditunjukkan oleh cenderung menurunnya jumlah tenaga fungsional bidang iptek yang
bekerja di lembaga litbang pemerintah, berkurangnya persentase anggaran iptek dari APBN,
dan menurunnya pengeluaran litbang sektor swasta. Selain itu, meningkatnya publikasi
ilmiah dan paten yang terdaftar juga menunjukkan peningkatan hasil guna dan daya guna
sumber daya iptek yang dimiliki.

3. Tertatanya mekanisme intermediasi untuk 3. Peningkatan pemanfaatan hasil litbang oleh dunia usaha dan industri ditunjukkan oleh
meningkatkan pemanfaatan hasil litbang oleh semakin meningkatnya daya serap teknologi di tingkat perusahaan, transfer pengetahuan,
dunia usaha dan industri, meningkatnya dan kolaborasi riset perguruan tinggi dengan perusahaan.
kandungan teknologi dalam industri nasional,
serta tumbuhnya jaringan kemitraan dalam
kerangka sistem inovasi nasional;

4. Terwujudnya iklim yang kondusif bagi 4. Pencapaian perwujudan iklim yang kondusif agar kreativitas, sistem pembinaan dan
berkembangnya kreativitas, sistem pembi- pengelolaan hak atas kekayaan intelektual, pengetahuan lokal, serta sistem standarisasi
naan dan pengelolaan hak atas kekayaan nasional ditunjukkan dengan: (a) terbentuknya sentra hak atas kekayaan intelektual (HaKI)
intelektual, pengetahuan lokal, serta sistem dan standar; (b) stabilnya jumlah sentra HaKI, yaitu sebanyak 65; (c) peningkatan jumlah
standarisasi nasional. standar yang dikeluarkan, yaitu dari 219 pada tahun 2005 menjadi 833 pada tahun 2009.

Perbaikan Iklim Ketenagakerjaan


Menurunnya tingkat pengangguran terbuka Tingkat pengangguran terbuka (TPT) selama kurun waktu 2004—2009 terus mengalami
menjadi 5,1 persen pada akhir 2009. penurunan, namun TPT pada akhir 2009 belum mencapai 5,1 persen. Sampai akhir Agustus
2009, TPT masih sebesar 7,87 persen dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,3 persen.
Penciptaan lapangan kerja selama kurun waktu 2004—2009 didominasi oleh lapangan kerja
informal. Lapangan kerja formal bertambah sebesar 3,71 juta orang sementara lapangan kerja
informal bertambah 7,43 juta orang.
57
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

Pemantapan Stabilitas Ekonomi Makro


Terpeliharanya stabilitas ekonomi makro yang Pencapaian sasaran pemantapan stabilitas ekonomi makro ditunjukkan oleh: (a) peningkatan
dapat mendukung tercapainya pertumbuhan pendapatan negara dan hibah, yaitu dari 17,8 persen PDB (Rp495,2 triliun) pada tahun 2005
ekonomi yang cukup tinggi dan berkualitas serta menjadi 19,8 persen PDB (Rp981,6 triliun) pada tahun 2008; (b) pencapaian rata-rata kinerja
peningkatan kemampuan pendanaan pem- pendapatan negara dan hibah dalam kurun waktu 2005—2009 sebesar 18,1 persen PDB atau
bangunan, baik yang bersumber dari pemerintah lebih tinggi 2,8 persen PDB dibandingkan target yang ditetapkan dalam RPJMN yang sebesar
maupun swasta dengan tetap menjaga stabilitas 15,2 persen PDB; (c) peningkatan penerimaan negara di sektor perpajakan terlihat dari rasio
nasional. penerimaan perpajakan sebesar 12,5 persen PDB pada tahun 2005 menjadi 13,3 persen PDB
pada tahun 2008; (d) pencapaian rata-rata rasio belanja negara adalah sebesar 19,0 persen PDB
Sepanjang 2005—009 yang lebih tinggi 3,5 persen PDB dibandingkan target yang ditetapkan
dalam RPJMN yaitu sebesar 15,5 persen PDB. Namun, perekonomian Indonesia tumbuh rata-
rata 5,6 persen per tahun selama kurun waktu 2004—2009. Pertumbuhan ini lebih lambat
dibandingkan perkiraan dalam RPJMN 2004—2009 yaitu 6,4 persen.

Pembangunan Perdesaan
1. Meningkatnya peran dan kontribusi kawasan 1. Peningkatan peran dan kontribusi kawasan perdesaan ditunjukkan dengan: (a) semakin
perdesaan sebagai basis pertumbuhan besarnya peran sektor pertanian dalam meningkatkan produk domestik bruto (PDB) yang
ekonomi nasional yang diukur dari dilihat dari semakin meningkatnya rasio PDB sektor pertanian terhadap PDB nasional yaitu
meningkatnya peran sektor pertanian dan sebesar 13,13 persen pada 2005 menjadi 15,85 persen pada Agustus 2009. (b) peningkatan
non pertanian yang terkait dalam mata rantai PDB sektor pertanian usaha kecil menengah (UKM), yaitu dari Rp347,41 triliun pada tahun
pengolahan produk-produk berbasis 2005 menjadi Rp679,45 triliun pada tahun 2008.
perdesaan;

2. Terciptanya lapangan kerja berkualitas di 2 Peningkatan penciptaan lapangan kerja di perdesaan ditunjukkan dengan: (a) peningkatan
perdesaan, khususnya lapangan kerja non jumlah tenaga kerja bekerja di sektor non pertanian yang mengindikasikan peningkatan
pertanian, yang ditandai dengan berku- diversivikasi usaha non pertanian di perdesaan. (b) Penurunan pengangguran terbuka, yaitu
rangnya angka pengangguran terbuka dan dari 5,68 juta jiwa pada tahun 2005 menjadi yaitu 5,32 juta jiwa pada tahun 2006, 4,39 juta
setengah pengangguran; jiwa pada tahun 2007, 4,21 juta jiwa pada tahun 2008, serta 3,81 juta jiwa pada tahun 2009.
58
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

3. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat 3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan ditunjukkan dengan: (a) penurunan
perdesaan yang ditandai dengan berku- jumlah penduduk miskin di perdesaan, yaitu dari 22,7 juta jiwa pada tahun 2005 menjadi
rangnya jumlah penduduk miskin serta 20,62 juta jiwa pada tahun 2009; (b) peningkatan persentase Angka Partisipasi Murni (APM)
meningkatnya taraf pendidikan dan kesehat- SD, APM SLTP, dan APM SLTA, yaitu dari masing-masing 93,58, 60,17 dan 32,75 pada tahun
an, terutama perempuan dan anak; 2005 menjadi 94,51, 64,95 dan 38,66 pada tahun 2009. Akan tetapi, walaupun telah
menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, besaran APM SLTP dan SLTA yang masih rendah
menunjukkan masih rendahnya taraf pendidikan rata-rata masyarakat perdesaan.

4. Meningkatnya kualitas dan kuantitas infra- 4. Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur di kawasan permukiman di perdesaan
struktur di kawasan permukiman di perdesa- ditunjukkan oleh: (a) Pembangunan fasilitas telekomunikasi perdesaan di 24.051 desa; (b)
an yang ditandai dengan antara lain: (i) peningkatan persentase jumlah desa yang menerima aliran listrik, yaitu dari 73,25 persen
selesainya pembangunan fasilitas telekomu- pada 2005 menjadi 86,90 persen pada tahun 2008; (c) Penambahan persentase rumah
nikasi perdesaan sekurang-kurangnya 43 ribu tangga perdesaan yang memiliki akses terhadap pelayanan air minum, yang diantaranya
sambungan baru di 43 ribu desa dan didukung oleh pelaksanaan program nasional Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
community access point di 45 ribu desa; (ii) Masyarakat (PAMSIMAS), yaitu dari 48,1 persen pada tahun 2005 menjadi 47,77 persen
meningkatnya persentase desa yang pada tahun 2008; (d) peningkatan persentase jumlah rumah tangga yang memiliki jamban,
mendapat aliran listrik dari 94 persen pada yaitu dari 51,8 persen pada tahun 2005 menjadi 52 persen pada tahun 2008.
tahun 2004 menjadi 97 persen pada tahun
2009, (iii) meningkatnya persentase rumah
tangga perdesaan yang memiliki akses
terhadap pelayanan air minum hingga 30
persen; dan (iv) seluruh rumah tangga telah
memiliki jamban sehingga tidak ada lagi yang
melakukan ”open defecation” (pembuangan
di tempat terbuka);

5. Meningkatnya akses, kontrol dan partisipasi 5. Upaya meningkatkan keberdayaan masyarakat perdesaan dilakukan melalui berbagai
seluruh elemen masyarakat dalam kegiatan kegiatan yang diikuti oleh berbagai lembaga swadaya masyarakat yang terdapat di wilayah

59
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

pembangunan perdesaan yang ditandai penerima program di perdesaan. seperti: (a) penyuluhan dan pelatihan keterampilan; (b)
dengan terwakilinya aspirasi semua kelom- identifikasi best practices program-program pemberdayaan masyarakat sebagai
pok masyarakat dan meningkatnya kesetara- pembelajaran bagi lembaga dan organisasi masyarakat; dan (c) pengembangan
an antara perempuan dan laki-laki dalam kelembagaan untuk difusi teknologi tepat guna serta ramah lingkungan di kawasan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan perdesaan. Hal ini mencerminkan kemampuan lembaga dan organisasi dalam menyalurkan
evaluasi kegiatan pembangunan. aspirasi masyarakat untuk perencanaan kegiatan pembangunan, serta dalam memperkuat
posisi tawar masyarakat dalam aktivitas ekonomi. Peningkatan akses, kontrol dan partisipasi
seluruh elemen masyarakat dalam kegiatan pembangunan perdesaan didukung oleh
pelaksanaan berbagai program keberdayaan masyarakat sejak tahun 2005—2008.
Diantaranya adalah melalui pelaksanaan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang
kemudian dirangkum dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
untuk mendorong pemberdayaan masyarakat khususnya masyarakat miskin perdesaan
melalui pelaksanaan kegiatan yang partisipatif sejak dari perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi dengan melibatkan kelompok masyarakat dengan memperhatikan
keterwakilan dan kesetaraan gender.

