Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

NAMA : IMAM SAPUTRA


FAKULTAS : Teknik dan Komputer
NPM : 192310001

1. Setiap Manuasia Mempunyai Fitrah untuk bertuhan walaupun pada


kenyataannya manusia sering mengingkari perintah dan selalu
melanggar larangan karena hal tersebut diatas agar manusia tidak
mencampur adukkan agama (semua agama sama), maka perlu
manusia mengetahui konsep ketuhanan menurut :

JAWABAN :
a. Filsafat
Konsep ketuhanan menurut filsafat adalah pemikiran para manusia dengan
pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah
untuk menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, tetapi mencari pertimbangan
kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran tentang
Tuhan.
b. Agama Yahudi
Konsep ketuhan menurut agama Yahudi adalah Agama Yahudi percaya kepada
Tuhan Yang Esa, tetapi Tuhan yang hanya khusus untuk Bani Isra’il, bukan Tuhan
untuk bangsa lain. Mereka tidak pernah menyebut nama Tuhannya dengan langsung
karena mungkin akan mengurangi kesucian-Nya. Oleh sebab itu orang Israel
melambangkan-Nya dengan huruf mati YHWH, tanpa bunyi. Lambang ini bisa
dibaca YaHWeh atau Ye-Ho-We atau YeHoVah.
c. Agama Nasrani
Konsep ketuhanan menurut agama Nasrani adalah Agama Nasrani termasuk salah
satu dari agama Abrahamik yang berdasarkan hidup, ajaran, kematian dengan
penyaliban, kebangkitan, dan kenaikan Yesus dari Nazaret ke surga, sebagaimana
dijelaskan dalam Perjanjian Baru, umat Kristen meyakini bahwa Yesus adalah
Mesias yang dinubuatkan dalam dari Perjanjian Lama (atau Kitab suci Yahudi).
Nasrani adalah monoteisme, yang percaya akan tiga pribadi (secara teknis dalam
bahasa Yunani hypostasis) Tuhan atau Tritunggal.

d. Agama Hindu, Budha dan Konghucu


Konsep ketuhanan menurut agama Hindu, Budha dan Konghucu
- Agama Hindu dikenal dengan nama Sanatana Dharma ( kebenaran yang abadi
) namun orang umum menyebutnya sebagai Hindu karena agama ini berasal dari
lembah sungai Shindu. Selain Hindu mengajarkan banyak hal ia pula memiliki
banyak kitab suci, baik Sruti maupun Smriti (smerti) dan juga terdiri dari
beberapa aliran seperti Shaivisme,Vaishnavisme dan Śrauta. Inti ajaran Hindu
dikonsepkan kedalam “Tiga Kerangka Dasar” dan “Panca Sradha”. Tiga
kerangka dasar tersebut terdiri dari Tattwa (Filsafat) Susila (Etika)
Upacara(Yadnya).
- Konsep ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan konsep dalam agama
Samawi dimana alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan tujuan akhir dari
hidup manusia adalah kembali ke sorga ciptaan Tuhan yang kekal. Konsep
Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha. “Suatu Yang Tidak
Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak”. Dalam hal
ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku , yang tidak dapat
dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun.
Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi maka manusia yang
berkondisi dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan dengan cara
bermeditasi.
- Konsep ketuhanan dalam Khonghucu bisa ditemukan dalam kitab Yi Jing
(Kitab Perubahan). Dalam kitab ini, Tuhan digambarkan dengan istilah Qian
yang dapat diartikan Tuhan sebagai subjek Yang Maha Ada, Maha Sempurna,
Khalik Semesta Alam, Maha Positif dan Proaktif. Di dalam Kitab Zhong Yong
(Tengah Sempurna) disebut dengan Gui Shen, yang mengandung arti Tuhan
Yang Maha Esa. Tuhan dalam buku ini digambarkan sebagai roh yang berkuasa
atas segala sifat Yin dan Yang.
e. Agama Islam
Konsep Ketuhanan menurut Agama Islam adalah Istilah Tuhan dalam sebutan Al-
Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang menjadi penggerak atau motivator,
sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia. Orang yang mematuhinya di sebut
abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-Quran konotasinya ada dua
kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi
ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula
berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2)
: 165, sebagai berikut:

