Anda di halaman 1dari 28

KISI-KISI UAS

SEMANGAAAAAAAAAT

1. PERAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN, MASALAH-MASALAH


INTERNAL DAN EKSTERNAL BELAJAR DAN PENGOLAHAN SUMBER
BELAJAR

A. PERAN GURU

Guru sebagai pelaku utama dalam penerapan program pendidikan di sekolah memiliki
peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Dalam proses
belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas
belajar bagi murid-murid untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk
melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan anak.
Pendidik adalah orang yang mengajar dan membantu siswa dalam memecahkan masalah
pendidikannya. Sedangkan menurut kajian Islam, menurut Imam al-Ghazali guru/pendidik
adalah orang yang berusaha membimbing, meningkatkan, menyempurnakan, segala potensi yang
ada pada peserta didik. Serta membersihkan hati peserta didik agar bisa dekat dan berhubungan
dengan Allah SWT.
Pendidik di indonesia sendiri lebih dikenal dengan istilah pengajar, adalah tenaga
kependidian yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus
sebagi profesi pendidik. pendidik adalah orang-orang yang dalam melaksanakan tugasnya akan
berhadapan dan Perinteraksi langsung dengan para peserta didiknya dalam suatu proses yang
sistematis, terencana, dan bertujuan. Menurut Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono,
peran guru dalam proses belajar berpust pada :
1. Mendidik anak dengan memberikan pengarahan dan motivasi untuk mencapai tujuan, baik
tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang;
2. Memberi fasilitas, media, pengalaman belajar yang memadai;
3. Membantu mengembangkan aspek-aspek kepribadian siswa, seperti sikap, nilai-nilai, dan
penyesuaian diri.
Demikianlah dalam proses belajar mengajar, guru tidak terbatas hanya menyampaikan
ilmu pengetahuan saja akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan
perkembangan kepribadian murid. Ia harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian
rupa, sehingga dapat merangsang murid untuk belajar aktif dan dinamis dalam memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan.
Mengingat peranannya yang begitu penting, maka guru dituntut untuk memiliki
pemahaman dan kemampuan secara komprehensif tentang kompetensinya sebagai pendidik.
Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan,
seperti yang di ungkapkan oleh Brand dalam Educational Leadership menyatakan bahwa hampir
semua usaha reformasi pendidikan seperti pembaharuan kurikulum dan metode pembelajaran,
semua bergantung kepada guru.

B. Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran


Peran utama seorang guru adalah menyampaikan ilmu pengetahuan sebagai warisan
kebudayaan masa lalu yang dianggap berguna sehingga harus dilestarikan. Guru mempunyai
peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran, bagaimana pun hebatnya teknologi,
peran guru akan tetap diperlukan. Teknologi yang konon bisa memudahkan manusia
mencari, mendapatkan informasi, dan pengetahuan, tidak mungkin dapat mengganti peran
seorang guru. Ada beberapa peran guru dalam proses pembelajaran, antara lain :
1. Guru sebagai Demonstrator
Dengan peranannya sebagai demonstrator atau pengajar, guru hendaknya
senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta
senantiasa mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya. Dengan terus belajar,
diharapkan akan tercipta siswa yang unggul. Menurut The Liang Gie, yang dikutip oleh
Sunardi Nur dan Sri Wahyuningsih “ karakteristik siswa yang unggul ada tiga, yaitu
gairah belajar yang mantap, semangat maju yang menyala dalam menuntut ilmu dan
kerajinan mengusahakan studi sepanjang waktu”

Sedangkan menurut Wina Sanjaya, yang dimaksud dengan peran guru sebagai
demonstrator adalah peran untuk mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang
dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. Ada
dua konteks guru sebagai demonstrator, yaitu :
 Sebagai demonstrator guru harus menunjukkan sikap-sikap terpuji. Dalam setiap
kehidupan, guru merupakan sosok yang ideal bagi setiap siswa. Biasanya apa
yang dilakukan guru akan menjadi acuan bagi siswa. Dengan demikian, berarti
dalam konteks ini guru berperan sebagai model dan teladan bagi setiap siswa.
 Sebagai demonstrator guru harus dapat menunujukan bagaimana caranya agar
setiap materi pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa. Oleh
karena itu, sebagai demonstrator erat kaitannya dengan perencanaan strategi
pembelajaran yang lebih efektif.
Tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas
untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik.
Sebagai pengelola, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan
siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat
menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar siswa.
2. Guru sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi
untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Sebagai mediator, guru menjadi
perantara hubungan antar manusia.Dalam konteks kepentingan ini, guru harus terampil
mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi.
3. Guru sebagai Evaluator

Fungsi ini dimaksudkan agar guru mengetahui apakah tujuan yang telah
dirumuskan telah tercapai atau belum, dan apakah materi yang sudah diajarkan sudah
cukup tepat. Dengan melakukan penilaian guru akan dapat mengetahui keberhasilan
pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran serta keefektifan metode
mengajar. Dalam peran ini, guru menyimpulkan data atau informasi tentang keberhasilan
pembelajaran yang telah dilakukan. Terdapat dua fungsi dalam memerankan perannya
sebagai evaluator, yaitu :
 Untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan
atau menentukan keberhasilan siswa dalam menyerap materi kurikulum.
 Untuk menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang
telah dirancang dan diprogramkan.
4. Guru sebagai Motivator
Dalam proses pembelajaran. motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang
sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan
kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk
belajar.Dengan demikian, siswa yang berprestasi rendah belum tentu disebabkan oleh
kemampuannya yang rendah pula, tetapi mungkin disebabkan tidak ada dorongan
motivasi dalam dirinya.Oleh sebab itu, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi
belajar siswa, karena pada hakikatnya aktivitas belajar adalah aktivitas yang berhubungan
dengan keadaan mental seseorang. Dengan demikian apabila peserta didik belum siap
(secara mental) menerima pelajaran yang akan disampaikan, maka dapat dipastikan
bahwa pembelajaran yang dilaksanakan tersebut akan berjalan dengan sia-sia dan tanpa
makna.

Ada beberapa cara untuk memotivasi siswa dalam belajar, antara lain :
 Memperjelas tujuan yang ingin dicapai;
 Membangkitkan minat siswa;
 Sesuaikan materi pelajaran dengan pengalaman dan kemampuan siswa;
 Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar;
 Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa;
Ciptakan persaingan dan kerja sama.

