Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur tak henti-hentinya saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang informasi seputar rangkuman atau yang lebih khususnya
membahas ringkasan materi. Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang materi cloning menurut agama islam.
Saya menyadari bahwa makalah yang saya susun ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah kami ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita semua. Aamiin.

Mojokerto, 01 November 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….1

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………2

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG……………….……………………………………………………………3

RUMUSAN MASALAH………….………………………………………………………………3

TUJUAN…………….………………………………………………………………………….....3

BAB II PEMBAHASAN

PENGERTIAN……………………………………………………………………………………4

PANDANGAN AGAMA TENTANG KLONING ………………………………..……………..4

JENIS JENIS KLONING….……………………………………………………………………..7

DAMPAK KLONING…………………………………………………………………………….9

HUKUM KLONING DALAM ISLAM…………………………………………………………10

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN………………………………………………………………………………….12

SARAN………………………………………………………………………………………….12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Islam selaku agama yang berlaku abadi dan universal, mendorong penganutnya
agar berprestasi sebaik mungkin dalam seluruh bidang kehidupan, termasuk salah satunya
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dorongan kepada kaum muslimin
untuk mengembangkan iptek tersebut disertai bimbingan agar cara-cara pengembangan
tersebut berjalan dengan sebaik-baiknya dan pemanfaatannya dapat membawa rahmat.
Salah satu penemuan terakhir di bidang teknologi adalah tentang cloning. Sistem
kloning ini, apabila diterapkan pada hewan tidak mengundang masalah, tetapi apabila
berhasil diterapkan pada manusia, hal ini tentu akan mengundang masalah. Hal tersebut
muncul karena kloning dalam Hukum Islam termasuk masalah ijtihadiah, yang tidak
diatur secara jelas dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Sebab dalam masalah ijtihadiah,
konsekwensinya memungkinkan para ahli akan berbeda pendapat dalam kesimpulannya.
Disamping itu, sistem ini juga, apabila diterapkan pada manusia memunculkan
pro dan kontra, bukan saja di kalangan para ulama Islam, tetapi juga di kalangan para
agamawan lainnya dan dari tokoh-tokoh politik dunia, bahkan diantara para ahli hukum
Islam ada yang menyimpulkan hukumnya haram. Dalam kaitan dengan penerapan
kloning terhadap manusia, penulis mencoba melihatnya dari segi hukum Islam, yakni
bagaimana pandangan hukum Islam apabila kloning ini diterapkan pada manusia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu kloning?
2. Bagaimana pandangan agama islam tentang kloning?
3. Apa saja dampak dari kloning?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian kloning
2. Mengetahui pandangan islam tentang kloning
3. Mengetahui dampak dari kloning

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Kloning merupakan teknologi menciptakan duplikat suatu organisme melalui
proses aseksual melalui proses penanaman inti sel somatik (tubuh) ke dalam sel ovum
yang sudah dihilangkan inti selnya. Kloning dapat dilakukan pada hewan, tumbuhan
bahkan manusia. Istilah kloning atau klonasi berasal dari kata clone (bahasa Greek)
atau klona, yang secara harfiah berarti potongan/pangkasan tanaman.
Kloning terhadap manusia merupakan bentuk intervensi hasil rekayasa manusia.
Kloning adalah teknik memproduksi duplikat yang identik secara genetis dari suatu
organisme. Klon adalah keturunan aseksual dari individu tunggal. Kloning bukanlah hal
yang baru. Percobaan kloning telah dilakukan pada 1950-an. Seiringwaktu, kloning kian
maju. Institut Roslin, Skotlandia, pada 22 Februari 1997 mengumumkan keberhasilannya
dalam mengkloning domba Dolly, mamalia pertama yang berhasil dikloning dari sel
dewasa.

B. PANDANGAN AGAMA TENTANG KLONING


Permasalahan kloning adalah merupakan kejadian kontemporer (kekinian). Dalam
kajian literatur klasik belum pernah persoalan kloning dibahas oleh para ulama. Oleh
karenanya, rujukan yang penulis kemukakan berkenaan dengan masalah kloning
ini adalah menurut beberapa pandangan ulama kontemporer.