ِ َّ‫ون ِمن يَت َّ ِخذ َمن الن‬


َ‫اس َو ِمن‬ ِ َّ ‫ب ي ِحبُّونَهم أ َندَادًا‬
ِ ‫ّللا د‬ ِ َّ
ِ ‫ّللا كَح‬
Artinya “Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai
tandingan terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai
Allah”

Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep


tauhid (monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari
ungkapan-ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acara-acara
ritual. Abu Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan
Khadijah (sekitar 15 tahun sebelum turunya Al-Quran) ia mengungkapkan kata-
kata Alhamdulillah. (Lihat Al-Wasith,hal 29). Adanya nama Abdullah (hamba
Allah) telah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya Al-
Quran. Keyakinan akan adanya Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan
lain-lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut timbul pertanyaan apakah konsep
ketuhanan yang dibawakan Nabi Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena Nabi
Muhammad dalam mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tantangan keras dari
kalangan masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama
dengan konsep ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak demikian kejadiannya.
Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan
dalam Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;

‫سأَلتَهم َولَئِن‬
َ ‫ت َخلَقَ َمن‬ َّ ‫س َّخ َر ال‬
ِ ‫س َم َوا‬ َ ‫س َواْلَر‬
َ ‫ض َو‬ َّ ‫يؤفَكونَ فَأَنَّى‬
َّ ‫ّللا لَيَقول َّن َوالقَ َم َر ال‬
َ ‫شم‬
Artinya “Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi,
dan menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah”

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti
orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik dinyatakan
bertuhan kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas
dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan
ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan
sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam semesta.

Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah sebagaimana


dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah pernyataan lain sebagai
jawaban atas perintah yang dijaukan pada surat Al-Ikhlas tersebut. Ringkasnya jika
Allah yang harus terbayang dalam kesadaran manusia yang bertuhan Allah adalah
disamping Allah sebagai Zat, juga Al-Quran sebagai ajaran serta Rasullullah
sebagai Uswah hasanah.
2. Untuk menjadikan manusia menjadi manusia seutuhnya, maka para
mahasiswa mampu menjelaskan secara konseptual atau secara
empiris esensi dan turgensi keberadaan manusia menurut Al Qur’an
dan Hadist … Jelaskan !

JAWABAN :
a. Manusia teori evolusi Al Qur’an dan Hadist adalah
Asal mula Manusia yang telah tertulis dalam Al-Qur'an. Allah berfirman dalam
(QS> Al Hijr (15): 28-29) yang artinya :

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya


Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari
lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan
kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-ku, maka tunduklah
kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. Al Hijr (15) : 28-29)

Tahap kejadian manusia menurut Islam

Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)

Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang
kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah
sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal
ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :

"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah". (QS. As Sajdah (32) : 7)

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr (15) : 26)
Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia
pertama itu dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29 . Di dalam sebuah Hadits Rasulullah
saw bersabda :
"Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari
tanah". (HR. Bukhari)

Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)

Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam
keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah
berkehendak menciptakan lawanjenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri). Hal
ini dijelaskan oleh Allah dalam salah sati firman-Nya :

"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari
apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui" (QS. Yaasiin (36) : 36)

Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An
Nisaa’ ayat 1 yaitu :

"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan


kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada
keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat
banyak..." (QS. An Nisaa’ (4) : 1)

Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan

"Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam" (HR.
Bukhari-Muslim)

Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tak langsung
hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk
menyatukan kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam
bentuk yang lain. Dengan perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan
meneruskan generasinya.
Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)

Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa kecuali
Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Qur’an dan Al
Hadits dapat pula ditinjau secara medis.

Di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan secara


terperinci melalui firman-Nya :

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging
itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14).

Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :

"Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan.
Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya
(kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian
selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu
pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa
malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat
kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik (nasibnya)."
(HR. Bukhari-Muslim)

Ungkapan ilmiah dari Al Qur’an dan Hadits 15 abad silam telah menjadi bahan
penelitian bagi para ahli biologi untuk memperdalam ilmu tentang organ-organ
jasad manusia. Selanjutnya yang dimaksud di dalam Al Qur’an dengan "saripati
berasal dari tanah" sebagai substansi dasar kehidupan manusia adalah protein, sari-
sari makanan yang kita makan yang semua berasal dan hidup dari tanah.
Yang kemudian melalui proses metabolisme yang ada di dalam tubuh diantaranya
menghasilkan hormon (sperma), kemudian hasil dari pernikahan (hubungan
seksual), maka terjadilah pembauran antara sperma (lelaki) dan ovum (sel telur
wanita) di dalam rahim. Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk manusia
yang sempurna (seperti dijelaskan dalam ayat diatas).

