SEMANGAAAAAAAAAT
A. PERAN GURU
Guru sebagai pelaku utama dalam penerapan program pendidikan di sekolah memiliki
peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Dalam proses
belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas
belajar bagi murid-murid untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk
melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan anak.
Pendidik adalah orang yang mengajar dan membantu siswa dalam memecahkan masalah
pendidikannya. Sedangkan menurut kajian Islam, menurut Imam al-Ghazali guru/pendidik
adalah orang yang berusaha membimbing, meningkatkan, menyempurnakan, segala potensi yang
ada pada peserta didik. Serta membersihkan hati peserta didik agar bisa dekat dan berhubungan
dengan Allah SWT.
Pendidik di indonesia sendiri lebih dikenal dengan istilah pengajar, adalah tenaga
kependidian yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus
sebagi profesi pendidik. pendidik adalah orang-orang yang dalam melaksanakan tugasnya akan
berhadapan dan Perinteraksi langsung dengan para peserta didiknya dalam suatu proses yang
sistematis, terencana, dan bertujuan. Menurut Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono,
peran guru dalam proses belajar berpust pada :
1. Mendidik anak dengan memberikan pengarahan dan motivasi untuk mencapai tujuan, baik
tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang;
2. Memberi fasilitas, media, pengalaman belajar yang memadai;
3. Membantu mengembangkan aspek-aspek kepribadian siswa, seperti sikap, nilai-nilai, dan
penyesuaian diri.
Demikianlah dalam proses belajar mengajar, guru tidak terbatas hanya menyampaikan
ilmu pengetahuan saja akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan
perkembangan kepribadian murid. Ia harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian
rupa, sehingga dapat merangsang murid untuk belajar aktif dan dinamis dalam memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan.
Mengingat peranannya yang begitu penting, maka guru dituntut untuk memiliki
pemahaman dan kemampuan secara komprehensif tentang kompetensinya sebagai pendidik.
Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan,
seperti yang di ungkapkan oleh Brand dalam Educational Leadership menyatakan bahwa hampir
semua usaha reformasi pendidikan seperti pembaharuan kurikulum dan metode pembelajaran,
semua bergantung kepada guru.
Sedangkan menurut Wina Sanjaya, yang dimaksud dengan peran guru sebagai
demonstrator adalah peran untuk mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang
dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. Ada
dua konteks guru sebagai demonstrator, yaitu :
Sebagai demonstrator guru harus menunjukkan sikap-sikap terpuji. Dalam setiap
kehidupan, guru merupakan sosok yang ideal bagi setiap siswa. Biasanya apa
yang dilakukan guru akan menjadi acuan bagi siswa. Dengan demikian, berarti
dalam konteks ini guru berperan sebagai model dan teladan bagi setiap siswa.
Sebagai demonstrator guru harus dapat menunujukan bagaimana caranya agar
setiap materi pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa. Oleh
karena itu, sebagai demonstrator erat kaitannya dengan perencanaan strategi
pembelajaran yang lebih efektif.
Tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas
untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik.
Sebagai pengelola, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan
siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat
menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar siswa.
2. Guru sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi
untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Sebagai mediator, guru menjadi
perantara hubungan antar manusia.Dalam konteks kepentingan ini, guru harus terampil
mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi.
3. Guru sebagai Evaluator
Fungsi ini dimaksudkan agar guru mengetahui apakah tujuan yang telah
dirumuskan telah tercapai atau belum, dan apakah materi yang sudah diajarkan sudah
cukup tepat. Dengan melakukan penilaian guru akan dapat mengetahui keberhasilan
pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran serta keefektifan metode
mengajar. Dalam peran ini, guru menyimpulkan data atau informasi tentang keberhasilan
pembelajaran yang telah dilakukan. Terdapat dua fungsi dalam memerankan perannya
sebagai evaluator, yaitu :
Untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan
atau menentukan keberhasilan siswa dalam menyerap materi kurikulum.
Untuk menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang
telah dirancang dan diprogramkan.