Para ulama mengkaji kloning dalam pandangan hukum Islam bermula dari ayat berikut:

… ‫ضغَ ٍة ُم َخلَّقَ ٍة َو َغي ِْر ُم َخلَّقَ ٍة ِلنُ َبيِنَ لَ ُك ْم َونُ ِق ُّر فِي‬ ْ ُ‫ب ث ُ َّم ِم ْن ن‬
ْ ‫طفَ ٍة ث ُ َّم ِم ْن َعلَقَ ٍة ث ُ َّم ِم ْن ُم‬ ٍ ‫فَإِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ت ُ َرا‬
)5 :‫اْأل َ ْر َح ِام َما نَشَا ُء … (الحج‬.

“… Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami
tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki …” (QS. 22/al-Hajj: 5).

4
Abul Fadl Mohsin Ebrahim berpendapat dengan mengutip ayat di atas, bahwa
ayat tersebut menampakkan paradigma al-Qur’an tentang penciptan manusia mencegah
tindakan-tindakan yang mengarah pada kloning. Dari awal kehidupan hingga saat
kematian, semuanya adalah tindakan Tuhan. Segala bentuk peniruan atas tindakan-Nya
dianggap sebagai perbuatan yang melampaui batas.

Selanjutnya, ia mengutip ayat lain yang berkaitan dengan munculnya prestasi


ilmiah atas kloning manusia, apakah akan merusak keimanan kepada Allah SWT sebagai
Pencipta? Abul Fadl menyatakan “tidak”, berdasarkan pada pernyataan al-Qur’an bahwa
Allah SWT telah menciptakan Nabi Adam As. tanpa ayah dan ibu, dan Nabi ‘Isa As.
tanpa ayah, sebagai berikut:

)59 :‫ب ث ُ َّم قَا َل لَهُ ُك ْن فَيَ ُكونُ (ال عمران‬


ٍ ‫سى ِع ْندَ هللاِ َك َمث َ ِل َءادَ َم َخلَقَهُ ِم ْن ت ُ َرا‬
َ ‫إِ َّن َمث َ َل ِعي‬.

“Sesungguhnya misal (penciptaan) `Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan)


Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya:
“Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia” )QS. 3/Ali ‘Imran: 59(.
Pada surat yang sama juga dikemukakan:

‫سى ا ْبنُ َم ْريَ َم َو ِجي ًها فِي الدُّ ْن َيا َو ْاْل ِخ َر ِة‬َ ‫ت ْال َمالَئِ َكةُ يَا َم ْريَ ُم إِ َّن هللاَ يُبَش ُِر ِك ِب َك ِل َم ٍة ِم ْنهُ ا ْس ُمهُ ْال َمسِي ُح ِعي‬
ِ َ‫إِذْ قَال‬
‫س ْسنِي بَش ٌَر قَا َل َكذَ ِل ِك‬ َ ‫ب أَنَّى يَ ُكونُ ِلي َولَد ٌ َولَ ْم يَ ْم‬ِ ‫ت َر‬ َّ ‫اس فِي ْال َم ْه ِد َو َك ْهالً َو ِمنَ ال‬
ْ َ‫ قَال‬. َ‫صا ِل ِحين‬ َ َّ‫ َويُك َِل ُم الن‬. َ‫َو ِمنَ ْال ُمقَ َّربِين‬
)47 -45 :‫ضى أ َ ْم ًرا فَإِنَّ َما يَقُو ُل لَهُ ُك ْن فَيَ ُكونُ (ال عمران‬
َ َ‫هللاُ يَ ْخلُ ُق َما يَشَا ُء ِإذَا ق‬.

“(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah


menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan
kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya al-Masih `Isa putera Maryam, seorang
terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada
Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan
dia termasuk di antara orang-orang yang saleh. Maryam berkata: “Ya Tuhanku, betapa
mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-
lakipun”. Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): “Demikianlah Allah
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan
sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia” (QS.
3/Ali ‘Imran: 45-47).

