Anda di halaman 1dari 17

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorhagic fever//DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang
disetai leucopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis
hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit) atau penumpukan cairan dirongga
tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam
berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok (Anggun Retno, 2018).
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan
orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam
akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus
(Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau
oleh Aedes Albopictus (Titik Lestari, 2016).
DHF adalah infeksi arbovirus( arthropoda-borne virus) akut, ditularkan
oleh nyamuk spesies Aedes. Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes
aegypti dan aedes albopictus. Virus ini akan mengganggu kinerja darah
kapiler dan sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-
perdarahan. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah tropis, seperti Asia
Tenggara, India, Brazil, Amerika, termasuk diseluruh pelosok Indonesia,
kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 m diatas
permukaan air laut. Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak
manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah
hanya dapat ditularkan melalui nyamuk (Anggun Retno, 2018).

B. ETIOLOGI
Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue
Haemoragic Fever adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus
Dengue mempunyai 4 tipe, yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4, yang

1
ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup
dikawasan tropis dan berkembang biak pada sumber air yang tergenang.
Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak.
Infeksi salah satu serotip akan menimbulkan antibodi yang terbentuk terhadap
serotipe yang lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotipe yang lain tersebut. Seseorang
yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe
selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan diberbagai
daerah di Indonesia (Anggun Retno, 2018).
Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap
inaktivitas oleh distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 700C.
Keempat tipe tersebut telah ditemukan pula di Indonesia dengan tipe DEN 3
yang paling banyak ditemukan (Anggun Retno, 2018).

C. KLASIFIKASI
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis
dibagi menjadi (Anggun Retno, 2018) :

1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji torniquet
(+), trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain.
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah
rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari
(tanda-tanda dini renjatan).
4. Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat
diukur.

2
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua
lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
- Nyeri kepala
- Nyeri retro-orbital
- Mialgia / artralgia
- Ruam kulit
- Manifestasi perdarahan(petekie atau uji bending positif)
- Leucopenia
- Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan DD/DBD yang
sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
2. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah
ini dipenuhi
a. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
- Uji tourniquet positif
- Petekie, ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi), saluran
cerna,tempat bekas suntik.
- Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.00/ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:
- Peningkatan nilai hematokrit ≥20% dari nilai baku sesuai umur dan
jenis kelamin.
- Penurunan nilai hematokrit ≥20% setelah pemberian cairan yang
adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti :
- Hipoproteinemia
- Asites
- Efusi pleura

3
3. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DBD diatas ditandai dengan tanda kegagalan sirkulasi
yaitu:
- Penurunan kesadaran, gelisah
- Nadi cepat, lemah
- Hipotensi
- Tekanan darah turun <20mmHg
- Perfusi perifer menurun
- Kulit dingin, lembab.
(Putri Kumalasari, 2014)

E. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh akan menimbulkan demam
karena proses infeksi. Hal tersebut akan merangsang hipotalamus sehingga
terjadi termoregulasi yang akan meningkatkan reabsorsi Na dan air sehingga
terjadi hipovolemi, selain itu juga terjadi kebocoran plasma karena terjadi
peningkatan permeabilitas membran yang juga mengakibatkan hipovolemi,
syok dan jika tak teratasi akan terjadi hipoksia jaringan yang dapat
mengakibatkan kematian.
Selain itu kerusakan endotel juga dapat mengakibatkan trombositopenia
yang akan mengakibatkan perdarahan, dan jika virus masuk ke usus akan
mengakibatkan gastroenteritis sehingga terjadi mual dan muntah (Putri
Kumalasari, 2014).