4. Guru sebagai Motivator
Dalam proses pembelajaran. motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang
sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan
kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk
belajar.Dengan demikian, siswa yang berprestasi rendah belum tentu disebabkan oleh
kemampuannya yang rendah pula, tetapi mungkin disebabkan tidak ada dorongan
motivasi dalam dirinya.Oleh sebab itu, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi
belajar siswa, karena pada hakikatnya aktivitas belajar adalah aktivitas yang berhubungan
dengan keadaan mental seseorang. Dengan demikian apabila peserta didik belum siap
(secara mental) menerima pelajaran yang akan disampaikan, maka dapat dipastikan
bahwa pembelajaran yang dilaksanakan tersebut akan berjalan dengan sia-sia dan tanpa
makna.
Ada beberapa cara untuk memotivasi siswa dalam belajar, antara lain :
Memperjelas tujuan yang ingin dicapai;
Membangkitkan minat siswa;
Sesuaikan materi pelajaran dengan pengalaman dan kemampuan siswa;
Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar;
Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa;
Ciptakan persaingan dan kerja sama.
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para
peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas
pribadi teretentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Berkaitan
dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui, serta memahami nilai, moral dan social
serta berusaha dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut.
Seorang guru dikatakan sebagai guru tidak cukup “ tahu” sesuatu materi yang akan
diajarkan, tetapi pertama kali ia harus merupakan seseorang yang memang memiliki “
kepribadian guru” dengan segala cirri tingkat kedewasaannya. Dengan kata lain bahwa
untuk menjadi pendidik atau guru, seseorang harus berpribadi.
Tugas pendidik adalah sebagai teladan bagi siswa.Sukses tidaknya seorang pendidik
adalah dilihat dari hasil didikan seorang pendidik. Pendidik yang sukses akan mengikat
peserta didik dengan nilai-nilai universal dan menjauhkan peserta didik dari pengaruh
budaya dan pemikiran yang merusak. Sebagai seorang guru yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab untuk mendidik peserta didik dalam mengembangkan kepribadian, guru
dituntut memiliki kepribadian ideal yang patut untuk dicontoh. Peserta didik tidak akan
mudah untuk tergugah hati dan pikiran atas ajaran pendidik, bila tidak melihat bukti
aktualisasinya pada diri pendidik. Sebagai contoh siswa tidak akan disiplin dalam mengikuti
pelajaran guru yang sering terlambat masuk dan memulai pelajaran.
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi,
kematangan, hubungan peserta didik dan dengan guru, kemampuan verbal, tingkat
kebebasan, rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor di
atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik.
Sesuai dengan peran guru sebagai konselor adalah ia diharapkan akan dapat merespon
segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran, Oleh karena itu, guru
harus dipersiapkan agar.
a. Dapat menolong peserta didik memecahkan masalah-masalah yang timbul antara peserta
didik dengan orang tuanya.
b. Bisa memperoleh keahlian dalam membina hubungan yng manusiawi dan dapat
mempersiapkan untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan bermacam-macam
manusia.
Pada akhirnya, guru akan memerlukan pengertian tentang dirinya sendiri, baik itu
motivasi, harapan, prasangka ataupun keinginannya. Semua hal itu akan memberikan
pengaruh pada kemampuan guru dalam berhubungan dengan orang lain terutama siswa.
Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang akan didapat oleh peserta didik
selama ia mengikuti suatu proses pendidikan. Secara resmi kurikulum sebenarnya merupakan
sesuatu yang diidealisasikan atau dicita-citakan .Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin
dicapai sangat bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru.Artinya guru
adalah orang yang bertanggung jawab dalam mewujudkan segala sesuatu yang telah tertuang
dalam suatu kurikulum resmi.Bahkan pandangan mutakhir menyatakan bahwa meskipun suatu
kurikulum itu bagus, namun berhasil atau gagalnya kurikulum tersebut pada akhirnya terletak di
tangan pribadi guru. Sedangkan peranan guru dalam pembinaan dan pengembangan kurikulum
secara aktif antara lain yaitu : perencanaan kurukulum, pelaksanaan di lapangan, proses
penilaian, pengadministrasian, perubahan kurikulum.
Peranan guru dalam kurikulum berbasis lingkungan tidak kalah aktifnya dengan
peserta didik.Sehubungan dengan tugas guru untuk mengaktifkan peserta didik dalam
belajar, maka seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan, sikap, dan ketrampilan
yang memadai. Pengetahuan, sikap, dan ketramoilan yang dituntut dari guru dalam proses
pembelajaran yang memiliki kadar pembelajaran tinggi didasarkan atas posisi dan peranan
guru, tugas dan tanggung jawab sebagai pengajar yang profesional.