Para ahli dari barat baru menemukan masalah pertumbuhan embrio secara bertahap
pada tahun 1940 dan baru dibuktikan pada tahun 1955, tetapi dalam Al Qur’an dan
Hadits yang diturunkan 15 abad lalu hal ini sudah tercantum.

Ini sangat mengagumkan bagi salah seorang embriolog terkemuka dari Amerika
yaitu Prof. Dr. Keith Moore, beliau mengatakan : "Saya takjub pada keakuratan
ilmiyah pernyataan Al Qur’an yang diturunkan pada abad ke-7 M itu". Selain iti
beliau juga mengatakan, "Dari ungkapan Al Qur’an dan hadits banyak mengilhami
para scientist (ilmuwan) sekarang untuk mengetahui perkembangan hidup manusia
yang diawali dengan sel tunggal (zygote) yang terbentuk ketika ovum (sel kelamin
betina) dibuahi oleh sperma (sel kelamin jantan).

b. Martabat Fungsi dan Peranan Manusia


Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada
manusia.
• Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi
kepada Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak
mengabdi kepada nafsu dan syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah makhluk
yang mau melaksanakan apapun perintah Allah meski terdapat resiko besar di
dalam perintah Allah. Abdi juga tidak akan pernah membangkang terhadap Allah.
Hal ini tercantum dalam QS Az Dzariyat : 56“Dan tidak Aku ciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”
• Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada
Allah bahwa hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar mereka tidak
ingkar di hari akhir nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada
Allah tapi orang tuanya yang menjadikan manusia sebagai Nasrani atau beragama
selain Islam. Hal ini tercantum dalam QS Al A’raf : 172
• “Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah Aku ini
Tuhanmu?”. Mereka menjawab:”Betul (Engkau Tuhan Kami),kami menjadi
saksi”.(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan:”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini(keesaan Tuhan)”
• Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk berbuat sesuai
dengan misi yang telah ditentukan Allah sebelum manusia dilahirkan yaitu untuk
memakmurkan bumi. Khalifah yang dimaksud Allah bukanlah suatu jabatan
sebagai Raja atau Presiden tetapi yang dimaksud sebagai kholifah di sini adalah
seorang pemimpin Islam yang mampu memakmurkan alam dengan syariah-syariah
yang telah diajarkan Rosulullah kepada umat manusia. Dan manusia yang beriman
sejatilah yang mampu memikul tanggung jawab ini. Karena kholifah adalah wali
Allah yang mempusakai dunia ini.
Sehingga seorang khalifah harus benar-benar memiliki akhlak Al Quran dan Al
Hadis.
Dengan berpedoman pada QS Al Baqarah:30-36, maka status dasar manusia adalah
sebagai khalifah (makhluk penerus ajaran Allah) sehingga manusia harus :
 Belajar. Manusia sebagai khalifah harus mau belajar. Obyek belajar nya
adalah ilmu Allah yang berwujud Al Quran dan ciptaanNya.Hal ini
tercantum juga di dalam QS An Naml: 15-16 dan QS Al Mukmin: 54
 Mengajarkan Ilmu. Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka wajib
untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu
Allah adalah Al Quran dan juga Al Bayan
 Membudayakan Ilmu. Ilmu Allah tidak hanya untuk disampaikan kepada
manusia lain tetapi juga untuk diamalkan sehingga ilmu yang terus
diamalkan akan membudaya. Hal ini tercantum pula di dalam QS Al
Mu’min:35
Dari ketiga peran tersebut,maka semua yang dilakukan oleh khalifah harus untuk
kebersamaan sesama umat manusia dan hamba Allah serta pertanggungjawabannya
kepada Allah, diri sendiri, dan masyarakat.

