Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi

Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun,

tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima

nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).

Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena

biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian

(Hutapea, 2005).

Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan oleh usia

yang terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf “jelas” menua normal

ditandai oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu (Tjokronegroho

Arjatmo dan Hendra Utama,1995).


1

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut)
secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup
(Nugroho Wahyudi, 2000).

Kelainan mental yang cukup serius karena seluruh kepribadian orang tersebut

mengalami gangguan. Gangguan kepribadian yang walaupun hanya mengenai aspek dalam

pikirannya, namun secara jelas akan menyebabkan kemunduran fungsi intelektual yang

progresif dan ireversibel (Nugroho, 2009).

Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan

fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas social dan

okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (Mickey Stanley, 2006)
Sindrom demensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi kapasitas intelektual dapat

diakibatkan oleh penyakit di otak. Sindrom ini ditandai olah gangguan kognitif, emosional,

dan psikomotor. (Lumbantobing, 2006)

Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang terjadi pertama-tama pada

sel yang terletak pada dasar otak depan yang mengirim informasi ke korteks serebral dan

hipokampus. Sel yang terpengaruh pertama kali kehilangan kemampuannya untuk

mengeluarkan asetilkolin lalu terjadi degenerasi. Jika degenerasi ini mulai berlangsung,

dewasa ini tidak ada tindakan yang dapat dilakukan untuk menghidupkan kembali sel-sel atau

menggantikannya.(Kushariyadi, 2010)

Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara

perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk

memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.

1.2 Etiologi

Sheila (2008) menyatakan faktor-faktor penyebab demensia dapat dibagi menurut

beberapa penyebab :

a. Infeksi

1) Neurosifilis

2) Tuberkolosis

3) Penyakit virus

b. Gangguan metabolik

1) Hipotiroidisme

2) Keseimbangan elektrolit

c. Defisiensi zat-zat makanan

1) Defisiensi vitamin B12


2) Defisiensi Niamin

3) Defisiensi Korsakoff (tiamin)

d. Lesi desak ruang

1) Hematoma subdural

2) Tumor

3) Abses

e. Infark otak

f. Zat-zat toksik

1) Obat-obatan

2) Alkohol

3) Arsen

g. Gangguan vaskuler

1) Embolus serebral

2) Vaskulitis serebral

h. Lain-lain

1) Penyakit Parkinson

2) Penyakit Wilson

3) Penyakit Huntington

4) Depresi

5) Cedera kepala sebelumnya

1.3 Tanda dan Gejala

Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda dan gejala demensia

adalah :
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi bagian

keseharian yang tidak bisa lepas.

2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat

penderita demensia berada.

3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan

kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-

kali.

4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi,

marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak

beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut

muncul.

5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah

1.4 Patofisiologi

Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia. Penuaan

menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan saraf pusat yaitu

berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan antara umur 30 sampai 70

tahun. Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan di atas merupakan kondisi-kondisi yang

dapat mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri. Penyakit degeneratif pada otak,

gangguan vaskular dan penyakit lainnya, serta gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas

secara langsung maupun tak langsung dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan

melalui mekanisme iskemia, infark, inflamasi, deposisi protein abnormal sehingga jumlah

neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun subkortikal. Di samping

itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk proses konduksi saraf juga akan

berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan fungsi kognitif (daya ingat, daya pikir dan
belajar), gangguan sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi pikir, emosi dan mood.

Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang terkena (kortikal atau

subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya dapat berbeda. Keadaan patologis dari

hal tersebut akan memicu keadaan konfusio akut demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).
Komplikasi

Kushariyadi (2010) menyatakan koplikasi yang sering terjadi pada demensia adalah:

1. Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh.

a). Ulkus diabetikus

b). Infeksi saluran kencing

c). Pneumonia

2. Thromboemboli, infarkmiokardium

3. Kejang.

4. Kontraktur sendi.

5. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri.

6. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan menggunakan peralatan.

