GURU PEMBELAJAR
Kelompok Kompetensi C
Penelaah:
Gun gun Gumilar, M.Si. gunsgmr@gmail.com
Copyright @ 2016
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Bidang Pertanian Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Mari kita sukseskan program GP ini untuk mewujudkan Guru Mulia Karena Karya.
Direktur Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan
Modul ini berisi skenario proses pembelajaran yang akan diselenggarakan agar
peserta diklat dapat belajar dengan benar dan mendapatkan pengalaman
belajar (Learning Experience). Modul ini berisi tentang lembar informasi sebagai
bahan kajian dan aktivitas pembelajaran. Modul dibuat agar diklat yang
dilaksanakan mempunyai relevansi, baik secara internal maupun eksternal, dan
dilandasi tata nilai ( value system) dunia kerja seperti disiplin dan produktivitas
yang tinggi, taat asas, efisien dan mengacu pada mutu.
Semoga modul ini menjadi bahan pendekatan kegiatan diklat dapat dilaksanakan
secara menyenangkan, melibatkan peserta secara penuh, dilandasi motivasi
internal yang tinggi dan terbentuknya kerjasama antar peserta.
Cianjur,
Penulis
i
Daftar Isi
ii
C. Uraian Materi ......................................................................................................... 63
D. Aktivitas Pembelajaran ........................................................................................ 90
E. Latihan/Kasus/Tugas ........................................................................................... 92
F. Rangkuman ........................................................................................................... 93
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut......................................................................... 95
H. Kunci Jawaban Latihan Kegiatan Pembelajaran 1 ......................................... 96
Evaluasi ......................................................................................................................... 103
Penutup.......................................................................................................................... 108
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 109
Glosarium ...................................................................................................................... 110
iii
Daftar Gambar
iv
Gambar 24. Segi tiga api……………………………………..……………………..44
Gambar 25. Hydrant…………………………………………………..……………..47
Gambar 26. Rotary hand bell.……………………………………..………………..48
Gambar 27. Smoke detector………………………………………..……………....49
Gambar 28. Stand alone alarm..…………………………………..………………..50
Gambar 29. Alat pemadam api ringan……………………………………………..50
Gambar 30. Cara membuka/menarik kunci APAR…………………………….....53
Gambar 31. Cara mengarahkan nozzle………………………………...…………53
Gambar 32. Cara menekan handle APAR……………………………..………. 53
Gambar 33. Cara menyapukan nozzle ke sumber api…………...………….…..54
Gambar 34. Label bahan kimia………………………………………………….....64
Gambar 35. Label Bahaya Bahan Kimia…..…………………..……………….....65
Gambar 36. Label Bahan Mudah Meledak.……………………………………....79
Gambar 37. Label Bahan Mudah Terbakar…………..…………………………..80
Gambar 38. Label Bahan Reaktif……………………………….…..…………….82
Gambar 39. Label Bahan Beracun……………………..…………..…………….82
Gambar 40. Label pada limbah B3 yang infeksius………………..…………….84
Gambar 41. Label bahan Korosif………………………………………………....84
v
Daftar Tabel
Tabel 5. Contoh bahan kimia yang menghasilkan racun bila dicampur …………...71
vi
vii
Pendahuluan
A. Latar belakang
Laboratorium adalah suatu tempat dimana praktikan atau peserta didik,
pengajar, dan peneliti bekerja atau melakukan percobaan. Bekerja di
laboratorium kimia tidak akan lepas dari kemungkinan terjadinya resiko dari
berbagai jenis bahan kimia baik yang berbahaya maupun yang bersifat sangat
berbahaya. Selain itu, peralatan yang ada di laboratorium juga dapat
mengakibatkan bahaya yang tidak jarang berisiko tinggi bagi praktikan yang
sedang melakukan praktikum, jika tidak mengetahui cara dan prosedur
penggunaan alat yang akan digunakan. Oleh karena itu, diperlukan
pemahaman dan kesadaran terhadap keselamatan dan resiko kerja
di laboratorium.
1
Suatu percobaan yang dilakukan sering kali menggunakan berbagai bahan
kimia yang berbahaya, peralatan gelas yang mudah pecah, dan instrumen
khusus yang kesemuanya itu dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja
bila dilakukan dengan cara yang tidak tepat ataupun terjadi kesalahan pada
saat pencampuran bahan yang akan digunakan. Kecelakaan yang terjadi di
laboratorium dapat membuat orang tersebut cedera, dan bahkan dapat
mencelakai orang yang berada disekitarnya.
Berbagai peristiwa yang pernah terjadi perlu dicatat sebagai latar belakang
pentingnya bekerja dengan aman di laboratorium. Sumber bahaya terbesar
berasal dari bahan-bahan kimia terutama bahan kimia yang mudah bereaksi,
atau yang dapat menyebabkan bahaya lain seperti kebakaran, iritasi,
keracunan, atau penyebab penyakit. Oleh sebab itu diperlukan pemahaman
mengenai jenis – jenis bahan kimia agar siapapun yang bekerja dengan
bahan-bahan tersebut dapat lebih berhati-hati dalam penggunaannya, dan
yang lebih penting lagi tahu cara menanggulanginya jika sampai terjadi
kecelakaan akibat kesalahan penggunaan bahan tersebut. Selain itu, yang
harus diperhatikan juga adalah cara yang tepat untuk membuang limbah
bekas bahan kimia sisa percobaan, agar tidak menyebabkan polusi pada
lingkungan.
2
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
materi, tetapi juga dapat mengganggu proses praktikum secara menyeluruh.
B. Tujuan
Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran ini, peserta pelatihan mampu:
a. Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
b. Menerapkan penggunaan alat pemadam api ringan (APAR)
c. Menerapkan penanganan bahan kimia dan limbah B3
3
C. Peta Kompetensi
KK 2.Melaksanakan
Stoikiometri
KK 7. Mengembangkan
Identifikasi Jenis Dan
Karakteristik Senyawa
KIMIA ORGANIK Hidrokarbon
KK 7. Melaksanakan Sintesis
Senyawa Organik
KK 5. Menganalisis Jenis
ANALISIS Mikroba
MIKROBIOLOGI
KK 5. Menguji Sampel Dengan
Metode TPC
KK 5. Menguji Salmonella
ANALISIS KIMIA Dalam Sampel
TERPADU
KK 4.Melaksanakan Analisis
Kimia Terpadu
KK 9. Melaksanakan Analisis
Kromatografi
4
Keterangan :
= Paket Keahlian
= Mata Pelajaran
D. Ruang Lingkup
5
Kegiatan Pembelajaran 1. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
A. Tujuan
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, peserta pelatihan mampu
menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Laboratorium
C. Uraian Materi
1. Konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak
dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap
perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan
kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja, maka lahirlah
keselamatan dan kesehatan kerja yang mendeskripsikan bahwa cara
menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur
penyebab kecelakaan atau mengadakan pengawasan yang ketat.
6
kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan
bagi pekerja dari resiko akibat faktor yang merugikan kesehatan; serta
penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja
yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya.
7
a) keselamatan dan kesehatan kerja;
b) moral dan kesusilaan
c) perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama
3) Pasal 86 ayat 2 “Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja”
8
setiap percobaan, dengan membaca petunjuk percobaan,
mengetahui tujuan, cara kerja dan bagaimana data percobaan
akan diperoleh, mengetahui teknik menggunakan peralatan dan
cara menangani limbah praktikum, serta mengetahui hal-hal atau
tindakan yang harus dihindari, misalnya menjauhkan bahan yang
mudah terbakar dengan sumber api.
Mengetahui sifat-sifat bahan yang akan digunakan apakah bersifat
mudah terbakar, bersifat racun, karsinogenik atau membahayakan
dan sebagainya, sehingga dapat terhindar dari potensi bahaya
yang dapat ditimbulkan dari bahan kimia yang digunakan.
Mengetahui jenis-jenis alat, bagaimana merangkai alat, cara kerja
alat, serta teknik penggunaan alat tersebut.
Memakai perlengkapan pelindung diri, seperti jas laboratorium
berwarna putih lengan panjang, kacamata (goggles), sarung
tangan karet, sepatu, masker, dan perlengkapan lainnya sesuai
kebutuhan praktikum.
9
posisi semula.
Menghindari bahaya yang mungkin terjadi dengan mematikan
peralatan listrik, kran air, menutup tempat bahan kimia dengan
rapat.
Membersihkan tempat atau meja tempat bekerja.
10
gas. Cara Kerja fire alarm system adalah dengan mendeteksi potensi-
potensi kebakaran seperti gumpalan asap (smoke detector),
temperatur tinggi (heat detector), dan adanya gas yang berbahaya
(gas detector), ketika alat ini mendeteksi potensi kebakaran tersebut
maka alat ini akan secara otomatis memberikan tanda bahaya (alert)
seperti membunyikan bel, menyalakan lampu, dan lainnya, sehingga
orang sekitar dapat mengetahui kalau ada potensi kebakaran di sekitar
tempat tersebut. Fire alarm system terdiri dari berbagai macam,
diantaranya adalah :
1. Fire Alarm Control Panel
2. Stand alone Gas Detector
3. Heat Detector
4. Smoke Detector
3) Halon
Ada dua jenis Halon yang banyak digunakan yakni Halon 1211
(Bromochlorodifluoromethane) yang lebih dikenal sebagai BCF dan
Halon 1301 (Bromotrifluoromethane) dikenal sebagai BTM, ada pula
Halon 1202 (Dibromodifluoromethane) yang banyak digunakan
dibidang militer. Halon 1211 digunakan sebagai alat pemadam
penyemprot (Streaming), umumnya berbentuk tabung portable, biasa
digunakan sektor komersial, bangunan dan industri misalnya untuk
perlindungan ruang komputer, galeri seni rupa, mesin fotokopi, replika ,
museum, komputer dan peralatan elektronik lainnya.
11
80-200 mikron. Sistem pengkabutan air mampu memadamkan
kebakaran pada cairan yang mudah terbakar (flammable) serta
memberikan efek “cooling” pada sasaran permukaan panas. Sistem
pemadam CO2 memiliki sifat penetrasi yang baik serta meminimalisasi
kerusakan sekunder pada bahan maupun peralatan yang dilindungi.
Sistem pemadam api dengan bubuk kimia kering atau powder
sangat efektif untuk memadamkan kebakaran yang disebabkan oleh
cairan yang mudah terbakar.