c. Jelaskan Tanggung Jawab Manusia dan Bagaimana menjadikan Manusia menjadi


Insan Islami (menurut pendapat saudara)
Menurut pendapat saya adalah ……

JAWAB:
Tanggung jawab menurut pendapat saya adalah kesadaran manusia akan tingkah
laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja .Kata Tanggung
jawab itu sendiri berarti siap menerima suatu kewajiban dan berani menerima risiko
dari hasil tugas atau kewajiban yang kita jalan. Tanggung jawab bersifat kodrati,
artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti
dibebani dengan tanggung jawab,karena dalam setiap perbuatan yang kita lakukan
pasti ada suatu tanggung jawab yang terkandung didalamnya apabila kita tidak mau
bertanggung jawab terhadap perbuatan kita maka akan ada pihak yang akan
memaksakan tanggung jawab itu, baik itu kepada Tuhan, Orang Tua, Pimpinan ,
Guru, Teman dan Lain - Lain.
Belajar dari pengalaman orang-orang, sering saling share, berdiskusi bersama orang
yang memiliki banyak pengalaman akan menambah banyak inspirasi dan ide-ide
baru. Jangan pernah putus asa untuk berdo’a Manusia hanya bisa berusaha, karena
yang maha berkehendak ialah hanya Allah SWT.

3. Agama Islam mempunyai hukum yang tidak pernah tidak sesuai


dengan keadaan zaman, tetapi manusia lah yang membuat hokum
Islam tidak sesuai dengan zaman, secara konseptual dan empiris
hukum dalam Islam sangatlah sempurna karena berdasarkan Al
Qur’an dan Al Hadist.

JAWAB:
a. Jelaskan menurut pendapat saudara Konsep hukum Islam dan Hukum Islam
dalam Kehidupan
Islam sebagai agama yang diturun akan Allah SWT, telah mengatur hidup umatnya
dengan dasar hukum yang jelas, yaitu Alquran dan Sunah Rasulullah SAW. Ini lah
cara Allah menjadikan agama Islam sebagai pegangan manusia untuk mencapai
tujuan hidup menurut islam. Agar manusia yang ditugaskan sebagai khalifah di
muka bumi bisa menjaga dan merawat kehidupan yang selamat dunia dan akirat
serta tercapai tujuan penciptaan manusia dalam islam.
Alquran dan Sunnah adalah 2 dasar utama dari sumber syariat Islam itu sendiri.
Sesuai berkembangnya zaman, waktu pun berlalu, maka permasalahan umat pun
semakin complicated. makanan halal, minuman halal dalam islam, makanan haram
menurut islam, hukum pernikahan, dan fiqih muamalah jual beli dalam islam sudah
berkembang dan semakin komplit. Hal tersebut tidak dijelaskan dalam kedua
sumber tersebut secara jelas dan gamblang. Melihat kasus ini maka perlu adanya
peranan para ulama untuk mengkaji lebih dalam makna yang tersimpan dalam
Alquran sebagai cara mencari jalan keluar dari hukum Islam.
Selain dua dasar utama dari hukum Islam tadi ( Alquran dan Sunah,) maka ada cara
lain yang bisa menjadi sumber hukum dalam Islam yaitu Ijtihad. Ijtihad ini
mencakup beberapa macam cara yaitu : ijtima’, qiyas, istihsan, isthshab, istidlal,
maslahatul murshalah, urf, dan zara’i.

b. Hak Asasi Manusia dalam Islam


Hak Asasi Manusia dalam Islam adalah hak dasar atau hak pokok yang dibawa
manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa sejak lahir.
Islam memberikan jaminan hak kepada umat Islam untuk memelihara agama dan
keyakinannya dan Islam menjamin kebebasan beragama, dan larangan adanya
pemaksaan agama yang satu dengan agama lainnya.
Islam memberikan jaminan hak atas setiap jiwa (nyawa) manusia, untuk tumbuh
dan berkembang secara layak. Dalam hal ini Islam menuntut adanya keadilan,
pemenuhan kebutuhan dasar (hak atas penghidupan) pekerjaan, hak kemerdekaan,
dan keselamatan, bebas dari penganiayaan dan kesewenang-wenangan.

c. Konstribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakkan hukum.


Dalam pembentukan hukum islam di indonesia, kesadaran berhukum islam untuk
pertama kali pada zaman kemerdekaan adalah di dalam Piagam Jakarta 22 juni 1945
yang di dalam dasar ketuhanan diikuti dengan pernyataan “dengan kewajiban
menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya”.

Kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hukum pada akhir-akhir
ini semakin tampak jelas dengan diundangkannya beberapa peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan hokum Islam, seperti Undang-undang Republik
Indonesia Nomor I Tahun 1974 tentang perkawinan, Peraturan Pemerintah Nomor
28 tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik , Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Instruksi Presuden
Nomor I tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, dan Undang-undang
Republik Indonesia Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Haji.

Anda mungkin juga menyukai