5. Guru Sebagai Pendidik dan Pengajar

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para
peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas
pribadi teretentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Berkaitan
dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui, serta memahami nilai, moral dan social
serta berusaha dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut.
Seorang guru dikatakan sebagai guru tidak cukup “ tahu” sesuatu materi yang akan
diajarkan, tetapi pertama kali ia harus merupakan seseorang yang memang memiliki “
kepribadian guru” dengan segala cirri tingkat kedewasaannya. Dengan kata lain bahwa
untuk menjadi pendidik atau guru, seseorang harus berpribadi.
Tugas pendidik adalah sebagai teladan bagi siswa.Sukses tidaknya seorang pendidik
adalah dilihat dari hasil didikan seorang pendidik. Pendidik yang sukses akan mengikat
peserta didik dengan nilai-nilai universal dan menjauhkan peserta didik dari pengaruh
budaya dan pemikiran yang merusak. Sebagai seorang guru yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab untuk mendidik peserta didik dalam mengembangkan kepribadian, guru
dituntut memiliki kepribadian ideal yang patut untuk dicontoh. Peserta didik tidak akan
mudah untuk tergugah hati dan pikiran atas ajaran pendidik, bila tidak melihat bukti
aktualisasinya pada diri pendidik. Sebagai contoh siswa tidak akan disiplin dalam mengikuti
pelajaran guru yang sering terlambat masuk dan memulai pelajaran.
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi,
kematangan, hubungan peserta didik dan dengan guru, kemampuan verbal, tingkat
kebebasan, rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor di
atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik.

6. Guru sebagai Pelatih dan pembimbing


Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuan
dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah
perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas,
moral, dan spiritual yang lebih dan kompleks.
Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu
perjalanan, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang ditempuhmenggunakan
petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesui dengan kebutuhan dan kemampuan
peserta didik.
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan baik intelektual
maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Pelatihan
dilakukan, disamping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus
mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan lingkungan.Untuk itu, guru
harus banyak tahu, merskipun tidak mencakup semua hal secara sempurna, kerena hal itu
tidaklah mungkin.
7. Guru sebagai Perancang Pembelajaran (Designer Instruction)

Pihak Departemen Pendidikan Nasional telah memprogram bahan pembelajaran


yang harus diberikan guru kepada peserta didik pada suatu waktu tertentu. Disini guru
dituntut untuk berperan aktif dalam merencanakan PBM tersebut dengan memerhatikan
berbagai komponen dalam sistem pembelajaran yang meliputi :
a. Membuat dan merumuskan bahan ajar.
b. Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas, perkembangan ilmu,
kebutuhan dan kemampuan siswa, komprehensif,sistematis, dan fungsional efektif.
c. Merancang metode yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa.
d. Menyediakan sumber belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dalam
pengajaran.

8. Guru sebagai Pengaruh Pembelajaran

Hendaknya guru senantiasa berusaha menimbulkan, memelihara, dan


meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar.Dalam hubungan ini guru mempunyai
fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan kegiatan belajar mengajar. Empat hal yang
dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi adalah sebagai berikut:
a. Membangkitkan dorongan siswa untuk belajar.
b. Menjelaskan secara konkret, apa yang dapat dilakukan pada akhir pengjaran
c. Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat merangsang
pencapaian prestasi yang lebih baik dikemudian hari
d. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.

9. Guru sebagai Konselor

Sesuai dengan peran guru sebagai konselor adalah ia diharapkan akan dapat merespon
segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran, Oleh karena itu, guru
harus dipersiapkan agar.
a. Dapat menolong peserta didik memecahkan masalah-masalah yang timbul antara peserta
didik dengan orang tuanya.
b. Bisa memperoleh keahlian dalam membina hubungan yng manusiawi dan dapat
mempersiapkan untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan bermacam-macam
manusia.
Pada akhirnya, guru akan memerlukan pengertian tentang dirinya sendiri, baik itu
motivasi, harapan, prasangka ataupun keinginannya. Semua hal itu akan memberikan
pengaruh pada kemampuan guru dalam berhubungan dengan orang lain terutama siswa.

10. Guru sebagai Pelaksana Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang akan didapat oleh peserta didik
selama ia mengikuti suatu proses pendidikan. Secara resmi kurikulum sebenarnya merupakan
sesuatu yang diidealisasikan atau dicita-citakan .Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin
dicapai sangat bergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru.Artinya guru
adalah orang yang bertanggung jawab dalam mewujudkan segala sesuatu yang telah tertuang
dalam suatu kurikulum resmi.Bahkan pandangan mutakhir menyatakan bahwa meskipun suatu
kurikulum itu bagus, namun berhasil atau gagalnya kurikulum tersebut pada akhirnya terletak di
tangan pribadi guru. Sedangkan peranan guru dalam pembinaan dan pengembangan kurikulum
secara aktif antara lain yaitu : perencanaan kurukulum, pelaksanaan di lapangan, proses
penilaian, pengadministrasian, perubahan kurikulum.

11. Guru dalam Pembelajaran yang Menerapkan Kurikulum Berbasis Lingkungan

Peranan guru dalam kurikulum berbasis lingkungan tidak kalah aktifnya dengan
peserta didik.Sehubungan dengan tugas guru untuk mengaktifkan peserta didik dalam
belajar, maka seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan, sikap, dan ketrampilan
yang memadai. Pengetahuan, sikap, dan ketramoilan yang dituntut dari guru dalam proses
pembelajaran yang memiliki kadar pembelajaran tinggi didasarkan atas posisi dan peranan
guru, tugas dan tanggung jawab sebagai pengajar yang profesional.
Posisi dan peran guru yang dikaitkan dengan konsep pendidikan berbasis
lingkungan dalam proses pembelajaran dimana guru harus menempatkan diri sebagai :
a. Pemimpin belajar, dalam arti guru sebagai perencana, pengorganisasi pelaksana, dan
pengontrol kegiatan belajar peserta didik.
b. Fasilitator belajar, guru sebagai pemberi kemudahan kepada peserta didik dalam
melakukan kegiatan belajarnya melalui upaya dalam berbagai bentuk.
c. Moderator belajar, guru sebgai pengatur arus kegiatan belajar peserta didik,. Selain itu
guru bersama peserta didik harus menarik kesimpulan atau jawaban masalah sebagai hasil
belajar peserta didik,atas dasar semua pendapat yang telah dibahas dan diajukan peserta
didik.
d. Motivator belajar, guru sebagai pendorong peserta didik agar mau melakukan kegiatan
belajar. Sebagai motivator guru harus dapat menciptakan kondisi kelas yang merangsang
peserta untuk mau melakukan kegiatan belajar, baik individual maupun kelompok.
e. Evaluator belajar, guru sebagai penilai yang objektif dan komprehensif. Sebagai
evaluator guru berkewajiban mengawasi, memantau proses pembelajaran peserta didik dan
hasil belajar yang dicapainya. Guru juga berkewajiban melakukan upaya perbaikan proses
belajar peserta didik, menunjukkan kelemahan dan cara memperbaikinya, baik secara
individual, kelompok, maupun secara klasikal.

