Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Keimanan merupakan salah satu ciri manusia Indonesia seutuhnya yang
hendak dicapai melalui sistem pendidikan nasional sebagaimana dinyatakan
dalam GBHN dan UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan nasional.
Dalam UU No. 20/2003 pasal 3 dikemukakan: pendidikan nasional bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis
dan bertanggung jawab. Dalam tujuan pendidikan nasional tersebut, dimensi
Imtaq merupakan bagian yang terpadu dalam tujuan pendidikan nasional. Hal
ini mengimplikasikan bahwa pembinaan imtaq bukan hanya tugas dari bidang
kegiatan atau bidang kajian tertentu secara terpisah, melainkan tugas
pendidikan secara keseluruhan sebagai suatu sistem. Artinya sistem
pendidikan nasional dan seluruh upaya pendidikan sebagai suatu sistem yang
terpadu harus secara sistematis diarahkan untuk menghasilkan manuasia yang
utuh, yang salah satu cirinya adalah manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Supriyadi, 2005:125).

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan iman?

2. Apa saja unsur unsur iman?

3. Bagaimana wujud iman dalam kehidupan?

4. Apa Faktor Yang Dapat Merusak Iman dan Cara Memperbaikinya?

5. Apa fungsi Iman dalam kehidupan?

1
1.2 Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui pengertian iman.
2. Untuk mengetahui unsur-unsur iman.
3. Untuk mengetahui wujud iman dalam kehidupan.
4. Untuk mengetahui faktor yang dapat merusak iman dan cara
memperbaikinya.
5. Untuk mengetahui fungsi iman dalam kehidupan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman

Iman menurut bahasa adalah yakin, keimanan berarti keyakinan.


iman berasal dari Bahasa Arab dari kata dasar amana yu’minu-imanan.
Artinya beriman atau percaya.1 Percaya dalam Bahasa Indonesia artinya
meyakini atau yakin bahwa sesuatu (yang dipercaya) itu memang benar
atau nyata adanya. Iman dapat dimaknai iktiraf, membenarkan, mengakui,
pembenaran yang bersifat khusus.2 Oleh karena itu iman berarti percaya
menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati. Dalam surah al-Baqarah
ayat 165 :

َ َ ‫َّللاِ ۖ َوالَّذِينَ آ َمنُوا أ‬


ۗ ِ‫شدُّ ُحبًّا ِ ََّلِل‬ َّ ‫ب‬ ِ ِّ ‫َّللاِ أ َ ْندَادًا ي ُِحبُّونَ ُه ْم َك ُح‬ ِ ‫اس َم ْن يَت َّ ِخذُ ِم ْن د‬
َّ ‫ُون‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
ِ ‫شدِيدُ ْالعَذَا‬
‫ب‬ َّ ‫اب أ َ َّن ْالقُ َّوة َ ِ ََّلِلِ َج ِميعًا َوأ َ َّن‬
َ َ‫َّللا‬ َ َ‫ظلَ ُموا إِ ْذ يَ َر ْونَ ْالعَذ‬
َ َ‫َولَ ْو يَ َرى الَّذِين‬

Artinya :

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-


tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya
kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu
mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa
kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat
siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”

Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman


didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan
diwujudkan dengan amal perbuatan. Dengan demikian, iman merupakan
kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta
dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.

1
Kaelany HD, Iman, Ilmu dan Amal Saleh, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, hlm. 58
2
Dr.Abdul Rahman Abdul Khalid, Garis Pemisah antara Kufur dan Iman, Jakarta, Bumi
Aksara,1996. Hlm. 2

3
Definisi Iman Secara Istilah Syar’iy

1. Al-Imaam Ismaa’iil bin Muhammad At-Taimiy rahimahullah berkata :

‫اإليمان في الشرع عبارة عن جميع الطاعات الباطنة والظاهرة‬

“Iman dalam pengertian syar’iy adalah satu perkataan yang mencakup


makna semua ketaatan lahir dan batin” [Al-Hujjah fii Bayaanil-
Mahajjah, 1/403].