5
Hal yang sangat jelas dalam kutipan ayat-ayat di atas adalah bahwa segala sesuatu
terjadi menurut kehendak Allah. Namun, kendati Allah menciptakan sistem sebab-akibat
di alam semesta ini, kita tidak boleh lupa bahwa Dia juga telah menetapkan
pengecualian-pengecualian bagi sistem umum tersebut, seperti pada kasus penciptaan
Adam As. dan ‘Isa As. Jika kloning manusia benar-benar menjadi kenyataan, maka itu
adalah atas kehendak Allah SWT. Semua itu, jika manipulasi bioteknologi ini berhasil
dilakukan, maka hal itu sama sekali tidak mengurangi keimanan kita kepada Allah SWT
sebagai Pencipta, karena bahan-bahan utama yang digunakan, yakni sel somatis dan sel
telur yang belum dibuahi adalah benda ciptaan Allah SWT.

Dari sudut agama dapat dikaitkan dengan masalah nasab yang menyangkut
masalah hak waris dan pernikahan (muhrim atau bukan), bila diingat anak hasil kloning
hanya mempunyai DNA dari donor nukleus saja, sehingga walaupun nukleus berasal dari
suami (ayah si anak), maka DNA yang ada dalam tubuh anak tidak membawa DNA
ibunya. Dia seperti bukan anak ibunya (tak ada hubungan darah, hanya sebagai anak
susuan) dan persis bapaknya (haram menikah dengan saudara sepupunya, terlebih
saudara sepupunya hasil kloning juga). Selain itu, menyangkut masalah kejiwaan, bila
melihat bahwa beberapa kelakuan abnormal seperti kriminalitas, alkoholik dan homoseks
disebabkan kelainan kromosan. Demikian pula masalah kejiwaan bagi anak-anak yang
diasuh oleh single parent, barangkali akan lebih kompleks masalahnya bagi
donor nukleus bukan dari suami dan yang mengandung bukan ibunya.
Sedangkan ulama yang membolehkan melakukan kloning mengemukakan alasan
sebagai berikut:

1. Dalam Islam, kita selalu diajarkan untuk menggunakan akal dalam memahami agama.
2. Islam menganjurkan agar kita menuntut ilmu (dalam hadits dinyatakan bahkan
sampai ke negri Cina sekalipun).
3. Islam menyampaikan bahwa Allah selalu mengajari dengan ilmu yang belum ia
ketahui (lihat QS. 96/al-‘Alaq(.
4. Allah menyatakan, bahwa manusia tidak akan menguasai ilmu tanpa seizin Allah
(lihat ayat Kursi pada QS. 2/al-Baqarah: 255).

6
Dengan landasan yang demikian itu, seharusnya kita menyadari bahwa penemuan
teknologi bayi tabung, rekayasa genetika, dan kemudian kloning adalah juga bagian dari
takdir (kehendak) Ilahi, dan dikuasai manusia dengan seizin-Nya. Penolakan terhadap
kemajuan teknologi itu justru bertentangan dengan prinsip-prinsip yang diajarkan dalam
Islam. Ada juga di kalangan umat Islam yang tidak terburu-buru mengharamkan ataupun
membolehkan, namun dilihat dahulu sisi-sisi kemanfaatan dan kemudharatan di
dalamnya.

Selanjutnya, ada pula agamawan sekaligus ilmuan menyatakan bahwa tujuan


agama menurut penuturan Imam al-Syatibi yang bersifat dharuri ada lima, yaitu
memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Oleh karena itulah maka kloning itu
kita uji dari sesuai atau tidaknya dengan tujuan agama. Bila sesuai, maka tidak ada
keberatannya kloning itu kita restui, tetapi bila bertentangan dengan tujuan-tujuan syara’
tentulah kita cegah agar tidak menimbulkan bencana. Kesimpulan yang diberikan klonasi
ovum manusia itu tidak sejalan dengan tujuan agama, memelihara jiwa, akal, keturunan
maupun harta, dan di beberapa aspek terlihat pertentangannya.