Pengurangan Ketimpangan Pembangunan Wilayah


1. Terwujudnya percepatan pembangunan di 1. Upaya pengurangan ketimpangan wilayah telah menunjukkan pencapaian yang cukup baik,
wilayah-wilayah cepat tumbuh dan strategis, yaitu: (a) dilakukannya percepatan pembangunan di wilayah cepat tumbuh dan strategis
wilayah tertinggal, termasuk wilayah melalui pengembangan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET); (b)
perbatasan dalam suatu ‘sistem wilayah dibentuknya KPBPB Batam dan KPBPB Sabang guna pengembangan Kawasan Perdagangan
pengembangan ekonomi’ yang terintegrasi Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB); (c) ratifikasi perjanjian Batas Laut Kontinen (BLK)
dan sinergis; Indonesia-Vietnam pada tahun 2007; (d) penandatanganan kesepakatan dengan Singapura
tentang Penetapan Garis Batas Laut Wilayah Kedua Negara di Bagian Barat Selat Singapura
pada tahun 2009; (e) penetapan pilar batas Indonesia-Malaysia, Indonesia-Papua Nugini dan
Indonesia-Timor Leste; (f) percepatan pembangunan 199 kabupaten daerah tertinggal yang
diindikasikan oleh peningkatan rata-rata laju pertumbuhan PDRB kabupaten tertinggal dari
5,06 persen pada tahun 2005 menjadi 5,85 persen pada tahun 2008, serta peningkatan
PDRB perkapita dari Rp5,17 juta pada tahun 2005 menjadi Rp5,47 juta pada tahun 2008.
60
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

2. Terwujudnya keseimbangan pertumbuhan 2. Pencapaian terwujudnya keseimbangan pertumbuhan antara kota-kota besar,
pembangunan antar kota-kota metropolitan, metropolitan, menengah dan kecil terlihat dari indikator kontribusi PDRB kota terhadap
besar, menengah, dan kecil secara hirarkis PDRB nasional, yang menunjukkan bahwa kontribusi PDRB kota-kota besar dan
dalam suatu ‘sistem pembangunan perko- metropolitan masih jauh lebih besar dibandingkan PDRB kota-kota menengah dan kecil.
taan nasional’;

3. Terwujudnya percepatan pembangunan 3. Pencapaian terwujudnya percepatan pembangunan kota-kota kecil dan menengah terlihat
kota-kota kecil dan menengah, terutama di dari laju pertumbuhan PDRB rata-rata di kota kecil dan menengah yang meningkat setiap
luar Pulau Jawa, sehingga diharapkan dapat tahunnya. Laju pertumbuhan PDRB rata-rata di kota kecil dan menengah meningkat dari
menjalankan perannya sebagai ‘motor 4,63 persen pada tahun 2005 menjadi 5,47 persen pada tahun 2007.
penggerak’ pembangunan di wilayah-wilayah
pengaruhnya dalam ‘suatu sistem wilayah
pengembangan ekonomi’, termasuk dalam
melayani kebutuhan masyarakat warga
kotanya;

4. Terkendalinya pertumbuhan kota-kota besar 4. Penurunan laju pertumbuhan penduduk rata-rata di kota-kota besar dan metropolitan
dan metropolitan dalam suatu ‘sistem mengalami penurunan sebesar 1,86 persen pada tahun 2006 menjadi 1,77 persen pada
wilayah pembangunan metropolitan’ yang tahun 2007.
compact, nyaman, efisien dalam
pengelolaan, serta mempertimbangkan
pembangunan yang berkelanjutan;

5. Terwujudnya keterkaitan kegiatan ekonomi 5. Pencapaian pengurangan kesenjangan kota-desa terlihat dari penurunan Indeks
antar wilayah perkotaan dan perdesaan Williamsons dan peningkatan jumlah Dana Alokasi Khusus (DAK). Indeks Williamsons antara
dalam suatu ‘sistem wilayah pengembangan perkotaan dan perdesaan mempunyai nilai yang mendekati nol dan mengalami penurunan
ekonomi’ yang saling menguntungkan; setiap tahunnya.

61
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

6. Terwujudnya keserasian pemanfaatan dan 6. Perwujudan keserasian pemanfaatan dan pengendalian ruang antara lain telah dilakukan
pengendalian ruang dalam suatu ‘sistem melalui pencapaian: (a) lahirnya UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan
wilayah pembangunan yang berkelanjutan’; peraturan-peraturan turunannya; (b) ditetapkannya berbagai peraturan terkait koordinasi
penataan ruang, dan persetujuan substansi evaluasi rencana tata ruang daerah; (c) revisi
rancangan peraturan presiden tentang Rencana Tata Ruang Pulau; (d) terselenggaranya
forum koordinasi penataan ruang di tingkat nasional dan regional; (e) tersusunnya berbagai
Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK), salah satunya adalah NSPK penyusunan
rencana tata ruang wilayah (RTRW) provinsi/kabupaten/kota; (f) tersusunnya data dan peta
dasar rupa bumi untuk mendukung penyusunan rencana tata ruang; (g) revisi peraturan
daerah RTRW di tingkat provinsi/kabupaten/kota; (h) terlaksananya peningkatan
manajemen pengendalian pemanfaatan ruang di 32 provinsi; (i) dikembangkannya
pendekatan lingkungan untuk peningkatan kualitas penataan ruang; dan (j) tersusunnya
instrumen pengendalian, misalnya melalui zoning regulation dan pembentukan PNS.

7. Terwujudnya sistem pengelolaan tanah yang 7. Perwujudan kepastian hukum hak atas tanah terwujud melalui jumlah pendaftaran tanah
efisien, efektif, serta terlaksananya pada tahun 2008 sebanyak 3.923.249 bidang (termasuk sertifikasi tanah yang dilakukan
penegakan hukum terhadap hak atas tanah secara swadaya masyarakat sejumlah 1.530.336 bidang)
masyarakat dengan menerapkan prinsip-
prinsip keadilan, transparansi, dan
demokrasi.

Peningkatan Akses Masyarakat terhadap Pendidikan yang Berkualitas


Meningkatnya akses masyarakat terhadap
pendidikan dan meningkatnya mutu pendidikan.
Sasaran pembangunan pendidikan ditandai oleh:
1. Meningkatnya taraf pendidikan penduduk 1. Peningkatan taraf pendidikan penduduk Indonesia yang ditunjukkan melalui: (a) peningkatan
Indonesia; rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas dari 7,27 tahun pada tahun 2005
menjadi 7,50 tahun; (b) penurunan persentase angka buta aksara penduduk usia 15 tahun
ke atas dari 9,55 persen pada tahun 2005 menjadi 5,97 persen pada tahun 2008; (c)
62
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

peningkatan APK SD/MI/SDLB/Paket A, APK SMP/MTs/SMPLB/Paket B, APK SMA/SMK/MA-


/SMLB/Paket C dan APK PT/PTA, termasuk UT (usia 19-24 tahun) dari masing-masing 111,20
persen, 85,22 persen, 52,20 persen dan 15,00 persen pada tahun 2005 menjadi 117,00
persen, 98,3 persen, 69,6 persen dan 23,50 persen pada tahun 2009; (d) peningkatan angka
kelulusan dari 95,05 persen menjadi 96,86 persen untuk jenjang SD, 93,79 persen menjadi
98,17 persen untuk jenjang SMP, dan 94,78 persen menjadi 96,58 persen untuk jenjang
sekolah menengah.

2. Meningkatnya kualitas pendidikan; 2. Peningkatan kualitas pendidikan yang ditunjukkan dengan: (a) peningkatan persentase guru
yang telah memenuhi kualifikasi dan mendapatkan sertifikasi sesuai yang diamanatkan UU
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen; (b) peningkatan jumlah institusi pendidikan
yang berakreditasi minimal B yaitu 8,20 persen untuk jenjang SD, 19,00 persen untuk
jenjang SMP, dan 19,20 persen untuk jenjang SMA, 20 persen untuk jenjang SMK dan 44,40
persen untuk jenjang pendidikan tinggi; (c) terdapatnya perguruan tinggi yang masuk dalam
peringkat 500 besar versi Times Higher Education (THE) yaitu Universitas Indonesia, Institut
Teknologi Bandung, Universitas Gajah Mada, dan Universitas Airlangga; (d) peningkatan
rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) siswa SMP/MTs/sederajat dari 6,28 pada tahun 2005
menjadi 6,87 pada tahun 2008 dengan tingkat kelulusan 92,76 persen dan peningkatan nilai
UN siswa SMA/SMK/MA/sederajat dari 6,52 pada tahun 2005 menjadi 7,17 pada tahun
2008.

3. Meningkatnya relevansi pendidikan dengan 3. Peningkatan relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangunan yang ditunjukkan
kebutuhan pembangunan; melalui: (a) peningkatan rasio jumlah siswa SMA:SMK dari 32:68 pada tahun 2005 menjadi
46:54 pada tahun 2008; (b) terselenggaranya kurikulum berbasis keunggulan lokal di 100
SMA dan 341 SMK pada tahun 2008; (c) peningkatan APK pendidikan tinggi vokasi dari 3,31
persen pada tahun 2005 menjadi 3,8 persen pada tahun 2008.

4. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi 4. Peningkatan efektivitas dan efisiensi manajemen pelayanan pendidikan ditunjukkan dengan:
manajemen pelayanan pendidikan. (a) peningkatan jumlah unit pelaksana teknis (UPT) yang telah bersertifikat ISO 9001:2000

63
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

yaitu dari 11 UPT pada tahun 2005 menjadi 47 UPT pada tahun 2008, (b) peningkatan
anggaran pendidikan yaitu menjadi 20 persen dari APBN dan APBD pada tahun 2009.

Peningkatan Akses Masyarakat terhadap Kesehatan yang Berkualitas


Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat
melalui peningkatan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang antara lain tercermin
dari indikator dampak (impact) yaitu:
1. Meningkatnya umur harapan hidup dari 66,2 1. Peningkatan umur harapan hidup yaitu dari 70 tahun pada tahun 2005 menjadi 70,7 tahun
tahun menjadi 70,6 tahun; pada tahun 2009.

2. Menurunnya angka kematian bayi dari 35 2. Penurunan angka kematian bayi yaitu dari 35 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2004
menjadi 26 per 1.000 kelahiran hidup; menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007.

3. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan 3. Penurunan angka kematian ibu yaitu dari 307 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 228 per
dari 307 menjadi 226 per 100.000 kelahiran 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007.
hidup; dan

4. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada 4. Penurunan prevalensi gizi kurang pada anak balita yaitu dari 28 persen pada tahun 2005
anak balita dari 25,8 persen menjadi 20,0 menjadi 18,4 persen pada tahun 2007.
persen.