Tipe dasar alat pemadam kebakaran yaitu:
a) Pemadam kebakaran berisi zat cair
b) Pemadam kebakaran karbon dioksida (CO2)
c) Pemadam kebakaran dengan bromochlorodifluoromethane,
penguapan air
d) Pemadam kebakaran dari busa
e) Pemadam kebakaran dari bubuk yang kering
5) Fire Damper
Sistem pengendalian asap sebaiknya dirancang untuk menghalangi
aliran asap masuk ke dalam ruangan, jalan keluar, jalan terusan
keluar, daerah tempat berlindung, atau daerah lain yang serupa.
Dengan menyediakan sarana pemadam kebakaran otomatis yang
umum diperlukan untuk pengendalian asap (fire damper), dapat
membatasi penjalaran dan besarnya kebakaran secara efektif dan
12
ekonomis. Jika sistem pengendalian asap tersedia di laboratorium
sebaiknya diaktifkan sedini mungkin, pada keadaan darurat untuk
membatasi penyebaran gas kebakaran dan untuk menjaga lingkungan.
13
Memiliki tinggi meja yang memadai
Memiliki sumber listrik yang aman
Selalu terawat
4) Eye washer, merupakan paket khusus pengaliran air pada mata
yang terkena bahan kimia. Air yang dialirkan harus
memenuhi standar air bersih.
5) Perlengkapan kerja, terdiri dari baju bekerja (jas lab), kacamata
pengaman, sepatu tertutup, sarung tangan dan masker. Hal ini
mutlak terutama pada saat pengujian sampel.
6) Exhaust fan, diperlukan pada ruangan tertentu seperti ruang
preparasi atau pada ruang penyimpanan bahan kimia
7) Pemadam kebakaran, Selain Alat pemadam kebakaran ringan
(APAR) yang merupakan paket media pemadam kebakaran dalam
tabung bertekanan, juga perlu disediakan alat bantu pemadam
kebakaran lainnya yaitu karung goni basah, pasir dan baju tahan
api.
8) Alarm kebakaran, berfungsi sebagai komunikasi bahaya
9) Petunjuk arah keluar ruangan laboratorium, merupakan tanda
yang dapat memberikan informasi bagi pekerja laboratorium untuk
keluar dari ruang dengan aman dan selamat apabila terjadi
bahaya di laboratorium.
10) P3K, beberapa obat-obatan standar yang harus ada yaitu obat
luka bakar, plester luka, kapas, antiseptik, kain kassa dll.
14
pelindung diri.
3) Pengawasan yaitu pengawasan tentang dipatuhinya
ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan.
4) Penelitian bersifat teknik yang meliputi sifat dan ciri bahan
yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian
alat-alat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan
peledakan gas dan debu, penelaahan tentang bahan-bahan dan
desain di tempat kerja.
5) Riset medis, yang meliputi penelitian tentang efek-efek
fisiologis dan patologis, faktor-faktor lingkungan dan teknologis dan
keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.
6) Penelitian psikologis yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan
yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.
7) Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja,
khususnya tenaga kerja yang baru dalam keselamatan kerja
8) Motivasi yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau
pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.
9) Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan
pencegahan kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi
yang dibayar oleh perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan
sangat baik.
15
kaca mata khusus dsb.
5) Pemeriksaan kesehatan, hal ini meliputi pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja dan pemeriksaan secara berkala untuk mencari faktor
penyebab yang menimbulkan gangguan maupun kelainan
kesehatan terhadap tenaga kerja
6) Latihan dan informasi sebelum bekerja, agar pekerja mengetahui dan
berhati-hati terhadap berbagai kemungkinan adanya bahaya.
7) Pelatihan dan penyuluhan tentang K3, dilaksanakan secara teratur.
16
Simbol dengan warna dasar putih, simbol merah dan
berbentuk lingkaran ini memiliki arti adanya larangan. Simbol-
simbol dalam sub kelompok ini mungkin sudah tidak asing lagi
bagi anda. Contoh simbol yang sering ditemui adalah
larangan merokok, larangan menyalakan api atau larangan untuk
lewat. Contoh lainnya dapat dilihat seperti pada Gambar 3.
17
3) Sub kelompok 2.0.
Simbol-simbol tanda bahaya pada sub kelompok ini memiliki
warna dasar kuning dengan gambar berwarna hitam dan
bentuk simbol berupa segitiga. Simbol akan menunjukkan bahwa
area dengan simbol tersebut memerlukan kewaspadaan. Contoh
simbol tanda bahaya dapat dilihat pada gambar 5.
18
5) Sub kelompok 3.2.
Simbol dengan warna dasar merah, simbol putih dan berbentuk
kotak ini memiliki arti yang menunjukkan arah, adanya alat atau
rambu pemadam api. Contohnya seperti pada gambar 7.
19
Dianggap sebagai kecelakaan dalam arti asli (genuine accident)
sifatnya tidak dapat diramalkan dan berada di luar kendali. Misalnya,
seorang karyawan tepat berada di depan jendela kaca ketika tiba-tiba
seseorang melempar jendela kaca sehingga mengenainya.
2) Kondisi kerja yang tidak aman.
Kondisi kerja yang tidak aman merupakan salah satu penyebab utama
terjadinya kecelakaan. Kondisi ini meliputi faktor-faktor sebagai berikut:
a) Peralatan yang tidak terlindungi secara benar.
b) Peralatan yang rusak.
c) Prosedur yang berbahaya dalam, pada, atau di sekitar peralatan
atau kondisi gudang yang tidak aman (terlalu penuh).
d) Cahaya tidak memadai, suram, dan kurang penerangan.
e) Ventilasi yang tidak sempurna, pergantian udara tidak cukup,
atau sumber udara tidak murni.
20
bersifat karsinogenik dalam industri maupun laboratorium
merupakan problem yang signifikan, baik karena sifatnya yang
berbahaya maupun cara yang ditempuh dalam penanganannya.
Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam penanganan bahan
kimia berbahaya meliputi manajemen, cara penanganan,
penyimpanan dan pelabelan, keselamatan di laboratorium,
pengendalian dan pengontrolan tempat kerja, dekontaminasi, disposal,
prosedur keadaan darurat, kesehatan pribadi para pekerja, dan
pelatihan. Bahan kimia dapat menyebabkan kecelakaan melalui
pernafasan (seperti gas beracun), serapan pada kulit (cairan), atau
bahkan tertelan melalui mulut untuk padatan dan cairan.
b) Aliran Listrik
Penggunaan peralatan dengan daya yang besar akan memberikan
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa faktor yang harus
diperhatikan antara lain:
Pemakaian safety switches yang dapat memutus arus listrik jika
penggunaan melebihi limit/batas yang ditetapkan oleh alat.
Pemasangan peralatan listrik harus memperhatikan standar
keamanan dari peralatan.
Penggunaan peralatan yang sesuai dengan kondisi kerja sangat
diperlukan untuk menghindari kecelakaan kerja.
Berhati-hati dengan air. Jangan pernah meninggalkan pekerjaan yang
memungkinkan peralatan listrik jatuh atau bersinggungan dengan air.
Begitu juga dengan semburan air yang langsung berinteraksi dengan
21
peralatan listrik.
Berhati-hati dalam membangun atau mereparasi peralatan listrik agar
tidak membahayakan pengguna yang lain dengan cara memberikan
keterangan tentang spesifikasi peralatan yang telah direparasi.
Bahan kimia dapat merusak peralatan listrik maupun isolator sebagai
pengaman arus listrik. Sifat korosif bahan kimia dapat menyebabkan
kerusakan pada komponen listrik.
Perhatikan instalasi listrik jika bekerja pada atmosfer yang mudah
meledak. misalnya pada lemari asam yang digunakan untuk
pengendalian gas yang mudah terbakar.
Pengaturan suhu dari peralatan listrik akan memberikan pengaruh
pada bahan isolator listrik. Temperatur sangat rendah menyebabkan
isolator akan mudah patah dan rusak. Isolator yang terbuat dari bahan
polivinil clorida (PVC) tidak baik digunakan pada suhu di bawah 0 0C.
Karet silikon dapat digunakan pada suhu -50 0C. Batas maksimum
pengoperasian alat juga penting untuk diperhatikan. Bahan isolator
dari polivinil clorida dapat digunakan sampai suhu 75 0C, sedangkan
karet silikon dapat digunakan sampai suhu 150 0C.
c) Radiasi
Sumber radiasi dapat berasal dari peralatan semacam difraksi sinar X
atau radiasi internal yang digunakan oleh material radioaktif yang
dapat masuk ke dalam badan manusia melalui pernafasan, atau
serapan melalui kulit. Radiasi seperti ultraviolet, infra merah, frekuensi
radio, laser, dan radiasi elektromagnetik serta medan magnet
juga harus diperhatikan dan dipertimbangkan sebagai sumber
kecelakaan kerja.
d) Mekanik
Walaupun laboratorium modern lebih didominasi oleh peralatan yang
terkontrol oleh komputer, namun demikian kerja mekanik masih
harus dilakukan. Pekerjaan mekanik seperti transportasi bahan baku,
penggantian peralatan habis pakai, masih harus dilakukan secara
manual, sehingga kesalahan prosedur kerja dapat menyebabkan
22
kecelakaan kerja. Peralatan keselamatan kerja seperti pelindung
kepala,pelindung badan, sarung tangan, sepatu, dan lain-lain perlu
mendapatkan perhatian khusus dalam lingkup pekerjaan ini.
f) Suara (kebisingan)
Sumber kecelakaan kerja yang satu ini pada umumnya terjadi pada
hampir semua industri, baik industri kecil, menengah, maupun
industri besar. Generator pembangkit listrik, instalasi pendingin, atau
mesin pembuat vakum, merupakan sekian contoh dari peralatan yang
diperlukan dalam industri. Peralatan tersebut berpotensi mengeluarkan
suara yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan gangguan
kesehatan kerja. Selain angka kebisingan yang ditimbulkan oleh
mesin, para pekerja harus memperhatikan berapa lama mereka
bekerja dalam lingkungan tersebut. Pelindung telinga dari kebisingan
23
juga harus diperhatikan untuk menjamin keselamatan kerja.
24
Ringan : memar
Berat : fraktura, dislokasi, memar otak, dll.
Pencegahan :
Pakai sepatu anti slip
Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar
Hati-hati bila berjalan pada lantai yang basah atau licin.
Konstruksi lantai rata.
