Anda di halaman 1dari 24

CRITICAL JOURNAL REVIEW

“Pengembangan Aplikasi Pemeriksaan Kata Dasar dan Imbuhan


pada Bahasa Indonesia”

Nama mahasiswa : Ulfah khairunnisa koto

Nim : 7183344015

Dosen pengampu : Dra. Rosmaini, M.Pd.

Mata kuliah : Bahasa Indonesia

Prodi S1 Pendidikan Administrasi Perkantoran


Fakultas ekonomi
Universitas Negeri Medan
Maret 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan dan rahmatnya, sehingga
tugas ini dapat saya selesaikan. Laporan ini disusun atas dasar tugas Critical Jurnal Review
mata kuliah Bahasa Indonesia. Tidak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih kepada
Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia Ibu Rosmaini yang telah banyak membimbing kami
dalam penyelesaian tugas ini.
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia. Semoga dengan adanya tugas ini dapat bermanfaat untuk kita dan pembaca.
Penyusun menyadari bahwa penulisan maupun pelaporan tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis
harapkan guna menyempurnakan tugas ini. Semoga para pembaca mendapatkan banyak
informasi dari tugas ini dan dapat bermanfaat untuk kami juga pada para pembaca sekalian.

Medan, November 2019

Ulfah Khairunnisa
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI………………………………………………………………………....................

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………....................

I. Rasionalisasi pentingnya CJR………………………………………………..................


II. Tujuan penulisan CJR………………………………………………………..................
III. Manfaat CJR……………………………………………………………………………
IV. Identitas Journal………………………………………………………………………...

BAB II RINGKASAN ISI JURNAL…………………………………………………………...

I. Ringkasan isi jurnal utama………..…………………………………………………….


II. Ringkasan isi jurnal pembanding…………………...………………………..................

BAB III PEMBAHASAN/ANALISIS…………………………………………………………

I. Kelebihan jurnal…………………………………………………………………...........
II. Kekurangan jurnal………………………...…………………………………………….

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………………..

I. Kesimpulan……………………………………………………………………………...
II. Saran…………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

I. Rasionalisasi Pentingnya CJR

Critical Journal Review (CJR) merupakan suatu hal yang penting bagi mahasiswa
karena mempermudah dalam membahas inti hasil penelitian yang telah ada. Terdapat beberapa
hal penting sebelum kita mereview jurnal, seperti menemukan jurnal yang sesuai dengan topik
yang diangkat, membaca keseluruhan dari isi jurnal dan mencoba untuk menuliskan kembali
dengan bahasa sendiri pengertian dari jurnal tersebut. Jurnal memiliki beberapa ciri-ciri, seperti
dibatasi sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh organisasi penerorganisasi yang memuat jurnal
ilmiah; memiliki judul dan nama penulis serta alamat email dan asal organisasi penulis;
terdapat abstract yang berisi ringkasan dari isi jurnal, introduction, metodologi yang dipakai
sebelumnya dan metodologi yang diusulkan, implementasi, kesimpulan dan daftar pustaka.
Langkah penting dalam mereview sebuah jurnal, yaitu mengemukakan bagian
pendahuluan, mengemukakan bagian diskusi, mengemukakan bagian kesimpulan. Hal-hal
yang perlu ditampilkan dalam critical journal review, yaitu mengungkapkan beberapa landasan
teori yang digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam penelitiannya dan tujuan apa yang ingin
dicapai; mengungkapkan metode yang digunakan, subjek penelitian, teknik pengumpulan data,
alat pengumpul data, dan analisis data yang digunakan; mengambil hasil dari penelitian yang
telah dilakukan dengan memberikan deskripsi secara singkat, jelas, dan padat; serta
menyimpulkan isi dari jurnal.

II. Tujuan Penulisan CJR


 Memahami dan menganalisis kelebihan dan kekurangan dari suatu jurnal.
 Mempermudah dalam membahas inti hasil penelitian yang telah ada.
 Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam suatu jurnal.

III. Manfaat CJR


 Membantu semua kalangan dalam mengetahui inti dari hasil penelitian yang terdapat dalam
suatu jurnal.
 Menjadi bahan evaluasi dalam pembuatan suatu jurnal di penerbitan berikutnya.

