Anda di halaman 1dari 8

Asma Bronkiale

No. Dokumen :
SOP/UKP
/030/IV/
2018

S No. Revisi :0
O Tangal Terbit : 6 April
P 2018

Halaman : 1/3

PUSKESMAS Feri Kadarusman,dr.,M.Kes


SURYALAYA NIP.1975021120012121002

1. Definisi Asma merupakan suatu kondisi inflamasi kronik pada saluran napas yang ditandai
dengan adanya riwayat gejala pernapasan seperti sesak napas, mengi, rasa berat di dada,
batuk dan disertai keterbatasan dalam aliran udara saat ekspirasi

2. Tujuan Sebagai acuan tatalaksana penderita asma

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No SK/UKP/011/IV/2018

4. Referensi
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer
5. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut.
2. Petugas menulis identitas pasien di buku register
3. Petugas melakukan anamnesis pada pasien mengenai keluhan :
 Sesak napas
 Mengi
 Batuk
 Rasa tertekan di dada
 Gejala semakin memburuk pada malam hari atau dini hari
 Intensitas dan waktu gejala bervariasi
 Gejala dicetuskan oleh infeksi virus (pilek), olahraga, paparan alergen,
perubahan cuaca, adanya iritan seperti asap mobil, asap rokok, dsb
4. Petugas melakukan anamnesis mengenai faktor resiko
 Adanya riwayat alergi pada keluarga
 Adanya riwayat penggunaan brokodilator
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
 Petugas mmendengar adanya mengi pada pemeriksaan auskultasi saat
bernapas normal atau saat ekspirasi paksa
6. Petugas melakukan penilaian asma
Pengendalian gejala asma Tingkatan pengendalian gejala asma
Dalam 4 minggu kebelakang, apakah terkontrol tidak
pasien mengalami terkontrol sebagian terkontrol
Gejala asma di siang hari lebih dari
2x/minggu ya tidak
tidak
Bangun tidur malam karena asma ya tidak semua 1-2 ya 3-4 ya
Penggunaan pelega napas lebih dari
2x/minggu ya tidak
Keterbatasan aktivitas akibat asma ya tidak

7. Kesadaran : kualitatif dan kuantitatif (Glassgow Coma Scale / GCS)


8. Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, lasseqque, kernig, brudzinsky
9. Saraf kranialis : sering mengenai nervus VII, XII, IX walaupun nervus kranialis lain
bisa terkena
10. Motorik : kekuatan, tonus, refleks fisiologis, refleks patologis
11. Sensorik
12. Pemeriksaan fungsi luhur
13. Pada pasien dengan kesadaran menurun, perlu dilakukan pememriksaan refleks
batang otak :
- Refleks kornea
- Refleks pupil terhadap cahaya
- Refleks okulo sefalik
- Keadaan refleks respirasi
14. Petugas menegakan diagnosis berdasarkan hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik, yaitu:
a. Stroke hemoragik biasanya disertai dengan sakit kepala hebat, muntah,
penurunan kesadaran, tekanan darah tinggi
b. Stroke iskemik biasanya tidak disertai dengan sakit kepala hebat, muntah,
penurunan kesadaran, dan tekanan darah tidak tinggi.
15. Petugas memberikan penatalaksanaan pada pasien :
Penatalaksanaan awal:
 Stabilisasi pasien dengan tindakan ABC.
 Pasang jalur infus IV dengan larutan NaCl 0,9% dengan kecepatan 20
ml/jam (jangan memakai cairan hipotonis seperti dextrose 5% dalam air
atau salin 0,45% karena dapat memperhebat edema otak
 Berikan O2 : 2-4 liter/menit via kanul hidung
 Jangan memberikan makanan dan minuman lewat mulut.
Stroke hemoragik
a. Menurunkan tekanan darah untuk mencegah perdarahan ulang pada
orang yang dasarnya normotensif ( tensi normal) diturunkan sampai
sistolik 160 mmHG, pada orang dengan hipertensi sedikit lebih tinggi.
b.
Tekanan dalam rongga tengkorak diturunkan dengan cara meninggikan
posisi kepala 15-30% ( satu bantal) sejajar dengan bahu
c. Pasien dirujuk setelah kondisi stabil
16. Petugas memberikan konseling dan edukasi kepada keluarga :
- Mengedukasi keluarga agar membantu pasien untuk tidak terjadinya
serangan kedua
- Jika terjadi serangan berikutnya segera mendatangi pelayanan primer
- Mengawasi agar pasien teratur minum obat
- Membantu pasien menghindari faktor resiko
- Kriteria rujukan :
Semua pasien stroke setelah ditegakkan diagnosis dan diberikan
penanganan awal selanjutnya dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
sekunder yang memiliki dokter spesialis saraf.