Posisi dan peran guru yang dikaitkan dengan konsep pendidikan berbasis
lingkungan dalam proses pembelajaran dimana guru harus menempatkan diri sebagai :
a. Pemimpin belajar, dalam arti guru sebagai perencana, pengorganisasi pelaksana, dan
pengontrol kegiatan belajar peserta didik.
b. Fasilitator belajar, guru sebagai pemberi kemudahan kepada peserta didik dalam
melakukan kegiatan belajarnya melalui upaya dalam berbagai bentuk.
c. Moderator belajar, guru sebgai pengatur arus kegiatan belajar peserta didik,. Selain itu
guru bersama peserta didik harus menarik kesimpulan atau jawaban masalah sebagai hasil
belajar peserta didik,atas dasar semua pendapat yang telah dibahas dan diajukan peserta
didik.
d. Motivator belajar, guru sebagai pendorong peserta didik agar mau melakukan kegiatan
belajar. Sebagai motivator guru harus dapat menciptakan kondisi kelas yang merangsang
peserta untuk mau melakukan kegiatan belajar, baik individual maupun kelompok.
e. Evaluator belajar, guru sebagai penilai yang objektif dan komprehensif. Sebagai
evaluator guru berkewajiban mengawasi, memantau proses pembelajaran peserta didik dan
hasil belajar yang dicapainya. Guru juga berkewajiban melakukan upaya perbaikan proses
belajar peserta didik, menunjukkan kelemahan dan cara memperbaikinya, baik secara
individual, kelompok, maupun secara klasikal.
Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Guru
selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas dimaksudkan
untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai
tujuan pengajaran secara efektif dan efesien.
Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya
mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan
sekolah yang perlu diorganisasi.Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan
belajar terarah kepada tujuan –tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan
itu turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang
baik. Lingkungan yang baik ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk
belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas
untuk bermacam-macam kegiatan belajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan
khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar,
menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa belajar, tetapi juga
mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh
hasil yang diharapkan.
Pengelolaan kelas juga terkait dengan kegiatan penjadwalan penggunaan kelas untuk
berbagai mata pelajaran yang sesuai dengan sifat dan karakteristiknya masing-masing,
sehingga tidak saling ganggu-menggangu.Ketika pada satu kelas terjadi kegiatan pelajaran
bernyanyi misalnya, maka kelas yang berdekatan dengannya tidak merasa terganggu.
2. jenis – jenis sumber belajar
Menurut Undang- undang No. 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat 1 tentang guru
dan dosen Dan Peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3 yang
dikutip jamil dalam bukunya dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi professional
a. Kompetensi Pedagogik
b. Kompetensi kepribadian
c. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian
dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar. Selanjutnya pengertian lain, terdapat
kriteria lain kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Dalam konteks
ini seorang guru harus mampu:
1) Bersikap inklusif, bertindak objektif serta tidak deskriminatif, karena
pertimbanagan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang
keluarga dan statur sosial ekonomi
2) Berkomunikasi secara efektif, simpatik, dan santun dengan sesame
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat
3) Beradaptasi ditempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia
4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara
lisan dan tulisan atau bentuk lain
d. Kompetensi professional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan
dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan
mendalam, yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata
pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum
tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru.
oblem Guru adalah jabatan atau profesi, untuk itu seorang guru harus mampu melaksanakan
tugasnya secara profesional. Orang yang profesional adalah orang yang mampu
melaksanakan tugas jabatannya secara mumpuni, baik secara konseptual maupun
aplikatif. oalan, masalah, perkara sulit. Pendidikan adalahsia
Banyak guru yang malas untuk meneliti di kelasnya sendiri. Banyak guru yang terjebak
dalam rutinitas kerja sehingga potensi ilmiahnya tak muncul kepermukaan. Biasanya para
guru akan sibuk meneliti bila mereka mau naik pangkat saja. Karenanya guru harus
diberikan bekal agar dapat melakukan sendiri Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
bertujuan memperbaiki kualitas pembelajarannya di sekolah.
2. Masalah kesejahteraan.
Guru sekarang masih banyak yang belum sejahtera. Banyak guru yang tak bertambah
pengetahuannya karena tak sanggup membeli buku. Untuk biaya hidupnya saja mereka
sudah kembang kempis apalagi memiliki buku. Banyak pula guru yang tak sanggup
menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi, karena kecilnya penghasilan yang
didapatnya setiap bulan. Dengan adanya sertifikasi guru dalam jabatan, semoga
kesejahteraan guru ini dapat terwujud.