Peningkatan Perlindungan dan Kesejahteraan Sosial


1. Meningkatnya aksesibilitas penyandang 1. Pencapaian sasaran 1 sampai dengan sasaran 4 ditunjukkan oleh: (a) peningkatan jumlah
masalah kesejahteraan sosial terhadap anak telantar, jumlah anak jalanan, jumlah anak balita telantar dan jumlah anak cacat yang
pelayanan sosial dasar; mendapatkan pelayanan sosial yaitu masing-masing dari 65.392 jiwa, 46.800 jiwa, 250 jiwa,
2. Meningkatnya kualitas hidup penyandang dan 6.065 jiwa pada tahun 2005 menjadi 124.83 jiwa, 118.680 jiwa, 1.024 jiwa, dan 6.080
masalah kesejahteraan sosial sesuai harkat jiwa pada tahun 2009; (b) peningkatan jumlah Komunitas Adat Terpencil (KAT) yang telah
64
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

dan martabat kemanusiaan; diberdayakan yaitu dari 52.283 KK pada tahun 2005 menjadi 75.621 KK pada tahun 2007; (c)
3. Meningkatnya kemampuan dan kepedulian peningkatan jumlah PMKS yang mendapatkan bantuan asuransi kesejahteraan sosial
sosial masyarakat dalam pelayanan kesejah- (Askesos) yaitu dari 13.400 KK pada tahun 2005 menjadi 51.200 KK pada tahun 2009; (d)
teraan sosial secara melembaga dan peningkatan jumlah RSTM yang mendapatkan bantuan tunai bersyarat (PKH) yaitu dari
berkelanjutan; 387.947 KK pada tahun 2007 menjadi 726.376 KK pada tahun 2009.
4. Meningkatnya ketahanan sosial individu,
keluarga dan komunitas masyarakat dalam
mencegah dan menangani permasalahan
kesejahteraan sosial;

5. Tersusunnya sistem perlindungan sosial 2. Pencapaian sasaran 5 dan sasaran 6 ditunjukkan oleh tersedianya dokumen dan sistem
nasional; perlindungan sosial nasional yang pelaksanaannya baru mulai pada tahun 2009 dengan: (a)
6. Meningkatnya keserasian kebijakan kesejah- pelaksanaan finalisasi draft peraturan pemerintah yang menjadi amanat UU Nomor 11
teraan sosial; Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial; dan (b) pengembangan Sistem Jaringan
Dokumentasi dan Informasi Hukum (SJDI).

7. Terjaminnya bantuan sosial dan mening- 3. Pencapaian terjaminnya bantuan sosial dan meningkatnya penanganan korban bencana alam
katnya penanganan korban bencana alam dan sosial ditunjukkan melalui: (a) pemberian bantuan sosial bagi korban bencana alam
dan sosial; dan sebanyak 5,5 juta jiwa atau sekitar 49,11 persen dari 11,2 juta jiwa; (b) pemberian bantuan
stimulan bahan bangunan rumah (BBR) untuk perbaikan rumah korban pasca bencana
adalah 47.500 unit atau sekitar 16,27 persen dari 292.000 unit.

8. Meningkatnya kualitas manajemen pela- 4. Peningkatan kualitas manajemen pelayanan kesejahteraan sosial ditunjukkan dengan: (a)
yanan kesejahteraan sosial. jumlah karang taruna yang diberdayakan mencapai 15.232 organisasi; (b) jumlah organisasi
sosial/LKM-UKS yang diberdayakan mencapai 11.089 unit organisasi

Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Kecil Berkualitas serta Pemuda dan Olahraga
1. Sasaran pertama adalah terkendalinya 1. Pencapaian sasaran pertama, yakni terkendalinya pertumbuhan penduduk dan
pertumbuhan penduduk dan meningkatnya meningkatnya keluarga kecil berkualitas, ditunjukkan oleh: (a) laju pertumbuhan penduduk
65
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

keluarga kecil berkualitas ditandai dengan: (LPP) secara umum terus mengalami tren penurunan. Pada tahun 2005—2010, LPP
(a) menurunnya rata-rata laju pertumbuhan Indonesia diproyeksikan berada pada kisaran 1,27 persen. Angka kelahiran total (TFR) telah
penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per turun dari 2,4 kelahiran per wanita (SDKI 2002/2003) menjadi 2,3 kelahiran per wanita (SDKI
tahun; tingkat fertilitas total menjadi sekitar 2007). Unmet need berada di angka 9,1 persen (SDKI 2007) sementara berdasarkan SDKI
2,2 per perempuan; persentase pasangan 2002/2003 angkanya 8,6 persen; (b) peserta KB pria baru mencapai 1,5 persen terhadap
usia subur yang tidak terlayani (unmet need) total PUS berdasarkan hasil SDKI 2007; (c) pemakaian kontrasepsi hormonal meningkat dari
menjadi 6 persen; (b) meningkatnya peserta 72,3 persen (SDKI 2002/2003) menjadi 78,6 persen (SDKI 2007), sedangkan pemakaian
KB laki-laki menjadi 4,5 persen; (c) kontrasepsi yang nonhormonal secara total cenderung menurun yaitu dari 25,8 persen (SDKI
meningkatnya penggunaan metode 2002/2003) menjadi 19,1 persen (SDKI 2007); (d) rata-rata usia kawin pertama perempuan
kontrasepsi yang efektif serta efisien; (d) meningkat dari 19,2 tahun (SDKI 2002/2003) menjadi 19,8 tahun (SDKI 2007); (e) dalam
meningkatnya usia perkawinan pertama periode 2005-2009, jumlah keluarga yang memiliki anak balita dan aktif melakukan
perempuan menjadi 21 tahun; (e) pembinaan tumbuh kembang anak melalui kegiatan kelompok Bina Keluarga Balita (BKB)
meningkatnya partisipasi keluarga dalam meningkat dari 970.296 keluarga (2005) menjadi 2.320.747 keluarga (2009); (f) pada tahun
pembinaan tumbuh-kembang anak; (f) 2005, terdapat sekitar 1,7 juta keluarga anggota kelompok UPPKS dari KPS dan KS 1 yang
meningkatnya jumlah Keluarga Pra-Sejahtera aktif berusaha. Jumlah tersebut menurun menjadi 1,3 juta keluarga (2006) dan 1,0 juta
dan Keluarga Sejahtera-I yang aktif dalam keluarga (2007), dan meningkat kembali menjadi sekitar 1,2 juta keluarga (2009); (g) pada
usaha ekonomi produktif; dan (g) tahun 2005, jumlah Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD) dan Sub PPKBD
meningkatnya jumlah institusi masyarakat masing-masing sebanyak 81,8 ribu dan 368 ribu petugas. Jumlah tersebut meningkat
dalam penyelenggaraan pelayanan keluarga menjadi masing-masing 85,6 ribu dan 391,5 ribu petugas pada tahun 2009. Selama periode
berencana dan kesehatan reproduksi. 2005—2008, jumlah Petugas Lapangan KB (PLKB) dan Pengawas Petugas Lapangan KB
(PPLKB) meningkat dari 21 ribu petugas pada tahun 2005 menjadi 30,7 ribu petugas di tahun
2006. Jumlah ini mengalami penurunan pada tahun 2007 dan 2008, menjadi masing-masing
sebanyak 26,6 ribu petugas dan 24,1 ribu petugas. Sementara itu, jumlah tempat pelayanan
KB nonpemerintah yang meliputi klinik KB swasta, dokter praktek swasta, dan bidan praktek
swasta mengalami peningkatan dari 48,2 ribu tempat pelayanan pada tahun 2005 menjadi
62,6 ribu tempat pelayanan pada tahun 2007, dan meningkat kembali menjadi 65 ribu
tempat pelayanan.

66
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

2. Sasaran kedua adalah: (a) meningkatnya 2. Pencapaian sasaran kedua ditunjukkan oleh: (a) peningkatan keserasian kebijakan
keserasian kebijakan kependudukan dalam kependudukan yang terwujud dengan disahkannya Perpres 26/2009 tentang Penerapan KTP
rangka peningkatan kualitas, pengendalian Berbasis NIK Secara Nasional; (b) peningkatan cakupan jumlah provinsi dan kabupaten/kota
pertumbuhan dan kuantitas, pengarahan dalam pelaksanaan SIAK, yaitu seluruh provinsi dan 329 kabupaten/kota telah tercakup
mobilitas dan persebaran penduduk yang pada tahun 2009.
serasi dengan daya dukung alam dan daya
tampung lingkungan, baik di tingkat nasional
maupun daerah; dan (b) meningkatnya
cakupan jumlah kabupaten dan kota dalam
pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan.

3. Sasaran ketiga adalah: (a) meningkatnya 3. Pencapaian sasaran ketiga ditunjukkan antara lain dengan: (a) disahkannya UU 40/2009
keserasian berbagai kebijakan pemuda di tentang Kepemudaan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembangunan kepemudaan; (b)
tingkat nasional dan daerah; (b) meningkatnya APS pemuda; APS usia 16-18 tahun meningkat dari 53,86 persen (2005)
meningkatnya kualitas dan partisipasi menjadi 54,70 (2008). APS usia 19-24 tahun meningkat dari 12,23 persen (2005) menjadi
pemuda di berbagai bidang pembangunan; 12,43 (2008). Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) pemuda meningkat dari 62,47 persen
(c) meningkatnya keserasian berbagai (2006) menjadi 63,31 persen (2008). Tingkat penganguran terbuka (TPT) pemuda menurun
kebijakan olahraga di tingkat nasional dan dari 17,65 persen (2006) menjadi 14,35 persen (2008); (c) disahkannya UU 3/2005 tentang
daerah; (d) meningkatnya kesehatan dan Sistem Keolahragaan Nasional. Sebagai peraturan pelaksanaannya telah diterbitkan PP 16/
kebugaran jasmani masyarakat serta prestasi 2007 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan, PP 17/2007 tentang Penyelenggaraan Pekan
olahraga; dan (e) mengembangkan dukungan dan Kejuaraan Olahraga, dan PP 18/2007 tentang Pendanaan Keolahragaan; (d)
sarana dan prasarana olahraga bagi meningkatnya kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat yang ditunjukkan oleh
masyarakat sesuai dengan olahraga unggulan peningkatan Sport Development Index dari 0,22 (2005) menjadi 0,28 (2006). Persentase
daerah. penduduk berumur 10 tahun ke atas yang melakukan olahraga di sekolah meningkat dari
54,1 persen (2003) menjadi 58,2 persen (2006). Dalam hal prestasi olahraga, perolehan
medali emas di beberapa cabang olahraga di tingkat internasional meningkat; dan (e)
meningkatnya dukungan sarana dan prasarana olahraga bagi masyarakat, misalnya:
pembentukan Sportmart dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemuda dan Olahraga,

67
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

dilaksanakannya pembangunan pusat olahraga persahabatan di Cibubur, dilaksanakannya


pembangunan Pusat Pembinaan Olahraga Nasional di Sentul dan Karawang serta asrama
atlet untuk mendukung Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar di 12 provinsi,
terselenggaranya bantuan sarana dan prasarana olahraga di provinsi/kabupaten/kota,
pembangunan sentra pelayanan rehabilitasi cidera olahraga nasional; dan bantuan
prasarana olahraga unggulan untuk pemerintah daerah dan lembaga swadaya masyarakat.