2. Imaam Ibnu ‘Abdil-Barr rahimahullah berkata :

‫ وال عمل إال بنية‬،‫أجمع أهل الفقه والحديث على أن اإليمان قول وعمل‬

“Para ahli fiqh dan hadits telah sepakat bahwasannya iman itu
perkataan dan perbuatan. Dan tidaklah ada perbuatan kecuali dengan
niat” [At-Tamhiid, 9/238].

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian iman adalah pembenaran


dengan segala keyakinan tanpa keraguan sedikitpun mengenai yang datang
dari Allah SWT dan rasulNya.

B. Unsur-unsur Iman
Unsur-unsur iman disebut juga dengan rukun iman, dan rukun iman ada
enam unsur, yaitu:
1. Iman kepada Allah
Orang-orang yang beriman akan mendapatkan ketenangan jiwa.
Ketenangan jiwa tidak bisa didapat dengan keberlimpahan materi, akan
tetapi didapat dari kalbu secara ikhlas.3
2. Iman kepada Malaikat-Malaikat Allah
Malaikat adalah suatu makhluk ciptaan Allah yang terbuat dari nur
(cahaya). Malaikat tidak mempunyai hawa nafsu, melainkan hanya
memiliki akal, sehingga mereka terpelihara dari kesalahan dan dosa.4

3
Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992, hlm. 76-77. 17
4
Ibid., hlm. 89-90.

4
3. Iman kepada Kitab-Kitab Allah
Kita wajib pula meyakini bahwa sesungguhnya Allah telah
menurunkan beberapa kitab kepada para Nabi-Nya. Tujuan Allah
menurunkan kitab-kitab itu yaitu agar digunakan sebagai pedoman
hidup bagi seluruh manusia menuju jalan hidup yang benar dan
diridhai Allah SWT. Atau dengan kata lain, fungsinya adalah sebagai
penuntun menuju kebahagiaan dan keselamatan dunia akhirat.5
4. Iman kepada Rasul-Rasul Allah
Mempercayai bahwa Allah SWT telah mengutus para Rasul-Nya untuk
membawa syi’ar agama dan pembimbing umat pada jalan lurus serta
akan diridhai Allah SWT.6
5. Iman kepada Hari Akhir
Percaya akan adanya hari akhir di mulai hancurnya dunia hingga
masuknya seseorang ke surga atau neraka. Jadi, pada hari akhir atau
hari kiamat itu, seluruh jagad raya ini akan tergoncang hebat yang
mengakibatkan perubahan total dan terjadinya peristiwa yang sangat
dahsyat dan mengerikan. Saat itulah, Allah memusnahkan kehidupan
alam ini.
6. Iman kepada Qadha’ dan Qadar Allah
Qadha’ ialah kepastian dan qadar adalah ketentuan. Jika ia mendapat
kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia
mendapat musibah, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya.

C. Wujud Iman

Akidah Islam dalam al-Qur’an disebut iman. Iman bukan hanya


berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim
untuk berbuat. Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap
sesuatu, melainkan kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan
dan melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan. Karena itu iman bukan

5
Ibid., hlm. 95-96
6
Ibid., hlm. 104.

5
hanya dipercayai atau diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam
diri seseorang yang dibuktikan dalam perbuatannya.

Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia


terikat dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena
itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala
sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya didasarkan pada
ajaran Islam.

Wujud Iman menurut Hasan Al-Bana di antaranya:

1. Ilahiyah : Hubungan dengan Allah seperti wujud Allah, nama-nama


dan sifat Allah, perbuatan-perbuatan (af’al) Allah, dll.
2. Nubuwwah : Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan mukjizat
3. Ruhaniyah : Kaitan dengan alam metafisik seperti Malaikat, Jin,
Syetan, Ruh
4. Sam’iyah : Segala sesuatu yang bisa diketahui melalui sam’I yakni
dalil Naqli berupa Al-Qur’an dan as-Sunnah, seperti alam barzah,
akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surge dan neraga, dst.