C. JENIS KLONING
Jenis-jenis kloning:
1. Kloning DNA Rekombinan
Kloning ini merupakan pemindahan sebagian rantai DNA yang diinginkan
dari suatu organisme pada satu element replikasi genetic. Contohnya, yaitu
penyisipan DNA dalam plasmid bakteri untuk mengklon satu gen.
2. Kloning Reproduktif
Merupakan teknologi yang digunakan untuk menghasilkan hewan yang
sama . Contohnya Dolly dengan suatu proses yang disebut SCNT (Somatic Cell
Nuclear Transfer).
3. Kloning Terapeutik
Merupakan suatu kloning untuk memproduksi embrio manusia sebagai
bahan penelitian. Tujuan utama dari proses ini bukan untuk menciptakan
manusia baru, tetapi untuk mendapatkan sel batang yang dapat digunakan untuk
mempelajari perkembangan manusia dan penyembuhan penyakit.

7
4. Kloning pada manusia
Terdapat dua cara. Petama, Kloning manusia dapat berlangsung dengan
adanya laki-laki dan perempuan dalam prosesnya. Proses ini dilaksanakan
dengan mengambil sel dari tubuh laki-laki, lalu inti selnya diambil dan
kemudian digabungkan dengan sel telur perempuan yang telah dibuang inti
selnya. Sel telur ini –setelah bergabung dengan inti sel tubuh laki-laki– lalu
ditransfer ke dalam rahim seorang perempuan agar dapat memeperbanyak diri,
berkembang, berubah menjadi janin, dan akhirnya dila¬hirkan sebagai bayi.
Bayi ini merupakan keturunan dengan kode genetik yang sama dengan laki-laki
yang menjadi sumber pengambilan sel tubuh.
5. Kloning Embrio
Kloning embrio terjadi pada sel embrio yang berasal dari rahim isteri,
yang terbentuk dari pertemuan antara sel sperma suaminya dengan sel telurnya.
Lalu sel embrio itu dibagi dengan suatu teknik perbanyakan menjadi beberapa
sel embrio yang berpotensi untuk membelah dan berkembang. Kemudian sel-sel
embrio itu dipisahkan agar masing-masing menjadi embrio tersendiri yang
persis sama dengan sel embrio pertama yang menjadi sumber pengambilan sel.
Selanjutnya sel-sel embrio itu dapat ditanamkan dalam rahim perempuan asing
(bukan isteri), atau dalam rahim isteri kedua dari suami bagi isteri pertama
pemilik sel telur yang telah dibuahi tadi.
6. Kloning Pada Tumbuhan
Yaitu mencangkok atau menstek tanaman untuk mendapatkan tanaman yg
memiliki sifat persis sama dengan induknya.
7. Kloning pada hewan
Yaitu cloning yg dilakukan pada hewan agar mempunyai keturunan yg
sifatnya identik dengan induknya.

8
D. DAMPAK KLONING
Setelah keberhasilan kloning domba bernama Dolly pada tahun 1996, para
ilmuwan berpendapat bahwa tidak lama lagi kloning manusia akan menjadi kenyataan.
Kloning manusia hanya membutuhkan pengambilan sel somatis (sel tubuh), bukan sel
reproduktif (seperti sel telur atau sperma) dari seseorang, kemudian DNA dari sel itu
diambil dan ditransfer ke dalam sel telur seseorang wanita yang belum dibuahi, yang
sudah dihapus semua karakteristik genetisnya dengan cara membuang inti sel (yakni
DNA) yang ada dalam sel telur itu. Kemudian, arus listrik dialirkan pada sel telur itu
untuk mengelabuinya agar merasa telah dibuahi, sehingga ia mulai membelah. Sel yang
sudah dibuahi ini kemudian ditanam ke dalam rahim seorang wanita yang ditugaskan
sebagai ibu pengandung. Bayi yang dilahirkan secara genetis akan sama dengan genetika
orang yang mendonorkan sel somatis tersebut. Teknologi kloning diharapkan dapat
memberi manfaat kepada manusia, khususnya di bidang medis.
Beberapa di antara keuntungan terapeutik dari teknologi kloning dapat diringkas
sebagai berikut:
1. Kloning manusia memungkinkan banyak pasangan tidak subur untuk mendapatkan
anak.
2. Organ manusia dapat dikloning secara selektif untuk dimanfaatkan sebagai organ
pengganti bagi pemilik sel organ itu sendiri, sehingga dapat meminimalisir risiko
penolakan.
3. Sel-sel dapat dikloning dan diregenerasi untuk menggantikan jaringan-jaringan tubuh
yang rusak, misalnya urat syaraf dan jaringan otot. Ada kemungkinan bahwa kelak
manusia dapat mengganti jaringan tubuhnya yang terkena penyakit dengan jaringan
tubuh embrio hasil kloning, atau mengganti organ tubuhnya yang rusak dengan organ
tubuh manusia hasil kloning. Di kemudian hari akan ada kemungkinan tumbuh pasar
jual-beli embrio dan sel-sel hasil kloning.
4. Teknologi kloning memungkinkan para ilmuan medis untuk menghidupkan dan
mematikan sel-sel. Dengan demikian, teknologi ini dapat digunakan untuk mengatasi
kanker. Di samping itu, ada sebuah optimisme bahwa kelak kita dapat menghambat
proses penuaan berkat apa yang kita pelajari dari kloning.