12. Guru sebagai pengelola kelas

Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Guru
selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas dimaksudkan
untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai
tujuan pengajaran secara efektif dan efesien.
Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya
mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan
sekolah yang perlu diorganisasi.Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan
belajar terarah kepada tujuan –tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan
itu turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang
baik. Lingkungan yang baik ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk
belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas
untuk bermacam-macam kegiatan belajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan
khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar,
menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa belajar, tetapi juga
mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh
hasil yang diharapkan.
Pengelolaan kelas juga terkait dengan kegiatan penjadwalan penggunaan kelas untuk
berbagai mata pelajaran yang sesuai dengan sifat dan karakteristiknya masing-masing,
sehingga tidak saling ganggu-menggangu.Ketika pada satu kelas terjadi kegiatan pelajaran
bernyanyi misalnya, maka kelas yang berdekatan dengannya tidak merasa terganggu.
2. jenis – jenis sumber belajar

a. Macam-macam Sumber Belajar


Macam-macam sumber belajar di bagi menjadi dua yaitu:
1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design)
Sumber belajar yang dirancang atau secara sengaja dibuat atau dipergunakan untuk
membantu belajar mengajar, Sumber belajar semacam ini sering disebut bahan
pembelajaran. Misalnya buku pelajaran, modul, brosur, ensiklopedi, program audio,
program slide suara, film, video, slides, film strips, transparansi (OHT). Semua perangkat
keras ini memang secara sengajadirancang.
2. Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization).
Sumber belajar yang dimanfaatkan guna memberi kemudahan seseorang dalam belajar
berupa segala macam sumber belajar yang ada disekitar lingkungan kita, sudah tersedia
dan tinggal dimanfaatkan.Sumber belajar tersebut tidak dirancang untuk kepentingan
tujuan suatu kegiatan pengajaran, namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan
untuk keperluan pembelajaran. Misalnya taman, pasar, toko, museum, kebun binatang,
waduk, sawah, terminal, surat kabar, siaran televise, film, tokoh masyarakat, pejabat
pemerintah, tenaga ahli, pemuka agama, olahragawan, dan sebagainya yang ada di
lingkungan sekitar yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan belajar.
b. Jenis- jenis Sumber Belajar
Menurut AECT (Association For Educational Communication And Technology)
membagi sumber belajar dalam enam jenis, (Wina Sanjaya) yaitu:
1. Pesan ( message)
Maksudnya segala informasi yang harus disalurkan oleh komponen, selain guru,
yang berbentuk ide, fakta, pengertian dan data.
Pesan merupakan sumber belajar yang meliputi:
a. Pesan formal, yaitu pesan yang dikeluarkan oleh lembaga resmi seperti pemerintah
atau pesan yang disampaikan guru dalam situasi pembelajaran. Pesan-pesan ini selain
disampaikan secara lisan juga dibuat dalam bentuk dokumen, seperti kurikulum,
peraturan pemerintah, perundangan, silabus dan sebagainya.
b. Pesan non formal yaitu pesan yang ada di lingkungan masyarakat luas yang dapat
digunakan sebagai bahan pembelajaran, misalnya cerita rakyat, legenda, ceramah oleh
tokoh masyarakat dan ulama, prasasti, relief-relief pada candi, kitab-kitab kuno dan
peninggalan sjarah yang lain.
2. Orang (people)
Yaitu orang yang bertindak sebagai penyimpan dalam penyalur pengolah dan
pengkaji pesan.Orang itu bisa siapa saja yang memiliki keahlian tertentu dimana peserta
didik dapat belajar sesuatu. Misal guru mendatangkan para ahli untuk menyampaikan
pesan seperti dokter menceritakan cara mengobati pasien di Puskesmas.
3. Bahan (materrials)
Yaitu barang-barang yang lazim disebut alat atau perangkat lunak (software) yang
biasanya berisikan pesan pembelajaran untuk disampaikan dengan menggunakan
peralatan, bahan itu sendiri sudah merupakan bentuk penyajian.
Contoh: buku paket, buku teks, modul, program video, film, OHT (over head
transparency), program slide dan sebagainya.
1. Peralatan(device)
Yaitu sesuatu yang disebut alat/hardware yang digunakan untuk menyampaikan
pesan yang tersimpan dalam bahan. Di dalamnya mencakup radio, multialat
projector/infocus, slide projector, OHP dan sebagainya.
2. Teknik(metode)
Yaitu prosedur yang disisipkan dalam mempergunakan bahan pelajaran, peralatan,
situasi dan orang yang menyampaikan pesan. Contoh guru mendemonstrasikan
(memberi contoh) mengenai bagaimana cara memegang bola tangan yang tepat.
Selain itu, teknik yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang
dalam memberikan pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran. Di dalamnya
mencakup ceramah, permainan/ simulasi, Tanya jawab, role play (sosiodrama) dan
sebagainya.
3. Lingkungan(setting)
Maksudnya tempat atau situasi sekitar dimana pesan disalurkan atau di sampaikan
dan di terima oleh seseorang sehingga seseorang itu dapat melakukan belajar atau
proses perubahan tingkah laku. Latar atau lingkungan yang berada di dalam sekolah
maupun lingkungan yang berada di luar sekolah, baik yang sengaja dirancang
maupun yang tidak secara khusus disiapkan untuk pembelajaran. Seperti pengaturan
ruangan, pencahayaan, ruangan kelas, perpustakaan, laboratorium, halaman sekolah,
kebun sekolah, lapangan sekolah, kebun binatang, pasar, museum, sungai, gunung,
tempat pembuangan sampah, taman, kolam ikan, rumah dan sebagainya.

3.Jenis – jenis kompetensi guru

1. Jenis-Jenis Kompetensi Guru

Menurut Undang- undang No. 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat 1 tentang guru
dan dosen Dan Peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3 yang
dikutip jamil dalam bukunya dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi professional

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan teknis dalam


menjalankan tugas sebagai pendidik, pengajar dan pembimbing.Kompetensi
pedagogic merupakan kemampuan guru yang berkenaan dengan pemahaman
terhadap peserta didik dan pengelolalaan pembelajaran yang mendidik dan
dilogis. Secara substantive, kompetensi ini mencakup kemampuan
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, serta pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yag dimilikinya.Dalam kompetensi
pedagogik ini seorang guru harus mampu:

1) Menguasai karakteristik peserta didik dari asfek fisik, moral sosial,


kultural, emosional, dan intelektual
2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampu
4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran
6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasi
berbagai potensi yang dimiliki
7) Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik
8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran
9) Melekukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

Lebih lanjut dalamPermendiknas No.16 tahun 2007 tentang standar


pendidik dan kependidikan dikemukakan bahwa kompetensi pedagogic
merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran siswa yang
sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan (kemampuan


mengelola pembelajaran)
2. Pemahaman terhadap peserta didik
3. Perancangan pembelajaran
4. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
5. Pemanfaatan teknologi pembelajaran
6. Evaluasi hasil belajar
7. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya

Dari uraian-uraian diatas diharapkan seorang guru dapat memiliki


kompetensi pedagogic yang baik sehingga dapat menyusun rancangan
pembelajaran dan melaksanakannya dengan sebaik mungkin.

b. Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang


mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan wibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.Kepribadian guru
sangat kuat pengaruhnya pengaruhnya terhadap tugasnya sebagai
pendidik.Kewibawaan guru ada dalam kepribadiannya.Sulit bagi guru
mendidik peserta didik untuk disiplin jika guru yang bersangkutan tidak
disiplin. Peserta didik akan menggugu dan meniru gurunya sehingga apa yang
dikatakan oleh guru seharusnya sama dengan tindakannya.
Menurut permendiknas No.16 Tahun 2007, kemampuan dalam standar
kompetensi kepribadian ini mencakup lima kompetensi utama, yaitu:

1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hokum, sosial dan kebudayaan


nasional Indonesia
2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat
3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa
4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi serta bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri
5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru

c. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian
dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar. Selanjutnya pengertian lain, terdapat
kriteria lain kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Dalam konteks
ini seorang guru harus mampu:
1) Bersikap inklusif, bertindak objektif serta tidak deskriminatif, karena
pertimbanagan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang
keluarga dan statur sosial ekonomi
2) Berkomunikasi secara efektif, simpatik, dan santun dengan sesame
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat
3) Beradaptasi ditempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia
4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara
lisan dan tulisan atau bentuk lain

Guru merupakan makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak bisa


terlepas dari kehidupan sosial masyarakt dan lingkungannya. Oleh karena itu
guru dituntut memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama dalam
kaitannya dalam pendidikan, yang tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah
tetapi juga pendidikan yang terjadi dan berlangsung di masyarakat. Dengan
demikian guru diharapkan dapat memfungsikan dirinya sebagai makhluk sosial
di masyarakat dan lingkungannya, sehingga mampu berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua dan wali peserta didik serta masyarakat sekitar

d. Kompetensi professional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan
dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan
mendalam, yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata
pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum
tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru.

Kompetensi guru professional menurut pakar pendidikan seperti


Soediarto, sebagai seorang guru agar mampu menganalisis, mendiagnisis dan
memprognisis situasi pendidikan. Guru yang memiliki kompetensi
professional perlu menguasai, antara lain: disiplin ilmu pengetahuan sebagai
sumber bahan pelajaran, bahan ajar yang diajarkan, pengetahuan tentang
karakteristik siswa, pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan,
pengetahuan serta penguasaan metode dan model mengajar, penguasaan
terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran dan pengetahuan terhadap
penilaian serta mampu merencanakan, memimpin guna kelancaran proses
pendidikan.

Sedangkan menurut mulyasa karakteristik guru yang dinilai


kompetensi secara professional adalah mampu mengembangkan tanggung
jawab dengan baik, mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik,
mampu bejerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan sekolah, mampu
melaksanakan peran dan fungsinya dalam pembelajaran dalam kelas.

4. Problematika/ kendala pengembangan proksionalisme guru

Problema pendidikan guru adalah permasalahan-permasalahan yang harus dihadapi


oleh seorang guru guna membantu proses peserta didik dalam menentukan jati dirinya.

oblem Guru adalah jabatan atau profesi, untuk itu seorang guru harus mampu melaksanakan
tugasnya secara profesional. Orang yang profesional adalah orang yang mampu
melaksanakan tugas jabatannya secara mumpuni, baik secara konseptual maupun
aplikatif. oalan, masalah, perkara sulit. Pendidikan adalahsia

Adapun problematika tersebut yakni:

a. Kendala dari sisi guru


1. Kurangnya minat guru untuk meneliti.

Banyak guru yang malas untuk meneliti di kelasnya sendiri. Banyak guru yang terjebak
dalam rutinitas kerja sehingga potensi ilmiahnya tak muncul kepermukaan. Biasanya para
guru akan sibuk meneliti bila mereka mau naik pangkat saja. Karenanya guru harus
diberikan bekal agar dapat melakukan sendiri Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
bertujuan memperbaiki kualitas pembelajarannya di sekolah.

2. Masalah kesejahteraan.

Guru sekarang masih banyak yang belum sejahtera. Banyak guru yang tak bertambah
pengetahuannya karena tak sanggup membeli buku. Untuk biaya hidupnya saja mereka
sudah kembang kempis apalagi memiliki buku. Banyak pula guru yang tak sanggup
menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi, karena kecilnya penghasilan yang
didapatnya setiap bulan. Dengan adanya sertifikasi guru dalam jabatan, semoga
kesejahteraan guru ini dapat terwujud.

3. Kurang kreatifnya guru dalam membuat alat peraga dan media pembelajaran.

Profesionalitas guru dalam menciptakan proses dan luaran pendidikan persekolahan


yang bermutu merupakan prasyarat terwujudnya sumber daya manusia Indonesia yang
kompetitif dan mandiri di masa datang. Oleh karena itu diperlukan upaya yang sungguh-
sungguh dan kontinyu bagi peningkatan dan pengembangan kemampuan profesional
guru.

4. Kepribadian dan dedikasi

Setiap guru memilki kepribadian masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka
miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dari guru lainnya. Kepribadian
sebenarnya adalah suatu masalah abstrak, yang hanya dapat dilihat dari penampilan,
tindakan ucapan, cara berpakaian dalam menghadapi setiap persoalan..

5. Kemampuan mengajar

Untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik, guru memerlukan kemampuan


merencanakan pengajaran, menuliskan tujuan pengajaran, menyajikan bahan pelajaran,
memberikan pertanyaan kepada siswa, mengajarkan konsep, berkomunikasi dengan
siswa, mengamati kelas, dan mengevaluasi hasil belajar. Kompetensi guru adalah
kemampuan atau kesanggupan guru dalam mengelola pembelajaran. Titik tekannya
adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran bukanlah apa yang harus
dipelajari, guru dituntut mampu menciptakan dan menggunakan keadaan positif untuk
membawa mereka ke dalam pembelajaran agar anak dapat mengembangkan
kompetensinya.

6. Antara hubungan dan komunikasi

Pentingnya komunikasi bagi organisasi tidak dapat dipungkiri, adanya komunikasi yang
baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu pula
sebaliknya. Misalnya kepala sekolah tidak menginformasikan kepada guru-guru
mengenai kapan sekolah dimulai sesudah libur maka besar kemungkinan guru tidak
datang mengajar.

7. Hubungan dengan masyarakat

Sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat
lingkungannya, sebaliknya masyarakat pun tidak dapat dipisahkan dari sekolah sebab
keduanya memiliki kepentingan, sekolah merupakan lembaga formal yang diserahi
mandat untuk mendidik, melatih, dan membimbing generasi muda bagi peranannya
dimasa depan, sementara masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan itu.

Manfaat hubungan dengan masyarakat sangat besar bagi peningkatan kinerja guru
melalui peningkatan aktivitas-aktivitas bersama, komunikasi ysng kontinu dan proses
saling memberi dan saling menerima serta membuat instropeksi sekolah dan guru
menjadi giat dan kontinu. Setiap aktivitas guru dapat diketahui oleh masyarakat sehingga
guru akan berupaya menampilkan kinerja yang lebih baik. Hal ini dipertegas Pidarta
(1999) yang menyatakan bahwa bila guru tidak mau belajar dan tidak mampu
menampilkan diri sangat mungkin masyarakat tidak menghiraukan mereka. Keadaan ini
seringkali menimbulkan cap kurang baik terhadap guru.