Didalam Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman


sebagai berikut:

1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar
ilmu Allah tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan
ayat al-Qur’an, maka bergejolak hatinya untuk segera
melaksanakannya (al-Anfal: 2).
2. Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu
Allah, diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan
ajaran Allah menurut Sunnah Rasul (Ali Imran: 120)
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.
Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu shalat, dia segera
shalat untuk membina kualitas imannya. (al-Anfal: 3)
4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-
Mukminun:4). Hal ini dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta
yang dinafkahkan di jalan Allah merupakan upaya pemerataan

6
ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara yang kaya dengan
yang miskin.
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga
kehormatan (al-Mukminun: 3,5). Perkataan yang bermanfaat atau
yang baik adalah yang berstandar ilmu Allah, yaitu al-Qur’an menurut
Sunnah Rasulullah.
6. Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mukminun: 6). Seorang
mu’min tidak akan berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah
dan menepati janji.
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal:74). Berjihad di
jalan Allah adalah bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran
Allah, baik dengan harta benda yang dimiliki maupun dengan nyawa.
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62).
Sikap seperti itu merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin,
orang yang berpandangan dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul.

D. Faktor Yang Dapat Merusak Iman dan Cara Memperbaikinya


1. Faktor Yang Merusak Iman
a. Faktor Internal Rusaknya Iman
1) Kebodohan. Ini adalah sebab terbesar rusaknya iman,
sebagaimana ilmu adalah sebab terbesar bertambahnya iman.
2) Kelalaian, sikap berpaling dari kebenaran dan lupa. Tiga perkara
ini adalah salah satu sebab penting rusaknya iman.
3) Perbuatan maksiat dan dosa. Jelas kemaksiatan dan dosa sangat
merugikan dan memiliki pengaruh jelek terhadap iman.
Sebagaimana pelaksanaan perintah Allah Ta‟ala menambah iman,
demikian juga pelanggaran atas larangan Allah Ta‟ala
mengurangi iman.
4) Nafsu yang mengajak kepada keburukan (an-nafsu ammaratu
bissu‟). Inilah nafsu yang ada pada manusia dan tercela. Nafsu
ini mengajak kepada keburukan dan kebinasaan. Nafsu ini
menyeret manusia kepada kemaksiatan dan kehancuran iman,

7
sehingga wajib bagi kita berlindung kepada Allah Ta‟ala darinya
dan berusaha bermuhasabah sebelum beramal dan setelahnya.
b. Faktor Eksternal Rusaknya Iman
1) Syeitan Musuh abadi manusia. Ini merupakan satu sebab penting
eksternal yang mempengaruhi iman dan mengurangi
kekokohannya.
2) Dunia dan fitnah (godaan)nya. Menyibukkan diri dengan dunia
dan perhiasannya termasuk sebab yang dapat mengurangi iman.
Sebab semakin semangat manusia memiliki dunia dan semakin
menginginkannya, maka semakin memberatkan dirinya berbuat
ketaatan dan mencari kebahagian akherat, sebagaiman dituturkan
Imam Ibnul Qayyim.
3) Teman bergaul yang jelek.Teman yang jelek dan jahat menjadi
sesuatu yang sangat berbahaya terhadap keimanan, akhlak dan
agamanya. Karena itu Nabi shallallahu „alaihi wa sallam telah
memperingatkan kita dari hal ini dalam sabda beliau, “Seorang itu
berada di atas agama kekasihnya (teman dekatnya), maka
hendaknya salah seorang kalian melihat siapa yang menjadi
kekasihnya.”
2. Cara Memperbaikinya
a. Lakukan berbagai macam ibadah
Ibadah memiliki banyak ragamnya. Ada ibadah fisik seperti puasa,
ibadah materi seperti zakat, ibadah lisan seperti doa dan dzikir. Ada
juga ibadah yang yang memadukan semuanya seperti haji.Semua
ragam ibadah itu sangat bermanfaat untuk menyembuhkan lemah
iman kita.Banyak melakukan berbagai macam ibadah bukan hanya
membuat baju iman kita makin baru dan cemerlang, tapi juga
menyediakan bagi kita begitu banyak pintu untuk masuk surga.
b. Berdzikirlah yang banyak
Melalaikan dzikirulah adalah kematian hati.Tubuh kita adalah
kuburan sebelum kita terbujur di kubur.Ruh kita terpenjara.Tidak
bisa kembali.Karena itu, orang yang ingin mengobati imannya yang