Peningkatan Kualitas Kehidupan Beragama


1. Peningkatan Kualitas Pelayanan dan 1. Peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman agama serta kehidupan beragama telah
Pemahaman Agama serta Kehidupan menunjukkan kemajuan yang cukup berarti hingga tahun terakhir pelaksanaan RPJMN
Beragama 2004—2009. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan: (a) disahkannya UU Nomor 44/2008
a. Meningkatnya kualitas pemahaman, tentang Pornografi sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan ajaran penghayatan, dan pengamalan ajaran agama. Di samping itu juga diberikan bantuan
agama dalam kehidupan bermasyarakat, operasional penyuluh agama non-PNS dalam bentuk pelatihan dan paket bantuan; (b)
berbangsa dan bernegara, sehingga meningkatnya kepedulian dan kesadaran masyarakat dalam menunaikan zakat, wakaf, infak,
kualitas masyarakat dari sisi rohani shadaqah, kolekte, dana punia, dan dana paramita meningkat yang diindikasikan oleh
semakin baik. Upaya ini juga ditujukan meningkatnya dana sosial keagamaan yang terkumpul dari masyarakat, baik yang dikelola
pada anak peserta didik di semua jalur, oleh Pemerintah melalui Badan Amil Zakat maupun melalui Lembaga Amil Zakat; (c) pada
jenis dan jenjang pendidikan, sehingga periode 2004—2009, jumlah tempat ibadah yang telah dibangun mencapai 1,1 ribu dan
pemahaman dan pengamalan ajaran direhabilitasi sebanyak 5,15 ribu. Dalam periode yang sama Pemerintah telah menyalurkan
agama dapat ditanamkan sejak dini pada hampir 400 ribu eksemplar kitab suci dan tafsir kitab suci. Pembangunan KUA dan Balai
anak-anak; Nikah dan Penasehatan Perkawinan (BNPP). Dalam periode 2005—2009, Pemerintah telah
b. Meningkatnya kepedulian dan kesadaran membangun dan merehabilitasi sebanyak 607 gedung KUA dan 425 gedung BNPP; (d)
masyarakat dalam memenuhi kewajiban meningkatnya kualitas manajemen penyelenggaraan ibadah haji juga meningkat, yang
membayar zakat, wakaf, infak, shodaqoh, antara lain ditunjukkan dengan semakin berkurangnya biaya tidak langsung yang
kolekte, dana punia, dan dana paramita dibebankan kepada jemaah haji, meningkatnya penempatan pemondokan di Makkah untuk
dalam rangka mengurangi kesenjangan ring I, meningkatnya SDM pendukung, dan telah digunakannya sistem online dalam Sistem
sosial di masyarakat; Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) di makin banyak Kantor Dinas Agama
c. Meningkatnya kualitas pelayanan kabupaten/kota; dan (e) pada tahun 2009, telah terlaksana bantuan untuk lembaga sosial
68
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

kehidupan beragama bagi seluruh lapisan keagamaan di 1.216 lokasi, dan bantuan untuk lembaga pendidikan keagamaan di 1.420
masyarakat sehingga mereka dapat lokasi.
memperoleh hak-hak dasar dalam
memeluk agamanya masing-masing dan
beribadat sesuai agama dan
kepercayaannya;
d. Meningkatnya kualitas manajemen
ibadah haji dengan sasaran
penghematan, pencegahan korupsi, dan
peningkatan kualitas pelayanan terhadap
jemaah haji; serta
e. Meningkatnya peran lembaga sosial
keagamaan dan lembaga pendidikan
keagamaan sebagai agen pembangunan
dalam rangka meningkatkan daya tahan
masyarakat dalam menghadapi berbagai
krisis.

2. Peningkatan Kerukunan Intern dan 2. Upaya peningkatan kerukunan intern dan antarumat beragama, memberikan hasil yang
Antarumat Beragama cukup positif. Sejak dibentuknya FKUB di tingkat provinsi, beberapa kabupaten/kota, dan
Terciptanya harmoni sosial dalam kehidupan kecamatan tahun 2006 (dan hingga tahun 2009 telah mencapai 392 forum), keharmonisan
intern dan antarumat beragama yang toleran kehidupan umat beragama telah mulai tampak dan dirasakan hasilnya. Hal ini tercermin dari
dan saling menghormati dalam rangka meningkatnya intensitas aktivitas keagamaan dan semangat kerjasama lintas agama.
menciptakan suasana yang aman dan damai,
sehingga konflik yang terjadi di beberapa
daerah dapat diselesaikan dan tidak terulang
di daerah lain.

69
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

Perbaikan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup
Sasaran pembangunan yang ingin dicapai adalah Secara umum upaya perbaikan pengelolaan sumber daya alam telah menghasilkan beberapa
membaiknya sistem pengelolaan sumber daya indikator positif dalam penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan, perbaikan
alam dan lingkungan hidup bagi terciptanya kapasitas dan sistem pengelolaan, dan juga kualitas lingkungan hidup, namun semua itu masih
keseimbangan antara aspek pemanfaatan belum cukup dan harus terus diperbaiki dalam periode pembangunan yang akan datang
sumber daya alam sebagai modal pertumbuhan
ekonomi (kontribusi sektor perikanan,
kehutanan, pertambangan dan mineral terhadap
PDB) dengan aspek perlindungan terhadap
kelestarian fungsi lingkungan hidup sebagai
penopang sistem kehidupan secara luas.

1. Sasaran pembangunan kehutanan adalah: (a) 1. Pencapaian sasaran pembangunan kehutanan ditunjukkan antara lain dengan: (a)
tegaknya hukum, khususnya dalam menurunnya kasus kejahatan di bidang kehutanan. Jumlah kasus illegal logging menurun
pemberantasan pembalakan liar (illegal dari 1.714 kasus (2006) menjadi 45 kasus (2009) dan kekayaan negara yang berhasil
logging) dan penyelundupan kayu; (b) diselamatkan rata-rata sekitar Rp25 triliun setiap tahun. Di samping itu, laju deforestasi dan
penetapan kawasan hutan dalam tata-ruang degradasi menurun hingga 0,9 juta hektar per tahun; (b) telah dilaksanakannya pembuatan
seluruh propinsi di Indonesia, setidaknya 30 tata batas sepanjang 5.079,432 km pada 21 lokasi taman nasional (TN) model sampai
persen dari luas hutan yang telah ditata- dengan triwulan III tahun 2009; (c) meningkatnya jumlah pengelolaan hutan produksi dari
batas; (c) penyelesaian penetapan kesatuan 20,62 juta Ha (2005) menjadi 37,12 juta Ha (2009); (d) investasi baru hutan tanaman sekitar
pengelolaan hutan; dan (d) bertambahnya 1,12 juta ha HTI dengan nilai sebesar Rp62,29 triliun; (e) membaiknya harga hasil hutan di
hutan tanaman industri (HTI), minimal seluas pasar internasional; (f) adanya kepastian hukum dan bantuan permodalan dalam usaha
5 juta hektar, sebagai basis pengembangan kehutanan bagi masyarakat; (g) meningkatnya usaha di bidang pariwisata alam. Jumlah
ekonomi-hutan. pemegang Izin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) dan jumlah pengunjung ke kawasan
konservasi meningkat menjadi 3 juta orang, serta jumlah pemegang izin penangkaran
tumbuhan dan satwa liar (TSL) meningkat dan menambah devisa pada tahun 2008 senilai
Rp2 triliun; (h) diatasinya kebakaran hutan secara nyata sehingga potensi kerugian negara
sekitar USD5 miliar dapat diselamatkan, termasuk penyelamatan keanekaragaman hayati.

70
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

2. Sasaran pembangunan kelautan adalah: (a) 2. Pencapaian sasaran pembangunan kelautan antara lain terlihat dari: (a) menurunnya
berkurangnya pelanggaran dan perusakan jumlah pelanggaran serta perusakan sumber daya pesisir dan laut meski masih ditemukan
sumber daya pesisir dan laut; (b) pelanggaran dan perusakan pada beberapa wilayah laut di sekitar pulau-pulau kecil yang
membaiknya pengelolaan ekosistem pesisir, terpencil dan tidak berpenghuni. Sejalan dengan peningkatan tersebut, kerugian negara
laut, dan pulau-pulau kecil yang dilakukan yang bisa diselamatkan selama tahun 2005—2009 mencapai Rp1,9 triliun; (b) terlaksananya
secara lestari, terpadu, dan berbasis uji coba pengelolaan ekosistem pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil secara lestari, terpadu,
masyarakat; (c) serasinya peraturan serta berbasis masyarakat di beberapa lokasi, terutama di ekosistem terumbu karang,
perundangan yang terkait dengan mangrove, dan padang lamun di antaranya melalui menetapkan kawasan konservasi
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perairan baik perairan laut, pesisir maupun perairan tawar dan payau; (c) terbitnya UU
pesisir dan laut; serta (d) meningkatnya 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (PWP-PPK); (d)
upaya mitigasi bencana alam laut, dan terlaksananya mitigasi bencana melalui rehabilitasi mangrove yang di tahun 2009 berhasil
keselamatan masyarakat yang bekerja di laut dilaksanakan di tujuh kabupaten/kota.
dan yang tinggal di pesisir dan pulau-pulau
kecil.
3. Sasaran pembangunan pertambangan dan 3. Pencapaian pembangunan pertambangan dan sumber daya mineral terlihat dari: (a)
sumber daya mineral adalah: (a) optimalisasi semakin meningkatnya jumlah penerimaan migas dan pertambangan umum dari tahun ke
peran migas dalam penerimaan negara guna tahun. Penerimaan migas meningkat dari Rp137,7 triliun (2005) menjadi Rp303,1 triliun
menunjang pertumbuhan ekonomi; (b) (2008), sementara penerimaan pertambangan umum meningkat dari Rp17,6 triliun menjadi
meningkatnya cadangan, produksi, dan 42,7 (2008); (b) pada tahun 2008, cadangan minyak bumi sebesar 8.219,22 MMSTB, sedikit
ekspor migas; (c) terselesaikannya Undang- menurun dari keadaan tahun 2005 yakni sebesar 8.626,96 MMSTB; produksi minyak bumi
Undang Pertambangan sebagai pengganti pada tahun 2009 adalah sebesar 345.489.725 barel, menurun dari keadaan tahun 2005
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 yakni sebesar 385.708.779 barel; (c) diterbitkannya UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang
tentang Pokok-pokok Pertambangan; (d) Pertambangan Mineral dan Batubara; (d) meningkatnya total investasi migas dari
meningkatnya investasi pertambangan dan USD8.268,67 juta (2005) menjadi USD12.184,80 juta (2009); penyerapan tenaga kerja di
sumber daya mineral dengan perluasan sektor migas sepanjang tahun pelaksanaan RPJMN, yakni 345 ribu orang (2005), 337 ribu
lapangan kerja dan kesempatan berusaha; (2006), 335 ribu (2007), 332,3 ribu (2008), dan 279 ribu (2009); (e) meningkatnya jumlah
(e) meningkatnya produksi dan nilai tambah produksi batubara dari 151,8 juta ton (2005) menjadi 188,7 juta ton (2008).
produk pertambangan.