8. Kedisiplinan

Kedisiplinan yang baik ditunukkan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
akan memperlancar pekerjaan guru dan memberikan perubahan dalam kinerja guru ke
arah yang lebih baik dan dapat dipertanggung jawabkan.
2. Kendala dari sisi pemerintah

Dalam pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa standar nasional pendidikan yang
terdiri atas standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan,
dan standar penilaian pendidikan harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.

Sarana dan prasarana sekolah, merupakan salah satu kendala yang masih dihadapi
oleh dunia pendidikan kita. Kemampuan keuangan yang masih terbatas, salah kelola
maupun tingkat KKN yang masih tinggi serta faktor-faktor lain, telah menyebabkan
kondisi sekolah masih jauh dari memadai. Mulai dari jumlah gedung yang rusak, ruang
kelas yang terbatas maupun kelengkapan alat-alat laboratorium yang sangat dibutuhkan
dalam pencapaian proses belajar mengajar yang belum maksimal, merupakan beberapa
kendala nyata yang masih kita hadapi.

5. Analisis fenomena guru teladan


A. Analisis Fenomena Guru Teladan
Menurut Hamalik (dalam Bahar, 2016:200) mengatakan bahwa menjadi guru adalah suatu
pekerjaan profesional, jabatan guru memerlukan keahlian khusus yang menuntut seorang guru itu
harus menguasai seluk-beluk pendidikan dan pengajaran serta ilmu-ilmu lainnya, supaya dapat
menjalankan tugasnya dengan baik dan secara otomatis akan mampu menghasilkan output yang
baik. Guru sebagai teladan untuk peserta didik guru harus memiliki kepribadian yang baik dan
dapat dijadikan sebagai panutan dalam kehidupan sehari-hari.

Guru juga harus selalu melakukan perbuatan yang positif terutama di depan peserta didiknya
agar dapat mengangkat kewibawaannya dan menyelenggarakan proses pembelajaran dengan
sebaik-baiknya dalam kerangka pembangunan pendidikan. Terlepas dari perencanaan guru
terkadang guru secara tidak sadar melakukan kesalahan dalam melaksanakannya tugas dan
fungsinya. Sebagai manusia biasa, tentu saja guru tidak akan terlepas dari kesalahan baik dalam
berperilaku maupun dalam melaksanakan tugas pokoknya mengajar. Namun demikian, bukan
berarti kesalahan guru harus dibiarkan dan tidak dicarikan cara pemecahannya. Guru harus
mampu memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan dirinya berbuat salah dan yang paling
penting adalah mengendalikan diri serta menghindari dari kesalahan-kesalahan.

Mulyasa (2011:20-32) mengatakan dari berbagai kajian menunjukkan bahwa sedikitnya


terdapat tujuh kesalahan yang sering dilakukan oleh guru dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut :
1) Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran.

Tugas guru yang paling utama adalah mengajar dalam pengertian menata lingkungan agar
terjadinya kegiatan belajar pada peserta didik. Berbagai kasus menunjukan bahwa diantara para
guru banyak yang merasa dirinya sudah dapat mengajar dengan baik, meskipun tidak dapat
menunjukan alasan yang mendasari asumsi tersebut. Asumsi keliru tersebut seringkali
menyesatkan dan menurunkan kreatifitas, sehingga bannyak guru yang suka mengambil jalan
pintas dalam pembelajaran, baik dalam perencanan, pelaksanaan, maupun evaluasi. Tugas guru
dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada peserta didik. Guru harus
memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu
membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Agar tidak tergiur untuk mengambil
jalan pintas dalam pembelajaran guru hendaknya memandang pembelajaran sebagai suatu
sistem, yang jika salah satu komponen terganggu maka akan menganggu seluruh sistem tersebut.

2) Menunggu peserta didik berperilaku negatif.

Dalam pembelajaran di kelas, guru berhadapan dengan sejumlah peserta didik yang
semuanya ingin diperhatiakan. Peserta didik akan berkembang secara optimal melalui perhatian
guru yang positif, sebaliknya perhatian yang negatif akan menghambat perkembangan peserta
didik, mereka juga menganggap bahwa mengajar adalah memberikan sejumlah pengetahuan
kepada peserta didik. Tidak sedikit guru yang mengabaikan perkembangan keperibadian, serta
lupa memberikan pujian kepada mereka yang berbuat baik dan tidak membuat masalah.
Biasanya guru baru memberikan perhatian kepada peserta didik ketika ribut, tidak
memperhatikan, atau mengantuk di kelas, sehingga menunggu peserta didik berperilaku buruk.
Kondisi tersebut seringkali mendapat tanggapan yang salah dari peserta didik, mereka
beranggapan bahwa jika ingin mendapat perhatian dari guru maka harus berbuat salah.

3) Menggunakan Destructive Discipline.

Akhir-akhir ini banyak perilaku negatif yang dilakukan oleh para peserta didik, bahkan
melampau batas kewajaran karena telah menjurus pada tindak melawan hukum, melanggar tata
tertib, melanggar norma agama dan telah membawa akibat yang sangat merugikan masyarakat.
Demikian halnya dengan pembelajaran, guru akan menghadapi situasi-situasi yang menuntut
mereka harus melakukan tindakan disiplin. Seperti alat pendidikan lain jika guru tidak memiliki
rencana tindakan yang benar, maka dapat melakukan kesalahan yang tidak perlu. Seringkali guru
memberikan hukuman kepada peserta didik tanpa melihat latar belakang kesalahan yang
dilakukannya, tidak jarang guru yang memberikan hukuman melampau batas kewajaran
pendidikan, dan banyak guru yang memberikan hukuman kepada peserta didik tanpa melihat
latar belakang kesalahan.

Selain itu, guru juga jarang sekali mengoreksi pekerjaan peserta didik dan
mengembalikannya dengan berbagai komentar, kritik dan saran untuk kemajuan peserta didik.
Yang sering dialami oleh peserta didik adalah bahwa guru sering memberi tugas, tetapi tidak
pernah memberikan umpan balik terhadap tugas-tugas yang dikerjakan. Kesalahan-kesalahan
seperti diuraikan di atas dapat mengakibatkan upaya penegakan disiplin menjadi kurang efektif,
dan merusak keperibadian serta harga diri peserta didik. Agar kita tidak melakukan kesalahan
dalam melakukan disiplin beberapa hal yang perlu diperhatikan: (1) disiplinkan peserta didik
ketika suasana hati guru tenang, (2) gunakan disiplin secara tepat waktu dan tepat sasaran, (3)
hindari menghina dan mengejek peserta didik, (4) pilihlah hukuman yang bisa dilaksanakan
secara tepat, (5) gunakan disiplin sebagai alat pemeblajaran.

4) Mengabaikan perbedaan peserta didik.