9
5. Teknologi kloning memungkinkan dilakukan pengujian dan penyembuhan penyakit-
penyakit keturunan. Dengan teknologi kloning, kelak dapat membantu manusia dalam
menemukan obat kanker, menghentikan serangan jantung, dan membuat tulang,
lemak, jaringan penyambung, atau tulang rawan yang cocok dengan tubuh pasien
untuk tujuan bedah penyembuhan dan bedah kecantikan.

E. HUKUM KLONING DALAM ISLAM


Islam dalam menghukumi pada masing-masing tipe kloning pun menjadi berbeda-
beda. Untuk kloning tumbuhan dan hewan, Islam membolehkan. Akan tetapi kebolehan
tersebut tidak berlaku pada kloning manusia. Mengapa?
Majma’ al-Fiqh al-Islami (Lembaga Fikih Islam) yang berada di Jeddah Saudi
Arabia memutuskan bahwa hukum kloning manusia adalah haram. Lembaga Fikih Islam
beralasan bahwa bayi yang dihasilkan dari kloning manusia nasabnya tidak jelas. Padahal
dalam Islam, nasab merupakan hal penting yang dapat berkaitan dengan hukum syariat
pada perwalian, perwakafan, pernikahan dan hak warisan yang semuanya berhubungan
dengan nasab.
‫اء ِبأ َ ْس َما ِئ ُك ْم ْال ِقيَا َم ِة يَ ْو َم تُدْ َع ْونَ ِإنَّ ُك ْم‬
ِ ‫أ َ ْس َما َء ُك ْم فَأَحْ ِسنُوا آبَا ِئ ُك ْم َوأ َ ْس َم‬
“Sesungguhnya kalian akan dipanggil oleh Allah SWT pada hari kiamat dengan nama kalian dan
nama bapak kalian. Karenanya, perbaikilah nama kalian” (HR. al-Thabrani)

Berdasarkan Hadis tersebut Kiyai Ali Mustafa Yaqub menjelaskan bahwa


Rasulullah SAW secara eksplisit memerintahkan umatnya untuk memperjelas nasab.
Sehingga apapun yang dapat menyebabkan kekaburan nasab maka hukumnya tidak
diperbolehkan. Sedangkan kloning manusia termasuk dalam hal yang dapat mengaburkan
nasab. Pada dasarnya Islam tidak melarang adanya inovasi dan kreativitas manusia untuk
mengembangkan segala penemuan riset. Al-Qur’an mempertegas manusia untuk banyak
menggunakan akal pikiran. Akan tetapi, jika suatu eksperimen dan riset tersebut
melampaui ketentuan syariat maka Islam melarangnya.

Selain sebab penghilangan nasab dan hukum yang berkaitan dengan pernikahan,
perwalian, perwakafan dan hak waris, kloning juga menyalahi sunnatullah bahwa Allah

10
SWT menciptakan manusia dari melalui proses alami dari air mani yang dipancarkan dari
gabungan pria dan wanita. Allah SWT berfirman dalam surat al-Najm ayat 45-46:

ْ ُ‫الز ْو َجي ِْن الذَّك ََر َو ْاأل ُ ْنثَ ٰى ِم ْن ن‬


‫طفَ ٍة ِإذَا ت ُ ْمن َٰى‬ َّ َ‫َوأَنَّهُ َخلَق‬

“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan


perempuan. Dari air mani apabila dipancarkan”.