71
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

4. Sasaran pembangunan lingkungan hidup 4. Pencapaian sasaran pembangunan lingkungan hidup antara lain: (a) terlaksananya
adalah: (a) meningkatnya kualitas udara pengendalian pencemaran lingkungan, yang ditandai dengan meningkatnya status ketaatan
perkotaan khususnya di kawasan perkotaan 650 industri terhadap pengendalian pencemaran lingkungan, pengendalian pencemaran
yang didukung oleh perbaikan manajemen emisi kendaraan bermotor di 16 kota; (b) terlaksananya penghapusan 30 metrik ton BPO di
dan sistem transportasi kota yang ramah sektor chiller dan metered dose inhaler; (c) reduksi timbulan sampah melalui pelaksanaan
lingkungan; (b) berkurangnya penggunaan 3R; (d) meningkatnya jumlah limbah B3 yang dikelola dari 5,6 juta ton (2006) menjadi 10
bahan perusak ozon (BPO) secara bertahap juta ton (2009) ; (e) pengembangan dan pembinaan meteorologi dan geofisika ditunjukkan
dan sama sekali hapus pada tahun 2010; (c) oleh antara lain pembangunan dan beroperasinya Tsunami Early Warning System (TEWS) di
meningkatnya upaya pengelolaan sampah 160 lokasi di Indonesia serta waktu penyampaian informasi gempa bumi dan tsunami
perkotaan dengan menempatkan kurang dari tujuh menit.
perlindungan lingkungan sebagai salah satu
faktor penentu kebijakan; (d) Meningkatnya
sistem pengelolaan dan pelayanan limbah B3
(bahan berbahaya beracun) bagi kegiatan-
kegiatan yang berpotensi mencemari
lingkungan; (e) Tersusunnya informasi dan
peta wilayah-wilayah yang rentan terhadap
kerusakan lingkungan, bencana banjir,
kekeringan, gempa bumi, dan tsunami, serta
bencana-bencana alam lainnya.

Percepatan Pembangunan Infrastruktur


I. Sumber daya air
1.1 Sasaran Pembangunan Sumber Daya Air 1.1 Pencapaian sasaran pembangunan sumber daya air sampai dengan tahun 2009 antara lain:
Sasaran umum pembangunan sumber daya air (a) tercapainya pola pengelolaan sumber daya air yang terpadu dan berkelanjutan melalui
adalah: (a) tercapainya pola pengelolaan sumber diterbitkannya beberapa Peraturan Pemerintah (PP) sebagai implementasi dan pengaturan
daya air yang terpadu dan berkelanjutan; (b) lebih lanjut atas UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air sebagai landasan hukum
terkendalinya pemanfaatan air tanah; (c) dan operasional pelaksanaan pengelolaan sumber daya air secara optimal, yaitu: (i) PP
meningkatnya kemampuan pemenuhan Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM); (ii) PP
72
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

kebutuhan air bagi rumah tangga, permukiman, Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi; (iii) PP Nomor 42 tentang Pengelolaan Sumber Daya
pertanian, dan industri dengan prioritas utama Air; dan (iv) PP Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah; (b) peningkatan pemanfaatan air
untuk kebutuhan pokok masyarakat dan tanah dan kemampuan pemenuhan kebutuhan air bagi rumah tangga, permukiman,
pertanian rakyat; (d) berkurangnya dampak pertanian, dan industri diwujudkan melalui peningkatan luas layanan jaringan irigasi untuk
bencana banjir dan kekeringan; (e) mendukung ketahanan pangan seluas 527,06 ribu hektar, rehabilitasi jaringan irigasi seluas
terlindunginya daerah pantai dari abrasi air laut 1,93 juta hektar, dan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang menjadi kewenangan
terutama pada pulau-pulau kecil, daerah pemerintah pusat seluas 2,1 juta hektar per tahun. Selain itu, juga telah dilakukan
perbatasan, dan wilayah strategis; (f) peningkatan/rehabilitasi jaringan rawa seluas 923,57 ribu hektar serta operasi dan
meningkatnya partisipasi aktif masyarakat; dan pemeliharaan jaringan rawa seluas 451,29 ribu hektar per tahun; (c) berkurangnya dampak
(g) pulihnya kondisi sumber-sumber air dan bencana banjir dan kekeringan dilakukan dengan dibangunnya prasarana pengendali banjir
prasarana sumber daya air, ketersediaan air sepanjang 1.013 km untuk mengamankan kawasan seluas 12,8 ribu hektar dan dipasang
baku bagi masyarakat, pengendalian banjir serta dioperasikannya flood forecasting and warning system di sepuluh wilayah sungai
terutama pada daerah perkotaan, serta pulihnya sebagai langkah antisipasi terhadap banjir; (d) terlindunginya daerah pantai dari abrasi air
kondisi pantai di Nanggroe Aceh Darussalam dan laut dengan dibangunnya pengamanan pantai sepanjang 148,67 KM; (e) peningkatan
sebagian wilayah Sumatera Utara akibat kapasitas dan partisipasi masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pembinaan, pelatihan
bencana alam. dan kegiatan pengelolaan sumber daya air partisipatif yang dilakukan melalui Perkumpulan
Petani Pemakai Air (P3A), Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA), dan
pemberdayaan masyarakat di sekitar waduk; (f) dalam upaya menjaga kelestarian,
meningkatkan fungsi dan ketersediaan air, serta meningkatkan daya tampung air, telah
dilakukan pembangunan 11 waduk yaitu: Waduk Keuliling di Nanggroe Aceh Darusalam,
Telaga Tunjung dan Benel di Bali, Ponre-ponre di Sulawesi Selatan, Panohan dan Lodan di
Jawa Tengah, Kedung Brubus, Nipah, dan Gonggang di Jawa Timur, serta Bilal dan
Binalatung di Kalimantan Timur, selain itu, juga telah dilakukan pembangunan 443 embung.
Upaya peningkatan pemenuhan kebutuhan air baku bagi rumah tangga, industri, dan
perkotaan, telah dibangun saluran pembawa air baku dengan kapasitas layanan lebih kurang
12,52 m3/det

73
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

II. Transportasi
2.1 Sasaran Pembangunan Prasarana Jalan 2.1 Pencapaian sasaran pembangunan prasarana jalan pada tahun 2009 antara lain: (a)
Sasaran umum pembangunan prasarana jalan terpeliharanya dan meningkatnya daya dukung, kapasitas, maupun dan kualitas pelayanan
adalah: (a) terpeliharanya dan meningkatnya prasarana jalan untuk daerah-daerah yang perekonomiannya berkembang pesat yang
daya dukung, kapasitas, maupun dan kualitas ditunjukkan dengan: pemeliharaan jalan nasional sepanjang 136.127 km, pemeliharaan
pelayanan prasarana jalan untuk daerah-daerah jembatan sepanjang 161.054 m, peningkatan kapasitas dan struktur jalan nasional
yang perekonomiannya berkembang pesat; (b) sepanjang 15.702 km dan jembatan sepanjang 45.231 m terutama pada lintas Timur
meningkatnya aksesibilitas wilayah yang sedang Sumatera, Pantura Jawa, lintas Selatan Kalimantan, lintas Barat Sulawesi dan lintas-lintas
dan belum berkembang melalui dukungan lainnya, pembangunan jalan di kawasan perbatasan hingga mencapai 670,2 km,
pelayanan prasarana jalan yang sesuai dengan pembangunan jalan di pulau terpencil/terdepan hingga mencapai 571,8 km, pembangunan
perkembangan kebutuhan transportasi baik Jembatan Suramadu, serta pengadaan lahan untuk pembangunan jalan tol. Upaya tersebut
dalam hal kecepatan maupun kenyamanan telah meningkatkan kinerja transportasi jalan yang ditunjukkan dengan bertambahnya
khususnya pada koridor-koridor utama di kapasitas jaringan jalan nasional lajur km dari 73.620 pada tahun 2004 menjadi 82.189 lajur
masing-masing pulau, wilayah KAPET, km pada akhir tahun 2008 dengan kondisi jalan mantap mencapai 83,23 persen, rusak
perdesaan, wilayah perbatasan, terpencil, ringan 4618 km (13,34 persen), dan rusak berat 1.190 km (3,44 persen) dan kecepatan rata-
maupun pulau-pulau kecil; (c) serta terwujudnya rata 46 km/jam. Sedangkan, total panjang jalan tol yang telah beroperasi 693,27 km yang
partisipasi aktif pemerintah, BUMN, maupun terdiri dari 22 ruas; (b) meningkatnya aksesibilitas wilayah yang sedang dan belum
swasta dalam penyelenggaraan pelayanan berkembang melalui dukungan pelayanan prasarana jalan ditunjukkan dengan
prasarana jalan melalui reformasi dan peningkatan/pembangunan 3.298 km jalan dan 10.072 m jembatan; (c) partisipasi aktif
restrukturisasi baik di bidang kelembagaan pemerintah, BUMN, maupun swasta dalam penyelenggaraan pelayanan prasarana jalan
maupun regulasi diantaranya merampungkan ditunjukkan oleh dukungan terhadap perubahan Perpres Nomor 67/ 2005; Permen PU
peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor tentang Tatacara, Persyaratan dan Penetapan laik fungsi jalan umum; Penerapan kontrak
38 Tahun 2004 tentang jalan sesuai dengan berbasis kinerja (PBC);dan pembentukan unit quality assurance sektor jalan diantaranya
tantangan dan perkembangan yang akan merampungkan peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang
dihadapi dalam era globalisasi dan otonomi Jalan sesuai dengan tantangan dan perkembangan yang akan dihadapi dalam era globalisasi
daerah. dan otonomi daerah;