Kesalahan lain yang sering dilakukan oleh guru adalah mengabaikan perbedaan peserta didik.
Mengakatagorian perbedaan individual ke dalam bidang- bidang sebagai berikut:

5) Perbedaan Kognitif

Proses belajar baik di sekolah maupun diluar sekolah, menghasilkan tiga pembentukan
kemampuan yaitu kemapuan kognitif, afektif dan psikomotor. Kemampuan kognitif
mengambarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tiap-tiap orang. Pada dasarnya
kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Sebagaimana diketahui bahwa hasil belajar
merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan lingkungan. Faktor dasar yang berpengaruh
menonjol pada kemampuan kognitif dibedakan dalam bentuk lingkungan alamiah dan
lingkungan yang dibuat. Tingkat kemampuan kognitif tergambar pada hasil belajar yang diukur
dengan tes hasil belajar.

6) Perbedaan individual dalam kecakapan bahasa

Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam
kehidupannya. Kemampuan individu yang sangat penting dalam berbahasa berbeda-beda.
Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya
dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis dansistematis.

7) Perbedaan dalam Latar Belakang.

Dalam suatu kelompok siswa pada tingkat amanpun, perbedaan latar belakang dan
pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas
dari potensi individu untuk menguasai bahan pelajaran. Pengalaman-pengalaman belajar yang
dimiliki anak di rumah mempengaruhi kemauan untuk berprestasi dalam situasi belajar yang
disajikan.Minat dan sikap terhadap sekolah dan mata pelajaran tertentu, kebiasaan-kebiasaan
kerja sama, kecakapan atau kemauan untuk berkonsentrasi pada bahan-bahan pelajaran dan
kebiasaan-kebiasaan belajar semuanya merupakan faktor perbedaan di antara para siswa.

8) Perbedaan dalam Bakat


Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan
berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat.
Sebaliknya bakat tidak akan berkembang sama sekali, manakala lingkungan tidak memberikan
kesempatan untuk berkembang, dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang
menyetuhnya. Dalam hal inilah makna pendidikan menjadi penting artinya.

9) Merasa paling pandai.

Kesalahan lain yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran adalah merasa paling pandai
di kelasnya. Kesalahan ini berangkat dari kondisi bahwa pada umumnya para peserta didik di
sekolah usianya relatif lebih muda dari pada gurunya, sehingga guru merasa bahwa peserta didik
tersebut lebih bodoh dibanding dirinya, peserta didik dipandang sebagai gelas yang perlu diisi air
ke dalamnya. Perasaan ini sangat menyesatkan, karena kondisi seperti sekarang ini peserta didik
dapat belajar melalui internet dan berbagai media masa yang mungkin guru belum
memahaminya.

10) Tidak Adil (Diskriminatif)

Pembelajaran yang baik dan efektif adalah yang mampu memberikan kemudahan belajar
bagi peserta didik secara adil dan merata, sehingga mereka dapat mengembangkan potensinya
secara optimal. Keadilan dalam pembelajaran merupakan kewajiban guru dalam pembelajaran,
dan hak peserta didik untuk memperolehnya. Dalam prakteknya banyak guru yang tidak adil
sehingga merugikan perkembangan peserta didik dan ini merupakan kesalahan yang sering
dilakukan oleh guru terutama dalam penilaian. Penilaian merupakan upaya untuk memberikan
penghargaan kepada peserta didik sesuai dengan usaha mereka dalam pembelajaran. Oleh karena
itu dalam memberikan penilaian harus secara adil dan benar-benar merupakan cermin dari
perilaku peserta didik. Namun demikian, dalam pelaksanaannya tidak sedikit guru yang
menyalahguanakan penilaian, misalnya sebagai ajang untuk menyakurkan kasih sayang di luar
tanggungjawabnya sebagai guru.

11) Memaksa Hak Peserta Didik.

Memaksa hak peserta didik merupakan kesalahan yang sering dilakukan guru, sebagai akibat
dari kebiasaan guru berbisnis dalam pembelajaran, sehingga menghalalkan segala cara untuk
mendapat keuntungan. Guru boleh saja memiliki pekerjaan sampingan, memperoleh penghasilan
itu sudah menjadi haknya tetapi tindakannya memaksa bahkan mewajibkan peserta didik untuk
membeli buku tertentu sangat fatal serta kurang bisa digugu dan ditiru. Sebatas menawarkan
boleh saja, tetapi kalau memaksa kasihan bagi orang tua yang tidak mampu.

6. Faktor penyebab terjadinya pelanggaran kode etik profesi guru beserta solusinya

Faktor Penyebab Terjadinya Kode Etik Profesi Guru beserta Solusinya


Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku yang menyimpang
pada seorang pendidik :
1. Adanya malapraktik yaitu melakukan praktik yang salah. Misalnya guru salah dalam
menerapkan hukuman pada siswa. Adapun alasannya tindakan kekerasan maupun
pencabulan guru terhadap siswa merupakan suatu pelanggaran.
2. Kurang siapnya guru maupun siswa secara fisik, mental dan emosional. Jika kedua
belah pihak siap secara fisik, mental dan emosional, proses belajar mengajar akan
lancar, interaksi siswa dan guru pun akan terjalin harmonis layaknya orang tua dengan
anaknya.
3. Kurangnya penanaman budi pekerti di sekolah. Pelajaran budi pekerti sekarang ini
sudah tidak ada lagi. Kalaupun ada sifatnya hanya sebagai pelengkap, lantaran di
integrasikan dengan berbagai mata pelajaran yang ada. Namun realitas di lapangan
pelajaran yang di dapat siswa kebanyakan hanya diberi berbagai materi tanpa
memperdulikan nilai-nilai budi pekerti yang harus diajarkan pula.

Berikut contoh-contoh pelanggaran kode etik oleh guru:

Kasus 1

Tiga Siswa Jadi Korban Pelecehan Seksual Guru Olahraga


Hari, Tanggal: Jumat, 12 Januari 2018
Sumber: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180112112952-12-268375/tiga-siswa-jadi-
korban-pelecehan-seksual-guru-olahraga

Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian tengah menyelidiki kasus pelecehan seksual yang
dilakukan oknum guru olahraga berinisial AK di salah satu SMP Negeri di Pekayon, Jakarta
Timur. Tiga siswa dikabarkan menjadi korban.
Berdasarkan pesan berantai yang beredar di aplikasi WhatsApp menyebutkan sebanyak 35 siswa
menjadi korban pelecehan seksual.
Kapolsek Pasar Rebo Kompol Joko Waluyo membantah kabar tersebut. Joko mengatakan,
penyelidikan juga untuk mengetahui apakah korban lebih banyak jumlahnya. Sementara, saat ini
ketiga korban telah menjalani visum, meskipun hasilnya belum diketahui.
"Korbannya baru tiga, nanti saya mau lapor Kapolres (Kapolres Jakarta Timur Kombes Tony)
dulu. Korban sudah divisum tapi hasilnya belum diambil," ujarnya di Mapolsek Pasar Rebo
kepada CNNIndonesia.com, Jumat (12/1).

