PENDAHULUAN
Hepatitis B adalah infeksi pada organ hati yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B (HBV) yang merupakan double-stranded DNA dan termasuk dalam
family Hepadnaviridae. Virus Hepatitis B (VHB) berdasarkan struktur fisiknya
merupakan virus DNA terkecil yang menginfeksi manusia. VHB pertama kali
ditemukan oleh Blumbeg dan kawan-kawan pada tahun 1965 pada saat mereka
melakukan penelitian untuk mencari antibody yang timbul terhadap lipoprotein.
pada penelitian tersebut ia menemukan suatu antibody dari seorang penderita
hemophili yang sering mendapatkan transfusi darah. Dimana antibody ini dapat
dipergunakan untuk mendeteksi suatu antigen dalam darah seorang aborigin
Australia yang dikenal dengan antigen Australia (Au-Ag). Antigen Australia lebih
di kenal dengan nama antigen permukaan virus Hepatitis B atau HBsAg
(sulaiman, Julitasari, 2010)
2.1.2 Epidemiologi Hepatitis B
Berdasarkan data WHO 2015, terdapat lebih dari 2 milyar orang yang
terinfeksi HBV dan sekitar 240 juta orang adalah Hepatitis kronik carrier di
dunia. Terdapat sekitar 650.000 kematian akibat HBV setiap tahunnya. Selain
itu, sekitar 4,5 juta kasus infeksi HBV baru di seluruh di dunia per tahun.
Pada daerah endemik tinggi seperi Asia, Afrika dan daerah sekitar lembah
sungai amazon, angka kejadian HBV carrier lebih dari 8%. Pada regio endemik
rendah seperti Amerika Serikat, negara-negara Eropa dan Australia memiliki
prevalensi HBsAg kurang dari 2%. Daerah Timur Tengah, beberapa negara
Eropa Timur dan lembah sungai Mediterania merupakan daerah endemik
intermediate dengan tingkat kejadian HBV carrier berkisar antara 2%-8%.
Hampir 90% bayi terinfeksi HBV pada tahun pertama kehidupan dan 30%-
50% anak yang terinfeksi HBV pada umur 1-4 tahun dapat menjadi kronik dan
sekitar 25% yang terinfeksi secara kronik sejak masa kanak-kanak meninggal
karena kanker hati atau sirosis. (WHO, 2015)
HBV ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi dengan
host virus Hepatitis B hanya pada manusia. Darah merupakan media terbaik
transimisi, tapi cairan tubuh lain juga dapat terlibat seperti semen dan saliva.
(Scott et al., 1980) Saat ini diketahui terdapat 3 cara transmisi HBV yaitu
perinatal, seksual dan parenteral/perkutaneus. Tidak ada referensi yang dapat
dipercaya bahwa infeksi dapat menular melalui udara dan tinja bukan
merupakan sumber infeksi. HBV tidak ditransmisikan melalui makanan atau
air yang terkontaminasi, serangga atau agen lainnya. (Hou et al., 2005)
- Transmisi perinatal
Transmisi HBV melalui Ibu carrier kepada bayinya dapat muncul sepanjang
periode perinatal dan menjadi factor penting dalam menentukan prevalensi
infeksi di daerah endemisitas tinggi seperti China dan Asia Tenggara. Cheung,
dkk. membagi mekanisme transmisi vertical/perinatal hepatitis B dalam tiga
masa kehamilan, yaitu: 1) saat konsepsi yang mana terjadi infeksi germ-line; 2)
saat kehamilan melalui kontaminasi darah materna maupun transmisi
transplasenta; dan 3) saat kelahiran melalui ruptur membran dan persalinan per
vagina . Tingkat transmisi melalui ketiga mekanisme tersebut berkaitan dengan
status HBeAg positif dan kadar Hepatitis B Virus (HBV) DNA yang tinggi
Persalinan yang berkepanjangan (prolonged labor) memiliki pengaruh terhadap
risiko transmisi vertikal dari ibu ke janinnya yang menunjukkan korelasi linier
antara kejadian HBsAg pada tali pusat dan durasi kala I persalinan yang dapat
diamati jika kala I memanjang ≥ 9 jam. (Chalid et al., 2013
- Transmisi seksual
Transmisi seksual HBV merupakan sumber infeksi terbanyak di seluruh dunia
khusunya di daerah endemik rendah seperti di Amerika Timur. Hepatitis B
disebut sebagai Sexually Transmitted Disease (STD). Dalam jangka waktu
lama, homoseksual memiliki risiko tertinggi untuk terinfeksi melalui hubungan
seksual (70% homoseksual terinfeksi setelah 5 tahun berhubungan seksual).
