Anda di halaman 1dari 4

Terdapat dua konteks yang mempengaruhi negosiasi internasional

1. Konteks lingkungan
2. Konteks Terdekat

1. KONTEKS LINGKUNGAN

Pluralisme Hukum dan Politik


Kondisi negara yang merupakan institusi legal formal dan memiliki sistem politik mempunyai
perbedaan dengan perusahaan dalam menjalankan urusan rumah tangga, bisnis, dan usahanya antar
satu negara dan negara yang lain memiliki kondisi yang berbeda juga.

Ekonomi Internasional
Adanya keterikatan terhadap ekonomi internasional, dimana setiap negara memiliki
perbedaan mata uang. Oleh karena itu harus disepakati mata uang apa yang akan digunakan.

Pemerintah dan Birokrasi Asing


Perbedaan juga terdapat dalam sistem birokrasi dari berbagai macam negara. Ada negara
yang memberikan kebebasan bagi perusahaan untuk menjalankan bisnisnya dengan leluasa dan ada
pula yang memiliki aturan yang ketat terhadap perusahaan dan perindustrian di negaranya.

Ketidakstabilan
Ketidakstabilan memiliki banyak bentuk, termasuk kurangnya sumber daya yang umum
diharapkan oleh orang Amerika dalam negosiasi usaha(kertas, listrik, komputer), kurangnya barang
dan jasa lain (makanan, transportasi, air bersih dll), dan ketidakstabilan politik(kudeta, perubahan
kebijakan pemerintah secara tiba-tiba, revaluasi mata uang)

Ideologi
Perbedaan ideologi juga perlu diperhatikan dalam negosiasi karena perbedaan ini menjadi
sangat prinsipal. Negosiasi di Amerika Serikat misalnya akan lebih cenderung bersifat liberal,
individualistik, dan kapitalistik. Hal ini berbeda dengan negosiasi yang dijalankan oleh China dan
Perancis yang lebih mementingkan hak publik.

Budaya
Perbedaan budaya termasuk juga akan mempengaruhi bagaimana seorang negosiator
bersikap. Pengaruh dari budaya dalam diri seorang negosiator biasa akan tampak dari gaya, bahasa
tubuh, dan bahkan dari cara berpikir yang menimbulkan interpretasi yang beragam.

External Stakeholder
Negosiasi juga harus memperhatikan pihak-pihak di luar negosiasi dan tidak terlibat dalam
negosiasi namun terdampak dengan hasil negosiasi yang akan dihasilkan.
2. KONTEKS TERDEKAT

Kekuatan Penawaran Relatif


Kerjasama sering kali dilakukan oleh aktor-aktor internasional. Unsur finansial pun kerap
bermain dalam kerjasama yang dilakukan tersebut. Pihak-pihak yang memiliki investasi lebih
memiliki kekuatan lebih untuk bernegosiasi.
Tingkat Konflik
Tingkat konflik yang terjadi juga mempengaruhi negosiasiyang berlangsung. Konflik yang
berdasarkan etnis dan identitas merupakan konflik tingkat tinggi yang memiliki tingkat pengaruh
yang besar terhadap negosiasi.

Hubungan antar para Negosiator


Phatak & habib (1996) menyatakan bahwa hubungan yang berkembang antara pihak-pihak
utama yang bernegosiasi sebelum negosiasi dilaksanakan juga akan memiliki dampak penting
terhadap proses dan hasil negosiasi.

Hasil yang Diinginkan


Berbagai negara sering menggunakan negosiasi internasional untuk mencapai tujuan politik,
baik dalam negeri maupun internasional

Pemegang Saham Terdekat


Adalah pihak-pihak yang memiliki pengaruh yang besar terhadap jalannya negosiasi. Mereka
yang termasuk dalam pihak ini juga memiliki posisi tawar yang tinggi dalam negosiasi.

Konteks Negosiasi Internasional


Kriteria dan Macam-macam outcome negosiasi

Analisis dari proses dan mekanisme dari perjanjian internasional akan dapat menjelaskan
bahwa kesepakatan internasional merupakan salah satu hasil dari sebuah negosiasi. Dan
kesepakatan terbsebut tendiri dari beberapa istilah yang sebelumnya telah disepakati di kancah
internasional. Perjanjian internasional pada hakekatnya merupakan suatu tujuan atau agreement.
Bentuk perjanjian internasional yang dilakukan antar bangsa maupun antar organisasi internasional
ini tidak harus berbentuk tertulis.
Perjanjian internasional adalah perjanjian diadakan oleh subjek-subjek hukum internasional
dan bertujuan untuk melahirkan akibat-akibat hukum tertentu. Atau dapat dikatakan sebagai
Hubungan kerjasama yang dilakukan oleh dua atau lebih negara merdeka dan berdaulat untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Contoh perjanjian internasional adalah perjanjian yang dibuat oleh
negara dengan negara lain, negara dengan organisasi internasional, organisasi internasional dengan
organisasi internasional lain. Pada dasarnya, perjanjian internasional merupakan hasil dari sebuah
negosiasi. Artinya, negosiasi yang dilakukan oleh dua negara akan membentuk suatu kesepakatan,
yang jika kesepakatan tersebut di gunakan secara berulang ulang dalam kancah internasional maka
pada akhirnya akan terbentuk perjanjian internasional.
Tujuan-tujuan dari dibentuknya perjanjian internasional antara lain yaitu Untuk mencukupi
kebutuhan masyarakat masing-masing negara. Selain itu, perjanjian internasional juga dapat
mencegah atau menghindari konflik yang mungkin terjadi. Disisi lain, perjanjian internasional dapat
di gunakan sebagai alat untuk memperoleh pengakuan sebagai negara merdeka. Dan yang
terpenting adalah Untuk mempererat hubungan antar negara di berbagai bidang
Kerjasama internasional secara hukum diwujudkan dalam bentuk perjanjian internasional,
yaitu negara-negara dalam melaksanakan hubungan atau kerjasamanya membuat perjanjian
internasional. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, disimpulkan bahwa perjanjian
internasional adalah perjanjian yang dilakukan oleh subjek-subjek hukum internasional dan
mempunyai tujuan untuk melahirkan akibat-akibat hukum tertentu.Perjanjian internasional pada
hakekatnya merupakan suatu tujuan atau agreement. Bentuk perjanjian internasional yang
dilakukan antar bangsa maupun antarorganisasi internasional ini tidak harus berbentuk tertulis.
Dalam perjanjian internasional ini ada hukum yang mengatur perjanjian tersebut. Dalam perjanjian
internasional terdapat istilah subjek dan obyek. Yang dimaksud subjek perjanjian internasional
adalah semua subjek hukum internasional, terutama negara dan organisasi internasional. Sedangkan
yang dimaksud dengan obyek hukum internasional adalah semua kepentingan yang menyangkut
kehidupan masyarakat internasional, terutama kepentingan ekonomi, sosial, politik, dan budaya.