Kasus 2

Judul Artikel : Parah! Guru TK Terlibat Pencurian dan Pembobolan ATM

Hari, Tanggal : Rabu, 4 Oktober 2017


Sumber : http://m.balikpapan.prokal.co/read/news/220601-parah-guru-tk-terlibat-
pencurian-dan-pembobolan-atm.html

PROKAL.CO, PALU - Perkara dugaan tindak pidana pencurian dan pembobolan ATM milik
kepala Taman Kanak-Kanak (TK) Idhata Palu, yang menjerat empat mantan tenaga pengajar di
TK itu, menuai tanggapan dari salah satu praktisi hukum di Kota Palu yakni Elvis DJ Katuwu
SH MH.
Kepada Radar Sulteng (Grup Jawa Pos) praktisi sekaligus advokat yang kerap disapa Elvis ini
mengatakan bahwa terlepas dari proses hukum yang sedang dihadapi keempat terdakwa,
tentunya perbuatan yang dilakukan para terdakwa itu telah mencederai profesi tenaga pengajar di
Kota Palu secara khusus.
Tidak hanya membuat orang lain mengalami kerugian materil, perbuatan keempat para terdakwa
itu tidak memberikan contoh yang baik sebagai tenaga-tenaga pengajar. "Bagaimana mau
dikatakan tenaga pengajar, sementara mereka sendiri tidak dapat memberikan contoh yang baik.
Ini mencederai profesi guru atau tenaga pengajar itu," ungkap Elvis.
Dikatakan Elvis guru atau tenaga pengajar adalah seorang pendidik yang dituntut selalu
memberikan teladan yang baik kepada muridnya. Tentunya itu diawali dari sifat dan perbuatan
seorang pribadi tenaga pengajar yang selalu menyadari dirinya sebagai seorang tenaga pengajar
dan harus memberikan contoh yang baik.
"Apalagi yang diajar adalah anak-anak di taman kanak-kanak. Guru di taman kanak-kanak ini
adalah seseorang yang bertugas sangat mulia, untuk membentuk karakter anak yang merupakan
generasi bangsa," terang Elfis.
Terhadap tenaga pengajar yang melakukan tindakan negatif tersebut, perbuatannya itu sendiri
juga telah bertentangan dengan misi sebagai seorang guru atau pengajar. Selain itu kata dia,
perbuatan guru demikian itu, telah melanggar kode etik profesi seorang guru atau tenaga
pengajar itu.
"Dan tentunya guru seperti ini, tidak bisa lagi menjadi teladan. Bagi murid-muridnya," tegas
Elvis.
Sementara itu empat mantan tenaga pengajar yang tersandung kasus dan sementara menjalani
sidang di PN Kelas I-A/PHI/Tipikor Palu itu, yakni terdakwa Yuniati alias Yuni, Meike Irmawati
Tompira alias Ike, Nur Afni dan terdakwa Ariati.
Keempat mantan guru TK Idhata ini satu di antaranya yakni terdakwa Meike berstatus PNS, kini
bertugas di TK Adhiyaksa Kejati Sulteng. Rabu (27/9) kemarin, keempatnya sedianya menjalani
sidang dengan agenda pemeriksaan terdakwa, sayang sidang keempatnya harus ditunda, sampai
minggu pekan depan. (Cdy/JPG)

Kasus 3

Judul artikel : Hanya Gara-gara Batik, Siswa SMA Ternate Tewas di Tangan Guru

Hari, tanggal : Selasa, 13 Oktober 2015


Sumber : https://m.merdeka.com/peristiwa/hanya-gara-gara-batik-siswa-sma-ternate-
tewas-di-tangan-guru.html

Merdeka.com - Guru, pekerjaan mulia tanpa tanda jasa. Sosoknya terhormat dan disegani,
lantaran dianggap sebagai gudang ilmu. Ternate, Provinsi Maluku Utara. Seorang guru honorer
berinisial FS disangka memukul siswanya, Yusran Hasan (16 tahun), menggunakan kayu hingga
meninggal dunia. Peristiwa itu terjadi pada Jumat (9/10) pekan lalu.
Yusran duduk di kelas IX di SMA Negeri 7 Kota Ternate. Alasan FS memukul anak didiknya
hanya karena dia tidak mengenakan seragam batik, sesuai perintah para guru.Yusran dipukul FS
dengan menggunakan mistar kayu hingga terjatuh, dan mengeluarkan busa di mulutnya.
Peristiwa itu terjadi saat apel pagi pukul 07.30 WIT, di halaman sekolah.Selepas kejadian itu,
polisi langsung menangkap FS, lantas digelandang ke Mapolres Ternate. Setelah itu dia ditahan.
Setelah diperiksa, FS ditetapkan sebagai tersangka. Polisi menyatakan menjerat dia dengan pasal
berlapis. Seperti dilansir dari Antara, Selasa (13/10), Kasubag Humas Polres Ternate, Iptu
Siswanto mengatakan, FS dijerat pasal 351 ayat ke-3 tentang penganiayaan, dan pasal 81 soal
perlindungan anak. Ancaman hukumannya maksimal sembilan tahun penjara.
Menurut Siswanto, awalnya FS menampar Yusran. Setelah itu, Yusran sebenarnya hendak
membalas perbuatan sang guru. Namun, FS langsung memukulnya lagi dengan menggunakan
mistar kayu, dan tepat mengenai bagian kepala korban. Alhasil, Yusran mengalami luka di
bagian bawah mata kiri, dan di kepala sebelah kiri. Siswanto mengatakan, setelah FS memukul
Yusran menggunakan mistar kayu, korban langsung merasa pusing dan dari hidungnya
mengeluarkan darah.
Setelah itu, Yusran dilarikan ke Puskesmas kecamatan terdekat. Namun nyawanya tidak
terselamatkan. Penyidik Polres Ternate telah memeriksa sebanyak empat saksi terkait kejadian
itu. Mereka adalah Mina Hi. Muhammad (16 tahun), Samina Yusri (16 tahun), Bambang Irawan
(16 tahun), dan Andi Hariyanto (16 tahun). Seluruhnya merupakan rekan korban.
Sekretaris Kota Ternate, Tauhid Soleman, meminta FS segera dipecat. Sebab menurut dia,
tindakan dilakukan FS sudah masuk ke ranah hukum. "Perbuatannya kriminal, berarti dia
berhadapan dengan hukum. Langkah yang dilakukan Diknas yakni memecat yang bersangkutan
karena hal ini berkaitan dengan nyawa," kata Tauhid.