1.7 Diagnostik Test

Asosiasi Alzheimer Indonesia (2003) :

a. Pemeriksaan laboratorium rutin

b. Imaging : Computed Tomography (CT) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging)

c. Pemeriksaan EEG
d. Pemeriksaan cairan otak

e. Pemeriksaan genetika

f. Pemeriksaan neuropsikologis

1.8 Penatalaksanaan Medis

Asosiasi Alzheimer Indonesia (2003) sebagian besar kasus demensia tidak dapat

disembuhkan.

a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase seperti

Donepezil , Rivastigmine , Galantamine , Memantine

b. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin , Ticlopidine

, Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gangguan

kognitif.

c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi

perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah

tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke.

d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi seperti

Sertraline dan Citalopram.

e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa menyertai

demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikotik (misalnya Haloperidol ,

Quetiapine dan Risperidone). Tetapi obat ini kurang efektif dan menimbulkan efek samping

yang serius. Obat anti-psikotik efektif diberikan kepada penderita yang

mengalami halusinasi atau paranoid.

1.9 Fokus Assessment


Fokus assessment pada penderita demensia berupa riwayat keperawatan dan

pemeriksaan fisik klien. Riwayat keperawatan meliputi status kesehatan masa lalu klien yang

beresiko terhadap demensia, berupa penyakit-penyakit yang pernah diderita klien yang bisa

menyebabkan demensia seperti : penyakit degenaratif, penyakit serebrovaskuler, gagal

jantung, trauma otak, infeksi (Aids, ensefalitis, sifilis), Hidrosefaulus normotensif, Tumor

primer atau metastasis, stress mental, heat stroke, whipple disease, diabetes.

Pemeriksaan fisik klien meliputi : ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti,

kerusakan fungsi tubuh, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri

1.9 Diagnosa Keperawatan

Doengoes (2007) intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien dengan

hiperbilirubin

1. Perubahan proses pikir sehubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi neuron

ireversibel)

Intervensi Keperawatan Rasional

-Lakukan pendekatan kepada klien secara verbal -Untuk membina hubungan

terapeutik antara klien dan perawaat

-Panggil klien dengan namanya -Menghargai klien sesuai dengan

keadaan yang ada

-Tatap wajah Klien ketika berbicara -Menghormati klien sebagai

-Tuliskan nama perawat di sebuah kertas dan pasangan bicara

ditempelkan pada salah satu tempat yang mudah -Mengasah daya ingat klien tanpa

dilihat klien memaksakan kemampuan klien

-Menyebutkan nama perawat tiap bertemu dan


menanyakan kembali ketika akan berpisah

-Melatih kemampuan klien untuk

mengingat

2. Hambatan komunikasi verbal sehubungan dengan perubahan persepsi

Intervensi Keperawatan Rasional

-Kaji kemampuan klien untuk -Untuk melihat tingkat pengetahuan dan bahasa

berkomunikasi yang sering digunakan klien saat

berkomunikasi

-Memperlancar komunikasi agar tidak kaku

-Gunakan komunikasi non-verbal -Membuat klien lebih mengerti dalam

berkomunikasi selain membaca

-Gunakan bahasa tubuh untuk -Klien dapat memahami dengan baik maksud

menyampaikan sesuatu dari kata-kata yang ditanyakan

-Gunakan bahasa Indonesia yang

baik dan baku (mudah dimengerti


BAB II

LAPORAN KASUS

Pada bab ini dibahas mengenai pengkajian pasien yang dirawat (identitas pasien,

riwayat keperawatan, observasi dan pemeriksaan fisik, diagnostik test, data analisis),

diagnosis keperawatan, asuhan keperawatan (prioritas masalah, tujuan dan hasil yang

diharapkan, perencanaan), implementasi, dan evaluasi.