Secara umum, tahap dalam pembentukan perjanjian internasional meliputi tiga tahap yaitu
yaitu tahap perundingan, tahap penandatanganan, dan tahap ratifikasi. Perundingan (Negotiation)
merupakan suatu penjajakan atau pembicaraan pendahuluan oleh masing-masing pihak yang
berkepentingan. Dalam perundingan internasional ini negara dapat diwakili oleh pejabat negara
dengan membawa surat kuasa penuh (full powers/credentials), kecuali apabila dari semula peserta
perundingan sudah menentukan bahwa full power tidak diperlukan. Pejabat negara yang dapat
mewakili negaranya dalam suatu perundingan tanpa membawa full power adalah kepala negara,
kepala pemerintahan (perdana menteri), menteri luar negeri, dan duta besar. Keempat pejabat
tersebut dianggap sudah sah mewakili negaranya karena jabatan yang disandangnya.
Selanjutnya Tahap penandatanganan merupakan proses lebih lanjut dari tahap perundingan.
Tahap ini diakhiri dengan penerimaan naskah dan pengesahan bunyi naskah . Penerimaan naskah
yaitu tindakan perwakilan negara dalam perundingan internasional untuk menerima isi dari
perjanjian nasional. Dalam perjanjian bilateral, kedua perwakilan negara harus menyetujui
penerimaan naskah perjanjian. Sedangkan dalam perjanjian multilateral, bila diatur secara khusus
dalam isi perjanjian, maka berlaku ketentuan menurut konferensi Vienna tahun 1968 mengenai
hukum internasional. Penerimaan naskah ini dapat dilakukan apabila disetujui sekurang-kurangnya
dua pertiga peserta konferensi.
Dan yang terakhir adalah Pengesahan atau ratifikasi adalah persetujuan terhadap rencana perjanjian
internasional agar menjadi suatu perjanjian yang berlaku bagi masing-masing negara tersebut.
Pengesahan perjanjian internasional oleh pemerintah dilakukan sepanjang dipersyaratkan oleh
perjanjian internasional tersebut. Pengesahan suatu perjanjian internasional dilakukan berdasarkan
ketetapan yang telah disepakati oleh para pihak.
Seperti yang telah di sebutkan di atas bahwa negosiasi menghasilkan perjanjian internasional
dalam lingkup internasional, oleh karena itu Kedudukan perjanjian internasional juga dianggap
sangat penting karena selain perjanjian internasional lebih menjamin kepastian hukum, perjanjian
internasional diadakan secara tertulis, dan juga karena perjanjian internasional mengatur masalah-
masalah kepentingan bersama diantara para subjek hukum internasional dalam perjanjian
internasional dikenal beberapa istilah. Istilah-istilah tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Traktat (treaty), adalah perjanjian yang paling formal yang merupakan persetujuan dari dua
negara atau lebih. Perjanjian ini menitikberatkan pada bidang politik dan bidang ekonomi.
2. Konvensi (convention), adalah persetujuan formal yang bersifat multilateral, dan tidak
berkaitan dengan kebijaksanaan tingkat tinggi (high policy).
3. Deklarasi (declaration),adalah perjanjian internasional yang berbentuk traktat, dan dokumen
tidak resmi.
4. Charter, adalah suatu istilah yang dipakai dalam perjanjian internasional untuk pendirian
badan yang melakukan fungsi administratif.
5. Pakta (pact), adalah suatu istilah yang menunjukkan suatu persetujuan yang lebih khusus
(Pakta Warsawa).
6. Protokol (protocol), adalah suatu dokumen pelengkap instrumen perjanjian internasional,
yang mengatur masalah-masalah tambahan seperti penafsiran klausul-klausul tertentu.
7. Persetujuan (Agreement), adalah perjanjian yang bersifat teknis dan administratif. Sifat
agreement tidak seresmi traktat atau konvensi, sehingga diratifikasi.
8. Perikatan (arrangement) adalah suatu istilah yang dipakai untuk masalah transaksi-transaksi
yang bersifat sementara. Sifat perikatan tidak seresmi traktat dan konvensi.
9. Ketentuan penutup (final Act), adalah suatu ringkasan hasil konvensi yang menyebutkan
negara peserta, nama utusan yang turut diundang, serta masalah yang disetujui konvensi.
10. Ketentuan umum (general act), adalah traktat yang bisa bersifat resmi maupun tidak resmi.

Anda mungkin juga menyukai