4
F. PATHWAY/WOC

(Putri Kumalasari, 2014)

5
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah
a. Pada kasus DHF yang dijadikann pemeriksaan penunjang yaitu
menggunakan darah atau disebut lab serial yang terdiri dari
hemoglobin, PCV, dan trombosit. Pemeriksaan menunjukkan adanya
tropositopenia (100.000 / ml atau kurang) dan hemotoksit sebanyak
20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematoksit pada masa
konvaselen.
b. Hematokrit meningkat > 20 %, merupakan indikator akan timbulnya
renjatan. Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis
pasti pada DHF dengan dua kriteria tersebut ditambah terjadinya
trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji
serologi hemaglutnasi.
c. Leukosit menurun pada hari kedua atau ketiga
d. Hemoglobin meningkat lebih dari 20 %
e. Protein rendah
f. Natrium rendah (hiponatremi)
g. SGOT/SGPT bisa meningkat
h. Asidosis metabolic
i. Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan
2. Urine
Kadar albumin urine positif (albuminuria) Sumsum tulang pada
awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari
ke 5 dengan gangguan maturasi dan pada hari ke 10 sudah kembali normal
untuk semua system
3. Foto Thorax
Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura.
Umumnya posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih
baik dalam mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi
berbaring.
4. USG

6
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan
pertimbangan karena tidak menggunakan sistem pengion (sinar X) dan
dapat diperiksa sekaligus berbagai organ pada abdomen. Adanya acites
dan cairan pleura pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai alat
menentukan diagnosa penyakit yang mungkin muncul lebih berat misalnya
dengan melihat ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan
pankreas.
H. KOMPLIKASI
1. Kerusakan pembuluh darah
2. Kelenjar getah bening
3. Perdarahan organ dalam

I. PENATALAKSANAAN
1. Medis
a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi dan haus. Pasien diberi banyak minum yaitu 1,5 – 2 liter
dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik.
Jika terjadi kejang diberikan antikonvulsan. Luminal diberikan dengan
dosis : anak umur < 12 bulan 50 mg IM, anak umur > 1tahun 75 mg.
Jika kejang lebih dari 15 menit belum berhenti luminal diberikan lagi
dengan dosis 3 mg/kgBB. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa
renjatan apabila pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan
minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang
cenderung meningkat .
b. Pasien mengalami syok segera segera dipasang infus sebagai pengganti
cairan hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya
RL, jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon diberikan plasma
atau plasma ekspander banyaknya 20 – 30 mL/kg BB. Pada pasien
dengan renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila syok
telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitude nadi sudah cukup
besar, maka tetesan infus dikurangi menjadi 10 mL/kg BB/jam.
c. Cairan

7
1). Kristaloid

- Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer


Laktat (D5/RL).
- Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer
Asetat (D5/RA).
- Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam larutan
Faali (d5/GF).
2). Koloid

- a). Dextran 40
- b). Plasma
2. Keperawatan

a) Derajat I
Pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa
Ht, Hb dan trombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam
24 jam dan kompres hangat.
b) Derajat II
Segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering
dipasang pada 2 tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem
dibuka tetesan infus tetap tidak lancar maka jika 2 tempat akan membantu
memperlancar. Kadang-kadang 1 infus untuk memberikan plasma darah
dan yang lain cairan biasa.
c) Derajat III dan IV
- Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit
(RL) dengan cara diguyur kecepatan 20 ml/kgBB/jam.
- Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.
- Pengawasan tanda – tanda vital dilakukan setiap 15 menit.
- Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.
- Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan
secepatnya baik obat – obatan maupun darah yang diperlukan.
Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan
gastrointestinal biasanya dipasang NGT untuk membantu pengeluaran darah

8
dari lambung. NGT bisa dicabut apabila perdarahan telah berhenti. Jika
kesadaran telah membaik sudah boleh diberikan makanan cair (Putri
Kumalasari, 2014).

J. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh
perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat berguna untuk
menentukan masalah keperawatan yang muncul pada pasien. Konsep
keperawatan anak pada klien DHF yaitu :
a. Identitas pasien Keluhan utama

b. Riwayat penyakit sekarang

c. Riwayat penyakit dahulu

d. Riwayat tumbuh kembang, penyakit yang pernah diderita, apakah

pernah dirawat sebelumnya.

e. Riwayat penyakit keluarga: Apakah ada anggota keluarga yang pernah

mengalami kejang demam, apakah ada riwayat penyakit keturunan,

kardiovaskuler, metabolik, dan sebagainya.

f. Riwayat psikososial: Bagaimana riwayat imunisasi, bagaimana

pengetahuan keluarga mengenai demam serta penanganannya.

a) Data subyektif

Merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau

keluarga pada pasien DHF, data subyektif yang sering ditemukan antara

lain :

1. Panas atau demam

2. Sakit kepala

3. Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.

9
4. Lemah

5. Nyeri ulu hati, otot dan sendi

6. Konstipasi

b) Data obyektif
Merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat pada
keadaan pasien. Data obyektif yang sering ditemukan pada penderita DHF
antara lain:
1. Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor

2. Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis,

ekimosis,hematoma, hematemesis, melena

3. Hiperemia pada tenggorokan

4. Nyeri tekan pada epigastrik

5. Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa

6. Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas

dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.

7. Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan

2. Diagnosa
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan penyakit
(viremia).
b. Potensial terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan
trombositopenia.
c. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh
yang lemah.
d. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan mekanisme
patologis (proses penyakit).

10
e. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
obat-obatan pasien selama sakit berhubungan dengan kurangnya
informasi.
3. Intervensi

DP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Peningkatan suhu Suhu tubuh 1. Mengkaji saat 1. Untuk mengidentifikasi pola


timbulnya demam. demam pasien.
tubuh menurun, setelah
2. Mengobservasi 2. Tanda-tanda vital merupakan
(hipertermia) dilakukan tindakan tanda-tanda vital : acuan untuk mengetahui
suhu, nadi, tensi, keadaan umum klien.
berhubungan keperawatan selama
pernafasan setiap 3. Peningkatan suhu tubuh
dengan penyakit 1x24 jam dengan 3 jam / lebih mengakibatkan penguapan
sering. tubuh meningkat sehingga perlu
(viremia). kriteria hasil :
3. Menganjurkan diimbangi dengan asupan cairan
pasien untuk yang banyak.
 Suhu tubuh banyak minum  4. Kompres akan mambantu
normal 2,5 liter / 24 jam menurunkan suhu tubuh.
 Pasien bebas dari dan jelaskan 5. Pakaian yang tipis akan
demam manfaatnya bagi membantu mengurangi
pasien. penguapan tubuh.
4. Memberikan 6. Pemberian cairan sangat
kompres (pada penting bagi pasien dengan
daerah axilla dan suhu tinggi.
lipat paha).
5. Menganjurkan
untuk tidak
memakai selimut
dan pakaian yang
tebal.
6. Memberikan terapi
cairan intravena
dan obat-obatan
sesuai dengan
program (masalah
kolaborasi).

11
1. Penurunan jumlah trombosit
merupakan tanda-tanda adanya
Potensial Tidak terjadi 1. Memonitor tanda- kebocoran pembuluh darah
tanda penurunan yang pada tahap tertentu dapat
terjadinya perdarahan, setelah menimbulkan tanda-tanda klinis
trombosit yang
perdarahan lebih dilakukan tindakan disertai dengan adanya perdarahan (nyata)
tanda-tanda klinis. seperti epistaksis, ptekie, dll.
lanjut keperawatan selama 2. Agar pasien / keluarga
2. Memberikan
berhubungan 1x24 jam dengan penjelasan tentang mengetahui hal-hal yang
pengaruh mungkin terjadi pada pasien
dengan kriteria hasil : dan dapat membantu
trombositopenia
trombositopenia. pada pasien. mengantisipasi terjadinya
 Tidak terjadi 3. Memonitor jumlah perdarahan karena
tanda-tanda trombosit setiap trombositopenia.
perdarahan lebih hari. 3. Dengan jumlah trombosit yang
lanjut (secara 4. Menganjurkan dipantau setiap hari, dapat
klinis). pasein untuk diketahui tingkat kebocoran
 Jumlah trombosit banyak pembuluh darah dan
meningkat. beristirahat. kemungkinan perdarahan yang
5. Memberikan dapat dialami pasien.
penjelasan pada 4. Aktivitas pasien yang tidak
pasein / keluarga terkontrol dapat menyebabkan
untuk melapor jika terjadinya perdarahan.
ada tanda-tanda 5. Keterlibatan keluarga dengan
perdarahan lebih segera melaporkan terjadinya
lanjut seperti perdarahan (nyata) akan
hematemesis, membantu pasien mendapatkan
melena, dan penanganan sedini mungkin.
epistaksis. 6. Dengan mengetahui obat-
6. Menjelaskan obat- obatan yang diminum dan
obatan yang manfaatnya maka pasien akan
diberikan dan termotivasi untuk mau minum
manfaatnya serta obat sesuai dengan dosis /
akibat bagi pasien. jumlah yang diberikan.

