Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

MASALAH KEPERAWATAN ANSIETAS

Nama : Rahmadani Fitria


NIM : 1811437125
Tanggal : 11 November 2019

1. Definisi
Ansietas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman seakan-akan
terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman, tidak menyenangkan dan tidak dapat
dibenarkan yang disertai dengan gejala fisiologis (Videback, 2008: 307).
Klasifikasi ansietas menurut Prabowo (2014) adalah :
a. Ansietas ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
Ansietas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta
kreativitas.
b. Ansietas sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian pada hal penting dan
mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
c. Ansietas berat
Ansietas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang
cenderung untuk memusatkan perhatian pada hal kecil saja dan mengabaikan hal
lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak
pengarahan/tuntutan.
d. Panik
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Lahan persepsi sudah
terganggu sehingga individu tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/tuntutan.

1
2. Etiologi (Prabowo, 2014)
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi atau faktor pendukung dari ansietas dapat berupa ketegangan
dalam kehidupan seperti hal-hal sebagai berikut:
a. Peristiwa traumatik
b. Konflik emosional
c. Gangguan konsep diri
d. Frutasi
e. Gangguan fisik
f. Pola mekanisme
g. koping keluarga
h. Riwayat gangguan kecemasan
i. Medikasi
2. Faktor Presipitasi
1. Ancaman terhadap integritas fisik
a. Sumber internal
b. Sumber eksternal
2. Ancaman terhadap harga diri
a. Sumber internal
b. Sumber eksternal
3. Tanda dan gejala
Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas
(Hawari, 2011), antara lain sebagai berikut :
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.
4. Rentang respon
a. Kecemasan Ringan Menurut Videbeck (2008), respon dari kecemasan ringan
adalah sebagai berikut:
1) Respon fisik dari kecemasan ringan adalah
a. Ketegangan otot ringan
b. Sadar akan lingkungan
c. Rileks atau sedikit gelisah
d. Penuh perhatian
e. Rajin

2
2) Respon kogniif dari kecemasan ringan adalah
a. Lapang persepsi luas
b. Terlihat tenang, percaya diri
c. Perasaan gagal sedikit
d. Waspada dan memperhatikan banyak hal
e. Mempertimbangkan informasi
f. Tingkat pembelajaran optimal
3) Respon emosional dari kecemasan ringan adalah
a. Perilaku otomatis
b. Sedikit tidak sadar
c. Aktivitas mandiri
d. Terstimulasi
e. Tenang
b. Kecemasan Sedang
Menurut Videbeck (2008), respon dari kecemasan sedang adalah sebagai berikut:
1) Respon fisik dari kecemasan sedang adalah:
a. Ketegangan otot sedang
b. Tanda-tanda vital meningkat
c. Pupil dilatasi, mulai berkeringat
d. Sering mondar-mandir, memukul tangan
e. Suara berubah: bergetar, nada suara tinggi
2) Respon kognitif dari kecemasan sedang adalah:
a. Lapang persepsi menurun
b. Tidak perhatian secara selektif
c. Fokus terhadap stimulus meningkat
d. Rentang perhatian menurun
e. Penyelesaian masalah menurun
f. Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
3) Respon emosional dari kecemasan sedang adalah:
a. Tidak nyaman
b. Mudah tersinggung
c. Kepercayaan diri goyah
d. Tidak sabar
e. Gembira
3
c. Kecemasan Berat
Menurut Videbeck (2008), respon dari kecemasan berat adalah:
1) Respon fisik kecemasan berat adalah:
a) Ketegangan otot berat
b) Kontak mata buruk
c) Pengeluaran keringat meningkat
d) Bicara cepat, nada suara, tinggi
e) Mondar-mandir, berteriak
f) Meremas tangan, gemetar
2) Respon kognitif kecemasan berat adalah:
a. Lapang persepsi terbatas
b. Proses berpikir terpecah
c. Sulit berpikir
d. Penyelesaian masalah buruk
e. Tidak mampu mempertimbangkan informasi
f. Hanya memperhatikan ancaman
3) Respon emosional kecemasan berat adalah:
a. Sangat cemas
b. Agitasi
c. Takut
d. Bingung
e. Merasa tidak adekuat
f. Menarik diri
g. Penyangkalan
h. Ingin beban
d. Panik
Menurut Videbeck (2008), respon dari panik adalah sebagai berikut:
1) Respon fisik dari panik adalah:
a. Fight, fight,
b. Ketegangan otot sangat berat
c. Agitasi motorik kasar
d. Pupil dilatasi
e. Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
f. Tidak dapat tidur
4
g. Hormon stress dan neurotransmitter berkurang
h. Wajah menyeringai, mulut ternganga
2) Respon kognitif dari panik adalah:
a. Persepsi sangat sempit
b. Pikiran tidak logis, terganggu
c. Kepribadian kacau
d. Tidak dapat menyelesaikan masalah
e. Fokus pada pikiran sendiri
f. Tidak rasional
g. Sulit memahami stimulus eksternal
h. Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
3) Respon emosional dari panik adalah:
a. Merasa terbebani
b. Merasa tidak mampu, tidak berdaya
c. Lepas kendali
d. Mengamuk, putus asa
e. Marah, sangat takut
f. Mengharapkan hasil yang buruk
g. Kaget, takut, lelah

