PKM PM RDS
PKM PM RDS
Surabaya
2018
PENGESAHAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN
b. NIM : 20170510031
f. Email : shintamulia7@gmail.com
5. Dosen Pembimbing
b. NIDN :
c. Alamat Rumah dan No. Tel/Hp : Surya Residence Vania Blok IV A/15 Damarsih Buduran
Sidoarjo dan 081230901801
Menyetujui,
RINGKASAN ................................................................................................................... iv
PENDAHULUAN
“Pemanfaatan dan pemberdayaan masyarakat pada sentra ikan bulak di kelurahn kedung cowek
kecamatan bulak kota surabaya”
Sebagai negara kepulauan , pembngunan kemaritiman sangat di perlukan sebagai sumbe daya
alama yang sangat melimpah. Maka dengan meningkatan aspek kemaritiman masyarakat pesisir akan
dapat meningkatkan hasil eknominya, seiring dengan pemerintah juga sudah merencanakan negara
indonesia sebagai poros maritim dunia maka pembangunan daerah pun berupaya pada pembangunan
daerah pesisi dimana pembangunan daerh akan memperibangkan pengembangan potensi sosial
ekonomi dan karakteristik daerah pesisir. Sehngga pengembangan daerah harus menjadi suatu upaya
dan usaha untuk menumbuhkan perokonomian masyarakat daerah pesisir terlebih pada lingkungan
sentra ikan bulak
Konsep wilayah pesisir adalah fokus pada karakteristik wilayah dari pesisir tersebut dengan
mengkombinasikan dari pembanguna adaptif,terintregasi,lingkungan ekoomi dan sistem sosial. Yang
di dlam proses pengamilan keputusan diarahkan pada pemeliharaan untuk generasi yang akan datang
(pembangunan berkelanjutan ) idealnya, dalam sebuah proses pengolaan pesisir yang meliputi
perencaan,implementasi dan evaluasi harus melibatkan minimal 3 unsur yaitu ada pada
ilmuwan,pemerintah,masyarakat. Namu peruahan ekologi hanya dpat di pahami oleh iluwan kemudian
pemahaman menjadi basis pertimbangan bagi pemerintah nuntuk melaksanakan program ,
pe,bangunan yang menempatkan masyarakat pesisir sebagai pelaku dengan tujuan meningkatkan
sosial ekonomi kawasan sentar ikan bulak.
Provinsi dengan jumlah nelayan paling banyak di indonesia sendiri ialah provinsi jawatimur
(mencapai 334.000 nelayan) diikuti jawa tengah (lebih dari 203.000 nelayan) dan jawa barat ( sekitar
183.000 nelayan) sedangkan jumlah nelayan paling sedikit di temui di provinsi daerah istimewa
yogykarta dan maluku utara dengan aris pantai yang luas adalah kota surabaya (Harmadi ,2014).
Kota surabaya sendiri adalah satu kota yang berada di pesisir dengan potensi yang luar biasa
untuk di kembangakan . potensi ini tidak hanya pada wisata pantai saja. Pemerintah surabaya sendiri
berusaha melakukan penataan pada kawasan pesisir yang lebih berfoku pada SIB (sentra ikan bulak)
yang hasil penolahannya juga dari para nelayan,dengan harapan kawasan daerah pantai kenjeran lebih
berkembang dan menjadi ikon baru untuk kedepannya. Meskipun sebelum nya daerah tersebut sudah
memiliki kawasan wisata yaitu taman hiburan pantai (THP) ditambah dengan pembangunan jembatan
suramadu dan taman sekitar maupun SIB sampai yang paling terbaru yaitu kampung warna-warni
Pemerintah kota surabaya melalui badan perencanaan kota (BAPEKO) bekerjasama mendirikan
pembangunan yang membuat para pariwisata berdatangan dengan di desain sedemikian indah di
tambahi dengan air mancur yang seolah – olah menari dan pembangunan jalan menuju sentra ikan
bulak pun di perlebar sehingga akses masyarakatuntuk datang ke SIB lebih mudah bertujuan untuk
peningkatan prekonomian sektor industri maritim yaitu SIB yang sudah dibangun sejak 2009 dan
diresmikan 2012 oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya bidang Perikanan
,Lokasi SIB diwilayah Kelurahan Kedung Cowek ,Kecamatan Bulak Kota Surabaya . SIB sendiri
merupakan upaya baru pemerintah kota surabaya dalam memfasilitasi kebutuhan warganya . Pemkot
Surabaya memberikan wewenang pada Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya untuk
mengawasi dan mengelola SIB.
