PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Dapat memahami kewaspadaan penularan penyakit TB pada ibu hamil
melalui transmisi udara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Gejala TB
Terdapat 2 gejala TB paru yaitu gejala umum dan gejala khusus (Manulu,
2010).
1. Gejala Umum
Gejala umum secara klinis mempunyai gejala sbb : (1) batuk selama
lebih dari 3 minggu, (2) demam, (3) berat badan menurun tanpa sebab,
(4) berkeringat pada waktu malam, (5) mudah lelah, (6) hilangnya
nafsu makan.
2. Gejala Khusus
Sedangkan gejala khusus dapat digambarkan sbb :
a) tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar.
b) akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang
disertai sesak, kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-
paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
c) bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara
pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
d) pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak
dan disebut sebagai menginitis/radang selaput otak), gejala adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
c. Penularan
Ketika seseorang yang mengidap TB paru aktif batuk, bersin, bicara,
menyanyi, atau meludah, mereka sedang menyemprotkan titis-titis
aerosol infeksius dengan diameter 0.5 hingga 5 µm. Bersin dapat
melepaskan partikel kecil-kecil hingga 40,000 titis. Tiap titis bisa
menularkan penyakit Tuberkulosis karena dosis infeksius penyakit ini
sangat rendah. (Seseorang yang menghirup kurang dari 10 bakteri saja
bisa langsung terinfeksi). Orang-orang yang melakukan kontak dalam
waktu lama, dalam frekuensi sering, atau selalu berdekatan dengan
penderita TB, beresiko tinggi ikut terinfeksi, dengan perkiraan angka
infeksi sekitar 22%. Seseorang dengan Tuberkulosis aktif dan tidak
mendapatkan perawatan dapat menginfeksi 10-15 (atau lebih) orang lain
setiap tahun. Kemungkinan penyakit ini menular dari satu orang ke orang
lain tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain:
(1) jumlah titis infeksius yang disemprotkan oleh pembawa, (2) efektifitas
ventilasi lingkungan tempat tinggal, (3) jangka waktu paparan, (4) tingkat
virulen sistrain M. tuberculosis, dan (5) tingkat kekebalan tubuh orang
yang tidak terinfeksi.
Untuk mencegah penyebaran berlapis dari satu orang ke orang
lainnya, pisahkan orang-orang dengan TB aktif ("nyata") dan masukkan
mereka dalam rejimen obat anti-TB. Setelah kira-kira dua minggu
perawatan efektif, orang-orang dengan infeksi aktif yang non-resisten
biasanya sudah tidak menularkan penyakitnya ke orang lain. Bila ternyata
kemudian ada yang terinfeksi, biasanya perlu waktu tiga sampai empat
minggu hingga orang yang baru terinfeksi itu menjadi cukup infeksius
untuk menularkan penyakit tersebut ke orang lain.Penularan penyakit
TBC melalui dahak penderita yang mengandung basil tuberkulosis paru
tersebut. Pada waktu penderita batuk, butir-butir air ludah beterbangan di
udara yang mengandung basil TBC dan terhisap oleh orang yang sehat
dan masuk ke dalam paru yang kemudian menyebabkan penyakit
tuberkulosis paru. Kejadian kasus tuberkulosis paru ini paling banyak
terjadi pada kelompok masyarakat dengan sosial ekonomi lemah
(Manalu, 2010).
d. Penanganan
Pengobatan TB menggunakan antibiotik untuk membunuh
bakterinya. Pengobatan TB yang efektif ternyata sulit karena struktur dan
komposisi kimia dinding sel mikobakteri yang tidak biasa. Dinding sel
menahan obat masuk sehingga menyebabkan antibiotik tidak efektif.Dua
jenis antibiotik yang umum digunakan adalah isoniazid danrifampicin, dan
pengobatan dapat berlangsung berbulan-bulan. Pengobatan TB laten
biasanya menggunakan antibiotik tunggal. Penyakit TB aktif sebaiknya
diobati dengan kombinasi beberapa antibiotik untuk menurunkan resiko
berkembangnya bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Pasien dengan
infeksi laten juga diobati untuk mencegah munculnya TB aktif di
kehidupan selanjutnya. WHO merekomendasikan directly observed
therapy atau terapi pengawasan langsung, dimana seorang pengawas
kesehatan mengawasi penderita meminum obatnya. Tujuannya adalah
untuk mengurangi jumlah penderita yang tidak meminum obat
antibiotiknya dengan benar. Bukti yang mendukung terapi pengawasan
langsung secara independen kurang baik. Namun, metode dengan cara
mengingatkan penderita bahwa pengobatan itu penting ternyata
efektif.Upaya penanggulangan penyakit TB sudah dilakukan melalui
berbagai program kesehatan di tingkat Puskesmas, berupa
pengembangan strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai
strategi DOTS (directly observed treatment, Short course = pengawasan
langsung menelan obat jangka pendek), yang telah terbukti dapat
menekan penularan, juga mencegah perkembangannya MDR (multi drugs
resistance = kekebalan ganda terhadap obat)-TB, tetapi hasilnya masih
dirasakan belum sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu
diharapkan adanya perhatian dari pihak-pihak terkait dalam upaya
meningkatkan keterlibatan peran pelayanan penanganan TB paru
selanjutnya (Manalu, 2010).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Transmisi melalui udara secara epidemiologi dapat terjadi bila
seseorang menghirup percikan partikel nuklei yang berdiameter 1-5 µm (2
m dari sumber, dapat terhirup oleh individu rentan di ruang yang sama
atau yang jauh dari sumber mikroba. Penting mengupayakan pertukaran
udara >12 x/jam (12 Air Changes per Hour/ACH).
mycobacterium tuberculosis ialah Kuman yang berbentuk batang
yaitu sejenis basil aerobik kecil yang non-motil. Berbagai karakter klinis
unik patogen ini disebabkan oleh tingginya kandungan lemak/lipid yang
dimilikinya., mempunyai sifat khusus lain yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil tahan Asam
(BTA).
Diagnosis mungkin terlambat ditegakkan karena manifestasi klinis
yang tidak khas, tertutup oleh gejala-gejala pada kehamilan. Untuk itu
semua pasien dapat di curigai sebagai pasien resiko agar dapat
mewaspadai penularan penyakit melalui transmisi terutama transmisi
udara. Deteksi TBC pada ibu merupakan hal penting untuk pemberian
pengobatan adekuat sehingga risiko serius yang terjadi pada janin dan
bayi baru lahir dapat dikurangi.
3.2 Saran
Dari makalah di atas disarankan kepada bidan dan pembaca agar ;
a. Meningkatkan keterampilan PPI selama melakukan pelayanan
kesehatan
b. Lebih mewaspadai penularan penyakit melalui transmisi udara pada
saat melakukan pelayanan kesehatan
c. Lebih mewaspadai bahaya tbc pada kehamilan
DAFTAR PUSTAKA