3. Patofisiologi
4. Manifestasi Klinis
Pasien vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu
keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnnya
berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya,
bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika
kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10
detik. Kadang- kadang disertai dengan rasa mual dan sering kali pasien merasa
cemas. Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha
menghindarinyadengan melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo.
Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial
tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar paasien, vertigo akan berkurang dan
akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan,
tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.
5. Pemeriksaan Penunjang
Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan
untuk pemeriksaan diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan
kasus vertigo antara lain:
a. Pemeriksaan fisik.
b. Pemeriksaan mata.
c. Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh.
d. Pemeriksaan neurologik.
e. Pemeriksaan otologik.
f. Pemeriksaan khusus.
1) Audiometri dan BAEP
2) Psikiatrik
g. Pemeriksaan tambahan.
1) Radiologik dan imaging.
2) EEG dan EMG.
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan
seperti:
1) Anti kolinergik
a) Sulfas Atropin: 0,4 mg/ im.
b) Scopolamin: 0,6mg IV bisa diulang tiap 3 jam.
2) Simpatomimetika:Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit.
3) Menghambat aktivitas nukleus vestibuler.
4) Golongan antihistamin. Golongan ini, yang menghambat aktivitas
nukleus vestibularis adalah: Dipenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa
diulang tiap 2 jam dan Dimenhidrinat: 50-100 mg/6 jam.
5) Jika terapi diatas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita
dianjurkan untuk terapi bedah. Terapi menurut (Cermin Dunia
Kedokteran No. 144, 2004:48) terdiri dari:
a) Terapi kausal.
b) Terapi simtomatik.
c) Terapi rehabilitatif.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan
berbaring diam di dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
2) Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi
perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular
perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan
bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu objek yang
dekat, misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan,
ternyata lebih enak daripada berbaring dengan kedua mata ditutup.
3) Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat
memudahkan terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat
diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual yang kuat.
4) Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk
mencegah dehidrasi.
5) Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular
perifer akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada
hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut
medapat serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini
adalah pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis
vestibularis dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya
adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa
kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo
menghilang setelah beberapa hari.
6) Latihan vestibuler dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut
mereda. Latihan ini untuk memperkuat mekanisme kompensasi
sistem saraf pusat untuk gangguan vestibuler akut.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Fokus Pengkajian
a. Identitas
1) Pasien: Nama, Umur, Alamat, Agama, Pendidikan, Pekerjaan,
Tanggal Masuk, No Register, Dx. Masuk.
2) Penanggung jawab: Nama, Umur, Alamat, Pendidikan, Agama,
Pekerjaan, dan Hubungan dengan pasien.
b. Riwayat kesehatan meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang,
riwayat kesehatan dahulu, dan riwayat kesehatan keluarga.
c. Pengkajian pola fungsional
1) Aktivitas/ Istirahat.
a) Letih, lemah malaise.
b) Keterbatasan gerak.
c) Ketegangan mata, kesulitan membaca.
d) Insomnia, bangun di pagi hari disertai dengan nyeri kepala.
e) Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas
(kerja) atau karena perubahan cuaca.
2) Sirkulasi
a) Riwayat hiperteensi
b) Denyutan vaskuler, misalnya daeerah temporal,
c) Pucat, wajah tampak kemerahan.
3) Integritas Ego
a) Faktor-faktor stress emosional/ lingkungan tertentu.
b) Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan
depresi.
c) kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala.
d) Mekanisme refresif/ dekesif (sakit kepala kronik).
4) Makanan dan cairan
a) Makanan yang tinggi vasorektinya misalnya kafein, coklat,
bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak,
jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain).
b) Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
c) Penurunan berat badan.
5) Neurosensoris
a) Pening, disorientasi (selama sakit kepala).
b) Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma,
stroke.
c) Aura; fasialis, olfaktoriuse, tinitus.
d) Perubahan visual, sensitif terhadap perubahan cahaya/ suara
yang keras, epitaksis.
e) Parastesia, kelemahan progresif/ paralysis satu sisi tempore.
f) Perubahan pada pola bicara/ pola pikir.
g) Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
h) Penurunan refleks tendon dalam.
i) Papiledema.
6) Nyeri/ kenyamanan
a) Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal
migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma,
sinusitis.
b) Nyeri kemerahan, pucat pada daerah wajah.
c) Focus menyempit.
d) Fokus pada diri sendiri.
e) Respon emosional/ perilaku tak terarah seperti menangis,
gelisah.
f) Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
7) Keamanan
a) Riwayat alergi atau reaksi alergi.
b)