12
1. Untuk mmengidentifikasi
masalah-masalah pasien.
Gangguan Aktivitas sehari-hari 1. Mengkaji keluhan 2. Untuk mengetahui tingkat
pasien ketergantungan pasien dalam
aktivitas sehari- tidak terganggu, memenuhi kebutuhannya.
2. Mengkaji hal-hal
hari berhubungan setelah dilakukan yang mampu / 3. Pemberian bantuan sangat
tidak mampu diperlukan oleh pasien pada
dengan kondisi tindakan saat kondisinya lemah dan
dilakukan oleh
tubuh yang keperawatan selama pasien perawat mempunyai tanggung
berhubungan jawab dalam pemenuhan
lemah. 1x24 jam dengan kebutuhan dan sehari-hari
dengan kelemahan
kriteria hasil : fisiknya. pasien tanpa membuta pasien
3. Membantu pasien mengalami ketergantungan
memenuhi pada perawat.
 Kebutuhan
kebutuhan 4. Akan membantu pasien untuk
aktivitas sehari-
aktivitasnya sehari- memenuhi kebutuhan sendiri
hari terpenuhi.
hari berhubungan tanpa bantuan orang lain.
 Pasien dapat
dengan tingkat 5. Agar pasien dapat segera
mandiri setelah
keterbatasan meminta bantuan perawat saat
terbebas dari
pasien seperti membutuhkannya.
demam.
mandi, makan,
eliminasi.
4. Meletakkan
barang-barang
ditempat yang
mudah dijangkau
oleh pasien.
5. Menyiapkan bel di
dekat pasien.

13
Rasa nyeri berkurang 1. Mengkaji tingkat 1. Untuk mengetahui berapa berat
nyeri yang dialami nyeri yang dialami pasien.
/ hilang, setelah
Gangguan rasa pasien dengan Reaksi pasien terhadap nyeri
dilakukan tindakan memberi rentang dapat dipengaruhi oleh
nyaman (nyeri) nyeri (0 – 10). berbagai faktor dan dengan
keperawatan selama
berhubungan Biarkan pasien mengetahui faktor-faktor
1x24 jam dengan menentukan tersebut maka perawat dapat
dengan tingkat nyeri yang menentukan intervensi yang
kriteria hasil :
mekanisme dialami pasien, sesuai dengan masalah pasien.
respon pasien 2. Respon individu terhadap nyeri
patologis (proses  Rasa nyaman terhadap nyeri sangat berbeda atau bervariasi,
terpenuhi. yang dialami. sehingga perawat perlu
penyakit)
 Nyeri berkurang 2. Memberikan posisi mengkaji lebih lanjut untuk
atau hilang. yang nyaman, menghindari kesalahan persepsi
usahakan situasi terhadap kondisi yang dialami
ruangan yang pasien.
tenang. 3. Untuk mengurangi rasa nyeri.
3. Menganjurkan Dengan melakukan aktivitas
pasien untuk lain, pasien dapat sedikit
membaca buku, melipakan perhatiannya
mendengarkan terhadap nyeri yang dialami.
musik, nonton TV 4. Berhubungan dengan orang-
(mengalihkan orang terdekat / teman akan
perhatian). membuat pasien gembira /
4. Memberikan bahagia dan dapat mengalihkan
kesempatan pasien perhatiannya terhadap nyeri.
utnuk 5. Obat-obat analgetik dapat
berkomunikasi membantu menekan atau
dengan teman- mengurangi rasa nyeri pasien.
temannya.
5. Memberikan obat-
obat analgetik.