IV. Identitas Jurnal yang Direview


 Jurnal Utama

1. Judul Jurnal : Pengembangan Aplikasi Pemeriksaan Kata Dasar dan Imbuhan pada
Bahasa Indonesia
2. Tahun Terbit : 2017
3. Pengarang : Melvina Yosephine dan Yulius Denny Prabowo
4. Penerbit : Insituts Teknologi dan Bisnis Kalbis
5. Kota Terbit : Jakarta
6. Nomor ISSN : 2356-4393
7. Volume : Volume 4, Nomor 2

 Jurnal Pembanding
1. Judul jurnal : Materi Imbuhan Bahasa Indonesia dalam BPPB pada Tingkat
Keterampilan Berbahasa Mahasiswa Asing.
2. Tahun terbit : 2017
3. Pengarang : Defina
4. Penerbit : BIPA Insitut Pertanian Bogor
5. Kota terbit : Bogor
6. Nomor ISSN : 2527-8312
7. Volume : Volume 17, Nomor 2

BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

I. Ringkasan Jurnal Utama

A. Pendahuluan
Sebagai mahasiswa, menulis merupakan kegiatan yang sering dilakukan dalam kegiatan
perkuliahan. Tulisan yang dibuat biasanya berupa sebuah karya ilmiah. Dalam menulis sebuah
karya ilmiah kalimat-kalimat yang digunakan harus mengikuti struktur kalimat yang sesuai
dengan kaidah Bahasa Indonesia, yaitu peraturan bahasa (tata bahasa, pilihan kata, tanda baca,
dan ejaan) serta yang lainnya, yang mengacu pada kaidah penulisan dan pengucapan Bahasa
Indonesia dan yang terdapat juga di EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
Namun dalam menulis karya ilmiah sering terdapat kesalahan berbahasa seperti pemakaian
bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang
menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca
yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana
dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti kesalahan yang sering terjadi dalam
menulis adalah typo error. Typo error adalah kesalahan yang dibuat pada saat proses
pengetikan suatu kata. Dalam melakukan pengetikan sering sekali terjadi kesalahan penulisan
kata yang biasanya terjadi tanpa sepengetahuan penulis dan disebabkan oleh banyak hal seperti
ketidak sengajaan jari menekan dua tuts keyboard yang berdekatan, terburu-buru saat
mengetik, bahasa gaul yang mendominasi saat ini, kurangnya ketelitian dan lainnya. Dari hasil
pengamatan peneliti, maka peneliti mencoba membuat sebuah aplikasi yang dapat memeriksa
kata pada Bahasa Indonesia. Pemeriksaan kata dengan cara mengelompokan kata berdasarkan
kata dasar dan kata berimbuhan pada Bahasa Indonesia. Agar pembahasan tidak menyimpang
dari pokok perumusan masalah yang ada, maka peneliti membatasi permasalahan pada: (1)
Program ini melakukan pemeriksaan kata dasar; (2) Program ini melakukan pemeriksaan kata
dasar berawalan; (3) Program ini melakukan pemeriksaan kata dasar berakhiran; dan (4)
Program ini melakukan pemeriksaan kata dasar berawalan dan berakhiran.
Penelitian bertujuan membuat aplikasi pemeriksaan kata dasar dan imbuhan pada Bahasa
Indonesia dengan menggunakan pola huruf konsonan dan vokal.Manfaat penelitian ini, yaitu
mempermudah mahasiswa dalam melakukan pemeriksaan typo error.

B. Metode Penelitian
Metode pengembangan perangkat lunak yang digunakan pada penelitian ini adalah
Prototipe yaitu sebuah rancangan dasar yang merupakan percobaan untuk mewujudkan
beberapa aspek dari konten perangkat lunak Sebuah prototipe juga dapat mejadi susunan skema
pada sebuah rancangan desain informasi, dibagi menjadi tampilan dan performa pada hasil
akhir perangkat lunak. Beberapa aspek dalam sebuah prototipemencakup [7]: (1) Teknologi
saat ini. Teknologi saat ini sebagai hasil yang dicapai dari apa yang terjadi pada perangkat
lunak jika itu dirancang oleh pengetahuan saat ini dari tim perancangan perangkat lunak; (2)
Kebutuhan. Kebutuhan dapat merujuk pada kebutuhan bisnis, teknis, fungsional, pengguna
akhir, atau beberapa kombinasi yang lain; dan (3) Konten. Konten (isi) dapat menjadi beberapa
isi yang berbeda untuk membuat bentuk dasar menjadi rancangan informasi, rancangan
interaksi, rancangan visual, konten editorial, produk bermerek, dan performa dari sistem.
Pengembangan sistem mencakup 4 tahapan dengan penjelasan seperti pada Gambar1: (1)
Tahap plan (perencanaan). Perencanaan akan membantu dalam menentukan pembuatan
prototipe yang sesuai kebutuhan dan untuk merencanakan proses dalam pembuatan prototipe;
(2) Tahap Specification. Tahap specisificaton (spesifikasi) dari proses pembuatan prototipe,
mencakup hasil keputusan pada tiga langkah utama, dimana keputusan-keputusan tersebut
dirancang sesuai dengan tahapan plan (perencanaan). Dimulai dengan mendefinisikan
karakteristik dari prototipe, memilih metode yang diperlukan, dan diakhiri dengan memilih alat
pembuat prototipe; (3) Tahap Design. Setelah melakukan spesifikasi pada strategi pembuatan
prototipe, tahap ke tiga berfokus kepada penetapan desain prototipe dengan baik. Desain yang
baik sudah menjadi bagian yang sangat penting bagi seorang pembuat prototipe. Tahap ini
mencakup identifikasi yang paling efektif didalam menciptakan desain yang konseptual dan
skema navigasi untuk membuat prototipe; dan (4) Tahap Result. Merupakan tahap akhir dari
seluruh kegiatan dalam pembuatan prototipe yang efektif.