Pemeliharaan lantai dan tangga
2). Cedera anggota badan
Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat,
terutama bila mengabaikan kaidah ergonomi.
Akibat : cedera pada punggung
Pencegahan :
Beban jangan terlalu berat
Jangan berdiri terlalu jauh dari beban
Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi
pergunakanlah tungkai bawah sambil berjongkok
Pakaian yang digunakan jangan terlalu ketat sehingga
menghambat pergerakan tubuh.
25
Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
Sistem tanda kebakaran
Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda
bahaya dengan segera
Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda
secara otomatis
Tersedia jalur evakuasi jika terjadi kebakaran
Perlengkapan penanggulangan kebakaran
Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.
Secara sederhana yang dimaksud dengan Alat Pelindung Diri (APD) atau
yang dalam istilah Bahasa Inggris disebut sebagai Personal
Protective Equipment (PPE) adalah “seperangkat alat yang digunakan
tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari
26
adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja”. APD merupakan suatu alat yang
dipakai tenaga kerja dengan maksud menekan atau mengurangi
resiko masalah kecelakaan akibat kerja yang akibatnya dapat timbul
kerugian bahkan korban jiwa atau cedera.
Alat pelindung diri sesuai dengan istilahnya, bukan sebagai alat pencegahan
kecelakaan namun berfungsi untuk memperkecil tingkat cederanya. APD
harus memiliki fungsi untuk melindungi pemakainya dalam melaksanakan
pekerjaan sehingga dapat mengisolasi tubuh atau bagian tubuh dari bahaya
serta dapat memperkecil akibat/resiko yang mungkin timbul. Alat pelindung
diri yang telah dipilih hendaknya memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) Dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya
2) Berbobot ringan
3) Dapat dipakai secara fleksibel (tidak membedakan jenis kelamin)
4) Tidak menimbulkan bahaya tambahan
5) Tidak mudah rusak
6) Memenuhi ketentuan dari standar yang ada
7) Pemeliharaan mudah
8) Penggantian suku cadang mudah
9) Tidak membatasi gerak
10) Rasa “tidak nyaman” tidak berlebihan (rasa tidak nyaman tidak
mungkin hilang sama sekali, namun diharapkan masih dalam batas
toleransi)
Berikut ini adalah fungsi dan jenis alat pelindung diri sesuai yang tertera
pada Lampiran dalam Permenaker No.8 tahun 2011.
1) Alat pelindung kepala
27
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul
benda tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara,
terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad
renik (mikroorganisme), suhu yang ekstrim, serta menjaga kebersihan
kepala dan rambut. Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm
pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau
pengaman rambut, dan lain-lain. Contoh alat pelindung kepala standar
ditunjukkan pada Gambar 9.
Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri atas kacamata pengaman
(spectacles), goggles, tameng muka (face shield), serta tameng
muka dan kacamata pengaman dalam kesatuan (full face masker).
a) Perisai wajah
28
Perisai wajah (Face Shield) dibutuhkan ketika terdapat potensi
adanya paparan zat kimiawi, benda-benda berterbangan dan juga
sinar UV terhadap wajah kita ketika bekerja. Contoh Face shield
ditunjukkan pada Gambar 10.
b) Safety Glasses
Safety Glasses (Gambar 11) merupakan perlindungan paling minimum
untuk mata ketika bekerja di dalam laboratorium dari benda-
benda yang berterbangan.
29
Gambar 11. Alat Pelindung Mata Safety Glasses
Sumber : knowcare.blogspot.com
c) Safety Goggles
Safety goggles (Gambar 12) dibutuhkan ketika bekerja di
laboratorium yang terdapat kemungkinan mata terkena uap,
cipratan, kabut ataupun semprotan dari zat kimia berbahaya yang
bisa mengenai mata.
30
Sedangkan APD ini wajib dipakai ketika tingkat kebisingan sudah
mencapai 90 dB. Untuk mengetahui seberapa tingkat kebisingan
disuatu daerah atau tempat maka dilakukan suatu pengukuran
dengan suatu alat yang antara lain dengan Sound Level Meter,
31
Gambar 15. Cap-mounted earmuff
Sumber : wisnuekos.blogspot.com
32
Gambar 16. Masker.
Sumber : patricksimarmatapoenya.blogspot.com
33
b) Respirator pemasok udara/oksigen
Jenis ini dipakai untuk bekerja dalam ruang yang berkadar oksigen
rendah seperti ruang tertutup atau berpolusi berat, seperti adanya
gas apiksian (N2, CO2) atau apiksian kimia (NH3, CO, HCN)
pada konsentrasi tinggi. Gambar 18 menunjukkan berbagai jenis
respirator dan filter.
34
a) Sarung tangan kain
Digunakan untuk memperkuat pegangan. Hendaknya
dibiasakan bila memegang benda yang berminyak, bagian-bagian
mesin atau bahan logam lainnya. Gambar 19 berikut ini
memperlihatkan sarung tangan kain.
35
asam atau melindungi dari cairan pada bak dimana pekerjaan
tersebut berlangsung terutama pada pekerjaan pelapisan
logam seperti pernikel, perkhrom dsb. Sarung tangan karet
(Gambar 21) digunakan pula untuk melindungi kerusakan kulit
tangan karena hembusan udara pada saat membersihkan
bagian-bagian mesin dengan menggunakan kompresor.
36
Gambar 22. Alat pelindung kaki (sepatu)
Sumber : alatalatlaboratorium.com
7) Pakaian pelindung
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi sebagian atau
seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin
yang ekstrim, paparan api dan benda-benda panas, percikan
bahan-bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas, benturan
dengan mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang,
mikroorganisme patogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan
lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur. Pakaian pelindung
merupakan pakaian yang menutupi sebagian atau seluruh bagian
badan.
37
Jas laboratorium merupakan pelindung badan dari tumpahan bahan
kimia dan api sebelum mengenai kulit pemakainya. Jika jas
laboratorium anda terkontaminasi oleh tumpahan bahan kimia,
lepaslah jas tersebut secepatnya.
38
pilihan adalah mencoba melakukan pertolongan sementara pada korban
sebelum dibawa kerumah sakit atau dokter terdekat.
39
Hindari menghirup asap secara langsung.
Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat (jangan
dikunci).
Hubungi pemadam kebakaran.
D. Aktivitas Pembelajaran
Aplikasi Konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja Langkah Kerja:
a. Amati bersama kelompok anda dan lakukan wawancara terhadap
laboratorium di lingkungan sekolah anda mengenai keselamatan
kerja yang perlu diterapkan dalam melakukan kegiatan praktikum
beserta upaya-upaya yang dilakukan bila terjadi kecelakaan kerja.
b. Diskusikan bersama kelompok hasil yang telah anda dapatkan
dalam aplikasi konsep:
1) Peluang-peluang terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium
2) Pertolongan pertama yang dapat dilakukan di lapangan bila terjadi
kecelakaan akibat pingsan
3) Pertolongan pertama yang dilakukan bila terjadi luka akibat
kebakaran di laboratorium.
c. Form pengamatan.
Gambaran Kemungkinan Alat P3K yang Pertolongan
pekerjaan Sumber tersedia yang dapat
kecelakaan diberikan
E. Latihan/Kasus/Tugas
1) Sebutkan sumber-sumber penyebab kecelakaan kerja!
2) Sebutkan dan jelaskan pengelompokan simbol-simbol tanda bahaya
berdasarkan warna simbol!
40
3) Apa yang dimaksud dengan keselamatan dan kesehatan kerja?
4) Sebutkan tujuan melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan!
5) Sebutkan tujuan penerapan K3 di laboratorium!
6) Sebutkan dan jelaskan fasilitas yang harus tersedia di laboratorium!
7) Sebutkan cara mencegah kecelakaan kerja!
8) Sebutkan jenis dan fungsi dari 2 contoh alat pelindung diri (APD) di
laboratorium!
9) Sebutkan ketentuan yang harus dipenuhi dalam memilih alat pelindung
diri (APD)!
10) Jelaskan tujuan penggunaan alat pelindung diri (APD) !
F. Rangkuman
Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi
tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi
kecelakaan kerja maka lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja yang
mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan
meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan atau mengadakan
pengawasan yang ketat. Tujuan utama dari penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) adalah mencegah, mengurangi bahkan
menghilangkan resiko kecelakaan kerja (zero accident).
41
Beberapa sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja
dapat dikategorikan sebagai berikut:
Bahan kimia
Aliran listrik
Mekanik
Radiasi
Api
Kebisingan
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga
kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya
potensi bahaya/kecelakaan kerja”. APD merupakan suatu alat yang dipakai
tenaga kerja dengan maksud menekan atau mengurangi resiko
kecelakaan akibat kerja yang dapat menimbulkan kerugian bahkan korban
jiwa atau cedera.
42
5) Membawa korban pada tim medis terdekat
Apa saja yang telah saya lakukan yang ada hubungannya dengan materi
kegiatan ini tetapi belum ditulis di materi ini?
Manfaat apa saja yang saya dapatkan dari materi kegiatan ini?
43
Kegiatan Pembelajaran 2. Alat Pemadam Api
Ringan (APAR)
A. Tujuan
Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran ini, siswa mampu menerapkan
penggunaan alat pemadam api ringan (APAR)
C. Uraian Materi
Terjadinya kebakaran biasanya disebabkan oleh 3 unsur utama yang sering
disebut sebagai segitiga API, seperti ditunjukkan pada Gambar 24.
44
Keterangan :
A : Adanya bahan yang mudah terbakar
P : Adanya panas yang cukup
I : Adanya ikatan Oksigen di sekitar bahan.
45
merugikan. Penggunaan yang tidak sesuai dan salah penempatan
dalam penentuan sistem peralatan pemadam kebakaran akan berdampak
pada resiko kerugian yang besar akibat kebakaran.
46
beratnya yang sesuai dengan besar kecilnya resiko kebakaran yang
mungkin timbul di daerah tersebut. Bahan yang ada dalam tabung
pemadam api tersebut ada yang dari bahan kimia kering, foam busa
dan CO2 , untuk bahan Halon tidak mendapat ijin digunakan di Indonesia.
b. Hydrant
Hydrant adalah sebuah alat perlindungan api yang disediakan di
sebagian wilayah perkotaan, pinggiran kota, dan perdesaan yang memiliki
ketersediaan (pasokan) air yang cukup yang memungkinkan petugas
pemadam kebakaran untuk menggunakan pasokan air tersebut untuk
membantu memadamkan kebakaran. Hydrant ini terdiri dari hydrant
gedung, hydrant halaman, hydrant kota yang biasanya mempunyai
lokasi sangat dekat dengan titik api.