74
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

2.2 Sasaran Pembangunan Lalu Lintas 2.2 Pencapaian sasaran pembangunan lalu lintas angkutan jalan pada tahun 2009 antara lain:
Angkutan Jalan (a) peningkatan kondisi prasarana LLAJ yaitu dengan pengadaan fasilitas keselamatan,
Sasaran umum pembangunan lalu lintas seperti marka jalan sepanjang 2.829.555 m dan pagar pengaman jalan 118.424 m; (b)
angkutan jalan adalah (a) meningkatnya kondisi peningkatan kelaikan dan jumlah sarana LLAJ dengan pengadaan bus ukuran sedang dan
prasarana LLAJ terutama menurunnya jumlah besar untuk Bus Rapid Transit (BRT) sebanyak 40 unit, pengadaan 78 unit bus perintis, 60
pelanggaran lalu lintas dan muatan lebih di jalan unit bus sedang non AC, 45 unit bus sedang AC dan 30 unit bus besar untuk angkutan
sehingga dapat menurunkan kerugian ekonomi perintis, kota/pelajar/mahasiswa serta pelayanan subsidi bus perintis untuk 111
yang diakibatkannya; (b) meningkatnya kelaikan trayek/lintasan perintis pada 21 provinsi; (c) dalam upaya penurunan tingkat kecelakaan dan
dan jumlah sarana LLAJ; (c) menurunnya tingkat fatalitas kecelakaan lalu lintas di jalan serta peningkatan kualitas pelayanan angkutan dalam
kecelakaan dan fatalitas kecelakaan lalu lintas di hal ketertiban, keamanan dan kenyaman transportasi jalan, terutama angkutan umum di
jalan serta meningkatnya kualitas pelayanan perkotaan, perdesaan dan antarkota maka diadakan alat penguji kendaraan bermotor
angkutan dalam hal ketertiban, keamanan dan sebanyak tujuh paket; (d) pembangunan baru dan lanjutan pembangunan terminal di tujuh
kenyaman transportasi jalan, terutama angkutan lokasi sebagai upaya peningkatan keterpaduan antarmoda san efisiensi dalam mobilitas
umum di perkotaan, perdesaan dan antarkota; manusia, barang dan jasa, yaitu: terminal Batas Antar-Negara Sei. Ambawang-Pontianak
(d) meningkatnya keterpaduan antarmoda dan (lanjutan), terminal Matoain (NTT), terminal Kuningan (Jawa Barat), terminal Wonosari
efisiensi dalam mendukung mobilitas manusia, (DIY), terminal Palangkaraya (Kalteng), terminal Badung (Bali), terminal Aceh Timur (NAD),
barang dan jasa, mendukung perwujudan sistem serta lanjutan rehabilitasi terminal di Provinsi Maluku dalam rangka pelaksanaan Inpres
transportasi nasional dan wilayah (lokal), serta Nomor 6 tahun 2003 tentang Percepatan Pemulihan Pembangunan Provinsi Maluku dan
terciptanya pola distribusi nasional; (e) Provinsi Maluku Utara Pasca konflik; (e) peningkatan keterjangkauan pelayanan
meningkatnya keterjangkauan pelayanan transportasi umum bagi masyarakat luas di perkotaan dan perdesaan serta dukungan
transportasi umum bagi masyarakat luas di pelayanan transportasi jalan perintis di wilayah terpencil untuk mendukung pengembangan
perkotaan dan perdesaan serta dukungan wilayah yang ditunjukkan dengan pelayanan subsidi bus perintis untuk 111 trayek/lintasan
pelayanan transportasi jalan perintis di wilayah perintis pada 21 provinsi; (f) peningkatan kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas yang
terpencil untuk mendukung pengembangan baik, dan penanganan dampak polusi udara serta pengembangan teknologi sarana yang
wilayah; (f) meningkatnya kesadaran masyarakat ramah lingkungan, terutama di wilayah perkotaan yang ditunjukkan dengan adanya
dalam berlalu lintas yang baik, dan penanganan sosialisasi/ kampanye ketertiban lalu lintas dan angkutan perkotaan sebanyak 1 paket; (g)
dampak polusi udara serta pengembangan peningkatan SDM profesional dalam perencanaan pembinaan dan penyelenggaraan LLAJ
teknologi sarana yang ramah lingkungan, yang ditunjukkan dengan diadakannya manajemen rekayasa lalu lintas di jalan nasional
terutama di wilayah perkotaan; (g) perkotaan sebanyak 2 paket.

75
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

meningkatnya SDM profesional dalam


perencanaan pembinaan dan penyelenggaraan
LLAJ.
2.3 Sasaran Pembangunan Perkeretaapian 2.3 Pencapaian sasaran pembangunan perkeretaapian pada tahun 2009 ditunjukkan oleh
Diprioritaskan untuk meningkatkan kinerja penurunan tingkat kecelakaan dan fatalitas akibat kecelakaan di perlintasan sebidang
pelayanan terutama keselamatan angkutan, dengan jalan dan penanganan keamanan operasi pada sepanjang lintas utama yang padat,
melalui penurunan tingkat kecelakaan dan serta kelancaran mobilisasi angkutan barang dan jasa yang diupayakan dengan: (a)
fatalitas akibat kecelakaan di perlintasan peningkatan jalan rel sepanjang 1.849,62 km dan pembangunan jalur KA baru sepanjang
sebidang dengan jalan dan penanganan 244,80 km, antara lain di NAD, lintas Simpang-Indralaya (Kampus Unsri), partial double track
keamanan operasi pada sepanjang lintas utama lintas Tulungbuyut-Blambangan Umpu, jalur ganda Tanah Abang-Serpong, jalur ganda lintas
yang padat, serta kelancaran mobilisasi angkutan Cikampek-Cirebon, Yogyakarta-Kutoarjo, Tegal-Pekalongan, dan lintas Cirebon-Kroya; (b)
barang dan jasa. peningkatan jembatan KA 161 unit; (c) modernisasi dan peningkatan persinyalan,
telekomunikasi dan listrik (sintelis) 96 paket; (d) pengadaan rel mencapai 142.311 ton; (e)
pengadaan wesel 100 unit; (f) rehabilitasi jalan KA lintas Bogor-Sukabumi sepanjang 57 km;
(g) pembangunan Depo Depok; (h) engineering service MRT Jakarta; (i) pembangunan
double double track Manggarai-Cikarang; (j) pengadaan kereta kelas ekonomi (K3) 168 unit,
KRD/KRDI 46 unit, KRL 108 unit, kereta kedinasan dua unit, railbus (tahap 1) tiga unit, serta
public service obligation (PSO) untuk angkutan kereta api kelas ekonomi.

2.4 Sasaran Pembangunan Angkutan Sungai, 2.4 Pencapaian sasaran pembangunan angkutan sungai, danau dan penyeberangan pada
Danau dan Penyeberangan tahun 2009 ditunjukkan dengan: (a) peningkatan jumlah prasarana dermaga untuk
Sasaran pembangunan angkutan sungai, danau, meningkatkan jumlah lintas penyeberangan baru yang siap operasi maupun meningkatkan
dan penyeberangan adalah: (a) meningkatnya kapasitas lintas penyeberangan yang padat yaitu sebanyak 151 unit (baru dan lanjutan)
jumlah prasarana dermaga untuk meningkatkan dermaga penyeberangan, dan 36 unit (baru dan lanjutan) dermaga danau; (b) peningkatan
jumlah lintas penyeberangan baru yang siap kalaikan dan jumlah sarana ASDP yang ditunjukkan dengan pengadaaan 30 unit (baru dan
operasi maupun meningkatkan kapasitas lintas lanjutan) kapal penyeberangan perintis, 28 unit bis air, dan sepuluh unit speed boat; (c)
penyeberangan yang padat; (b) meningkatnya peningkatan keselamatan ASDP yang ditunjukkan dengan pengadaan rambu penyeberangan
kalaikan dan jumlah sarana ASDP; (c) sebanyak 29 buah, rambu sungai dan danau mencapai 2.530 buah.
meningkatnya keselamatan ASDP.

76
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

2.5 Sasaran Pembangunan Transportasi Laut 2.5 Pencapaian sasaran pembangunan transportasi laut pada kurun waktu 2004—2009 antara
Sasaran pembangunan transportasi laut adalah: lain: (a) peningkatan pangsa pasar armada pelayaran nasional untuk angkutan barang
(a) meningkatnya pangsa pasar armada ekspor-impor sebesar 3,5 persen (dari total muatan 465,1 juta ton) menjadi 9,0 persen (dari
pelayaran nasional baik untuk angkutan laut total muatan 546,4 juta ton), sedangkan untuk angkutan laut dalam negeri, pangsa pasar
dalam negeri maupun ekspor-impor; (b) armada kapal nasional meningkat sebesar 54,0 persen (dari total muatan 187,6 juta ton)
meningkatnya kinerja dan efisiensi pelabuhan menjadi 85,7 persen (dari total muatan 262,3 juta ton); (b) peningkatan kinerja dan efisiensi
khususnya yang ditangani oleh Badan Usaha pelabuhan khususnya yang ditangani oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
Milik Negara (BUMN) karena sebagian besar ditunjukkan dengan peningkatan jumlah fasilitas pelabuhan dan kapal yang telah memenuhi
muatan ekspor-impor dan angkutan dalam ISPS (International Ship and Port Facility Security) Code yaitu dari 183 pelabuhan dan 353
negeri ditangani oleh pelabuhan yang ada di kapal pada tahun 2004 menjadi 243 pelabuhan dan 720 kapal pada tahun 2008; (c)
bawah pengelolaan BUMN; (c) selanjutnya terlengkapinya prasarana SBNP (sarana bantu navigasi pelayaran) dan fasilitas
terlengkapinya prasarana SBNP (sarana bantu pemeliharaannya yang ditunjukkan dengan pembangunan sarana bantu navigasi pelayaran
navigasi pelayaran) dan fasilitas pemelihara- (SBNP) meliputi 42 unit menara suar, 123 unit rambu suar, dan 100 unit pelampung suar; (d)
annya, sehingga SBNP yang ada dapat berfungsi terselesaikannya uji materiil PP Nomor 69 tahun 2001 tentang Kepelabuhanan dan revisi UU
24 jam; dan (d) terselesaikannya uji materiil PP No 21 tahun 1992 tentang Pelayaran khususnya yang berkaitan dengan keharusan
Nomor 69 tahun 2001 tentang Kepelabuhanan bekerjasama dengan BUMN apabila pihak swasta ingin berinvestasi pada prasarana
dan revisi UU No 21 tahun 1992 tentang pelabuhan harus diselesaikan guna menarik pihak swasta berinvestasi pada prasarana
Pelayaran khususnya yang berkaitan dengan pelabuhan yang ditunjukkan dengan terbitnya UU Nomor 17 Tahun 2008 tentnag pelayaran,
keharusan bekerjasama dengan BUMN apabila PP 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan, PP Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian,
pihak swasta ingin berinvestasi pada prasarana PP tentang Perlindungan Lingkungan Maritim (100 %) dan PP tentang Angkutan di Perairan.
pelabuhan harus diselesaikan guna menarik
pihak swasta berinvestasi pada prasarana
pelabuhan.