C. Pembahasan
 Model Penulisan Kata
1. Kata Dasar

Kata dasar adalah kata yang belum mengalami pengimbuhan, perulangan, ataupun
pemajemukan. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya: buku, itu, sangat, tebal.

2. Kata Turunan atau Berimbuhan

Kata turunan atau berimbuhan adalah kata yang telah mengalami proses pengimbuhan
atau kata yang telah dilekati oleh imbuhan, baik itu yang berupa awalan, sisipan, dan akhiran.

3. Bentuk Ulang dan Kata Ulang

Bentuk ulang di tulis secara lengkap dengan menggunakan tanda tanda hubung. Kata
ulang adalah kata yang mengalami proses pengulangan, baik itu sebagian ataupun seluruhnya.

4. Gabungan Kata

Gabungan kata (kata majemuk) adalah kata yang dibentuk oleh dua kata atau lebih.

5. Kata Ganti ku-, kau-, -mu, dan –nya

Kata ganti ku-, kau-, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti dan
yang diikuti.

6. Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecualia di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata daripada dan kepada.

7. Kata Sandang Si dan Sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh: si pengirim, sang kancil.

8. Partikel

Partikel ditulis dengan ketentuan sebaga berikut: (a) Partikel -lah, -kah, -pun, dan –tah ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya; (b) Partikel pun yang berarti “juga” ditulis
terpisah dari kata yang mendahuluinya; dan (c) Partikel per yang berarti “mulai”, “demi”,
“tiap” ditulis terpisah dari bagian yang mendahuluinya.

9. Singkatan dan Akronim

Singkatan adalah bentukyang dipendekan, yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Akronim
adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, atau pun gabungan
huruf awal dan suku kata dari deret kata yang diperlukan sebagai kata.
10. Penulisan unsur serapan

Membicarakan kaidah cara penulisan unsur serapan, terutama kosakata yang berasal dari
bahasa asing. Pemerintah telah menetapkan beberapa peraturan berkaitan dengan penulisan
unsur serapan itu. Secara umum peraturan-peraturan itu adalah sebagai berikut: (a) Satu bunyi
dilambangkan dengn satu tanda; dan (b) Penulisan sebuah kata harus sesuai pengucapannya.

11. Pemakaian tanda baca.


Membicarakan teknik penerapan kelima belas tanda baca dalam penulisan dengan kaidahnya
masing-masing. Tanda baca itu adalah: Tanda titik (.); Tanda koma (,); Tanda titk koma ( ; );
Tanda titik dua ( : ); Tanda hubungan ( - ); Tanda pisah ( _ ); Tanda elipis ( ... ); Tanda tanya (
? ); Tanda seru ( ! ); Tanda kurung ( (..); Tanda kurung siku ( [..] ); Tanda petik ganda ( “..” );
Tanda petik tunggal ( “ ); Tanda garis miring ( / ); Tanda penyingkat ( ‘ )

 ProsesPembentukan Kata

1. Afiksasi

Afiksasi atau disebut dengan kata berimbuhan adalah kata-kata yang telah berubah bentuk dan
makna. Perubahan ini dikarenakan kata-kata tersebut telah diberi imbuhan yang berupa awalan
(prefiks), akhiran (sufiks), sisipan (infiks), dan awalan-akhiran (konfiks). Imbuhan-imbuhan
tersebut memberikan perubahan makna pada kata dasarnya