14
1. Untuk memberikan informasi
pada pasien / keluarga, perawat
Kurangnya Pengetahuan Pasien / 1. Mengkaji tingkat perlu mengetahui sejauh mana
pengetahuan informasi / pengetahuan
pengetahuan keluarga meningkat, tentang penyakit yang diketahui
pasien / keluarga
tentang proses setelah dilakukan tentang penyakit pasien serta kebenaran
DHF. informasi yang telah didapatkan
penyakit, diet, tindakan sebelumnya.
2. Mengkaji latar
perawatan dan keperawatan selama belakang 2. Agar perawat dapat
pendidikan pasien memberikan penjelasan sesuai
obat-obatan 1x24 jam dengan dengan tingkat pendidikan
/ keluarga
pasien selama kriteria hasil : 3. Menjelaskan mereka sehingga penjelasan
tentang proses dapat dipahami dan tujuan yang
sakit direncanakan tercapai.
 Pengetahuan penyakit, diet,
berhubungan perawatan dan 3. Agar informasi dapat diterima
pasien / keluarga
obat-obatan pada dengan mudah dan tepat
dengan kurangnya tentang proses
pasien dengan sehingga tidak menimbulkan
penyakit, diat,
informasi. bahasa dan kata- kesalahpahaman.
perawatan dan
kata yang mudah 4. Dengan mengetahui semua
obat-obatan bagi
dimengerti prosedur / tindakan yang akan
penderita DHF
(dipahami). dialami, pasien akan lebih
meningkat dan
4. Menjelaskan kooperatif dan mengurangi
pasien / keluarga
semua prosedur kecemasan.
mampu
yang akan 5. Mengurangi kecemasan dan
menceritakan
dilakukan dan memotivasi pasien untuk
kembali.
manfaatnya bagi kooperatif salama masa
pasien. perawatan / penyembuhan.
5. Memberikan
kesempatan pada
pasien / keluarga
untuk menanyakan
hal-hal yang ingin
diketahui
sehubungan
dengan penyakit
yang dialami
pasien.

15
4. Implementasi
Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Banyak faktor yang mendukung
terlaksananya implementasi keperawatan diantaranya peran keluarga yang
mendukung, tersedianya alat – alatserta adanya bimbingan dari perawat
ruangan, pembimbing akademik, serta adanya peran dokter yang menentukan
diagnosa medis.

5. Evaluasi
Penulis dapat mengevaluasi keadaan pasien dan tindakan keperawatan
selanjutnya setelah dilakukan implementasi. Evaluasi terdiri dari subjektif,
berdasarkan apa yang dikatakan oleh pasien, objektif, berdasarkan
pengamatan terhadap keadaan pasien. Setelah tindakan keperawatan
dilaksanakan evaluasi proses dan hasil mengacu pada kriteria evaluasi yang
telah ditentukan pada masing - masing diagnosa keperawatan sehingga :
• Masalah teratasi atau tujuan tercapai (intervensi di hentikan)
• Masalah teratasi atau tercapai sebagian (intervensi dilanjutkan)
• Masalah tidak teratasi / tujuan tidak tercapai (perlu dilakukan
pengkajian ulang & intervensi dirubah).

16
DAFTAR PUSTAKA
Putri Kumalasari. 2014. Asuhan Keperawatan Pasien DHF. Semarang: UNDIP
Anggun Retno Septiani. 2018. Asuhan Keperawatan Pasien DHF. Mojokerto:
Akper Kosgoro

17

Anda mungkin juga menyukai