3. Kurang kreatifnya guru dalam membuat alat peraga dan media pembelajaran.
Setiap guru memilki kepribadian masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka
miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dari guru lainnya. Kepribadian
sebenarnya adalah suatu masalah abstrak, yang hanya dapat dilihat dari penampilan,
tindakan ucapan, cara berpakaian dalam menghadapi setiap persoalan..
5. Kemampuan mengajar
Pentingnya komunikasi bagi organisasi tidak dapat dipungkiri, adanya komunikasi yang
baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu pula
sebaliknya. Misalnya kepala sekolah tidak menginformasikan kepada guru-guru
mengenai kapan sekolah dimulai sesudah libur maka besar kemungkinan guru tidak
datang mengajar.
Sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat
lingkungannya, sebaliknya masyarakat pun tidak dapat dipisahkan dari sekolah sebab
keduanya memiliki kepentingan, sekolah merupakan lembaga formal yang diserahi
mandat untuk mendidik, melatih, dan membimbing generasi muda bagi peranannya
dimasa depan, sementara masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan itu.
Manfaat hubungan dengan masyarakat sangat besar bagi peningkatan kinerja guru
melalui peningkatan aktivitas-aktivitas bersama, komunikasi ysng kontinu dan proses
saling memberi dan saling menerima serta membuat instropeksi sekolah dan guru
menjadi giat dan kontinu. Setiap aktivitas guru dapat diketahui oleh masyarakat sehingga
guru akan berupaya menampilkan kinerja yang lebih baik. Hal ini dipertegas Pidarta
(1999) yang menyatakan bahwa bila guru tidak mau belajar dan tidak mampu
menampilkan diri sangat mungkin masyarakat tidak menghiraukan mereka. Keadaan ini
seringkali menimbulkan cap kurang baik terhadap guru.
8. Kedisiplinan
Kedisiplinan yang baik ditunukkan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
akan memperlancar pekerjaan guru dan memberikan perubahan dalam kinerja guru ke
arah yang lebih baik dan dapat dipertanggung jawabkan.
2. Kendala dari sisi pemerintah
Dalam pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa standar nasional pendidikan yang
terdiri atas standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan,
dan standar penilaian pendidikan harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.
Sarana dan prasarana sekolah, merupakan salah satu kendala yang masih dihadapi
oleh dunia pendidikan kita. Kemampuan keuangan yang masih terbatas, salah kelola
maupun tingkat KKN yang masih tinggi serta faktor-faktor lain, telah menyebabkan
kondisi sekolah masih jauh dari memadai. Mulai dari jumlah gedung yang rusak, ruang
kelas yang terbatas maupun kelengkapan alat-alat laboratorium yang sangat dibutuhkan
dalam pencapaian proses belajar mengajar yang belum maksimal, merupakan beberapa
kendala nyata yang masih kita hadapi.
Guru juga harus selalu melakukan perbuatan yang positif terutama di depan peserta didiknya
agar dapat mengangkat kewibawaannya dan menyelenggarakan proses pembelajaran dengan
sebaik-baiknya dalam kerangka pembangunan pendidikan. Terlepas dari perencanaan guru
terkadang guru secara tidak sadar melakukan kesalahan dalam melaksanakannya tugas dan
fungsinya. Sebagai manusia biasa, tentu saja guru tidak akan terlepas dari kesalahan baik dalam
berperilaku maupun dalam melaksanakan tugas pokoknya mengajar. Namun demikian, bukan
berarti kesalahan guru harus dibiarkan dan tidak dicarikan cara pemecahannya. Guru harus
mampu memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan dirinya berbuat salah dan yang paling
penting adalah mengendalikan diri serta menghindari dari kesalahan-kesalahan.
Tugas guru yang paling utama adalah mengajar dalam pengertian menata lingkungan agar
terjadinya kegiatan belajar pada peserta didik. Berbagai kasus menunjukan bahwa diantara para
guru banyak yang merasa dirinya sudah dapat mengajar dengan baik, meskipun tidak dapat
menunjukan alasan yang mendasari asumsi tersebut. Asumsi keliru tersebut seringkali
menyesatkan dan menurunkan kreatifitas, sehingga bannyak guru yang suka mengambil jalan
pintas dalam pembelajaran, baik dalam perencanan, pelaksanaan, maupun evaluasi. Tugas guru
dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada peserta didik. Guru harus
memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu
membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Agar tidak tergiur untuk mengambil
jalan pintas dalam pembelajaran guru hendaknya memandang pembelajaran sebagai suatu
sistem, yang jika salah satu komponen terganggu maka akan menganggu seluruh sistem tersebut.