47
1. Jenis-jenis alarm pemadam kebakaran
Fire alarm protection (alarm kebakaran) merupakan salah satu alat
pemberi peringatan terjadinya kebakaran yang akan berbunyi ketika
terjadi kebakaran. Semua komponen dari alarm kebakaran harus diperiksa
secara teratur untuk memastikan peralatan tersebut bekerja dengan baik.
48
2) Smoke detectors
Jenis alarm ini lebih tahan lama dibanding alat lain. Kekuatan suara
hingga 85 db, mampu bertahan hingga 2 tahun, dengan suplai baterai
sekitar 9 volt. Detektor asap memiliki dua sensor yang berbeda.
Pertama yang berhubungan dengan mata detektor, dan yang kedua
melalui ionisasi. Adanya asap akan dideteksi melalui mata detektor
menggunakan inframerah untuk mendeteksi partikel unsur/butir di
dalam atmosfir, sedangkan ionisasi detektor menggunakan komponen
elektrik untuk menentukan kehadiran asap. Apabila semuanya telah
terdeteksi dengan adanya asap yang keluar dari detektor maka kita
harus segera bertindak untuk mematikan api sesegera mungkin dari
sumbernya, dengan cara itu maka kebakaran yang lebih besar akan bisa
dihindari.
49
Gambar 28. Stand Alone Alarm
Sumber : www.reecesafetyfire.co.uk
50
APAR memiliki dua tipe konstruksi (Depnaker, 1995), antara lain:
1) Tipe Tabung Gas (Gas Container Type)
Adalah suatu pemadam yang bahan pemadamnya di dorong keluar oleh
gas bertekanan yang dilepas dari tabung gas.
2) Tipe Tabung bertekanan tetap (Stored Preasure Type)
Adalah suatu pemadam yang bahan pemadamnya didorong keluar gas
kering tanpa bahan kimia aktif atau udara kering yang disimpan
bersama dengan tepung pemadamnya dalam keadaan bertekanan.
51
4) Jenis Halon
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis Halon efektif untuk
menanggulangi kebakaran jenis cairan mudah terbakar dan peralatan
listrik bertegangan (kebakaran kelas B dan C). Bahan pemadaman api
gas Halon biasanya terdiri dari unsur-unsur kimia seperti: chlorine,
flourine, bromide dan iodine.
52
Gambar 30. Cara membuka/menarik kunci APAR
Sumber : www.academyfire.com
2) Aim atau Arahkan nozzle atau ujung hose yang kita pegang ke arah
pusat api.
53
4) Sweep atau Sapukan nozzle yang kita pegang kearah Kiri dan Kanan api,
agar media yang disemprotkan merata mengenai api yang sedang
terbakar
Perlu diingat setiap jenis alat pemadam api ringan memiliki kemampuan
jangkauan yang berbeda, disamping itu perhatikan arah angin sebelum
kita mulai menyemprotkan isi tabung pemadam api ringan. Jangan
sampai posisi kita berdiri berlawanan dengan arah angin, karena
angin akan meniup kembali media yg kita semprotkan kearah kita berdiri.
Sebaiknya kita berdiri diposisi membelakangi arah angin selain untuk
menghindari tiupan hawa panas juga menghindarkan kita dari media yg
kita semprotkan kembali ke arah kita.
54
Transmigrasi Per-04/MEN/1980 bahwa:
1) Ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas,
mudah dicapai dan diambil, serta dilengkapi dengan pemberian
tanda pemasangan.
2) Tinggi pemberian tanda pemasangan adalah 125 cm dari dasar
lantai tempat di atas satu atau kelompok alat pemadam api
ringan yang bersangkutan.
3) Pemasangan APAR harus sesuai dengan jenis dan penggolongan
kebakaran.
4) Penempatan antara APAR yang satu dengan yang lain tidak boleh
lebih dari 15 m.
5) Semua APAR harus dipasang menggantung pada dinding dengan
penguatan sengkang atau ditempatkan dalam lemari/box yang tidak
dikunci.
6) Semua warna tabung sebaiknya merah.
7) Lemari/box dapat dikunci dengan syarat bagian depannya harus diberi
kaca pengaman dengan tebal maksimum 2 mm.
8) Ukuran panjang dan lebar bingkai kaca pengaman harus
disesuaikan dengan yang ada dalam lemari atau box sehingga mudah
dikeluarkan.
9) APAR tidak boleh di pasang di ruangan di mana suhu melebihi 49
0
C atau suhu sampai minus 44 0C kecuali apabila APAR tersebut
dibuat khusus suhu di luar batas tersebut diatas.
10) Penempatan APAR di alam terbuka harus dilindungi dengan tutup
pengaman.
55
7) Intensitas kebakaran yang mungkin terjadi seperti jumlah bahan
bakar, ukurannya, kecepatan menjalarnya.
8) Orang yang akan menggunakannya.
9) Kemungkinan yang mungkin timbulnya reaksi kimia.
10)Efek terhadap keselamatan dan kesehatan orang yang
menggunakannya.
56
dapat dipasang kembali.
8) Untuk alat pemadam api jenis carbon dioxide harus diperiksa dengan
cara menimbang serta mencocokan beratnya dengan berat yang tertera
pada alat pemadam api tersebut, apabila terdapat kekurangan berat
sebesar 10%, tabung pemadam api itu harus diisi kembali sesuai
dengan berat yang ditentukan.
9) Cara untuk isi ulang alat pemadam kebakaran biasanya disetiap kota
kabupaten ada perusahaan yang melayani pengisian.
D. Aktivitas Pembelajaran
1. Mengoperasikan alat pemadam Api
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1) Gunakan pakaian praktik !
2) Ikuti prosedur percobaan dengan benar, konsultasikan rencana kerja
anda pada instruktur !
3) Hindarkan penggunaan alat diluar fungsinya !
4) Tempatkan semua peralatan dalam kondisi yang aman !
Langkah Kerja
1). Siapkanlah peralatan yang diperlukan !
2). Gambar dan amati bentuk serta spesifikasi dari alat pemadam api!
3). Lakukan praktek pemadaman api ringan!
57
4). Masukkanlah semua hasil pengamatan dalam tabel pengamatan !
Langkah Kerja
a. Siapkanlah peralatan yang diperlukan !
b. Gambar dan amati bentuk serta spesifikasi dari APAR pemadam
kebakaran!
c. Bacalah petunjuk cara perawatan dan penyimpanan yang tertera pada
tabung pemadam
d. Amati apakah penyimpanan tabung APAR sudah sesuai prosedur
e. Amati juga jadwal pengecekan dan isi ulang tabung APAR
f. Masukkanlah semua hasil pengamatan dalam tabel pengamatan !
58
percobaan dengan benar, konsultasikan langkah kerja pada fasilitator !
c. Hindarkan penggunaan alat diluar fungsinya !
d. Tempatkan semua peralatan dalam kondisi yang aman !
Langkah kerja
a.Kondisikan semua peralatan dan bahan di luar ruangan! lakukan
praktikum ini di ruangan terbuka!
b.Siapkanlah tong yang akan digunakan sebagai sumber kebakaran buatan
c.Tata kayu bakar di dalam tong. Siram dengan bensin secukupnya dan
nyalakan api menggunakan korek. lakukanlah secara hati-hati, jangan
sampai jas lab yang digunakan tersambar api.
d.Basahi karung goni dengan air kemudian tutupkan goni pada tong untuk
memadamkan api
e.Nyalakan lagi kayu pada tong kemudian padamkan api
dengan menggunakan pasir
f.Nyalakan lagi api untuk kedua kalinya dan padamkan api dengan APAR
sesuai dengan prosedur!
g.Catatlah teknik pemadamam dari ketiga alat tersebut dan amati
perbedaannya!
E. Latihan/Kasus/Tugas
1. Jelaskan klasifikasi kebakaran berdasarkan sumbernya!
2. Jelaskan apa yang disebut dengan fire extinguisher dan hydrant!
3. Jelaskan pengertian dari APAR (alat pemadam api ringan)
4. Sebut dan jelaskan jenis-jenis APAR!
59
5. Jelaskan secara urut bagaimana prosedur pengoperasian alat pemadam
api ringan!
6. Bagaimanakah perawatan APAR yang benar?
7. Sebutkan jenis-jenis alarm kebakaran yang sudah biasa digunakan!
8. Apakah perbedaan antara smoke detector dan stand alone alarm?
9. Jelaskan apa yang anda lakukan jika terjadi kebakaran !
10. Jelaskan 2 tipe konstruksi tabung APAR !
F. Rangkuman
Terjadinya kebakaran biasanya disebabkan oleh 3 unsur utama yang sering
disebut sebagai segitiga API yaitu :
A : adanya bahan yang mudah terbakar
P : Adanya panas yang cukup
I : Adanya ikatan Oksigen di sekitar bahan.
Dari segitiga api kita dapat mengetahui bahwa Api dapat menyala bila
terdapat bahan yang mudah terbakar, adanya panas yang cukup yang dapat
memicu terjadinya kebakaran, serta adanya Oksigen yang mendukung
terbentuknya pembakaran.
60
menggunakan alat pemadam api ringan, yaitu P.A.S.S (Pull, Aim, Squeeze,
Sweep)
Alat Pemadam Api Ringan ( APAR ) harus ditempatkan di tempat-tempat
yang memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Setiap Jarak 15 meter.
2) Ditempat yang mudah di jangkau dan dilihat.
3) Pada jalur keluar arah refleks pelarian.
4) Memperlihatkan suhu sekitarnya.
5) Tidak terkunci.
6) Memperhatikan jenis dan sifat bahan yang dapat terbakar.
7) Intensitas kebakaran yang mungkin terjadi seperti jumlah bahan bakar,
ukurannya, kecepatan menjalarnya.
8) Orang yang akan menggunakannya.
9) Kemungkinan yang mungkin timbulnya reaksi kimia.
10) Efek terhadap keselamatan dan kesehatan orang yang
menggunakannya.
61
menganalisis materi-materi yang bisa diimplementasikan di sekolah. Adapun
kegiatan umpan balik yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.
Apa saja yang telah saya lakukan berkaitan dengan materi kegiatan belajar
ini?