Sementara itu, Wali Kota Ternate, Idrus Assagaf, mengecam tindakan dilakukan FS. Senada
dengan Tauhid, dia pun meminta FS dipecat. "Tindakan yang dilakukan guru tersebut sangat
tidak berperikemanusiaan, karena bagaimanapun guru adalah pendidik. Saya meminta agar Dinas
Pendidikan segera memberikan sanksi tegas kepada oknum guru bersangkutan," kata Idrus.
A. INSTITUSI PENDIDIKAN

a. Institusi Pendidikan Jaman 80-an sampai – 90-an

Jaman dulu sekolah didirikan oleh pemerintah atau para misionaris dan
pemuka agama. SD Negeri, SMP Negeri, SMA Negeri adalah judul sekolah yang
didirikan dan beroperasi atas anggaran Departemen Pendidikan. Para misionaris
yang awalnya berasal dari Belanda melalui misi penyebaran agama Kristiani juga
mendirikan sekolah sebagai wujud pelayanan, di samping mendirikan rumah
sakit. Madrasah-madrasah, tsanawiyah-tsanawiyah juga berdiri dan dikelola oleh
pemuka agama dan mesjid.
Karena misi utama mereka adalah pelayanan dan kembali kepada orientasi
pendidikan yang diemban, maka sekolah dalam hal ini tidak mengejar keuntungan
secara materi. Pada jaman dulu memang ada perbedaan biaya juga, yaitu antara
sekolah favorit dan sekolah yang tidak begitu unggul. Orang tua juga berupaya
agar anaknya bisa masuk sekolah favorit, walaupun harus mengeluarkan dana
lebih banyak.

b. Institusi Pendidikan Jaman Sekarang

Jaman sekarang orang pribadi, yayasan atau perusahaan swasta boleh


mendirikan institusi pendidikan. Hal ini membuat misi utama sebuah institusi
pendidikan tidak lagi murni untuk pelayanan sosial, namun orang atau yayasan
atau perusahaan yang mendirikan lembaga pendidikan tersebut akan
memperhitungkan biaya yang telah dikeluarkan. Ini berarti sebuah sekolah atau
lembaga pendidikan adalah suatu investasi. Agar mempunyai daya saing satu
dengan lainnya, masing-masing menghadirkan kelebihan yang tidak dimiliki
sekolah tradisional yang sudah ada, misalnya dari segi kurikulum, sarana
pendidikan, tenaga pengajar asing dsb.

B. TENAGA PENDIDIK
a. Tenaga Pendidik Jaman 80-an sampai – 90-an

Pada jaman ini seseorang memilih menjadi guru lebih terdorong oleh hasrat
dalam diri untuk membaktikan diri. Ia memahami konsekuensi menjadi guru
Sadalah melayani, dan sudah sadar bahwa ia tidak akan kaya seperti seorang
pengusaha. Di era 1980-n seorang guru yang mempunyai kemampuan lebih bisa
memberikan les privat di luar jam sekolah, itu adalah pemasukan tambahan selain
gaji pokok sebagai seorang guru. Ada juga yang membuka warung kecil-kecilan
untuk menambah lauk di rumah. Belum lagi di daerah terpencil, tenaga mereka
dihargai dengan hasil lading orang tua murid. Maka di jaman itu kita sering
mendengar istilah: “Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa.”

Guru pada jaman itu merupakan suatu profesi yang sangat terhormat,
karena dianggap memiliki pengetahuan lebih daripada masyarakat setempat.
Masyarakat juga menuntut para guru mengajarkan nilai moral kepada anak-anak
mereka, di samping pengetahuan baca tulis dan berhitung.Guru juga punya hak
otoriter sebagai pengganti orang tua bila anak berada di sekolah.Cara mendidik
mereka lebih banyak menggunakan pendekatan pribadi yang membuat interaksi
guru murid lebih erat. Hal ini terbawa sampai di luar jam sekolah karena kondisi
social masyarakat jaman dulu yang lebih bersifat kekeluargaan.

b.Tenaga Pendidik Jaman Sekarang

Perekrutan tenaga pendidik sekarang (baca: Mayoritas) lebih


mengutamakan nilai kelulusan dan sertifikasi yang dimiliki guru tersebut. Apakah
guru tersebut sudah pasti kompeten mengajar dengan kelulusan yang bernilai
tinggi dan banyaknya sertifikat yang dimiliki? Belum tentu. (Maaf, tidak ada
sedikit pun maksud saya untuk menyamaratakan dedikasi dan porensi semua
guru). Namun sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sekolah-sekolah yang
ingin merekrut guru di samping pengalaman minimal 1 atau 2 tahun juga meminta
bukti berupa sertifikat yang dimiliki guru tersebut sebagai bukti bahwa ia
mempunyai ‘skill’ lebih. Tuntutan ekonomi membuat dedikasi mengajar sebagai
suatu pelayanan menjadi berkurang. Bisa dimaklumi karena media apapun
sekarang berlomba menawarkan barang konsumsi. Guru juga seorang manusia, ia
punya keluarga yang harus dihidupi. Di jaman sekarang tuntutan ekonomi seakan
tidak pernah habis, malah selalu naik setiap tahunnya.

Cara mendidik guru sekarang juga sangat jarang menggunakan pendekatan


pribadi lagi. Wibawa seorang guru tidak lagi dianggap sebagai pihak otoriter yang
mesti disegani, dipanuti. Murid menganggap guru mengajar hanya menjalankan
kewajiban, interaksi guru-siswa terbatas pada jam sekolah. Masyarakat sekarang
yang lebih mengarah ke individualis, terutama di kota-kota besar, membuat
interaksi personal semakin berkurang. (Sekali lagi maaf…ini kecenderungan yang
terlihat menonjol di masyarakat kita). Apakah hal ini merupakan efek domino dari
tuntutan jaman atau sistem pemerintahan kita dalam menyusun kurikulum?

8. perbandingan tenaga pendidik era 80,90, dan 5 tahun kedepannya


a. Materi Pendidikan Jaman 80-an sampai – 90-an

Kurikulum atau materi pendidikan jaman dulu lebih menekankan pada


pembentukan nurani seorang anak, penumbuhan dan penguatan karakter yang
kelak membuatnya mampu membedakan mana yang baik dan benar, untuk
kemudian mengutamakan keadilan, kedamaian, harkat dan martabat manusia
terlepas dari perbedaan suku, agama, ras dan budaya. Terlepas suatu sekolah itu
sekolah favorit atau tidak, mereka punya kurikulum yang sama.Selolah tidak
terbagi menjadi sekolah nasional, sekolah nasional plus, sekolah internasional.
Materi yang diajarkan kepada siswa di setiap propinsi sama, kalaupun berbeda
tidak terdapat kesenjangan yang mencolok mata.

b. Materi Pendidikan Jaman Sekarang

Jaman sekarang status sekolah terbagi menjadi menjadi sekolah nasional,


sekolah nasional plus, sekolah internasional. Ada istilah diakui, terakreditasi dll.
Kurikulum yang digunakan juga berbeda satu dengan lainnya. Ada sekolah yang
menggunakan kurikulum Cambridge, ada yang menggunakan kurikulum
Montessori, dan lain-lain. Penonjolan keunggulan juga terlihat dari banyaknya
jam pengajaran suatu mata pelajaran tertentu, misalnya ada sekolah yang bahasa
pengantarnya Inggris, Mandarin. Ironisnya bahasa Indonesia hanya diberikan satu
jam per minggu. Bagaimana menanamkan semangat nasionalisme dan
kebangsaan bila sejak kecil seorang anak diajari bahwa bahasa yang lebih
bergengsi dan diterima di dunia internasional itu adalah bahasa selain bahasa
Indonesia. Di samping itu penekanan tujuan sekolah dititikberatkan pada cara-
cara untuk meningkatkan kecerdasan, prestasi, keterampilan, dan bagaimana
mempersiapkan siswa menghadapi persaingan global di masa depan

Anda mungkin juga menyukai