17. Petugas menulis resep.


18. Petugas menyerahkan resep kepada pasien atau keluarga
19. Petugas menulis hasil pemeriksaan fisik, laboratorium,diagnose
dan terapi kedalam rekam medik pasien
20. Petugas menandatangani rekam medik
21. Petugas menulis diagnosis ke buku register rawat jalan
6. Bagan Alir
melakukan melakukan pemeriksaan
memanggil
anamnesa pada fisik meliput TD, nadi,
pasien sesuai
nomor urut pasien ekstremitas atas dan bawah

Merujuk pasien ke Melakukan Menentukan diagnosis


pelayanan penatalaksaan awal stroke
kesehatan tingkat
lanjut

Memberi edukasi pada Petugas menulis menyerahkan resep


keluarga pasien kepada pasien atau
resep
keluarga

menulis hasil
menulis diagnose pemeriksaan fisik,
ke buku rgister laboratorium,diagnose
rawat jalan. dan terapi kedalam
rekam medic pasien

7. Hal-hal
yang
perlu
diperh
atikan
8. Unit
Poli umum, ruang tindakan
Terkai
t
9. Dokumen
Catatan medik, blanko rujukan, buku register, blanko resep
Terkai
t

10. Rekaman historis perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai
diberlakukan
HIPERTENSI
DAFTAR TILIK
Nama Peserta

Tanggal Pelaksanaan

Unit/ Program

NO LANGKAH KEGIATAN YA TIDAK TIDAK BERLAKU

1.
Apakah petugas memanggil pasies sesuai
nomor urut.
2.
Apaka petugas menulis identitas pasien di
buku register
3.
Apakah petugas melakukan anamnesa pada
pasien apakah pasien mengeluhkan gejala
klasik DM yang berupa poliuria (sering
kencing), polidipsi (sering haus) dan polifagi
(serng lapar).
4.
Apaka petugas menanyakan pada pasien
apakah terdapat keluhan lain seperti berat
badan turun tanpa penyebab yang jelas,
kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi
pada pria, pruritus vulva pada wanita, serta
adakah luka yang tidak kunjung sembuh.
5.
Apakah petugas melakukan pemeriksaan
tekanan darah
6.
Apakah petugas melakukan pemeriksaan
nadi
7.
Apakah petugas melakukan pemeriksaan
suhu
8.
Apakah petugas melakukan pemeriksaan
fisik termasuk ekstremitas atas dan bawah
termasuk jari.
9.
Apakah bila diperlukan petugas membuat
permintaan pemeriksaan gula darah atau
urin ke laboratorium
10. Apakah petugas menyerahkan surat
permintaan kepada pasien untuk selanjutnya
pasien ke laboratorium
11. Apakah petugas membaca hasil laboratorium
dan menegakan diagnose berdasarkan
hasil lab dan anamnesis, yaitu:
a. Gejala klasik DM +Glukosa darah
sewatu ≥ 200 mg/dl (darah kapiler)
b. Gejala klasik DM +Glukosa darah
puasa ≥ 100 mg/dl (darah kapiler)
c. Tanpa gejala kasik DM + kadar GDS ≥
200 mg/dl atau GDP ulang ≥ 100
mg/dl (darah kapiler).
12.
Apakah petugas memberikan
penatalaksanaan awal DM berupa terapi gizi
medis (TGM) dan latihan jasmani selama 2 –
4 minggu. Apabila kadar gula darah belum
mencapai sasaran dilakukan intervensi
farmakologi dengan obat hipoglikemik oral
(OHO) dan atau suntikan insulin.
13.
Apakah petugas mengedukasi pasien tentang
penyakit DM, perlunya pengendalian dan
pemantauan gula darah, penyulit DM dan
resikonya serta bagaimana mengatasi
sementara keadaan gawat darurat akibat DM
(rasa sakit dan hipoglikemia)
14.
Apakah petugas mengedukasi pasien tentang
terapi gizi medis (TGM) makanan yang
seimbang sesuai dengan kebutuhan kalori
dan zat gizi masing-masing individu.
Pentingnya keteraturan makan dalam hal
jadwal makan, jenis dan jumlah makanan
15.
Apakah petugas mengedukasi pasien tentan
latihan jasmani secara teratur 3 – 4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit.
16.
Apakah petugas menulis resep
17.
Apakah petugas menyerahkan resep kepada
pasien
18
Petugas menulis hasil pemeriksaan fisik,
laboratorium,diagnose dan terapi kedalam
rekam medic pasien

19.
Petugas menandatangani rekam medic
20.
Apakah petugas menulis diagnose ke buku
rgister rawat jalan.

CR= X100%
Bandung,
Pelaksana / Auditor

( .............................. )

Anda mungkin juga menyukai