Apa saja yang telah saya lakukan yang ada hubungannya dengan materi
kegiatan ini tetapi belum ditulis di materi ini?
Manfaat apa saja yang saya dapatkan dari materi kegiatan ini?
62
Kegiatan Pembelajaran 3. Pengelolaan Bahan Kimia
dan Limbah B3
A. Tujuan
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini peserta pelatihan dapat
menerapkan pengelolaan bahan kimia dan limbah B3
C. Uraian Materi
Sumber bahaya terbesar di laboratorium berasal dari bahan kimia terutama
bahan kimia yang mudah bereaksi, atau yang dapat menyebabkan bahaya
lain seperti kebakaran, iritasi, keracunan, atau penyebab bahaya penyakit
lainnya. Oleh sebab itu diperlukan pemahaman mengenai jenis – jenis bahan
kimia agar siapapun yang bekerja dengan bahan-bahan tersebut dapat lebih
berhati-hati dalam penggunaannya dan yang lebih penting lagi tahu cara
menanggulanginya jika sampai terjadi kecelakaan akibat kesalahan
penggunaan bahan kimia tersebut. Selain itu yang harus diperhatikan juga
adalah limbah bahan kimia sisa percobaan harus dibuang dengan cara yang
tepat agar tidak menyebabkan pencemaran pada lingkungan.
63
produksinya saja.
64
Gambar 35. Simbol bahaya bahan kimia
Sumber: www.erikacandra.blogspot.com
4) Tindakan keamanan/keselamatan
Informasi ini biasa diperoleh pada label bahan kimia yang juga ditulis
dalam berbagai bahasa.
5) Kode R dan S
Kode R (Hazard Warning for Dangerous Chemical) merupakan peringatan
bahaya untuk bahan kimia berbahaya. Sedangkan S (Safety Precaution
for Dangerous Chemical) menunjukkan tindakan pencegahan atau sarana
penyimpanan untuk bahan-bahan kimia berbahaya. Kode R biasanya
diikuti dengan angka dibelakangnya. R1 misalnya, berarti bahan kimia
yang bersangkutan dapat meledak di tempat kering/panas. Seringkali
dijumpai kode R tercantum dalam bentuk kombinasi, misalnya R1/2
artinya sifat bahan kimia yang bersangkutan adalah R1 dan R2 yaitu
dapat meledak di tempat kering/panas serta bila terkena benturan,
gesekan dan api. Kode R untuk bahan-bahan kimia berbahaya
ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kode R (Hazard Warning) untuk Bahan-bahan Kimia Berbahaya
Kode R Keterangan Kode R Keterangan
R1 Dapat meledak di tempat R22 Berbahaya terhadap
kering / panas kesehatan bila tertelan
R2 Meledak bila kena benturan, R23 Meracuni bila dihirup
gesekan, api
65
Kode R Keterangan Kode R Keterangan
R3 Mudah meledak bila kena R24 Meracuni / beracun bila
benturan, gesekan, api kena kulit (meracuni kulit)
R4 Sangat sensitif dan mudah R25 Meracuni bila ditelan
meledak
R5 Meledak bila kena panas R26 Sangat meracuni bila
dihirup
R6 Meledak jika kelebihan R27 Sangat meracuni kulit
udara dan kekurangan udara
R7 Dapat menyebabkan R28 Sangat meracuni bila
kebakaran ditelan
R8 Menimbulkan api jika kontak R29 Dapat mengembang /
dengan bahan yang mudah membentuk gas racun
terbakar bila kontak dengan air
R9 Resiko ledakan bila R30 Kemungkinan bisa
dicampur dengan bahan mengakibatkan
yang mudah terbakar kebakaran bila digunakan
R10 Mudah terbakar R31 Membentuk gas racun
bila dicampur dengan
asam
R11 Agak mudah terbakar R32 Membentuk gas sangat
beracun bila kontak
dengan asam
R12 Sangat mudah terbakar R33 Resiko bila ditimbun
R13 Mencair, sangat mudah R34 Menyebabkan korosi dan
terbakar luka bakar
R14 Memberi reaksi keras R35 Menyebabkan korosi
terhadap air keras
R15 Jika bereaksi dengan air R36 Iritasi terhadap mata
membentuk gas yang mudah
terbakar
66
Kode R Keterangan Kode R Keterangan
R16 Meledak bila dicampur R37 Iritasi terhadap organ
dengan bahan yang mudah pernapasan
terbakar
R17 Terbakar langsung di udara R38 Iritasi terhadap kulit
R18 Dapat meledak dan R39 Resiko serius / cacat
terbakar (tergantung tetap
pemakaian)
R19 Dapat membentuk peroksida R40 Resiko serius cepat sekali
yang mudah meledak
R20 Merusak paru-paru bila R41 Sensitif bila dihirup
terhirup/ tertelan (berbahaya
terhadap kesehatan bila
terhirup)
R21 Melukai kulit / berbahaya R42 Sensitif / peka terhadap
terhadap kulit kulit
67
Kode S Keterangan Kode S Keterangan
S4 Jauhkan dari ruang / S17 Jauhkan dari bahan-bahan
kamar tempat tinggal yang mudah terbakar
S5 Jauhkan dari cairan S18 Buka kemasan dengan hati-
hati
S6 Jauhkan dari gas S20 Jangan makan dan minum di
saat kerja
S7 Simpan di tempat tertutup S42 Pakai sarung tangan dan
rapat respirator ketika melakukan
sesuatu yang menghasilkan
gas / uap berbahaya
S8 Simpan di wadah / tempat S43 Gunakan pemadam
yang kering kebakaran
S9 Simpan di tempat yang S44 Mintalah nasehat dokter
berventilasi cukup balk apabila anda merasa ragu
S10 Hindarkan dari uap air S45 Panggil dokter bila terjadi
kecelakaan atau bila anda
merasa tidak sehat
S11 Cegah udara masuk
S12 Jangan tutup rapat
S13 Jauhkan dari makanan
dan minuman
68
1.1 Memindahkan Bahan Kimia
Seorang laboran pasti melakukan pekerjaan pemindahan bahan kimia
pada setiap kerjanya. Ketika melakukan pemindahan bahan kimia maka
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Baca label bahan sekurang kurangnya dua kali untuk menghindari
kesalahan dalam pengambilan bahan misalnya antara asam sitrat dan
asam nitrat.
b. Pindahkan sesuai jumlah yang diperlukan
c. Jangan menggunakan bahan kimia secara berlebihan
d. Jangan mengembalikan bahan kimia ke tempat botol semula untuk
menghindari kontaminasi, meskipun dalam hal ini kadang terasa boros.
69
yang harus diperhatikan di dalam penyimpanan dan penataan bahan
kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko
bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan
(storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan
kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi
resiko bahaya (hazard information).
Banyak bahan kimia yang memiliki sifat lebih dari satu jenis tingkat bahaya.
Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko
bahaya yang paling tinggi. Misalnya benzena memiliki sifat flammable
dan toxic. Sifat dapat terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi
daripada timbulnya karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena
harus ditempatkan pada wadah tempat menyimpan zat cair flammable
daripada disimpan pada wadah bahan toxic.
Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus
disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal
ini dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya
lain seperti api, gas beracun, ledakan, atau degradasi kimia. Bahan
kimia demikian harus disimpan secara terpisah. Tabel 5 menunjukkan
70
bahan kimia pada kolom A bila kontak dengan zat kolom B akan
menghasilkan racun (kolom C).
Tabel 5. Contoh bahan kimia yang menghasilkan racun bila dicampur
Senyawa berbahaya yang timbul
Kolom A Kolom B bila dicampur (Kolom C)
Sianida Asam Asam sianida
Hipoklorit Asam Klor dan Asam Hipoklorit
Nitrat Asam Sulfat Nitrogen dioksida
Asam Nitrat Tembaga, logam berat Nitrogen dioksida
Nitrit Asam Asam nitrogen oksida
Asida Asam Hidrogen Asida
Senyawa
arsenik Reduktor Arsen
Sulfida Asam Hidrogen sulfida
71
Bahan kimia cair yang berbahaya harus disimpan pula dalam
wadah sekunder seperti baki plastik untuk mencegah timbulnya
kecelakaan akibat bocor atau pecah. Beberapa contoh bahan berbahaya
yang memerlukan wadah sekunder diantaranya adalah:
1) Cairan flammable dan combustible serta pelarut terhalogenasi
misalnya alkohol, eter, trikloroetan, perkloroetan dsb.
2) Asam-asam mineral pekat misalnya asam nitrat, asam klorida,
asam sulfat, asam florida, asam fosfat dsb.
3) Basa-basa pekat misalnya amonium hidroksida, natrium
hidroksida, dan kalium hidroksida.
4) Bahan radioaktif
72
yang menyatakan nama bahan itu. Khusus untuk wadah yang berisi
larutan harus pula dinyatakan konsentrasi, dan tanggal pembuatan
larutan. Bila mungkin hendaknya dituliskan pula bahaya apa
yang dapat ditimbulkannya. Agar label ini tahan lama hendaknya
dilapisi dengan lilin cair.
6) Untuk memudahkan pencarian dan menjaga keamanan,
penyimpanan bahan kimia hendaknya dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu kelompok
cairan / larutan dan kelompok zat padat kemudian masing-masing
kelompok dibagi lagi menjadi kelompok asam, basa, garam,
indikator atau pereaksi khusus serta senyawa organik.
7) Fosforus kuning harus disimpan (direndam bersama wadahnya) dalam
air .
8) Natrium, kalium dan litium harus disimpan dalam kerosin (minyak
tanah)
9) Rak-rak penyimpanan harus kuat
10) Ruang penyimpanan bahan kimia hendaknya dilengkapi
dengan ventilasi yang memadai
11) Bahan-bahan kimia yang sangat beracun dan berbahaya
hendaknya dibeli dalam jumlah kecil, dan tanggal pembeliannya
dicatat. Demikian pula bagi bahan kimia yang mudah rusak bila
disimpan.
12) Saat membeli bromin sebaiknya dibungkus dalam amplop/wadah
kertas dan diperkirakan dapat habis dalam satu percobaan.
13) Semua persediaan bahan kimia secara teratur diteliti, jika ada
label yang rusak harus segera diganti. Jika ada zat yang rusak, zat
itu harus dilakukan penanganan khusus sesuai karakteristiknya
sebelum disingkirkan/ dibuang.