Meskipun begitu, transmisi heteroseksual juga meningkatkan proporsi infeksi
HBV. pada heteroseksual, faktor risiko infeksi meningkat berkaitan dengan
durasi berhubungan seksual, jumlah pasangan seksual, riwayat penyakit
menular seksual, dan serologi positif Sifilis. Pasangan seksual dengan Injection
drug user (IDU), prostitusi dan pelanggan prostitusi merupakan risiko tinggi
infeksi. ( Alter, 2003)
- Transmisi Parenteral/perkutaneus
Sumber infeksi yang nyata adalah darah yang terkontaminasi HBV dengan
peralatan operasi yang terkontaminasi. Transimisi parenteral/perkutan dapat
muncul saat operasi, setelah penyuntikan, penggunaan obat intravena dan
prosedur tindik, ,tattoo, akupuntur dan sirkumsisi. Penyebaran nosokomial
infeksi HBV di rumah sakit seperti unit hemodialisis dan unit gigi. Orang
dengan risiko tinggi infeksi HBV adalah mereka yang melakukan hemodialisis,
dokter gigi, perawat dan pekerja kesehatan, laboratoran, pengguna obat
intravena yang berpotensi kontak dengan darah yang terinfeksi. (Hou et al.,
2005)
2.1.7 Pencegahan Hepatitis B
Ibu hamil yang terdiagnosa HBsAg dalam tubuh nya memiliki peluang
untuk menularkan virus Hepatitis B secara vertical pada anaknya. Penularan
yang terjadi pada masa perinatal yaitu penularan dari ibu kepada anaknya yang
baru lahir. Jika seorang ibu hamil karier Hepatitis B dan HBeAg positif maka
bayi yang dilahirkan 90% kemungkinan akan terinfeksi menjadi karier juga.
Kemungkinan 25% dari jumlah tersebut akan meninggal karena hepatitis
kronik atau kanker hati. Transmisi perinatal ini terutama banyak terjadi di
Negara-negara Timur dan Negara berkembang. Infeksi perinatal paling tinggi
terjaid selama persalinan dan diduga tidak berhubungan dengan proses
menyusui. (Kemenkes, 2012)
2.2.2 Epidemiologi
Menurut WHO, hampir 90% bayi terinfeksi HBV pada tahun pertama
kehidupan dan 30%-50% anak yang terinfeksi HBV pada umur 1-4 tahun dapat
menjadi kronik dan sekitar 25% orang dewasa yang terinfeksi secara kronik
sejak masa kanak-kanak meninggal karena kanker hati atau sirosis.
Transmisi HBV melalui Ibu carrier kepada bayinya dapat muncul
sepanjang periode perinatal dan menjadi factor penting dalam menentukan
prevalensi infeksi di daerah endemisitas tinggi seperti China dan Asia
Tenggara. Sebelum vaksinasi terintegrasi dengan program imunisasi rutin,
proporsi bayi yang menjadi HBV carrier berkisar antara 10-30% untuk ibu
yang HBsAg positif sedangan HBeAg negatif. Namun, insidens infeksi
perinatal meningkat sekitar 70-90% pada ibu yang HBsAg dan HBeAg positif.
(Hou et al., 2005)
2.2.5 Dampak
Infeksi Virus Hepatitis B pada ibu hamil merupakan masalah yang
cukup serius. Karena tingginya penularan Hepatitis B secara vertikal yaitu dari ibu
ke anaknya saat melahirkan, yaitu sekitar 90% ibu yang mengidap Hepatitis B
atau hasil HBsAg positif akan menurunkan infeksi HBV pada anaknya dan
kemungkinan besar akan menjadi karier HBV.
Sekitar 3,9% ibu dengan HBsAg positif selama tahun pertama
kehidupan dan berkembang mengalami Hepatitis B Kronis (carrier). Anak-anak
yang terinfeksi sebelum usia 6 tahun mengembangkan infeksi kronis sebesar 30-
50% menjadi sirosis hati atau bahkan kanker hati dan kemudian 25% anak
dengan Hepatitis carier ini akan meninggal karena pernyakit hari kronis, sirosis
hati atau kanker hati (WHO, 2015).
2.2.7 Hasil – hasil penelitian tentang Faktor Resiko Infeksi Virus Hepatitis
B pada Ibu Hamil
1. Usia
Penelitian yang dilakukan oleh Kolawole et al di Osogbo
Nigeria dimana prevalensi terbanyak HBsAg positif terdapat pada
kelompok umur 30-34 dengan persentase 23.3% yaitu sebanyak 14
orang dari total 60 orang yang berusia di rentan umur tersebut. Diikuti
kelompok umur terbanyak kedua yaitu 25-29 tahun dengan persentase
16.9%. Menurutnya, kelompok umur tersebut merupakan puncak dari
aktivitas sosial yang tertinggi atau dalam hal ini merupakan usia
produktif sehingga risiko transmisi virus melalui kontak seksual juga
sangat tinggi (Kolawole et al, 2012).