Dalam pembelajaran di kelas, guru berhadapan dengan sejumlah peserta didik yang
semuanya ingin diperhatiakan. Peserta didik akan berkembang secara optimal melalui perhatian
guru yang positif, sebaliknya perhatian yang negatif akan menghambat perkembangan peserta
didik, mereka juga menganggap bahwa mengajar adalah memberikan sejumlah pengetahuan
kepada peserta didik. Tidak sedikit guru yang mengabaikan perkembangan keperibadian, serta
lupa memberikan pujian kepada mereka yang berbuat baik dan tidak membuat masalah.
Biasanya guru baru memberikan perhatian kepada peserta didik ketika ribut, tidak
memperhatikan, atau mengantuk di kelas, sehingga menunggu peserta didik berperilaku buruk.
Kondisi tersebut seringkali mendapat tanggapan yang salah dari peserta didik, mereka
beranggapan bahwa jika ingin mendapat perhatian dari guru maka harus berbuat salah.
Akhir-akhir ini banyak perilaku negatif yang dilakukan oleh para peserta didik, bahkan
melampau batas kewajaran karena telah menjurus pada tindak melawan hukum, melanggar tata
tertib, melanggar norma agama dan telah membawa akibat yang sangat merugikan masyarakat.
Demikian halnya dengan pembelajaran, guru akan menghadapi situasi-situasi yang menuntut
mereka harus melakukan tindakan disiplin. Seperti alat pendidikan lain jika guru tidak memiliki
rencana tindakan yang benar, maka dapat melakukan kesalahan yang tidak perlu. Seringkali guru
memberikan hukuman kepada peserta didik tanpa melihat latar belakang kesalahan yang
dilakukannya, tidak jarang guru yang memberikan hukuman melampau batas kewajaran
pendidikan, dan banyak guru yang memberikan hukuman kepada peserta didik tanpa melihat
latar belakang kesalahan.
Selain itu, guru juga jarang sekali mengoreksi pekerjaan peserta didik dan
mengembalikannya dengan berbagai komentar, kritik dan saran untuk kemajuan peserta didik.
Yang sering dialami oleh peserta didik adalah bahwa guru sering memberi tugas, tetapi tidak
pernah memberikan umpan balik terhadap tugas-tugas yang dikerjakan. Kesalahan-kesalahan
seperti diuraikan di atas dapat mengakibatkan upaya penegakan disiplin menjadi kurang efektif,
dan merusak keperibadian serta harga diri peserta didik. Agar kita tidak melakukan kesalahan
dalam melakukan disiplin beberapa hal yang perlu diperhatikan: (1) disiplinkan peserta didik
ketika suasana hati guru tenang, (2) gunakan disiplin secara tepat waktu dan tepat sasaran, (3)
hindari menghina dan mengejek peserta didik, (4) pilihlah hukuman yang bisa dilaksanakan
secara tepat, (5) gunakan disiplin sebagai alat pemeblajaran.
Kesalahan lain yang sering dilakukan oleh guru adalah mengabaikan perbedaan peserta didik.
Mengakatagorian perbedaan individual ke dalam bidang- bidang sebagai berikut:
5) Perbedaan Kognitif
Proses belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah, menghasilkan tiga pembentukan
kemampuan yaitu kemapuan kognitif, afektif dan psikomotor. Kemampuan kognitif
mengambarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tiap-tiap orang. Pada dasarnya
kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Sebagaimana diketahui bahwa hasil belajar
merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan lingkungan. Faktor dasar yang berpengaruh
menonjol pada kemampuan kognitif dibedakan dalam bentuk lingkungan alamiah dan
lingkungan yang dibuat. Tingkat kemampuan kognitif tergambar pada hasil belajar yang diukur
dengan tes hasil belajar.
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam
kehidupannya. Kemampuan individu yang sangat penting dalam berbahasa berbeda-beda.
Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya
dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis dansistematis.