73
dibuang tersebut jumlahnya tidak banyak. Artinya limbah laboratorium
kimia meskipun volumenya masih relatif kecil dibandingkan dengan
limbah industri, namun justru mengandung jenis Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) yang sangat bervariasi dengan konsentrasi yang relatif
tinggi. Oleh karena itu, limbah ini harus dikelola secara benar agar tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan
masyarakat.
Limbah bahan kimia secara umum meracuni lingkungan, oleh karena itu
perlu penanganan khusus :
a. Limbah bahan kimia tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan .
b. Buang pada tempat yang disediakan
c. Limbah organik dibuang pada tempat terpisah agar bisa didaur ulang.
d. Limbah padat (kertas saring, korek api, endapan) dibuang ditempat
khusus.
e. Limbah yang tidak berbahaya (misal: detergen) boleh langsung
dibuang dengan pengenceran air yang cukup banyak
f. Buang segera limbah bahan kimia setelah pengamatan selesai.
g. Limbah cair yang tidak larut dalam air dan beracun dikumpulkan pada
botol dan diberi label yang jelas.
74
demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian,
mengingat tingginya potensi pencemaran yang ditimbulkan oleh
limbah yang tidak dikelola dengan baik maka diperlukan
pemahaman dan informasi mengenai pengelolaan limbah secara
benar.
Hal penting lain yang perlu diperhatikan adalah kebanyakan limbah yang
dihasilkan dalam industri kimia merupakan limbah dalam kategori
bahan berbahaya dan beracun (B3), walaupun ada sebagian limbah
yang termasuk limbah non B3. Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang
dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan
yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena
sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan
atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
mahluk hidup lain.
75
lingkungan, apabila tidak diolah, disimpan, diangkut, dibuang
atau dikelola dengan baik.
76
B3 tetapi dikategorikan limbah cair yang pengawasannya diatur oleh
Pemerintah.
b) Berdasarkan Karakteristiknya
Karakteristik Limbah B3 menurut PP No. 18 tahun 1999 hanya
mencantumkan 6 (enam) kriteria, yaitu:
1). Mudah Meledak
Pada suhu dan tekanan standar (25 0C, 760 mmHg) dapat
meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang
dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya. Bahan ini
77
dapat berupa zat padat, cair atau campuran keduanya, akibat
suatu reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas
dalam jumlah dan tekanan besar, serta suhu yang tingg,i
sehingga bisa menimbulkan peledakan. Contoh : Trinitrotoluen
(TNT), nitrogliserin, amonium nitrat.
78
uap pelarut dan udara dalam ketel tertutup.
Detonasi :gelombang-gelombang tekanan yang berjalan di
depan bidang api menghasilkan lagi bidang api
selanjutnya, sehingga mengakibatkan kecepatan
yang sangat tinggi (lebih dari 300 m/s melebihi
kecepatan suara). Contoh: Campuran gas
dengan udara yang menyala dalam saluran pipa
yang panjang.
2) Mudah Terbakar
Limbah yang mudah terbakar, mempunyai salah satu sifat sebagai
berikut :
a. Berupa cairan mengandung alkohol kurang dari 24% volume
dan atau pada titik nyala tidak lebih dari 600C akan menyala
apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber
nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.
b. Bukan berupa cairan yang pada temperatur dan tekanan standar
dengan mudah menyebabkan kebakaran, tetapi melalui
gesekan, penyerapan uap air, atau perubahan kimia secara
spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran
yang terus menerus.
c. Limbah yang bertekanan yang mudah terbakar.
d. Merupakan limbah pengoksidasi (oxidizers) : bersifat eksplosif
karena sangat reaktif atau tidak stabil. Mampu menghasilkan
79
oksigen dalam reaksi atau penguraiannya sehingga dapat
menimbulkan kebakaran selain ledakan.
e. Dapat terbakar pada suhu normal, contoh : Gasoline dan Methyl
Ethyl Ketone.
3) Limbah Reaktif
a. Bahan reaktif terhadap air
Beberapa bahan kimia dapat bereaksi hebat dengan air, apabila
bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan,
menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah
yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
Hal ini disebabkan zat-zat tersebut bereaksi secara eksotermik
(mengeluarkan panas) yang besar atau gas yang mudah terbakar.
80
b) logam halida anhidrat (aluminium tribromida),
c) logam oksida anhidrat (CaO),
d) oksida non-logam halida (sulfurilklorida).
81
Gambar 38. Label Bahan Reaktif
Sumber : abunajmu.wordpress.com
82
bagi manusia atau lingkungan hidup, baik untuk jangka panjang
maupun jangka pendek. Contoh limbah beracun, antara lain:
1) Pestisida, sebagian besar pestisida yang sudah tidak
diijinkan untuk digunakan bersifat beracun seperti DDT, Aldrin
dan Parathion.
2) Bahan farmasi, sebagian bahan-bahan farmasi yang sudah
tidak memenuhi spesifikasi atau tidak terpakai dapat
bersifat beracun seperti obat anti kanker atau narkotika.
3) Pelarut Halogen, pelarut seperti Perchloroethylene dan
Methylene Chloride yang digunakan untuk pembersihan lemak
dan proses lain.
4) Sludge/lumpur dari pengolahan limbah pada kegiatan
electroplating dan sludge/lumpur dari pengolahan air limbah
pada kegiatan yang menggunakan logam berat dan sianida.
5) Logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn
serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol dan
sebagainya. Cd dihasilkan dari lumpur dan limbah industri
kimia tertentu sedangkan Hg dihasilkan dari industri klor-
alkali, industri cat, kegiatan pertambangan, industri kertas,
serta pembakaran bahan bakar fosil. Pb dihasilkan dari
peleburan timah hitam dan accu. Logam berat pada
umumnya bersifat racun sekalipun dalam konsentrasi
rendah.
83
sakit/klinik.
Bangkai hewan yang ditemukan (dinyatakan resmi)
terinfeksi.
Darah dan jaringan sebagai contoh dari laboratorium.
84
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan setiap aktivitas tahapan
pengelolaan limbah B3 harus dilaporkan ke KLH. Untuk aktivitas
pengelolaan limbah B3 di daerah, aktivitas kegiatan pengelolaan selain
dilaporkan ke KLH juga ditembuskan ke Bapedal setempat.
85
Penanganan Limbah B3 Sebelum Diolah
Setiap limbah B3 harus diidentifikasi dan dilakukan uji analisis
kandungan guna menetapkan prosedur yang tepat dalam
pengolahan limbah tersebut. Setelah uji analisis kandungan
dilaksanakan, barulah dapat ditentukan metode yang tepat untuk
melakukan pengolahan limbah tersebut sesuai dengan karakteristik
dan kandungan limbah.
86
2) Pemisahan cairan dengan padatan : sentrifugasi, koagulasi, filtrasi,
flokulasi, flotasi, sedimentasi, dan thickening.
3) Penyisihan komponen-komponen yang spesifik : Adsorpsi,
Kristalisasi, Dialisa, Elektrodialisa, Leaching, Osmosis balik,
Solvent extraction, dan Stripping
87
3) Reaksi Reduksi Oksidasi
Zat organik toksik dalam limbah dapat dilakukan reaksi reduksi
oksidasi (redoks) sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak toksik.
4) Penukaran ion
Ion logam berat nikel, Ni dapat diserap oleh kation, sedangkan
anion beracun dapat diserap oleh resin anion.
5) Pembakaran dalam insenerator
Untuk zat-zat yang toksik atau zat-zat yang apabila dibakar di
tempat terbuka dapat menghasilkan zat-zat toksik, maka
pembakaran akan lebih aman apabila dilakukan di dalam
insenerator. Peralatan tersebut secara otomatis dapat membakar
pada suhu ± 1000°C sehingga terjadi pembakaran sempurna dan
dilengkapi dengan penyaring (filter) gas.
6) Penimbunan dan pengumpulan di tempat tertentu
Limbah padat yang reaktif atau beracun dapat ditimbun di dalam
tanah dengan perlindungan tertentu. Perlindungan dimaksudkan
agar zat-zat beracun tidak merembes ke dalam sumur atau mata
air, dan zat-zat eksplosif tidak menimbulkan bahaya ketika
dilakukan pengolahan tanah di masa datang. Tempat penimbunan
harus jauh dari sumber air (sumur, sungai, danau), terhindar dari
sinar matahari, dan dibuat dari beton supaya tidak terjadi
perembesan serta diberi tanda bahaya yang jelas.
88
khusus.
Saluran atau pipa harus anti korosi dan tahan terhadap pelarut
organik sehingga digunakan jenis paralon tertentu. Bak
pengendapan minimal dua, karena jika pengendapan pada bak
pertama belum sempurna maka dilanjutkan pengendapan pada bak
kedua. Bak pengendapan ini harus berdinding beton supaya tidak
terjadi peresapan bahan-bahan kimia yang berbahaya ke dalam
tanah. Sarana pembuangan limbah bahan kimia lainnya adalah
insenerator. Alat ini digunakan untuk pembakaran sempurna karena
dapat mencapai 1000°C dan dilengkapi dengan filter penyaringan.
89
residu berupa sisa bahan kimia. Selain menghemat bahan yang
ada, hal ini juga akan mengurangi limbah yang dihasilkan.
c. Pembuangan langsung dari laboratorium. Metoda pembuangan
langsung ini dapat diterapkan untuk bahan kimia yang dapat larut
dalam air. Bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air dibuang
langsung melalui bak pembuangan limbah laboratorium. Untuk
bahan kimia sisa yang mengandung asam atau basa harus
dilakukan penetralan terlebih dahulu kemudian baru bisa
dibuang. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung logam berat
dan beracun seperti Pb, Hg, Cd, dan sebagainya, dilakukan
pengendapan terlebih dahulu kemudian endapannya harus
dipisahkan selanjutnya bagian cairan dinetralkan dan dibuang.
d. Dengan pembakaran terbuka. Metoda pembakaran terbuka dapat
diterapkan untuk bahan-bahan organik yang kadar racunnya
rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan organik
tersebut dibakar ditempat yang aman dan jauh dari pemukiman
penduduk.
e. Pembakaran dalan insenerator. Metoda pembakaran dalam
insenerator dapat diterapkan untuk bahan-bahan toksik yang jika
dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan senyawa-senyawa
yangbersifat toksik.
f. Dikubur didalam tanah dengan perlindungan tertentu agar tidak
merembes ke badan air. Metoda ini dapat diterapkan untuk zat-
zat padat yang reaktif dan beracun.