Contoh:
Kata dasar sapu memiliki makna sebagai kata benda, setelah mendapat awalan me -, maka
berubah menjadi menyapu yang berarti kegiatan membersihkan. Ani menyapu pekarangan
rumahnya dengan sapu lidi; Kata dasar pulang memiliki arti kembali ke asal, setelah mendapat
sufiks –I, maka berubah menjadi pulangi yang bermakna menyuruh. Pulangi mainan yang kau
pinjam kemarin!; Kata dasar basa memiliki arti kata penghubung untuk menyatakan isi atau
uraian atas bagian kalimat yang di depan, setelah mendapat sisipan (infiks) menjadi bahasa
yang bermakna percakapan yang baik. Ayah mengerti bahasa Indonesia dengan baik; dan Kata
dasar hitung bermakna kegiatan menjumlah, setelah mendapat awalan-akhiran (konfiks)
menjadi diperhitungkan yang bermakna mempertimbangkan. Segi kedisiplinan juga
diperhitungan dalam penilaian.
Proses afiksasi ini biasanya akan menyebabkan terjadi perubahan fonem pada suatu kata.
Untuk itu perlu kita cermati bersama kaidah morfofonemis yang merupakan kaidah yang
mengatur perubahan bunyi akibat proses morfologis. Kaidah tersebut adalah sebagai berikut :
Kaidah Perubahan Fonem

Fonem /n/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah menjadi /m/ apabila
bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /p/,/ b/, dan /f/, Misalnya:
meN- + pikir = memikir
meN- + fitnah = memfitnah
peN- + potong = pemotong
peN- + bual = pembual
Fonem /N/ pada morfem afiks {meN- } dan {peN-} akan berubah menjadi /n/ apabila
bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /t/, /d/, dan /s/ yang berasal dari bahasa
asing dan masih terasa keasingannya, Contoh:
meN- + tolak = menolak
meN- + daki = mendaki
peN- + tanam = penanam
peN- + daki = pendaki
Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah menjadi /n/ apabila
bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /s/, /s/, /c/, dan /j/. Misalnya:
meN- + sabit = menyabit
men- i + syukur = mensyukuri
meN- + cetak = mencetak
meN- + jual = menjual
peN- + sulap = penyulap
peN- + jajah = penjajah
Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah menjadi /n/ apabila bentuk
dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k/, /g/, kh/, /h/, dan /vokal/. Misalnya:
meN- + kutip = mengutip
meN- + goreng = menggoreng
meN- + khitan = mengkhitan
meN- + hias = menghias
meN- + angkat = mengangkat
Fonem /r/ pada morfem asiks ber- dan per-akan berubah menjadi /l/ apabila bentuk dasar yang
mengikutinya berupa morfem ajar. Misalnya:
ber- + ajar = belajar
per- + ajar = pelajar
Fonem /?/ (hamzah) yang menduduki posisi akhir pada bentuk dasar akan berubah menjadi /k/
apabila diikuti atau bergabung dengan morfem afiks peN-an, ke-an, per-an, dan -an. Misalnya:
peN-an + kutuk = pengutukan
peN-an + tolak = penolakan
ke-an + duduk = kedudukan
ke-an + elok = keelokan
per-an + budak = perbudakan
an + kutuk = kutukan
an + petik = petikan

Kaidah Penambahan Fonem

Apabila morfem afiks {meN-} dan {peN-} diikuti oleh bentuk dasar yang bersuku satu akan
terjadi penambahan fonem /e/ sehingga {meN-} menjadi {menge-} dan {peN-} menjadi
{penge-}. Misalnya:
meN- + las = mengelas
meN- + cat = mengecat
peN- + las = pengelas
peN- + cat = pengecat
Apabila morfem afiks {peN-an}, {ke-an}, {per-an}, dan {-an} bertemu dengan bentuk dasar :
Berakhir dengan vokal /a/ akan terjadi penambahan fonem /?/.
Berakhir dengan vokal /u/, /o/, dan /au/ akan terjadi penambahan /w/.
Berakhir dengan vokal /i/ dan /ay/ akan terjadi
penambahan fonem /y/.
Contoh:
peN-an + nama=penamaan /penama?an/
ke-an + sengaja=kesengajaan
per-an + coba = percobaan
paksa + -an = paksaan
peN-an + buku =pembukuan /pembukuwan/
ke-an + satu = kesatuan
per-an + sekutu =persekutuan
satu + -an = satuan
peN-an + veto=pemvetoan /pemvetowan/
per-an + toko = pertokoan
peN-an + bau = pembauan
ke-an + pulau = kepulauan
jangkau + -an = jangkauan
peN-an + daki = pendakian /pendakiyan/
ke-an + lestari = kelestarian
per-an + judi = perjudian
cuci + -an = cucian