2.6 Sasaran Pembangunan Transportasi Udara 2.6 Pencapaian sasaran pembangunan transportasi udara pada tahun 2009 antara lain: (a)
Sasaran pembangunan transportasi udara adalah pengembangan 14 bandar udara pada daerah rawan bencana dan daerah perbatasan agar
terjaminnya keselamatan, kelancaran dan mampu melayani pesawat udara sejenis F-27 atau Hercules C-130; (b) rehabilitasi dan
kesinambungan pelayanan transportasi udara pemeliharaan fasilitas landasan 2.881.925 m2, fasilitas terminal 17.842 m2, fasilitas

77
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian
2
baik untuk angkutan penerbangan domestik dan bangunan 124.083 m , dan fasilitas keselamatan penerbangan 77 paket; (c) pembangunan
internasional, maupun perintis. Di samping itu 15 bandara yang melayani penerbangan umum, diantaranya bandara Dobo, Saumlaki Baru,
sasaran yang tak kalah pentingnya adalah Seram Bagian Timur, Namniwel, Sam Ratulangi-Manado, Pengganti Dumatubun-Langgur,
terciptanya persaingan usaha di dunia industri Waghete Baru dan Muara Bungo, Bandara Internasional Minangkabau, Abdurahman Saleh-
penerbangan yang wajar sehingga tidak ada Malang, Blimbingsari-Banyuwangi, Seko, Rampi, dan Hadinotonegoro Jember; (d)
pelaku bisnis di bidang angkutan udara yang pembangunan bandara Medan Baru, Hasanuddin Makassar, Lombok Baru, serta terminal
memiliki monopoli. tiga Bandara Soekarno Hatta; (e) pembangunan dan peningkatan bandara di daerah
perbatasan, terpencil, dan rawan bencana sebanyak 12 lokasi di Rembele, Silangit, Sibolga,
Enggano, Rote, Ende, Naha, Manokwari, Sorong, Melongguane, Nunukan, dan Haliwen;
serta (f) pemberian subsidi operasi angkutan udara perintis untuk 96 rute di 15 provinsi.
Dalam kurun waktu 2005-2009, kinerja pelayanan transportasi udara terus mengalami
peningkatan. Jumlah armada angkutan udara niaga berjadwal nasional yang beroperasi
meningkat dari 214 unit menjadi 489 unit; jumlah penumpang pesawat domestik meningkat
dari 28,8 juta orang menjadi 37,4 juta orang (29,8 persen); jumlah penumpang pesawat
internasional meningkat dari 3,4 juta orang menjadi 3,9 juta orang (17,8 persen). Jumlah
tersebut diperkirakan akan terus mengalami peningkatan yang cukup nyata, sampai dengan
April 2009 jumlah penumpang domestik mencapai 41,1 juta orang dan penumpang
internasional mencapai 4,5 juta orang, sedangkan angkutan barang sampai dengan April
2009 mencapai 372,1 ribu ton dan angkutan barang internasional mencapai 46,7 ribu ton.

III. Energi, Ketenagalistrikan, Pos dan


Telematika
3.1 Sasaran Pembangunan Energi 3.1 Pencapaian sasaran pembangunan energi antara lain: (a) Pasokan energi primer nasional
Sesuai dengan rencana jangka menengah sampai dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Dari neraca energi tahun 2008, Indonesia harus
dengan tahun 2009, dengan asumsi mengimpor energi primer sebesar 242.662 BOE dimana impor minyak mentah dan BBM
pertumbuhan ekonomi sebesar 6,6 persen per sekitar 238.649 BOE. Di sisi ekspor, tahun 2008 Indonesia telah mengekspor 1.057.757 BOE
tahun dan dengan elastisitas energi sekitar 1,2, dimana ekspor minyak mentah sekitar 134.872 BOE, gas bumi (dan LNG) sekitar 250.886
maka sasaran permintaan energi total BOE, dan batubara sekitar 672.000 BOE; (b) Supply untuk energi primer mencapai 1.400 juta
diproyeksikan naik sebesar 7,1 persen per SBM dan demand untuk energi final mencapai 1.100 Juta SBM; (c) peningkatan

78
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

tahunnya. Dengan adanya upaya peningkatan pengembangan dan pemanfaatan energi alternatif yaitu energi baru terbarukan (EBT) dan
efisiensi dan rehabilitasi infrastruktur energi pemanfaatan panas bumi (geothermal), surya, biomasa, bayu dan mikrohidro untuk
diharapkan pertumbuhan permintaan energi pembangkit listrik. Pengembangan PLTP mencapai 1.052 MW sedangkan EBT lainnya adalah
dapat ditekan. Selain itu sesuai dengan kebijakan PLTS sebesar 5,5 MW. jaringan transmisi pipa gas bumi sepanjang 2.152 km dan jaringan gas
diversifikasi diperlukan penganekaragaman kota sebanyak 81.294 sambungan rumah.
pemakaian energi non-BBM, agar dapat
mengurangi beban pemerintah untuk
mensubsidi BBM (khususnya impor minyak
mentah dan produk BBM) secara bertahap dan
sistematis. Untuk itu diperlukan pembangunan
infrastruktur energi yang mencakup fasilitas
prosesing (kilang minyak, pembangkit tenaga
listrik), fasilitas transmisi dan distribusi pipa (gas
dan BBM) dan fasilitas depot untuk
penyimpanan.
Proyeksi perkembangan sektor energi pada
tahun 2009 dilihat dari sisi supply untuk energi
primer mencapai 1.280 juta SBM dan demand
untuk energi final mencapai 1.070 Juta SBM
(Tabel 12). Diharapkan pada tahun 2009
ketergantungan impor BBM dapat dikurangi,
diantaranya melalui peningkatan produksi,
pembangunan refinery dan langkah-langkah
efisiensi termasuk konservasi BBM.

3.2 Sasaran Pembangunan Ketenagalistrikan 3.2 Pencapaian sasaran pembangunan ketenagalistikan antara lain: (a) penambahan kapasitas
Berdasarkan pertumbuhan ekonomi yang dalam pembangkit sekitar 5.830 MW sampai dengan tahun 2009; (b) peningkatan rasio elektrifikasi
lima tahun ke depan diupayakan rata-rata menjadi 65,8 persen pada tahun 2009; dan (c) peningkatan rasio elektrifikasi desa menjadi
sebesar 6,6 persen per tahun, maka 96,8 persen pada akhir tahun 2009.

79
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik nasional


diproyeksikan sebesar 8,3 persen per tahun.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik
nasional tersebut, sasaran pembangunan
ketenagalistrikan dalam lima tahun ke depan
meliputi: (a) penambahan kapasitas pembangkit
sekitar 12.267 MW; (b) rasio elektrifikasi tahun
2009 meningkat menjadi 67,9 persen; dan (c)
meningkatnya rasio elektrifikasi desa pada akhir
tahun 2009 sebesar 97 persen;

3.3 Sasaran Pembangunan Pos Dan Telematika 3.3 Pencapaian sasaran pembangunan pos dan telematika antara lain: (a) tercapainya
Sasaran umum yang hendak dicapai dalam teledensitas sambungan tetap sebesar 14,88 persen dan teledensitas sanbubgan bergerak
pembangunan pos dan telematika dalam lima sebesar 64,12 persen; (b) terselesaikannya pembangunan fasilitas telekomunikasi perdesaan
tahun mendatang adalah: (a) terwujudnya di 24.051 desa; serta (c) meningkatnya kualitas dan jangkauan layanan penyiaran TVRI dan
penyelenggaraan pos dan telematika yang efisi- RRI yang masing-masing mencakup 59 persen dan 83 persen penduduk Indonesia.
en, yaitu yang mampu mendorong produktivitas
dan pertumbuhan ekonomi nasional dengan
tetap memperhatikan kemanfaatan aspek sosial
dan komersial; (b) meningkatnya aksesibilitas
masyarakat akan layanan pos dan telematika;
serta (c) meningkatnya kapasitas serta ke-
mampuan masyarakat dalam mengembangkan
dan mendayagunakan teknologi dan aplikasi
telematika secara efektif.

IV. Perumahan dan Permukiman


4.1 Sasaran Pembangunan Perumahan 4.1 Pencapaian sasaran pembangunan perumahan sampai dengan tahun 2009 antara lain: (a)
Untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat penyediaan subsidi perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah sebanyak 1.285.543

80
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

yang mempergunakan kredit pemilikan rumah unit, yang terdiri dari 1.241.118 unit rumah baru layak huni dan 44.425 unit rumah susun
sebagai cara untuk memiliki rumah maka sasaran sederhana. Pembangunan rumah susun sederhana meliputi pembangunan rumah susun
umum pembangunan perumahan adalah sewa sebanyak 37.709 unit (62,85 persen dari sasaran RPJMN 2004—2009) dan
pemenuhan kebutuhan hunian bagi masyarakat pembangunan rumah susun sederhana milik melalui peran serta swasta sebanyak 6716 unit
melalui terciptanya pasar primer yang sehat, (26,86 persen dari sasaran RPJMN 2004—2009); (b) penyediaan perumahan berbasis
efisien, akuntabel, tidak diskriminatif, dan keswadayaan masyarakat sebanyak 3.659.037 unit (110,86 persen terhadap target
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat yang pencapaian 3,6 juta unit); dan (c) realisasi jumlah total kelurahan pada kegiatan penanganan
didukung oleh sistem pembiayaan perumahan permukiman kumuh tidak mencapai sasaran yang telah ditetapkan, namun realisasi luasan
jangka panjang yang market friendly, efisien, dan kawasan kumuh (ha) dan jumlah jiwa yang dapat ditangani tercapai jauh melampaui target.
akuntabel.