5. Mekanisme Koping
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan
faktor utama yang membuat pasien berperilaku patologis atau tidak. Mekanisme
koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat, dan panik membutuhkan banyak
energi. Menurut Kususmawati (2010) , mekanisme koping yang dapat dilakukan ada
dua jenis, yaitu:
1. Task Oriented Reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang
ingin dicapai dengan melakukan koping ini dalah individu mencoba menghadapi
kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi
masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan
b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk
memindahkan seseorang dari sumber stress
5
c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan
personal seseorang.
2. Ego Oriented Reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu
suksesdalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk
melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya
mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk
menili penggunaan mekanisme pertahanan idividu apakah adaptif atau tidak
adaptif, perlu dievalusi hal-hal berikut:
a. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan
pasien
b. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri tersebut apa pengaruhnya
terhadap disorganisasi kepribadian
c. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan
pasien
d. Alasan pasien menggunakan mekanisme pertahanan.

6. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2011) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial atau psikoreligius. Selengkapnya
seperti pada uraian berikut:
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara:
a. Makan makanan yang bergizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Cukup olahraga
d. Tidak merokok
e. Tidak minum minuman keras.
2. Terapi psikofarmaka
Merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan yang
berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmitter (sinyal penghantar
saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang
sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate, dan alprazolam
6
3. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala atau akibat dari
kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik
(fisik) itu dapat dibrikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang
bersangkutan Psikoterapi.

4. Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:


a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi,semangat dan dorongan agar
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudan memperbaiki kembali (re-
konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihakn fungsu kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat
dijadikan sebagai faktor pendukung.

7. Pohon Masalah

Kerusakan Interaksi Sosial Effek

Gangguan suasana perasaan: Cemas Cor problem

Koping individu inefektif Causa

8. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnose keperawatan yang bisa diangkat adalah sebagai berikut:
a. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan cemas
b. Gangguan alam perasaan: cemas berhubungan dengan koping individu inefektif

7
9. Rencana Asuhan Keperawatan

Tujuan Intervensi
Tujuan 1. Jadilah pendengar yang hangat dan
umum : responsif
Cemas berkurang atau hilang 2. Beri waktu yang cukup pada pasien
Tujuan khusus: unuk berespon
TUK 1 : 3. Beri dukungan pada pasien untuk
Pasien dapat menjalin dan membina mengekspresikan perasaannya
hubungan saing percaya 4. Identifikasi pola perilaku pasien atau
pendekatan yang dapat menimbulkan
perasaan negatif
5. Bersama pasien mengenali perilaku
dan respon sehingga cepat belajar
dan berkembang
TUK 2 : 1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
Pasien dapat mengenali ansietasnya dan menguraikan perasaannya
2. Hubungkan perilaku dan perasaannya
3. Validasi kesimpulan dan asumsi
terhadapa pasien
4. Gunakan pertanyaan terbuka untuk
mengalihkan dari topik yang
mengancam ke hal yang berkaitan
dengan konflik
5. Gunakan konsultasi untuk membantu
pasien mengungkapkan perasaannya.

TUK 3 1. Bantu pasien menjelaskan situasi dan


Pasien dapat memperluas kesadarannya interaksi yag dapat segera
terhadap perkembangan asietaas menimbulkan ansietas
2. Bersama pasien meninjau kembali
penilaian pasienterhadap stressor
yang drasakan mengacam dan
menimbulkan konflik
3. Kaitkan pengalaman yang baru
terjadi dengan pengalaman masa lalu
yang relevan

8
TUK 4 1. Gali cara pasien mengurangi ansietas
Pasien dapat menggunakan di masa lalu
mekanisme koping yang adaptif 2. Tunjukkan akibat mal adaptif dan
destruktif dari respon koping yang
digunakan
3. Dorong pasien untuk menggunakan
respon koping adaptfi yang
dimilikinya
4. Bantu pasien untuk menyusun
kembali tujuan hidup, memodifikasi
tujuan menggunakan sumber dan
koping yang baru
5. Latih pasien dengan menggunakan
ansietas sedang
6. Beri aktivitas fisik untuk
menyalurkan energinya
7. Libatkan pihak yang berkepentingan
sebagai sumber dan dukungan sosial
dalam membantu pasien
menggunakan loping adaptif yang
baru
TUK 5 1. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk
Pasien dapat menggun meningkatkan kontrol dan rasa
akan teknik percaya diri
relaksasi 2. Dorong pasien untuk menggunakan
relaksasi dalam menurunkan tingkat
ansietas

9
DAFTAR PUSTAKA
Hawari, Dadang. 2011. Menajemen Stres Cemas Dan Depresi. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta.
Kususmawati, F. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:Salemba Medika.
Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC.

10

Anda mungkin juga menyukai