Kaidah Penghilangan Fonem

Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} akan mengalami penghilangan apabila bertemu
dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l, r, y, w/ dan /nasal/. Contoh:
meN- + larang = melarang
meN- + ramal = meramal
peN- + lamar = pelamar
peN- + ramal = peramal
Fonem /r/ pada { ber-} dan {ter-},akan mengalami penghilangan apabila bertemu dengan
bentuk yang berawal dengan /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya mengandung /er/.
Contoh:
Ber + ragam = beragam
Ter + rebut = terebut
Ber + ternak + beternak
Fonem / k, p, t, s/ pada awal bentuk dasar yang bertemu dengan {meN-} dan {peN-} akan
mengalami penghilangan fonem kecuali untuk bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing dan
masih terasa keasingannya.
Misalnya:
MeN- + kapur = mengapur
MeN- + pikir = memikir
penN-+ kejar = pengejar
penN-+ pikir = pemikir

2. Reduplikasi
Reduplikasi atau yang biasa disebut kata ulang adalah bentuk kata yang merupakan
pengulangan kata dasar. Pengulangan ini dapat memiliki atau menciptakan arti baru.

Pengulangan Seluruh
Kata ulang ini terdiri dari kata dasar yang diulang secara keseluruhan. Contoh: Kami
mengumpulkan buku-buku untuk anak-anak korban kebanjiran; Ibu-ibu PKK menghadiri acara
yang dilaksanakan oleh ibu walikota pada hari minggu besok; dan Tanah longsor menimbun
rumah-rumah yang ada di kampung Duren pada hari selasa yang lalu.

Pengulangan Sebagian
Kata ulang ini adalah kata ulang yang berasal dari kata dasar yang mengalami pengulangan
hanya pada bagian awal atau akhirnya saja. Contoh: Orang itu hidup dengan sangat tertutup tak
herantetangga mencurigainya; Ketika aku berlibur di desa, aku melihat perbukitan yang sangat
indah; dan Orang itu menebang pepohonan yang ada di atas bukit akibatnya terjadi tanah
longsor.

Kata Majemuk
Kata majemuk adalah bentuk kata yang terdiri dari dua kata yang berhubungan secara padu
dan membentuk arti atau makna baru. Kata majemuk tidak bisa dipisahkan karena akan
kehilangan maknanya. Contoh: Ani sudah dirawat di rumah sakit sejak 4 hari yang lalu. Rumah
sakit = Tempat orang-orang sakit dirawat; Budi selalu menjadi kambing hitam teman-temannya
Kambing hitam = Orang yang dipersalahkan.

Berikut Kerangka berfikir dalam pembentukan Aplikasi berimbuhan tsb :


II. Ringakasan Jurnal Pembanding

A. Pendahuhluan
Dalam pembelajaran bahasa asing di Eropa, berdasarkan pedoman pengajaran bahasa di
Eropa (CFR) ada pengetahuan kebahasaan yang dipelajari, keterampilan berbahasa, dan
sosiobudaya.Hal ini sesuai dengan pendapat Swandayani (2010) yang mengatakan bahwa
dalam CEFR ada tiga unsur yang mesti tercapai. Ketiga unsur itu adalah kompetensi bahasa,
pragmatik, dan sosiolinguistik. Sehubungan dengan pembelajaran bahasa Indonesia bagi
penutur asing yang juga berpedoman pada CEFR, materi yang diajarkan juga mencakup materi
tata bahasa. Hal ini sesuai dengan pendapat para pengejar bahasa Indonesia bagi penutur asing
(BIPA). Materi buku ajar bahasa Indonesia bagi penutur asing menurut Sobarna (2013)
mencakup dua aspek, yaitu kebahasaan dan nonkebahasaan. Materi kebahasaan yang utama
adalah struktur dan kosakata. Struktur meliputi fonologi, morfologi, dan sintaksis. Materi
nonkebahasaan itu adalah pemuatan aspek sosial budaya. Adanya unsur kebahasaan dalam
materi ajar bahasa Indonesia bagi penutur asing juga diungkapkan oleh Darmayanti (2013).
Peserta ajar BIPA di Polandia diberikannya materi kebahasaan berupa pengucapan (fononem),
kosakata, tata bahasa, dan percakapan. Seluruh materi mencakup kemampuan menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Materi tata bahasa mencakup urutan kata, kata tanya,
pembentukan kata imbuhan ber-, me-(N), me- (N)-i, me-(N)-kan, di-, imbuhan peN-, per-, -an,
dan se- dalam bahasa Indonesia. Begitu pun dengan Park (2015) menguraikan materi-materi
kebahasaan yang diajarkan, yakni materi fonologi, morfologi, dan sintaksis. Dari pendapat-
pendapat tersebut dapat diartikan bahwa materi ajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing
memuat materi pengetahuan kebahasaan (fonologi, morfologi, sintaksi, semantik),
keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis), dan juga mencakup
materi budaya Indonesia. Sehubungan dengan hal itu, untuk materi morfologi atau tata kata/
pembentukan kata, perlu dikaji kembali urutan imbuhan yang mesti diajarkan pada setiap
tingkat CEFR. Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kementerian Pendidikan, dan
Kebudayaan Republik Indonesia, sebagai lembaga yang diberikan wewenang dalam
menginternasionalkan bahasa Indonesia, sesuai dengan UU RI No. 24 Tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan, Bagian IV, Pasal 44, Ayat 2,
sudah menyusun silabus dan materi ajar berdasarkan peringkat dalam CEFR, yakni A1, A2,
B1, B,2, C1, dan C2.Hal ini ditandai dengan telah diterbitkan dan disosialisasikannya materi
ajar Sahabatku Indonesia (2016) melalui laman Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Kemdikbud.Sebagai lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah RI, tentulah produk ini menjadi
rujukan bagi penggiat BIPA, terutama di Indonesa. Dengan demikian, tujuan dalam penulisan
ini adalah mengkaji imbuhan-imbuhan yang diberikan pada setiap tingkatan itu.

B. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif.Metode yang digunakan deskriptif analitis. Data
diuraikan melalui kata-kata.Objek penelitian silabus yang dirumuskan Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud, dan materi ajar yang dikebangkan dari silabus. Silabus
itu dimuat di setiap materi ajar Sahabatku Indonesia (2016), yakni A1, A2, B1, B2, C1, dan
C2. Teknik pengumpulan data adalah mengidentifikasi imbuhan yang dirumuskan dalam
silabus per tingkat (A1, A2, B1, B2, C1, dan C2) lalu mengeceknya dengan materi ajar yang
sudah dikembangkan.
Analisis data adalah melalui membaca. Hal ini sesuai dengan pendapat Emzir (2012: 17)
bahwa dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dapat melalui analisis dokumen, analisis
data melalui membaca dan mereviu data serta dilakukan interpretasi terhadap data. Silabus dan
materi ajar Sahabatku Indonesia diunduh dari laman
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/node/1997

C. Pembahasan
Sesuai dengan tingkatan dalam CEFR (6 tingkat), ada enam hal juga yang diuraikan. Keenam
hal itu adalah 1) penggunaan imbuhan tingkat A1, 2) penggunaan imbuhan tingkat A2, 3)
penggunaan imbuhan tingkat B1, 4) penggunaan imbuhan tingkat B2, 5) penggunaan imbuhan
tingkat C1, dan 6) penggunaan imbuhan tingkat C2.
1. Tingkat A1
Pada tingkat A1, untuk silabus yang sudah dikembangkan menjadi materi ajar, diajarkan
imbuhan ber- pada A1.5. Artinya, imbuhan ini diberikan pada Unit ke-5 halaman 58. Pada
pembentukan kata dari imbuhan ber-, dijelaskan prosesnya, yakni berdapat menjadi be- dan
bel-serta makna kata mendapatkan imbuhanber-. Meskipun pada tingkat A1 imbuhan yang
diajarkan hanya imbuhan ber-, dalam pengembangan materi ajar, yakni pada bagian teks dan
tugas (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) sudah ada kata-kata yang berimbuhan
meN-, meN-i, meN-kan, peN-, -an, –kan, per-kan, per-an, ke-an, ter-, dan kepeN-an. Berikut
ini adalah uraiannya.
1) Imbuhan meN-, meN-i, dan meN-kan
Meskipun dalam silabus tidak ada materi tata bahasa untuk imbuhan meN-, meN-i, dan meN-
kan, kata-kata berimbuhan meN-, meN-i, dan meN-kan sudah digunakan dalam teks dan tugas.
Misalnya, pada Unit ke-1, sudah diperkenalkan kata beribuhan meN-dan meN-kan. Kata
beribuhan meN-dan
meN-kan itu adalah menyapa dan menanyakan(lihat halaman 3). Masih pada Unit ke-1, sudah
digunakan imbuhan meN-i, yakni kata mengakhiri Pada Unit ke-3 digunakanmenikah, melihat.
Kata menikah digunakan pada teks membaca (p.22), melihat pada teks menyimak (lihat
halaman 24). Pada Unit ke-4, bagian membaca, muncul kata beribuhan meN-kan, yakni
merayakan (p.32). Selain itu, juga ada kata memberi dan kata membeli. Pada tugas menulis,
halaman 41, ada kata mengundang. Kata melihat dan memberi digunakan lagi pada teks
membaca, Unit ke-5 (p. 48).Unit ke-5, bagian kegiatan 1, halaman 57, muncul kata menonton
dan menunggu. Unit ke-6, bagian menyimak, halaman 69, muncul kata menolong, menelepon,
mengerti, menyapa, danbagian kegiatan menyimak, halaman 70, digunakan kata menakuti,
menyakiti, memaksa, mengajak, dan mentraktir.
2) Imbuhan -an
Imbuhan –an juga sudah digunakan pada Unit ke-1, yakni adanya kata ungkapan. Pada Unit
ke-4, bagian tugas menulis, yakni kata undangan (p.41). Kosakata beribuhan – an juga dimuat
pada Unit ke-5, bagian menyimak, yakni kata jemuran, lukisan, dan lemari pajangan (p.53),
bagian kegiatan 1,
halaman 57, muncul kata sayuran. Pada Unit ke-6, bagian membaca, ada kata peliharaan dan
pangkuan dan lingkungan (p.66-67). Pada Unit ke-6, bagian menyimak, ada kata makanan dan
minuman (p.69), pada bagian kegiatan menyimak ada kata sendirian, sindiran, rupawan, dan
dermawan.
3) ImbuhanpeN
Imbuhan peN-digunakan pada Unit ke-1, yakni kata pengirim, penerima, pembuka, dan
penutup. Unit ke-5, bagian kegiatan 1, halaman 57, digunakan kata penumpang. Selain itu,
imbuhan ini juga digunakan pada Unit ke-6, bagian membaca, ada kata pemalu, pada bagian
kegiatan menyimak ada kata pendiam, pendendam, penyayang, dan pengemis
4) Imbuhan per-an
Kata-kata menggunakan imbuhan per-an juga sudah diperkenalkan pada Unit ke-2, yakni kata
pekerjaan. Kata tersebut muncul pada latihan berbicara. Kosakata beribuhan per–an dimuat
pada Unit ke-5, bagian membaca, yakni kata perbelanjaan. Pada Unit ke-6, bagian menyimak,
yakni kata pelajaran. Pada Unit ke-7, bagian membaca, yakni kata persimpangan, bagian
kosakata ada kata perempatan, pertigaan, perjalanan, pertemuan