Dalam suatu kelompok siswa pada tingkat amanpun, perbedaan latar belakang dan
pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas
dari potensi individu untuk menguasai bahan pelajaran. Pengalaman-pengalaman belajar yang
dimiliki anak di rumah mempengaruhi kemauan untuk berprestasi dalam situasi belajar yang
disajikan.Minat dan sikap terhadap sekolah dan mata pelajaran tertentu, kebiasaan-kebiasaan
kerja sama, kecakapan atau kemauan untuk berkonsentrasi pada bahan-bahan pelajaran dan
kebiasaan-kebiasaan belajar semuanya merupakan faktor perbedaan di antara para siswa.
Kesalahan lain yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran adalah merasa paling pandai
di kelasnya. Kesalahan ini berangkat dari kondisi bahwa pada umumnya para peserta didik di
sekolah usianya relatif lebih muda dari pada gurunya, sehingga guru merasa bahwa peserta didik
tersebut lebih bodoh dibanding dirinya, peserta didik dipandang sebagai gelas yang perlu diisi air
ke dalamnya. Perasaan ini sangat menyesatkan, karena kondisi seperti sekarang ini peserta didik
dapat belajar melalui internet dan berbagai media masa yang mungkin guru belum
memahaminya.
Pembelajaran yang baik dan efektif adalah yang mampu memberikan kemudahan belajar
bagi peserta didik secara adil dan merata, sehingga mereka dapat mengembangkan potensinya
secara optimal. Keadilan dalam pembelajaran merupakan kewajiban guru dalam pembelajaran,
dan hak peserta didik untuk memperolehnya. Dalam prakteknya banyak guru yang tidak adil
sehingga merugikan perkembangan peserta didik dan ini merupakan kesalahan yang sering
dilakukan oleh guru terutama dalam penilaian. Penilaian merupakan upaya untuk memberikan
penghargaan kepada peserta didik sesuai dengan usaha mereka dalam pembelajaran. Oleh karena
itu dalam memberikan penilaian harus secara adil dan benar-benar merupakan cermin dari
perilaku peserta didik. Namun demikian, dalam pelaksanaannya tidak sedikit guru yang
menyalahguanakan penilaian, misalnya sebagai ajang untuk menyakurkan kasih sayang di luar
tanggungjawabnya sebagai guru.
Memaksa hak peserta didik merupakan kesalahan yang sering dilakukan guru, sebagai akibat
dari kebiasaan guru berbisnis dalam pembelajaran, sehingga menghalalkan segala cara untuk
mendapat keuntungan. Guru boleh saja memiliki pekerjaan sampingan, memperoleh penghasilan
itu sudah menjadi haknya tetapi tindakannya memaksa bahkan mewajibkan peserta didik untuk
membeli buku tertentu sangat fatal serta kurang bisa digugu dan ditiru. Sebatas menawarkan
boleh saja, tetapi kalau memaksa kasihan bagi orang tua yang tidak mampu.
6. Faktor penyebab terjadinya pelanggaran kode etik profesi guru beserta solusinya
Kasus 1
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian tengah menyelidiki kasus pelecehan seksual yang
dilakukan oknum guru olahraga berinisial AK di salah satu SMP Negeri di Pekayon, Jakarta
Timur. Tiga siswa dikabarkan menjadi korban.
Berdasarkan pesan berantai yang beredar di aplikasi WhatsApp menyebutkan sebanyak 35 siswa
menjadi korban pelecehan seksual.
Kapolsek Pasar Rebo Kompol Joko Waluyo membantah kabar tersebut. Joko mengatakan,
penyelidikan juga untuk mengetahui apakah korban lebih banyak jumlahnya. Sementara, saat ini
ketiga korban telah menjalani visum, meskipun hasilnya belum diketahui.
"Korbannya baru tiga, nanti saya mau lapor Kapolres (Kapolres Jakarta Timur Kombes Tony)
dulu. Korban sudah divisum tapi hasilnya belum diambil," ujarnya di Mapolsek Pasar Rebo
kepada CNNIndonesia.com, Jumat (12/1).
Kasus 2
PROKAL.CO, PALU - Perkara dugaan tindak pidana pencurian dan pembobolan ATM milik
kepala Taman Kanak-Kanak (TK) Idhata Palu, yang menjerat empat mantan tenaga pengajar di
TK itu, menuai tanggapan dari salah satu praktisi hukum di Kota Palu yakni Elvis DJ Katuwu
SH MH.