Bagi masyarakat berpendapatan rendah yang


terbatas kemampuannya, maka sasaran umum
yang harus dicapai adalah terbentuknya pola
subsidi yang tepat sasaran, tidak mendistorsi
pasar, akuntabel, dan mempunyai kepastian
dalam hal ketersediaan setiap tahun. Sasaran
lain yang juga hendak dicapai adalah
terbentuknya pola pembiayaan untuk perbaikan
dan pembangunan rumah baru yang berbasis
swadaya masyarakat. Sasaran penyediaan
subsidi perumahan bagi masyarakat berpeng-
hasilan rendah adalah sebanyak 1.350.000 unit
rumah, melalui pembangunan rumah susun
sewa sebanyak 60.000 unit, rumah susun
sederhana milik melalui peran serta swasta
25.000 unit, serta peningkatan akses kredit
mikro untuk pembangunan dan perbaikan
perumahan berbasis keswadayaan masyarakat
sebanyak 3.600.000 unit.
81
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

Sebagaimana telah digariskan dalam Millennium


Development Goals (MDGs), maka sasaran yang
juga harus dicapai adalah penurunan luasan
kawasan kumuh sebesar 50 persen dari luas
yang ada saat ini pada akhir tahun 2009.

4.2 Sasaran Pembangunan Air Minum Dan Air 4.2 Pencapaian sasaran pembangunan air minum dan air limbah sampai dengan tahun 2009
Limbah antara lain: (a) penyediaan sarana dan prasarana air minum sebesar 33.707 L/dt; (b)
Sasaran umum pembangunan air minum adalah dikeluarkannya Permenkeu Nomor 120/PMK.05/ Tahun 2008 tentang Penyelesaian Piutang
meningkatnya cakupan pelayanan air minum Negara yang Bersumber dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi, dan
perpipaan secara nasional hingga mencapai 40 Rekening Pembangunan Daerah pada PDAM yang bertujuan mengurangi beban keuangan
persen pada akhir tahun 2009 dengan perincian PDAM, memperbaiki manajemen PDAM dan membantu PDAM untuk mendapatkan sumber
cakupan pelayanan air minum perpipaan untuk pembiayaan untuk keperluan investasi. Sehingga diharapkan mampu meningkatkan kinerja
penduduk yang tinggal di kawasan perkotaan PDAM dan mempengaruhi peningkatan cakupan layanan air minum; (c) pelaksanaan
diharapkan dapat meningkat hingga mencapai pengembangan air limbah berbasis masyarakat di 409 lokasi dari target sebanyak 388
66 persen dan di kawasan perdesaan meningkat kabupaten/kota; (d) pengembangan air limbah secara terpusat di tujuh kota utama, seperti:
hingga mencapai 30 persen. Denpasar, Bandung, Surakarta, Yogyakarta, Banjarmasin, dan Surabaya; (e) pelaksanaan
pengelolaan air limbah perkotaan sistem komunal yang dilaksanakan melalui pembangunan
Sasaran umum pembangunan air limbah adalah sanitasi berbasis masyarakat (Sanimas), terutama di lingkungan permukiman kumuh. Selama
open defecation free untuk semua kurun waktu 2006—2008 pembangunan sanimas telah dilaksanakan di 121 kabupaten/kota
kabupaten/kota hingga akhir tahun 2009 yang di 24 provinsi dengan cakupan penduduk yang terlayani mencapai 124.078 jiwa.
berarti semua rumah tangga minimal mem-
punyai jamban sebagai tempat pembuangan
faeces dan meningkatkan kualitas air permukaan
yang dipergunakan sebagai air baku bagi air
minum. Selain itu sasaran pembangunan air
limbah adalah meningkatkan utilitas IPLT dan
IPAL yang telah dibangun hingga mencapai

82
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

minimal 60 persen pada akhir tahun 2009 dan


pengembangan lebih lanjut pelayanan sistem
pembuangan air limbah serta berkurangnya
pencemaran sungai akibat pembuangan tinja
hingga 50 persen pada akhir 2009 dari kondisi
saat ini. Selain itu, untuk kota-kota metropolitan
dan kota besar secara bertahap dikembangkan
sistem air limbah terpusat (sewerage system).

4.3 Sasaran Pembangunan Persampahan Dan 4.3 Pencapaian sasaran pembangunan persampahan dan drainase sampai dengan tahun 2009
Drainase antara lain: (a) penerbitan undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sasaran umum pembangunan dan pengelolaan Sampah yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan,
persampahan yang hendak dicapai adalah serta menjadikan sampah sebagai sumber daya; (b) pelaksanaan pengelolaan persampahan
meningkatnya jumlah sampah terangkut hingga di 518 kab/kota; dan (c) pembangunan drainase seluas 7.436 hektar yang melebihi target
75 persen hingga akhir tahun 2009 serta 7.282 hektar.
meningkatnya kinerja pengelolaan tempat
pembuangan akhir (TPA) yang berwawasan
lingkungan (environmental friendly) pada semua
kota-kota metropolitan, kota besar, dan kota
sedang.

Sasaran umum pembangunan drainase adalah


terbebasnya saluran-saluran drainase dari
sampah sehingga mampu meningkatkan fungsi
saluran drainase sebagai pematus air hujan dan
berkurangnya wilayah genangan permanen dan
temporer hingga 75 persen dari kondisi saat ini.

83
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

Penanganan dan Pengurangan Resiko Bencana


1. Sasaran pelaksanaan program rehabilitasi 1. Rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayah Provinsi NAD dan Kepulauan Nias telah mencapai
dan rekonstruksi di wilayah Provinsi NAD hasil sebagai berikut: (a) sertifikat lahan yang diterbitkan baru sebanyak 116.500 sertifikat
dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2007, dan bertambah 12.301 sertifikat hingga tahun 2009; (b) rehabilitasi jalan
adalah: (a) terwujudnya pemulihan hak atas dan jembatan telah mencapai 3.736 km hingga tahun 2009; (c) rumah terbangun sebanyak
tanah; (b) terwujudnya pembangunan 140.304 unit dan prasarana/sarana dasar pendukung lingkungan permukiman sudah
kembali sistem infrastruktur regional dan dibangun pada 647 desa sesuai dengan target Rencana Induk; (d) rehabilitasi dan
lokal; (c) terealisasinya pembangunan rekonstruksi fasilitas-fasilitas kesehatan yang rusak sebanyak 1.016 unit dan gedung
perumahan, prasarana lingkungan, permu- sekolah mencapai 1.485 unit pada tahun 2009; (e) pemulihan kembali kegiatan ekonomi
kiman, air bersih, dan sanitasi; (d) tercipta- masyarakat dan rehabilitasi pelabuhan perikanan Lampulo telah terlaksana sesuai target
nya pemulihan pelayanan publik; (e) Rencana Induk sebelum tahun 2009; (f) pelaksanaan rehabilitasi sektor industri,
terwujudnya pemulihan fasilitas ekonomi, perdagangan dan pertanian telah sesuai dengan target Rencana Induk; (g) rehabilitasi
lembaga perbankan, dan keuangan; (f) ter- gedung pemerintah daerah di Aceh dan Nias yang mengalami kerusakan akibat bencana.
wujudnya pembangunan kembali sistem
ekonomi; (g) terciptanya pembangunan
kembali sistem kelembagaan.

2. Sasaran pemulihan wilayah pascabencana 2. Sasaran pemulihan wilayah pascabencana gempa bumi di DIY dan Jawa Tengah telah
gempa bumi 27 Mei 2006 di Provinsi DIY dan menunjukkan hasil sebagai berikut: (a) pemulihan sarana dan prasarana publik.. Sejak tahun
Provinsi Jawa Tengah, adalah: (a) pemulihan 2007—2008, pelaksanaan rehabilitasi di DIY dan Jawa Tengah pada sektor kesehatan,
sarana dan prasarana publik, dengan sasaran pendidikan dan peribadatan, volume capaiannya telah melebihi total Rencana Aksi; (b)
prioritas untuk pemulihan prasarana pen- revitalisasi perekonomian daerah dan masyarakat. Sejak tahun 2007, capaian pelaksanaan
didikan dan kesehatan, prasarana pelayanan rehabilitasi prasarana perdagangan di DIY dan pasar di Jawa Tengah sudah melebihi
sosial, dan prasarana pendukung perekono- Rencana Aksi. Pada tahun 2008 usaha perekonomian kecil masyarakat di provinsi Jawa
mian; dan (b) revitalisasi perekonomian Tengah berupa kios, los, dan loket yang mengalami kerusakan 1.005 unit telah terehabilitasi
daerah dan masyarakat, dengan sasaran seluruhnya.
prioritas untuk pemulihan sektor produksi
dan jasa yang memiliki potensi lapangan
kerja terbesar, pemulihan akses pasar bagi
84
Ringkasan Eksekutif Evaluasi 5 Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004-2009

Sasaran Capaian

usaha kecil dan menengah, pemulihan


pelayanan lembaga keuangan dan per-
bankan, pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup untuk mengantisipasi
eksploitasi sumber daya alam secara
berlebihan, pemulihan pelayanan keamanan,
ketertiban dan peradilan, dan pemulihan
ketahanan pangan masyarakat.

3. Sasaran prioritas dalam strategi nasional 3. Keberhasilan upaya pengurangan risiko bencana paling nyata selama periode 2004—2009
pengurangan resiko bencana adalah: (a) terlihat antara lain dalam bentuk diterbitkannya UU Nomor 24/ 2007 tentang
meletakkan pengurangan resiko bencana Penanggulangan Bencana dan Perpres Nomor 8/2008 tentang pembentukan Badan Nasional
sebagai prioritas nasional maupun daerah Penanggulangan Bencana (BNPB). Selain itu, beberapa keberhasilan lainnya antara lain
yang implementasinya dilaksanakan oleh meliputi: (a) terlaksananya pengurangan risiko bencana sebagai prioritas nasional dan
kelembagaan yang kuat; (b) mengidentifikasi, daerah serta penguatan kelembagaan; (b) terlaksananya pengidentifikasian, pengkajian dan
mengkaji, dan memantau resiko bencana pemantauan risiko bencana serta penerapan sistem peringatan dini; (c) terlaksananya
serta menerapkan sistem peringatan dini; (c) pemanfaatan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun budaya keselamatan
memanfaatkan pengetahuan, inovasi, dan dan ketahanan; (d) pengurangan faktor-faktor penyebab risiko bencana; dan (e)
pendidikan untuk membangun budaya terlaksananya penguatan kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan masyarakat;
keselamatan dan ketahanan pada seluruh terbentuknya kelembagaan penanggulangan bencana dalam dua tahun terakhir, yaitu
tingkatan; (d) mengurangi akar-akar penye- pembentukan BPBD di 23 provinsi dan 64 kabupaten/kota; serta pengarusutamaan
bab resiko bencana; dan (e) memperkuat pengurangan risiko bencana dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah.
kesiapan pemerintah dan masyarakat dalam
mengantisipasi bencana di masa mendatang.

85

Anda mungkin juga menyukai