2. Tingkat A2
Pada tingkat A2, untuk silabus yang sudah dikembangkan menjadi materi ajar, tidak ada
imbuhan yang diajarkan. Artinya, untuk materi tata bahasa, peserta ajar tidak diajarkan
secara khusus tentang pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan. Sama halnya dengan
tingkat A1, meskipun pada tingkat A1 imbuhan yang diajarkan hanya imbuhan ber-, namun
dalam pengembangan materi ajar, yakni padabagian teks dan tugas (menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis) sudah ada kata-kata yang berimbuhan meN-,meN-i, meN-kan, peN-, -
an, –kan, per-kan, per-an, ke-an, ter-, begitu pun halnya pada A2 ini. Pada materi ajar A2 yang
terdiri atas dua belas unit ini sangat banyak digunakan kata-kata berimbuhan meN-,meN-i,
meN-kan, peN-, -an, –kan, per-kan, per-an, ke-an, ter-. Berikut ini adalah uraiannya.
1) Imbuhan meN-, meN-i, dan meN-kan
Meskipun dalam silabus tidak ada materi tata bahasa untuk imbuhan meN-, meN-i, dan meN-
kan, kata-kata berimbuhan meN-, meN-i, dan meN-kan juga digunakan dalam teks dan tugas.
Misal, pada Unit ke-1, bagian membaca, digunakan kata mempunyai, dan menikah (p. 2-4).
Pada Unit ke-2, bagian membaca, digunakan kata menikah, memasak, membeli, membaca,
menyiapkan, menonton, menjemput, memeriksa, menyetrika, membalas, menyapu, menelepon,
membuka, mencuci, merapikan, membantu, menyuruh, mengajarkan, dan mendengarkan (p.8-
12).
2) Imbuhan -an
Imbuhan –an juga sudah digunakan pada Unit ke-1, yakni adanya kata hubungan (p.3). Pada
Unit ke-2, bagian membaca, digunakan kata makanan (p.8). Pada Unit ke- 3, bagian membaca,
digunakan kata Potongan dan angsuran (p.20). Pada Unit ke-4, bagian membaca, digunakan
kata bundaran(p.29). Pada Unit ke-5, bagian membaca, kegiatan 5, digunakan kata tambahan
(p. 40). Unit ke-6, bagian membaca, kegiatan 5, digunakan kata tanaman (p.46). Pada Unit ke-
8 digunakan kata pangkalan (p.63). Pada Unit ke-9 digunakan kata syukuran (p. 74). Pada Unit
ke-10 digunakan kata gerakan (p.82).
3) ImbuhanpeN
Kata-kata menggunakan imbuhan peN- digunakan pada Unit ke-2, yakni kata pengajar (p.11).
Imbuhan peN- juga digunakan pada Unit ke-8, yakni kata penumpang (p.63).
4) Imbuhanper-an, peN-an
Kata-kata menggunakan imbuhan per-an digunakan pada Unit ke-4, yakni kata perpustakaan
(p. 29), pernikahan (p.31), percakapan (p.63), pekerjaan (p. 61). Pada Unit ke-9 digunakan
kata perpisahan (p. 75). Pada Unit ke-10 digunakan kata pendinginan dan peregangan (p.82).
Pada Unit ke-11 digunakan kata pembayaran dan pemesanan (p. 91).
5) Imbuhan–kan
Kata-kata berimbuhan –kan digunakan pada Unit ke-10, yakni lakukan, rentangkan,
renggangkan
3. Tingkat B1
Beda halnya dengan A2 yang tidak ada diajarkan materi imbuhan, pada silabus tingkatan B1
ada empat imbuhan yang diajarkan. Pada silabus B1, kembali diajarkan imbuhan ber-
yangdisejalankan dengan imbuhan meN-. Pemberian imbuhan ini sehubungan dengan
penyusunan kalimat
aktif-pasif. Selain imbuhan aktif ber- dan meN-, juga diajarkan imbuhan pembentuk kata kerja
pasif ter- dan imbuhan ke-an. Sama halnya dengan tingkat A1 dan A2, meskipun pada tingkat
A1 imbuhan yang diajarkan hanya imbuhan ber- dan di tingkat A2 tidak ada imbuhan yang
diajarkan, namun dalam pengembangan materi ajar, yakni pada bagian teks dan tugas
(menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) sudah ada kata-kata yang berimbuhan yang
belum diajarkan di level A1, A2, dan juga tidak diajarkan pada level ini (B1). Pada Unit 1 saja
sudah banyak kosa kata berimbuhan yang imbuhannya belum diajarkan. Contoh kata-kata
berimbuhan itu dapat dilihat pada table berikut.
Penjelasan kata berimbuhan meN-, di-, ter- dalam kalimat aktif-pasif
BAB III

