Anda di halaman 1dari 2

Pada tahun 2013, rasionya meningkat menjadi 1,121 per 1000.

Jumlah ini masih dianggap


kurang dari rasio ideal. Dalam hal kesiapsiagaan layanan, rumah sakit di Jakarta masih
memiliki banyak masalah. Data pada tahun 2011 menunjukkan penerimaan pasien rumah sakit
per 10.000 orang hanya 1,9%, dengan tingkat hunian tempat tidur hanya 65%. Luas perawatan
kebidanan darurat rumah sakit di kabupaten / kota telah mencapai 25%, sementara di rumah
sakit pemerintah, hanya mencapai 86%. Kemampuan transfusi darah di rumah sakit masih
rendah, dengan kesiapan rata-rata 55%, terutama didasarkan pada kecukupan pasokan darah
baru sebesar 41% di rumah sakit pemerintah dan 13% untuk rumah sakit swasta (Departemen
Kesehatan, 2014: 18). Di sisi lain, masih banyak rumah sakit swasta yang enggan bergabung
dengan BPJS karena alasan ekonomi (Tribune Berita, 30 September 2014). Faktanya, 53% dari
semua rumah sakit di Indonesia adalah milik pribadi (Kementerian Kesehatan, 2014: 17). Jika
ekonomi dijadikan alasan, tentu kita bisa bertanya pertimbangan ekonomi apa yang membuat
rumah sakit memutuskan mereka kalah jika berpartisipasi dalam BPJS. Hal ini menjadi topik
untuk bidang ekonomi rumah sakit. Apalagi manfaat yang diperoleh akan memungkinkan
BPJS untuk mencapai cakupan universal dan dilayani oleh rumah sakit secara keseluruhan
tanpa melihat lagi dengan kemungkinan kerugian. Secara lebih komprehensif, target yang ingin
dicapai adalah efisiensi, kesetaraan, dan cukup keuntungan untuk rumah sakit.

Masalah Ekonomi Rumah Sakit

Mari kita mulai memperhatikan masalah ekonomi rumah sakit memperhatikan masalah sumber
dayanya. Masalah sumber daya di rumah sakit menciptakan banyak masalah, seperti jumlah
pasien yang banyak, kualitas layanan yang buruk, kurangnya alat diagnostik dan peralatan,
fasilitas kotor dan usang, antrian panjang di klinik rawat jalan, kekurangan obat-obatan dan
persediaan medis lainnya, moral karyawan yang rendah, dan sebagainya (Newbrander et al.,
1992: 5) Newbrander et al. menyebutkan tiga masalah sumber daya utama dalam RSUD.
Masalah-masalah nya adalah (1992: 5-6):

1. Masalah alokasi sumber daya.


Ini termasuk distribusi sumber daya di dalam rumah sakit serta distribusi rumah sakit
itu sendiri dalam melayani pasien menurut jenis rumah sakit, wilayah, komunitas
(perkotaan dan pedesaan), kerentanan komunitas, dan kekayaan ekonomi komunitas
(kaya dan miskin). Konsep ekonomi utama dalam masalah ini adalah fungsi produksi
dan biaya. Kedua fungsi ini terkait dengan masalah kesetaraan dan efektivitas rumah
Sakit. Bab 3–7 secara khusus membahas aspek alokasi sumber daya rumah sakit dengan
menyoroti produktivitas, daya saing, komponen biaya, beban ekonomi penyakit, dan
aspek ekonomi dari penyakit menular berasal dari rumah sakit.
2. Masalah manajemen sumber daya.
Masalah ini terkait dengan penggunaan sumber daya yang ada dalam hal input dan
output. Konsep ekonomi penting utama adalah efisiensi, termasuk efisiensi teknis,
efisiensi ekonomis, dan skala, serta hubungan antara konsep-konsep ini. Bab 9-12
membahas masalah manajemen sumber daya di lebih detail dengan menyoroti skala
ekonomi, manusia pengembangan sumber daya, pengembangan kualitas, dan lean
pelaksanaan.
3. Masalah sumber daya generasi.
Ini termasuk masalah bagaimana rumah sakit dapat memperoleh sumber daya untuk
dijalankan operasi tanpa harus menutup akses strata masyarakat, sehingga melanggar
prinsip persamaan. Bab 14 dan 15 akan menyoroti aspek ini khusus dengan membahas
komponen pendapatan PT rumah sakit dan kelompok terkait diagnosis (DRG). Kami
akan mengambil tiga area ini sebagai kerangka kerja utama buku ini.

Anda mungkin juga menyukai