D. Aktivitas Pembelajaran
1. Identifikasi Bahan Kimia Bahan
Lima macam bahan kimia P.A. (Pure Analysis / Pro Analysis ) dalam
bentuk cairan dan padatan/ kristal dalam kemasannya
Keselamatan Kerja
Kenakan jas laboratorium dan sarung tangan selama bekerja
Langkah Kerja/ Tugas
90
1. Beri label / nomor sampel pada masing-masing contoh bahan kimia
yang telah disiapkan.
2. Isi lembar pengamatan berdasarkan hasil identifikasi terhadap
masing-masing sampel bahan kimia.
1. Diskusikan dampak negatif yang mungkin terjadi pada manusia, flora, fauna,
dan lingkungan dengan pemakaian masing-masing sampel bahan kimia
diatas ?
2. Tindakan apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah kemungkinan
timbulnya dampak negatif tersebut di atas?
91
3. Apa manfaat pencantuman peringatan bahaya dan tanggal kadaluwarsa
pada bahan kimia ?
E. Latihan/Kasus/Tugas
1. Jelaskan jenis-jenis bahaya di area kerja yang mungkin terjadi akibat
bahan kimia!
2. Informasi apa saja yang secara umum terdapat dalam label/ kemasan
bahan kimia ?
3. Apa yang dimaksud dengan kode R dan kode S pada label/ kemasan
bahan kimia! berikan contohnya !
4. Jelaskan bagaimana prosedur membuang limbah cair/padat bahan kimia
agar tidak membahayakan masyarakat dan lingkungan !
5. Sebutkan macam-macam cara penanganan limbah bahan kimia di
laboratorium!
92
F. Rangkuman
Informasi yang dapat diperoleh dari label bahan kimia adalah : nama bahan,
kimia, kemurnian bahan kimia, simbol bahan kimia, tindakan
keamanan/keselamatan dan kode R dan S.
Informasi yang harus dicantumkan pada botol reagen diantaranya: nama kimia
dan rumusnya, konsentrasi, tanggal penerimaan, tanggal pembuatan, nama
orang yang membuat reagen, lama hidup / kadaluarsa, tingkat bahaya, dan
klasifikasi lokasi penyimpanan
93
2. Bahan habis pakai
3. Produk proses di dalam laboratorium.
4. Produk upaya penanganan limbah, misalnya jarum suntik sekali pakai
setelah di autoklaf
94
c. Pembuangan langsung dari laboratorium, diterapkan untuk bahan kimia
yang dapat larut dalam air dibuang langsung melalui bak pembuangan
limbah laboratorium. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung asam atau
basa harus dilakukan penetralan terlebih dahulu kemudian baru bisa
dibuang. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung logam berat dan
beracun dilakukan pengendapan terlebih dahulu kemudian endapannya
harus dipisahkan selanjutnya bagian cairan dinetralkan dan dibuang.
d. Dengan pembakaran terbuka, dapat diterapkan untuk bahan kimia organik
yang kadar racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan
organik tersebut dibakar ditempat yang aman dan jauh dari pemukiman
penduduk.
e. Pembakaran dalan insenerator, diterapkan untuk bahan kimia yang jika
dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan senyawa-senyawa yang
bersifat toksik.
f. Dikubur didalam tanah dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes
ke badan air. Metoda ini dapat diterapkan untuk zat-zat padat yang reaktif
dan beracun.
95
H. Kunci Jawaban Latihan Kegiatan Pembelajaran 1
1. Sumber-sumber penyebab kecelakaan kerja diantaranya adalah : bahan
kimia, aliran listrik, radiasi, api, mekanik, dan kebisingan.
2. a. Simbol dengan warna dasar putih, simbol merah dan berbentuk
lingkaran ini memiliki arti adanya larangan.
b. Simbol dengan warna dasar biru dengan gambar berwarna putih
dan berbentuk lingkaran. Simbol ini memberikan arti bahwa
pada area kerja dengan simbol tersebut wajib menggunakan alat
pelindung diri.
c. Simbol-simbol tanda bahaya ini memiliki warna dasar kuning
dengan gambar berwarna hitam dan berbentuk segitiga. Simbol
akan menunjukkan bahwa area dengan simbol tersebut memerlukan
kewaspadaan.
d. Simbol tanda bahaya yang berwarna hijau dengan lambang putih dan
bentuk simbol adalah kotak. Simbol ini mempunyai arti menunjukkan
lokasi peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan.
e. Simbol dengan warna dasar merah, simbol putih dan berbentuk kotak
ini memiliki arti yang menunjukkan adanya alat atau rambu pemadam
api.
f. Simbol yang memiliki warna dasar gambar putih dengan simbol
hitam. Simbol ini menunjukkan informasi umum seperti misalnya arah
suatu lokasi.
3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, dan bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.
4 . Tujuan melakukan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan adalah :
menyelamatkan jiwa korban, meringankan penderitaan korban,
mencegah terjadinya penurunan kondisi korban dan bahaya lanjut atau
cacat yang mungkin timbul akibat kecelakaan, mempertahankan daya
tahan korban sampai pertolongan lebih baik diberikan, dan membawa
korban pada tim medis terdekat.
5. Tujuan dari penerapan K3 di laboratorium adalah: mencegah terjadinya
96
kecelakaan kerja, mencegah timbulnya penyakit akibat suatu pekerjaan,
mencegah/ mengurangi kematian, mencegah/mengurangi cacat tetap
pada anggota tubuh pekerja, mengamankan material, konstruksi,
pemakaian, pemeliharaan bangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin,
instalasi dan lain sebagainya, meningkatkan produktivitas kerja tanpa
memeras tenaga kerja dan menjamin kehidupan produktifnya,
mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumber-sumber
produksi lainnya, dan menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman
dan aman sehingga dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja.
6. Fasilitas yang harus tersedia di laboratorium diantaranya adalah :
safety shower, bak cuci, lemari Asam, eye washer, perlengkapan kerja
(APD), exhaust fan, pemadam kebakaran, alarm kebakaran, petunjuk
arah keluar ruangan laboratorium, dan P3K.
7. Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan cara:
menerapkan peraturan perundangan, penetapan standar-standar resmi
mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat
keselamatan jenis-jenis peralatan tertentu, pengawasan tentang
dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan,
penelitian bersifat teknik , riset medis, penelitian psikologis yaitu
penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan, latihan praktek bagi tenaga kerja baru, motivasi yang
menimbulkan sikap untuk selamat, dan asuransi.
8. Dua contoh jenis dan fungsi Alat Pelindung Diri (APD) di Laboratorium
a) Jas Laboratorium / Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi
badan sebagian atau seluruh bagian badan dari bahaya temperatur
panas atau dingin yang ekstrim, paparan api dan benda-benda
panas, percikan bahan-bahan kimia, uap panas, benturan dengan
peralatan dan bahan, tergores, radiasi, mikro-organisme patogen
dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus,
bakteri dan jamur. Pakaian pelindung merupakan pakaian yang
menutupi sebagian atau seluruh bagian badan.
b) Sarung Tangan berfungsi menjaga tangan dari bahaya pembakaran
asam atau melindungi dari cairan asam/basa
97
9. Ketentuan dalam memilih alat pelindung diri diantaranya adalah : dapat
memberikan perlindungan terhadap bahaya, berbobot ringan, dapat
dipakai secara fleksibel (tidak membedakan jenis kelamin), tidak
menimbulkan bahaya tambahan, tidak mudah rusak, memenuhi ketentuan
dari standar yang ada, pemeliharaan mudah, penggantian suku cadang
mudah dan tidak membatasi gerak.
10) APD merupakan suatu alat yang dipakai tenaga kerja dengan maksud
menekan atau mengurangi resiko masalah kecelakaan akibat
kerja yang akibatnya dapat timbul kerugian bahkan korban jiwa atau
cedera.
98
bahan kimia kering, foam busa dan CO2
b. Hydrant adalah sebuah alat perlindungan api aktif yang disediakan
di sebagian wilayah perkotaan, pinggiran kota, dan perdesaan yang
memiliki ketersediaan (pasokan) air yang cukup yang memungkinkan
petugas pemadam kebakaran untuk menggunakan pasokan air
tersebut untuk membantu memadamkan kebakaran. Hydrant ini
terdiri dari Hydran gedung, Hydran halaman, Hydran kota yang
biasanya mempunyai lokasi sangat dekat dengan titik api.
4. Beberapa jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR), antara lain:
a) Jenis Air (water)
Air digunakan untuk memadamkan kebakaran dengan hasil yang
efektif dan ekonomis karena harganya relatif murah, pada
umumnya mudah diperoleh, aman dipakai, mudah disimpan
dan dipindahkan. APAR jenis air terdapat dalam bentuk
stored pressure type (tersimpan bertekanan) dan gas cartridge type
(tabung gas). Sangat baik digunakan untuk pemadaman
kebakaran
kelas A.
b) Jenis Busa (foam)
Jenis busa adalah bahan pemadam api yang efektif untuk
kebakaran awal minyak. Biasanya digunakan dari bahan tepung
aluminium sulfat dan natrium bicarbonat yang keduanya dilarutkan
dalam air. Hasilnya adalah busa yang volumenya mencapai 10 kali
lipat. Pemadaman api oleh busa merupakan sistem isolasi, yaitu
untuk mencegah oksigen untuk tidak ikut dalam reaksi.
c) Jenis Tepung Kimia Kering (Dry Chemical Powder)
Bahan pemadam api serbuk kimia kering (Dry Chemical Powder)
efektif untuk kebakaran B dan C bisa juga untuk kelas A. Tepung
serbuk kimia kering berisi dua macam bahan kimia, yaitu:
Sodium Bicarbonate dan Natrium Bicarbonate atau Gas CO2 dan
Nitrogen sebagai pendorong. Khusus untuk pemadaman kelas D
(logam) seperti magnesium, titanium, zarcanium, dan lain-lain
digunakan metal-dry-powder yaitu campuran dari Sodium, Potasium
dan Barium Chloride.
99
d) Jenis Halon
Jenis Halon efektif untuk menanggulangi kebakaran jenis cairan
mudah terbakar dan peralatan listrik bertegangan (kebakaran kelas
B dan C). Bahan pemadaman api gas Halon biasanya terdiri dari
unsur-unsur kimia seperti: chlorine, flourine, bromide dan iodine.