Kepada Radar Sulteng (Grup Jawa Pos) praktisi sekaligus advokat yang kerap disapa Elvis ini
mengatakan bahwa terlepas dari proses hukum yang sedang dihadapi keempat terdakwa,
tentunya perbuatan yang dilakukan para terdakwa itu telah mencederai profesi tenaga pengajar di
Kota Palu secara khusus.
Tidak hanya membuat orang lain mengalami kerugian materil, perbuatan keempat para terdakwa
itu tidak memberikan contoh yang baik sebagai tenaga-tenaga pengajar. "Bagaimana mau
dikatakan tenaga pengajar, sementara mereka sendiri tidak dapat memberikan contoh yang baik.
Ini mencederai profesi guru atau tenaga pengajar itu," ungkap Elvis.
Dikatakan Elvis guru atau tenaga pengajar adalah seorang pendidik yang dituntut selalu
memberikan teladan yang baik kepada muridnya. Tentunya itu diawali dari sifat dan perbuatan
seorang pribadi tenaga pengajar yang selalu menyadari dirinya sebagai seorang tenaga pengajar
dan harus memberikan contoh yang baik.
"Apalagi yang diajar adalah anak-anak di taman kanak-kanak. Guru di taman kanak-kanak ini
adalah seseorang yang bertugas sangat mulia, untuk membentuk karakter anak yang merupakan
generasi bangsa," terang Elfis.
Terhadap tenaga pengajar yang melakukan tindakan negatif tersebut, perbuatannya itu sendiri
juga telah bertentangan dengan misi sebagai seorang guru atau pengajar. Selain itu kata dia,
perbuatan guru demikian itu, telah melanggar kode etik profesi seorang guru atau tenaga
pengajar itu.
"Dan tentunya guru seperti ini, tidak bisa lagi menjadi teladan. Bagi murid-muridnya," tegas
Elvis.
Sementara itu empat mantan tenaga pengajar yang tersandung kasus dan sementara menjalani
sidang di PN Kelas I-A/PHI/Tipikor Palu itu, yakni terdakwa Yuniati alias Yuni, Meike Irmawati
Tompira alias Ike, Nur Afni dan terdakwa Ariati.
Keempat mantan guru TK Idhata ini satu di antaranya yakni terdakwa Meike berstatus PNS, kini
bertugas di TK Adhiyaksa Kejati Sulteng. Rabu (27/9) kemarin, keempatnya sedianya menjalani
sidang dengan agenda pemeriksaan terdakwa, sayang sidang keempatnya harus ditunda, sampai
minggu pekan depan. (Cdy/JPG)
Kasus 3
Judul artikel : Hanya Gara-gara Batik, Siswa SMA Ternate Tewas di Tangan Guru
Merdeka.com - Guru, pekerjaan mulia tanpa tanda jasa. Sosoknya terhormat dan disegani,
lantaran dianggap sebagai gudang ilmu. Ternate, Provinsi Maluku Utara. Seorang guru honorer
berinisial FS disangka memukul siswanya, Yusran Hasan (16 tahun), menggunakan kayu hingga
meninggal dunia. Peristiwa itu terjadi pada Jumat (9/10) pekan lalu.
Yusran duduk di kelas IX di SMA Negeri 7 Kota Ternate. Alasan FS memukul anak didiknya
hanya karena dia tidak mengenakan seragam batik, sesuai perintah para guru.Yusran dipukul FS
dengan menggunakan mistar kayu hingga terjatuh, dan mengeluarkan busa di mulutnya.
Peristiwa itu terjadi saat apel pagi pukul 07.30 WIT, di halaman sekolah.Selepas kejadian itu,
polisi langsung menangkap FS, lantas digelandang ke Mapolres Ternate. Setelah itu dia ditahan.
Setelah diperiksa, FS ditetapkan sebagai tersangka. Polisi menyatakan menjerat dia dengan pasal
berlapis. Seperti dilansir dari Antara, Selasa (13/10), Kasubag Humas Polres Ternate, Iptu
Siswanto mengatakan, FS dijerat pasal 351 ayat ke-3 tentang penganiayaan, dan pasal 81 soal
perlindungan anak. Ancaman hukumannya maksimal sembilan tahun penjara.