2.1 Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan meliputi pengkajian identitas pasien, riwayat keperawatan

pemeriksaan fisik dan diagnostik test yang mendukung pengumpulan data

2.1.1 Identitas pasien

a. Nama : Ny. U

b. Tempat dan tanggal lahir : Bandung, 1941

c. Usia : 82 Tahun

d. Pendidikan terakhir : SD

e. Agama : Islam

f. Suku, Bangsa : Jawa, Indonesia

g. Status perkawinan : Janda


h. Tinggi badan / Berat badan : 142 cm / 34 kg

i. Penampilan secara umum : Sehat dan bersih

j. Ciri-ciri fisik : Berambut pendek beruban, kulit sawo matang

k. Alamat : Panti Werdha Budi Pertiwi

l. Orangyang dapat dihubungi : Tidak ada

m. Hubungan dengan klien :-

n. Perawat yang bertugas : Freestly Janry Sanger

o. Tanggal perawatan : 04-15 February 2013

Genogram

klien 90+ thn (sehat)

(Klien tidak tidak ingat keluarga klien, klien dibawa oleh tukang bejak ke panti dan tidak

membawa Kartu Identitas)

Riwayat Lingkungan Hidup Klien

Klien menyatakan berasal dari cicalengka (informasi didapatkan dari pertugas panti

werdha) dan sudah lupa mengenai lingkuangan tempat hidupnya dulu

Sistem Pendukung Yang Digunakan Klien

Sistem pendukung yang digunakan klien hanyalah pegawai dan teman-teman panti

werdha yang selalu membantunya dalam kegiatan sehari-hari.


Deskripsi Kekhususan atau Kebiasaan Ritual

Sholat 5 waktu dan mengikuti pengajian di panti setiap hari Jumat bersama dengan

teman-teman panti wedha dibantu oleh petugas panti werdha.

ADL (Activity Daily Living)

Pasien masih bisa melakukan tindakan dengan mandiri misalnya: mandi, kontinen,

kekamar kecil, berpakaian dan mobilisasi. Sedangkan makan kadang-kadang klien harus di

bantu orang lain.

2.1.2 Riwayat Keperawatan

Riwayat keperawatan klien meliputi status kesehatan klien saat ini dan status

kesehatan masa lalu.

Status Kesehatan Klien Saat Ini

Klien tidak mampu mengungkapkan status kesehatannya secara verbal, dari segi fisik

mengalami kyphosis dan saat ini klien mengalami kepikunan atau demensia.

Status Kesehatan Masa Lalu Klien

Saat ditanyakan, klien menyatakan sudah lupa atau tidak tahu.

2.1.3 Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Hasil observasi dan pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. U adalah:

a. Keadaan umum : Baik

b. Tingkat kesadaran : Compos Mentis

c. Skala koma Glasgow : 15 (E=6, M=4, V=5)

d. Tanda-tanda vital : T: 37ºc, P: 80 x/m, R: 17x/m, BP: 120/80 mmHg

e. TB dan BB : 142 cm dan 34 kg


f. Kulit : Sawo matang, turgor,

hiperpigmentasi

g. Kepala : Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak

ada memar dan tidak ada lesi

h. Rambut dan kuku : rambut berminyak dan beruban, kuku bersih

i. Mata : Simetris, ada katarak dan konjunktiva normal.

j. Telinga : Simetris, tak tampak kotoran

k. Hidung : Simetris, tampak bersih

l. Mulut dan gigi : Jumlah gigi 2 buah, ada karies.

m. Leher : Tak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar getah

bening, dan tidak ada peningkatan tekanan vena jugularis, simetris.

n. Sistem Kardiovaskuler : BP= 120/80 mmHg, P= 79 x/m, tidak nyeri tekan.

o. Sistem Pernafasan : Pernafasan normal, R= 18 x/m, bronkovesikular,

dan resonance.

p. Sistem Gastrointestinal : Tampak tumpukan lemak yang berlipat-lipat, tak ada nyeri

tekan, lambung= tympani, hati= dulness

q. Anus dan genitalia : Ada sedikit kotoran dan sedikit bau

r. Sistem Perkemihan : Tidak nyeri saat berkemih, frekuensi berkemih 5-7 x/hari

s. Sistem Muskuloskeletal : Bentuk tulang belakang khiposis.

t. Sistem Endokrin : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan kelenjar getah

bening.

u. Sistem Imun : Menurun seiring dengan pertambahan usia.