8
lemah, harus memperbanyak dzikirullah.“Dan ingatlah Rabb-mu jika
kamu lupa.” (AlKahfi: 24) “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah
lha hati menjadi tentram.” (Ar-Ra’d: 28).
c. Perbanyaklah munajat kepada Allah dan pasrah kepada-NyA
Seseorang selagi banyak pasrah dan tunduk, niscaya akan lebih dekat
dengan Allah. Sabda Rasulullah saw., “Saat seseorang paling dekat
dengan Rabb-nya ialah ketika ia dalam keadaan sujud, maka
perbanyaklah doa.” Seseorang selagi mau bermunajat kepada Allah
dengan ucapan yang mencerminkan ketundukan dan kepasrahan,
tentu imannya semakin kuat di hatinya. Semakin menampakan
kehinaan dan kerendahan diri kepada Allah, semakin kuat iman kita.
Semakin banyak berharap dan meminta kepada Allah, semakin kuat
iman kita kepada Allah swt.
d. Memperbanyak membaca Al-Qur’an (Q.S. Al-Isra’ : 82)
e. Mendalami ilmu agama dan ilmu lain yang mendukungnya (Q.S.
Fatir : 28)
f. Banyak melakukan amal shaleh yang sesuai syariat Islam (Q.S. Al-
Hadid : 21)
g. Menghayati keagungan dan kekuasaan Allah melalui ayat-ayatnya
baik qouliyah maupun kauniyah (Q.S. Al-Zumar : 67)

E. Fungsi iman dalam kehidupan


 Iman dengan disertai dengan amal shaleh dapat menjadi kunci akan
dibukakanya kehidupan yang baik, makmur dan sejahtera

 Iman dapat menimbulkan ketenangan jiwa

 Iman akan menimbulkan kasih sayang antar sesama

 Lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta


 Iman akan membebaskan manusia dari kekuasaan orang lain
 Orang beriman akan mendapatkan pertolongan dari allah SWT
 Membawa keberkahan dilangit dan di bumi

9
 Memberikan ketengan dalam jiwa
 Dijanjikan akan mendapatkan syurga
 Dengan iman hidup akan terarah
 Iman membawa manusia pada kedamaian
 Dengan iman hidup kita lebih sederhana

10
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Iman menurut bahasa adalah yakin, keimanan berarti keyakinan.
iman berasal dari Bahasa Arab dari kata dasar amana yu’minu-imanan.
Artinya beriman atau percaya. keimanan manusia telah Allah tuliskan
dalam Al-Quran dan telah disebutkan pula As-Sunnah. Tingkat
keimanan seseorang berbeda-beda. Namun tidak menutup kemungkinan
bahwa keimanan seorang dapat berubah menjadi lebih baik melalui
beberapa tingkat, mulai dari dasar hingga tingkatan yang lebih tinggi.
Namun karena keimanan seseorang dari hati, terkadang iman ini dapat
naik ataupun turun. Tetapi, apabila masing-masing dari kita dapat
beristiqomah insyallah iman kita akan tetap terjaga.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak
kekurangan terutama mengenai tata bahasa dan juga refrensi. Juga kita
sebagai mahasiswa semester awal menyadari akan kekurangan itu.
Maka, penulis berharap apabila terdapat kesalahan mohon dimaklumi
dan dimaafkan karena keterbatasan penulis. Juga kritik ataupun saran,
sangat diharapkan agar di kemudian hari dapat menghasilkan makalah
maupun karya tulis yang lebih baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kaelany, HD. 2000. Iman, Ilmu dan Amal Saleh. Jakarta: Rineka Cipta.

Rahman, Abdul. 1996. Garis Pemisah antara Kufur dan Iman. Jakarta:

Bumi Aksara.

Zainuddin. 1992. Ilmu Tauhid Lengkap. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Hafidudin,Didin.2005.Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan


Tinggi.Syaamil.Bandung
Azra, Azyumardi. 2008. Kajian Tematik Al-Qur’an tentang
Ketuhanan. Bandung : Angkasa
Alkaff,Abdullah.1987.Tauhid.Risalah.Bandung

12

Anda mungkin juga menyukai