Menurut Siswanto, awalnya FS menampar Yusran. Setelah itu, Yusran sebenarnya hendak
membalas perbuatan sang guru. Namun, FS langsung memukulnya lagi dengan menggunakan
mistar kayu, dan tepat mengenai bagian kepala korban. Alhasil, Yusran mengalami luka di
bagian bawah mata kiri, dan di kepala sebelah kiri. Siswanto mengatakan, setelah FS memukul
Yusran menggunakan mistar kayu, korban langsung merasa pusing dan dari hidungnya
mengeluarkan darah.
Setelah itu, Yusran dilarikan ke Puskesmas kecamatan terdekat. Namun nyawanya tidak
terselamatkan. Penyidik Polres Ternate telah memeriksa sebanyak empat saksi terkait kejadian
itu. Mereka adalah Mina Hi. Muhammad (16 tahun), Samina Yusri (16 tahun), Bambang Irawan
(16 tahun), dan Andi Hariyanto (16 tahun). Seluruhnya merupakan rekan korban.
Sekretaris Kota Ternate, Tauhid Soleman, meminta FS segera dipecat. Sebab menurut dia,
tindakan dilakukan FS sudah masuk ke ranah hukum. "Perbuatannya kriminal, berarti dia
berhadapan dengan hukum. Langkah yang dilakukan Diknas yakni memecat yang bersangkutan
karena hal ini berkaitan dengan nyawa," kata Tauhid.
Sementara itu, Wali Kota Ternate, Idrus Assagaf, mengecam tindakan dilakukan FS. Senada
dengan Tauhid, dia pun meminta FS dipecat. "Tindakan yang dilakukan guru tersebut sangat
tidak berperikemanusiaan, karena bagaimanapun guru adalah pendidik. Saya meminta agar Dinas
Pendidikan segera memberikan sanksi tegas kepada oknum guru bersangkutan," kata Idrus.
A. INSTITUSI PENDIDIKAN
Jaman dulu sekolah didirikan oleh pemerintah atau para misionaris dan
pemuka agama. SD Negeri, SMP Negeri, SMA Negeri adalah judul sekolah yang
didirikan dan beroperasi atas anggaran Departemen Pendidikan. Para misionaris
yang awalnya berasal dari Belanda melalui misi penyebaran agama Kristiani juga
mendirikan sekolah sebagai wujud pelayanan, di samping mendirikan rumah
sakit. Madrasah-madrasah, tsanawiyah-tsanawiyah juga berdiri dan dikelola oleh
pemuka agama dan mesjid.
Karena misi utama mereka adalah pelayanan dan kembali kepada orientasi
pendidikan yang diemban, maka sekolah dalam hal ini tidak mengejar keuntungan
secara materi. Pada jaman dulu memang ada perbedaan biaya juga, yaitu antara
sekolah favorit dan sekolah yang tidak begitu unggul. Orang tua juga berupaya
agar anaknya bisa masuk sekolah favorit, walaupun harus mengeluarkan dana
lebih banyak.
B. TENAGA PENDIDIK
a. Tenaga Pendidik Jaman 80-an sampai – 90-an
Pada jaman ini seseorang memilih menjadi guru lebih terdorong oleh hasrat
dalam diri untuk membaktikan diri. Ia memahami konsekuensi menjadi guru
Sadalah melayani, dan sudah sadar bahwa ia tidak akan kaya seperti seorang
pengusaha. Di era 1980-n seorang guru yang mempunyai kemampuan lebih bisa
memberikan les privat di luar jam sekolah, itu adalah pemasukan tambahan selain
gaji pokok sebagai seorang guru. Ada juga yang membuka warung kecil-kecilan
untuk menambah lauk di rumah. Belum lagi di daerah terpencil, tenaga mereka
dihargai dengan hasil lading orang tua murid. Maka di jaman itu kita sering
mendengar istilah: “Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa.”
Guru pada jaman itu merupakan suatu profesi yang sangat terhormat,
karena dianggap memiliki pengetahuan lebih daripada masyarakat setempat.
Masyarakat juga menuntut para guru mengajarkan nilai moral kepada anak-anak
mereka, di samping pengetahuan baca tulis dan berhitung.Guru juga punya hak
otoriter sebagai pengganti orang tua bila anak berada di sekolah.Cara mendidik
mereka lebih banyak menggunakan pendekatan pribadi yang membuat interaksi
guru murid lebih erat. Hal ini terbawa sampai di luar jam sekolah karena kondisi
social masyarakat jaman dulu yang lebih bersifat kekeluargaan.