Riwayat Psikososial
Klien tidak dapat menceritakan dengan jelas riwayat psikososialnya. Dari

informasi yang didapatkan oma Utik hanya di bawa oleh seorang wanita yang

menemukannya di jalan dan membawanya ke panti werdha, pada saat itu keadaan oma Utik

sudah mengalami demensia.

Keterangan :

Klien terlihat bingung saat dilakukan pengkajian, dan jawaban yang diberikan

klien tidak cocok dengan pertanyaan yang diberikan karena klien sudah pikun (demensia).

2.1.4 Diagnostik Test

Depresi Beck

Nama : Ny. U

Jenis kelamin : Perempuan

Tanggal lahir :-

Tanggal tes : 11 February 2013


No. 0 1 2 3 NILAI
1 ü
2 ü
3 ü 1
4 ü
5 ü
6 ü
7 ü
8 ü
9 ü
10 ü
11 ü
12 ü
13 ü 2
14 ü
15 ü
16 ü
17 ü
18 ü
19 ü
20 ü 2
21 ü 3
JUMLAH TOTAL 8

NORMAL BECK DEPRESSION INVENTORY

Nilai Total Tingkatan Depresi

1 – 10 Naik turunnya perasaan ini tergolong wajar

11 – 16 Gangguan “mood” atau perasaan murung yang ringan

17 – 20 Garis batas murung yang ringan

21 – 30 Depresi sedang

31 – 40 Depresi parah

40 Ke atas Depresi ekstrim

SPMSQ (Short Poertable Mental Status Queastionaire)

1. Tanggal berapa hari ini? = Salah ( tgl 20, )

2. Apa hari minggu itu? = Tidak tahu

3. Apa nama tempat ini? = Tidak tahu

4. Apakah nomor telepon anda? = Tidak ada

5. Apa nama alamat jalan anda? = Tidak ingat

6. Berapa umur anda? = Tidak ingat

7. Kapan anda lahir? = Tidak ingat

8. Siapa Presiden Indonesia sekarang? = Tidak tahu

9. Siapa nama gadis ibu anda? = Tidak tahu

10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap mengurangi dari setiap nomor baru, semua jalan ke bawah.
= Tidak tahu

Jumlah Kesalahan = 10 Scoring : 0

INDEKS KATZ

1. Bathing : Mandiri

2. Dressing : Mandiri

3. Toileting : Mandiri

4. Transferring : Mandiri

5. Continence : Mandiri

6. Feeding : Tergantung

Indeks Katz = B ( mandiri untuk 5 aktivitas

2.1.5 Data Analisis

Data analisis yang didapatkan setelah dilakukan pengkajian pada Ny. U seperti yang

tertulis pada tabel dibawah ini.

No Tanggal Data Problem Etiology

1 11-02- Ds : “siapa freestly (dalam bahasa sunda) Perubahan perubahan

2013 ?” proses pikir fisiologis

Do : : Klien tidak mampu mengingat nama (degenerasi

perawat dengan terus menanyakan nama neuron

perawat tiap kali bertemu, klien mampu ireversibel)

menjawab pertanyaan pada saat

pengkajian dan menjawab secara berubah- Hambatan

2 ubah setiap harinya, tidak mampu komunikasi Perubahan


12-02- menjawab pertanyaan yang diberikan verbal persepsi

2013 Ds : “-”

Do : Klien tidak bisa mendengar, klien

tidak tahu hari dan tanggal saat ini, susah

mengingat orang, hanya mengetahui bahasa

sunda dan kurang tahu bahasa indonesia

2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang didapatkan setelah dilakukan pengkajian adalah