Penelitian yang dilakukan Sri Wahyu pada tahun 2017 di
Makassar menyatakan kelompok umur 25 – 29 tahun dan 30 – 34 tahun
menempati prevalensi terbanyak. Hal ini dikarenakan program
imunisasi hepatitis B mulai diterapkan sekitar 20 tahun yang lalu yaitu
pada tahun 1997 ketika dimasukkan dalam program imunisasi rutin
nasional pada bayi baru lahir (Kemenkes, 2012). Hal tersebut
menyebabkan wanita umur kurang dari 25 tahun memiliki prevalensi
HBsAg positif lebih rendah diduga karena dampak dari imunisasi yang
kemungkinan sudah ada pada waktu itu.
2. Pekerjaan
Penelitian Ngaira et al di Kenya pada tahun 2014 yakni prevalensi
tertinggi ibu hamil dengan HBsAg positif berdasarkan pekerjaan adalah
kelompok yang tidak bekerja yaitu sebanyak 7 dari 11 orang yang positif
HBsAg (Ngaira et al, 2016).
penelitian yang dilakukan oleh Anaedobe et al di Nigeria. Dari
penelitiannya, didapatkan prevalensi tertinggi ibu hamil dengan HBsAg
positif pada karyawan swasta dan pegawai pemerintah dengan persentase
yang sama yaitu 40%. Sedangkan yang tidak bekerja hanya sebesar 20%
(Anaedobe et al, 201).
Penelitian lain yang dilakukan di daerah lain di Nigeria oleh
Kolawole et al dimana hasil yang didapatkan adalah prevalensi menurut
pekerjaan terbanyak pada pedagang yaitu 14 dari 33 orang sedangkan ibu
rumah tangga memiliki prevalensi terendah. Hal tersebut dikarenakan
interaksi dengan lawan jenis yang lebih sering sehingga memicu hubungan
heteroseksual yang merupakan salah faktor risiko transmisi HBV
(Kolawole et al, 2012).
b) Pernah operasi
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zenebe et al. (2014)
menyatakan bahwa pernah melakukan operasi berhubungan secara
signifikan dengan kejadian infeksi virus Hepatitis B pada ibu hamil
(AOR=11,1; 95%CI: 2,64-46,88). Hasil penelitian yang serupa
dilakukan oleh Li et al. (2012) menyatakan bahwa pernah operasi
berhubungan dengan Hepatitis B pada orang yang berusia 15-59 tahun
(AOR=1,24; 95%CI: 1,00-1,53). Pernah tidaknya operasi ini perlu
ditanyakan, karena penggunaan alat operasi yang tidak steril bisa
menyebabkan terinfeksinya virus hepatitis B (Cahyono, 2010). Hasil
penelitian yang berbeda didapatkan oleh Hannachi et al. (2009) di
Tunisia bahwa pernah operasi tidak berhubungan secara statistik dengan
kejadian HBsAg positif pada ibu hamil.
Pekerjaan
Cui, A. et al. (2016) ‘Maternal hepatitis B virus carrier status and pregnancy
outcomes : a prospective cohort study’, BMC Pregnancy and Childbirth. BMC
Pregnancy and Childbirth, pp. 1–8. doi: 10.1186/s12884-016-0884-1.
Herlando sinaga, ikhwan latif, N. P. (2018) ‘Jurnal Riset Kesehatan
PEMERIKSAAN HEPATITIS B SURFACE ANTIGEN (HBsAg) DAN Anti-
HBs PADA IBU HAMIL SEBAGAI SKRINING PENULARAN HEPATITIS B’,
7(2), pp. 80–84. doi: 10.31983/jrk.v7i2.3690.
Ilham, M. and Akbar, A. (2019) ‘Pencegahan transmisi virus Hepatitis B dan HIV
dari Ibu ke bayi Infeksi Pada Kehamilan : Hepatitis B dan HIV Hepatitis B Dalam
Kehamilan’, (January).
Kementerian Kesehatan RI (2018) ‘Infodatin Hepatitis 2018’, p. 8.
Kesehatan, K. and Indonesia, R. (2015) PROFIL KESEHATAN INDONESIA
2014.
Pusparini, A. D. and Ayu, P. R. (2017) ‘Tatalakasana Persalinan pada Kehamilan
dengan Hepatitis B Management of Labor in Pregnancy with Hepatitis B’,
7(April), pp. 1–5.
WHO (2015) ‘Guidelines for the prevention, care and treatment of persons with
chronic hepatitis b infection’, (March).
Radji, Maksum 2015. Imunologi dan Virologi Cetakan kedua (Edisi Revisi). PT.
ISFI Penerbitan : Jakarta
1. Cheung KW, Seto MT, Wong SF. Towards complete eradication of hepatitis B infection from perinatal
transmission: review of the mechanisms of in utero infection and the use of antiviral treatment during
pregnancy. Eur J Obstetr Gynecol Reprod Biol. 2013;169(1):17-23.