Lalu bagaimana hukum Islam memandang kloning? Majelis Ulama Indonesia


(MUI) dalam Musyawarah Nasional VI MUI di Jakarta pada 2000 telah menetapkan
fatwa tentang kloning. Dalam Fatwa Bernomor: 3/Munas VI/MUI/2000 para ulama
menetapkan kloning terhadap manusia dengan cara bagaimanapun yang dapat berakibat
pada pelipatgandaan manusia hukumnya adalah haram.
Berikutnya, KH. Ali Yafie dan Dr. Armahaedi Mahzar (Indonesia), Abdul Aziz
Sachedina dan Imam Mohamad Mardani (AS) juga mengharamkan, dengan alasan
mengandung ancaman bagi kemanusiaan, meruntuhkan institusi perkawinan atau
mengakibatkan hancurnya lembaga keluarga, merosotnya nilai manusia, menantang
Tuhan, dengan bermain tuhan-tuhanan, kehancuran moral, budaya dan hukum.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Kloning sebagai pengembangan IPTEK, termasuk hasil perkembangan fikiran
manusia yang patut disyukuri dan dimanfaatkan bagi peningkatan taraf hidup manusia
ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih terhormat.
2. Hasil pemikiran manusia dengan agama akan seimbang bila hasil pemikiran tersebut
didasarkan pada sistem dan metode pemikiran yang benar, dan agama digali dengan
daya ijtihad yang benar pula. Keduanya saling kuat-menguatkan.
3. Klonasi ditinjau dari segi aspek teologis memperluas wawasan pengenalan terhadap
kodrat iradat Ilahi, bahkan klonasi itu sebagai bukti kecanggihan sunnah Allah yang
tertuang dalam ciptaan-Nya dan membuktikan ke Maha Kuasaan-Nya.
4. Klonasi terhadap manusia dengan tujuan untuk dijadikan cadangan transplantasi
organ tubuh manusia dapat dibenarkan sepanjang tidak bertentangan dengan tujuan
syara’.
5. Klonasi jaringan sel dan organ tubuh manusia, selama dibenarkan oleh ilmu
pengetahuan dan sesuai dengan tujuan syara’ dipandang sangat membantu bagi
penyembuhan dengan jalan transplantasi.
6. Implementasi klonasi terhadap manusia dipandang bertentangan dengan nilai-nilai
ketinggian martabat manusia dan bertentangan pula dengan tujuan syara’, karena
dipandang kemungkinan terjadinya kekacauan hukum keluarga dan hubungan nasab,
serta ketidakpastian eksistensinya.
7. Keadaan darurat tidak dapat dijadikan alasan untuk melaksanakan implementasi
klonasi manusia, karena tidak ada yang merasa terancam, baik dari segi agama, jiwa,
akal, keturunan, dan harta karena tidak melaksanakan klonasi.

B. SARAN
Menjelang abad ke 21 kemajuan dibidang ilmu dan teknologi diantisipasi makin
meningkat, tak terkecuali dibidang teknologi, seperti masalah kloning, sedangkan hasil
dari penemuan teknologi mutakhir disamping bermanfaat bagi umat manusia, tetapi

12
kadang-kadang menimbulkan mudarat. Oleh karena itu, untuk menghindari hal yang
tidak baik tersebut, maka para ahli hukum, khususnya para ahli hukum Islam, sebaiknya
merumuskan rambu-rambu, bahkan sampai menjadi hukum positif, supaya hasil
penemuan ilmu dan teknologi tidak merusak kehidupan ini, apalagi kalau sampai
merendahkan derajat manusia sendiri. Agar upaya tersebut dapat membawa hasil, maka
sebaiknya para ahli hukum bekerja sama dengan disiplin ilmu yang lain dan instansi
terkait, dengan harapan peraturan-peraturan yang dirumuskan tersebut dapat menyerap
aspirasi yang tumbuh di masyarakat, yang di negara kita, mayoritas penduduknya adalah
beragama Islam.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Qur’an dan Terjemahnya.


2. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, Cet.2, 1989.
5. Mohammad Daud Ali . Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
Hukum Islam di Indonesia Edisi Kelima , Jakarta : Raja Grafindo
Persada, Cet.5. 1996.

14

Anda mungkin juga menyukai