1. Perubahan proses pikir s/d perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel)

2. Hambatan komunikasi verbal s/d perubahan persepsi.


2.3 Asuhan Keperawatan
N Tangg Diagnosa Tujuan/ Intervensi Rasional Implementa evaluasi
o al Kriteria si
1 11 Perubahan Klien - Lakukan - Untuk 11-13 13
Februa proses mampu pendekata membina February February
ry pikir s/d mengingat n kepada hubungan 20123 2013
2013 perubahan nama klien terapeutik At 11.00 At 13.50
fisiologis perawat secara antara - Melakukan S : “siapa
(degenerasi dengan verbal klien dan pendekatan yang
neuron kriteria dan perawat pada nenek namanya
ireversibel) tidak tindakan - utik. freestly”.
Ds : “siapa menanyaka Menghar
freestly n nama - Panggil gai klien O : klien
(dalam perawat klien sesuai - belum
bahasa setelah dengan dengan Memangg mampu
sunda) ?” tindakan namanya. keadaan il nama menyebutk
keperawata yang ada. klien pada an nama
Do : Klien n. - saat perawat
tidak - Tatap Menghor berbincang. tanpa
mampu wajah mati klien mengingat
mengingat klien sebagai - Menatap kan nya
nama ketika pasangan wajah klien lagi.
perawat berbicara bicara. saat
dengan - berbicara. A:
terus - Tuliskan Mengasa masalah
menanyaka nama h daya - belum
n nama perawat ingat klien Menulisk teratasi.
perawat di sebuah tanpa an nama
tiap kali kertas dan memaksak perawat di P:
bertemu, di an klien. kertas dan Lanjutkan
klien tempelkan menempelk intervensi
mampu pada annya di
menjawab salah satu meja
pertanyaan tempat samping
pada saat yang -Melatih tempat tidur
pengkajian mudah kemampua klien.
dan dilihat n klien -
menjawab klien. untuk Menyebut
secara - mengingat kan nama
berubah- Sebutk perawat dan
ubah setiap an nama menanyaka
harinya, perawat n kembali
tidak tiap ketika akan
mampu bertemu berpisah.
menjawab dan
pertanyaan menanyak
yang an
diberikan kembali
ketika
akan
berpisah

2 11 Hambatan Klien - Kaji - Untuk 11-13 13


Februa komunikasi dapat kemampu melihat Februay February
ry verbal berkomuni an klien tingkat 2013 2013
2013 s/d kasi untuk pengetahua At 11.00 At 12.00
perubahan dengan berkomun n, dan - Mengkaji S : “__”.
persepsi. baik ikasi. bahasa kemampuan
setelah yang sering berkomunia
O : klien
Ds : “-” tindakan digunakan kasi klien.
masih
keperawata klien saat belum
Do : Klien n berkomuni - dapat
tidak bisa kasi Menggu berkomuni
mendengar nakan kasi
, klien - - komunikasi dengan
tidak tahu Gunaka Memperl non verbal baik, klien
hari dan n ancar dengan tidak dapat
tanggal komunika komunikasi menuliskan menjawab
saat ini, si non- agar tidak di buku hal- pertanyaan
susah verbal. kaku. hal yang -
mengingat ingin pertanyaan
orang, diperbincan yang
hanya - Membuat gkan agar mudah
mengetahui - klien lebih dapat dijawab.
bahasa Gunaka mengerti dibaca
sunda dan n bahasa dalam klien. A:
kurang tubuh berkomuni - Masalah
tahu untuk kasi selain Menggun belum
bahasa menyamp membaca. akan bahasa teratasi.
indonesia aikan tubuh
sesuatu. - Klien seperti P:
dapat pergerakan Lanjutkan
memahami bibir, dan intervensi
dengan tangan.
- baik
Gunaka maksud -
n bahasa dari kata- Menggun
Indonesia kata yang akan bahasa
yang baik ditanyakan Indonesia
dan baku yang baik
(mudah dan baku
dimengert
i)

Anda mungkin juga menyukai