5. Cara menggunakan alat pemadam api ringan, yaitu P.A.S.S
1) Pull atau Tarik kunci pengaman hingga terlepas.
2) Aim atau Arahkan nozzle atau ujung hose yang kita pegang ke
arah pusat api.
3) Squeeze atau Tekan handle atau pegangan untuk
mengeluarkan/ menyemprotkan isi tabung.
4) Sweep atau Sapukan nozzle yang kita pegang kearah Kiri dan Kanan
api, agar media yang disemprotkan merata mengenai api yang
sedang terbakar
6. Cara pemeliharaan alat pemadam api diantaranya adalah:
1) APAR harus diperiksa 2 kali dalam setahun, yaitu pemeriksaan
jangka 6 bulan dan pemeriksaan jangka 12 bulan.
2) Cacat pada alat perlengkapan APAR yang ditemui pada
waktu pemeriksaan harus segera diganti dengan yang tidak cacat.
7. Beberapa jenis alarm kebakaran yang sering digunakan adalah: rotary
hand bell, smoke detectors, stand alone alarm
8. Perbedaan smoke detectors dengan stand alone alarm adalah
Smoke detectors memiliki kekuatan suara hingga 85 db, mampu
bertahan hingga 2 tahun, dengan supply baterei sekitar 9 volt. Adanya
asap akan dideteksi melalui mata detektor menggunakan inframerah
untuk mendeteksi partikel unsur/butir di dalam atmosfir, dan ionisasi
detektor menggunakan komponen elektrik untuk menentukan kehadiran
asap. Sedangkan Stand Alone Alarm memiliki kekuatan suara hingga 105
db dan dilengkapi strobe biru ekstra terang (cahaya/ ringan). Biaya lebih
rendah. Stand Alone Alarm ini ideal digunakan untuk tempat kerja dan
gudang terisolasi.
9. Hal-hal yang perlu diperhatikan bila terjadi kebakaran adalah :
a. Jangan panik
b. Segera bunyikan alarm tanda bahaya.
100
c. Identifikasi bahan yang terbakar (kelas A, B atau C), padamkan
dengan kelas pemadam yang sesuai ( Contoh kebakaran kelas B
bensin, minyak tanah tidak boleh disiram dengan air)
d. Hindari menghirup asap secara langsung, gunakan masker atau tutup
hidung dengan sapu tangan.
e. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat.
f. Cari Bantuan Pemadam Kebakaran
10. Dua tipe konstruksi Apar (Depnaker, 1995), antara lain:
1) Tipe Tabung Gas (Gas Container Type)
Adalah suatu pemadam yang bahan pemadamnya di dorong keluar
oleh gas bertekanan yang dilepas dari tabung gas.
2) Tipe Tabung bertekanan tetap (Stored Preasure Type)
Adalah suatu pemadam yang bahan pemadamnya didorong keluar
gas kering tanpa bahan kimia aktif atau udara kering yang
disimpan
bersama dengan tepung pemadamnya dalam keadaan bertekanan.
101
dijumpai kode R tercantum dalam bentu kombinasi, misalnya R1/2 artinya
sifat bahan kimia yang bersangkutan adalah R1 dan R2 yaitu dapat
meledak di tempat kering/panas serta bila terkena benturan, gesekan dan
api.
4. Prosedur penanganan limbah bahan kimia secara umum supaya tidak
mencemari lingkungan, sebagai berikut :
a. Limbah bahan kimia tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan .
b. Buang pada tempat yang disediakan
c. Limbah organik dibuang pada tempat terpisah agar bisa didaur ulang.
d. Limbah padat (kertas saring, korek api, endapan) dibuang ditempat
khusus.
e. Limbah yang tidak berbahaya (misal : detergen) boleh langsung
dibuang dengan pengenceran air yang cukup banyak
f. Buang segera limbah bahan kimia setelah pengamatan selesai.
g. Limbah cair yang tidak larut dalam air dan beracun dikumpulkan pada
botol dan diberi label yang jelas.
5. Cara penanganan limbah bahan kimia di laboratorium
a) Penetralan dan pengendapan
b) Pembakaran dalam insenerator
c) Penimbunan dan pengumpulan di tempat tertentu
102
Evaluasi
2. Jenis bahan alat pemadam api ringan (APAR) yang khusus digunakan untuk
menanggulangi kebakaran kelas D (disebabkan oleh logam misalnya
magnesium) adalah....
a. Busa (foam)
b. Tepung kimia kering
c. Karbon dioksida
d. Tepung logam kering
4. Alat pelindung diri yang wajib digunakan ketika bekerja di laboratorium untuk
mencegah mata terkena uap, cipratan, kabut atau semprotan zat kimia
berbahaya yaitu ....
103
a.
b.
c.
d.
104
8. Peralatan yang bermanfaat untuk membantu melindungi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja praktikan yang sedang bekerja di laboratorium adalah ....
a. rambu K3
b. lambang K3
c. gambar K3
d. poster K3
9. Tujuan dari penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di laboratorium
adalah
a. menghentikan timbulnya cacat akibat resiko kerja
b. mencegah terjadinya kecelakaan kerja
c. meniadakan terjadinya kecelakaan kerja
d. menghambat terjadinya penyakit akibat pekerjaan
10.Pemadaman api dengan sistem isolasi merupakan prinsip kerja dari APAR
berbahan jenis
a. air
b. karbon dioksida
c. busa
d. sodium bikarbonat
11. APAR dengan konstruksi berupa isi tabung dan gas penekan berada dalam
satu tabung adalah jenis...
a. bertekanan tinggi
b. bertekanan rendah
c. tabung gas
d. bertekanan tetap
12. Jenis bahan alat pemadam api ringan (APAR) yang efektif digunakan untuk
menanggulangi kebakaran kelas A (disebabkan oleh benda padat selain
logam) adalah....
a. busa (foam)
b. air
c. tepung kimia kering
d. karbondioksida
13. Ketika bekerja di laboratorium, tangan yang akan digunakan untuk
memegang benda yang berminyak, bagian-bagian mesin atau bahan logam
lainnya harus memakai alat pelindung diri berupa ....
105
a. sarung tangan karet
b. sarung tangan asbes
c. sarung tangan kulit
d. sarung tangan kain.
14. Jenis bahan alat pemadam api ringan (APAR) yang digunakan untuk
menanggulangi kebakaran kelas C (disebabkan oleh peralatan listrik
bertegangan tinggi) adalah....
a. karbondioksida
b. busa
c. air
d. tepung logam kering
15. Respirator pemurni udara berfilter warna kuning menunjukkan bahwa
respirator tersebut mampu menyerap ....
a. gas karbon monoksida
b. gas asam sianida
c. gas asam dan uap organik
d. gas ammonia
16. Sarung tangan asbes yang memiliki fungsi untuk ....
a. Melindungi tangan dari ketajaman sudut alat atau mesin
b. Meindungi tangan dari bahaya terbakar karena zat asam
c. melindungi tangan dari bahaya pembakaran api
d. Melindungi tangan dari benda yang berminyak
17. Jika di dalam laboratorium kimia terjadi kecelakaan seperti terkena tumpahan
atau cipratan asam sulfat pada kulit maka tindakan pertolongan pertama
yang harus segera dilakukan adalah ....
a. Mengoleskan obat luka bakar dengan segera
b. Mengompres kulit dengan es batu atau handuk dingin
c. Merendam kulit yang terkena cipratan dengan air dingin
d. Membasuh kulit dengan air mengalir selama 10-20 menit
18. Jika di dalam laboratorium terjadi kebakaran akibat cairan seperti alkohol
maka tindakan pemadaman yang harus segera dilakukan adalah ....
a. Mengisolasi sumber kebakaran dengan menyemprotkan APAR berisi
foam
b. Menyingkirkan bahan kimia yang dapat memicu meluasnya kebakaran
106
c. Membunyikan alarm tanda kebakaran
d. Mencari sumber air terdekat
19. Apabila baju kerja praktikan tersambar api dan terbakar maka tindakan
pertama yang segera dilakukan adalah ...
a. Mencari apar dan menyemprotkan ke praktikan tersebut
b. Berusaha memadamkan api dengan berguling-guling di lantai
c. Berteriak meminta tolong
d. Membawa praktikan ke sumber air terdekat
20. Kontainer tempat penyimpan limbah B3 harus memenuhi beberapa
persyaratan, diantaranya ....
a. Semua kontainer harus tertutup rapat sehingga tidak ada udara masuk
b. Seluruh limbah B3 yang dihasilkan disimpan ke dalam 1 kontainer besar
c. Bahan kontainer harus berbahan baja sehingga tidak mudah tembus
d. Bagian dasar kontainer harus kedap air untuk menghindari meresapnya
ceceran atau bocoran
21. Proses pengolahan limbah secara kimia dimana limbah ditambahkan Al2SO4
atau Fe2Cl3 untuk membentuk gumpalan besar sehingga mudah disaring dan
diendapkan disebut ...
a. flokulasi
b. presipitasi
c. destabilisasi
d. koagulasi
22. Bahan kimia yang mudah terbakar seperti benzena, aseton dan eter disimpan
pada tempat dengan kondisi....
a. Jauh dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik
b. Jauh dari bahan yang bersifat korosif
c. Dipisahkan dari bahan yang bersifat racun
d. Tempat atau ruangan tersebut kedap air
23. Bahan kimia yang bersifat reaktif seperti sianida dan hidrida disimpan pada
tempat atau ruangan dengan kondisi...
a. dihindarkan dari gesekan mekanis
b. Tempat atau ruangan tersebut kedap air
c. Jauh dari sumber api, panas dan asam
d. Jauh dari bahan yang bersifat korosif
107
Penutup
108
Daftar Pustaka
Fitriani, Aulia., (2012), Kiat Menyimpan Alat dan Bahan Kimia di Lab, http://
Bapelkes-Cikarang.com/ Kiat-Menyimpan-Alat-dan-Bahan-Kimia-di-
Lab.html.
109
Glosarium
110
Oksidator : Suatu zat : yang dapat menyebabkan zat lain
mengalami oksidasi sehingga dirinya sendiri akan
tereduksi
Toksik :Sifat suatu: zat yang beracun yang dapat
membahayakan kesehatan manusia
Water Sprinkler : Alat penyemprot
: air untuk kebakaran
Zero Accident : Mencegah, :mengurangi atau bahkan menihilkan
terjadinya kecelakaan kerja
111