PEMBAHASAN
I. Kelebihan Jurnal

-Kedua jurnal ini sudah cukup menjelaskan isi nya dengan lengkap sesuai judul jurnal tersebut.
-Untuk jurnal pertama dan kedua saya sangat cukup mudah memahami kata-kata yang ada pada
jurnal tersebut, karena bahasa nya yang tidak terlalu sulit dimengerti.
-Dalam segi identitas jurnal, jurnal ini sudah sangat melengkapi.

II. Kelemahan Jurnal

-Dan untuk jurnal pertama dan kedua saya rasa kelemahan di dalam jurnal ini tidak terlalu begitu
banyak, karena kelebihan nya ia bisa menutupi kelemahan-kelemahan kecil di dalamnya.
BAB IV

PENUTUP

I. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pengujian pada penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut: (a) Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman penulis sebagai mahasiswa dalam
mengerjakan tugas salah satu masalah yang sering ditemukan dalam penulisan adalah kesalahan
pengetikan kata atau yang sering disebut typo error berdasarkan hal ini peneliti berinisiatif memulai
rangkaian awal penelitian untuk memeriksa jenis kesalahan tersebut dengan cara melakukan pemilahan
kata dasar dan kata imbuhan dalam Bahasa Indonesia; (b) Metode yang digunakan adalah metode
prototipe. Metode prototipe yang digunakan dalam penelitian ini membagi penelitian pemilahan kata
dasar dan kata imbuhan dalam 4 tahap yaitu plan, specification, design dan result; (e) Dengan
menggunakan pola huruf konsonan vokal dari setiap kata maka dapat ditemukan perbedaan antara kata
dasar dan kata berimbuhan;

II. Saran

Besar harapan saya akan menjadi lengkapnya Jurnal ini dikemudian hari maka dari itu penulis
diharapkan mampu menerima kritik dan saran dari para pembaca. Saran saya adalah penulis
diharapkan dapat mengembangkan Jurnal ini menjadi lebih baik sehingga lebih menarik minat
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

K. Mousir, “Kelas Indonesia,” 5 mei 2014. [Online]. Available:


http://www.kelasindonesia.com/2015/05/ pengertian-dan-contoh-kata-dasar-turunan
majemuk-dan-kata-ulang.html. [Diakses 22 Desember 2016].

M. Mu Arumdyahsari, S., Hs., Widodo, & Susanto, G. (2016). Pengembangan bahan ajar Bahasa
Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Tingkat Madya. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan, 1(5), 828-834. Diakses 7 September 2017 dari: https://doaj.org/article/acc53f3bba
454ba4b2a34681f85dd182.slich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Bumi Aksara,
2013. hal 35

Anda mungkin juga menyukai