Sejak diresmikannya bangunan yang telah menghabiskan dana APBD sekitar 21 Milyar . dengan
banyaknya dana APBD yang telah dihabiskan untuk pembangunan SIB disertai dengan fasilitas yang
memadai yang diharapkan dari tujuan utama dibangunnya, yakni agar dapat mensejahterakan dan
mengangkat perekonomian warga setempat .serta memberikan tempat usaha bagi UKM bidang
Perikanan dan Kelautan yang layak,sehat,dan modern. Disamping itu merupakan solusi dari pemkot
surabaya dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi dikawasan Kecamatan Bulak ,dengan
mempromosikan dan memperkenalkan berbagai produk hasil perikanan agar semakin diminati oleh
masyarakat. Meskipun begitu masih saja terdapat kendala dalam pengembangan SIB ,berdasarkan
hasil pengamatan sementara ,walaupun sewa stand digratiskan tetapi masih banyak pedagang yang
memilih berjualan didaerah rumahnya,mereka enggan menempati SIB tersebut karena mereka
berfikiran apabila yang mereka jual di SIB tidak diketahui oleh pembeli atau pelanggan yang biasanya
membeli dipinggir jalan ,sehingga menyebabkan kerugian yang besar ,padahal bahu jalan yang
digunakan tersebut telah dilarang oleh pemkot surabaya dengan alasan harus dikosongkan atau
disterilkan untuk akses pembangunan jalan raya,sehingga keberadaaan pedagang tersebut
mengakibatkan kemacetan dan sangat mengganggu ketertiban,oleh karena itu dalam peningkatan mutu
program pemerintah diperlukan suatu usaha pengelolaan yang baik agar SIB menjadi kembali sesuai
dengan harapan awal .Namun sangat dibutuhkan peran serta dan masukan dari masyarakat nelayan
sekitar SIB untuk pengembangan SIB dalam penyelenggaraan Tata Pemerintahan yang Baik
2. Faktor Apa Saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam pemanfaatan SIB
1.4 Tujuan
Mengacu pada rumusan masalah yang dikemukakan maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah :
a) Masyarakat lebih tahu tentang penggunaan peran penting kompetensi sehingga dapat diterapkan
di kehidupan baik keluarga maupun masyarakat.
1. Dari sisi sosial, dapat membantu para masyarakat untuk meningkatan kwalitas mutu melalui
produk yang di ciptakan yaitu hasil nelayan dan lainnya yang dapat mengundang wisatawan.
2. Dari program ini diharapkan dapat memberikan pengembangan keterampilan bagi masyarakat untuk
mengelola lebih baik lagi SIB untuk kedepannya.
1.7 Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat di pergunakan sebagai dokumen akademik yang bermanfaat
untuk sebagai rujukan bagi kegiatan studi mahasiswa serta untuk kegiatan pengembangan ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang pemanfaatan tersebut.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitia ini di harapkan dapat sebagai masukan terhadap pemerintah kota surabaya, khususnya
di dinas ketahanan pangan dan pertanian sebagai pengelola SIB dalam pemanfaatan SIB untuk
menyejahterakan ekonomi masyarakat nelayan sekitar pantai kenjeran surabaya terlebih pada
lingkugan SIB terdhulu.
BAB II
PENELITIAN TERDAHULU
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan pembangunan dan pengembangan Sentra
Ikan Bulak(SIB) Kecamatan Bulak Kota Surabaya
Eka Novia Sari, (2016), melakukan penelitian dengan judul, “Partisipasi pedagang dalam
pengembangan SIB di kecamatan Bulak kota surabaya”. Bahwa masih kurangnya partisipasi pedagang
untuk menempati stan yang sudah disediakan SIB dan masih adanya pedagang yang berdagang dibahu
jalan yang tidak mau dipindahkan kedalam stan yang telah disediakan di SIB. Hal ini menyebabkan
terhambatnya pengembangan SIB.
LANDASAN TEORI
Definisi capacity building memiliki variasi antar satu ahli dengan ahli lainnya. Hal ini
dikarenakan capacity building merupakan kajian yang multi dimensi, dapat dilihat dari berbagai sisi,
sehingga pendefinisian yang masih sulit didapat. Secara umum konsep capacity building dapat
dimaknai sebagai proses membangun kapasitas individu, kelompok atau organisasi. Capacity
building dapat juga diartikan sebagai upaya memperkuat kapasitas individu, kelompok atau
organisasi yang dicerminkan melalui pengembangan kemampuan, ketrampilan, potensi dan bakat
serta penguasaan kompetensi-kompetensi sehingga individu, kelompok atau organisasi dapat
bertahan dan mampu mengatasi tantangan perubahan yang terjadi secara cepat dan tak terduga.
Capacity building dapat pula dimaknai sebagai proses kreatif dalam membangun kapasitas yang
belum nampak. Pengertian mengenai karakteristik dari pengembangan kapasitas menurut Milen
(2004:16) bahwa Pengembangan kapasitas tentunya merupakan proses peningkatan terus menerus
(berkelanjutan) dari individu, organisasi atau institusi, tidak hanya terjadi satu kali. Ini merupakan
proses internal yang hanya bisa difungsikan dan dipercepat dengan bantuan dari luar sebagai contoh
penyumbang (donator).
b. Secara Khusus ditujukan untuk mewujudkan kinerja yang lebih baik dilihat dari aspek :
1). Efesiensi dalam hal waktu (time) dan sumber daya (resources) yang dibutuhkan guna
mencapai suatu outcome.
2). Efektifitas berupa kepantasan usaha yang dilakukan demi hasil yang diinginkan.
3). Responsifitas yakni bagaimana mensikronkan antara kebutuhan dan kemampuan untuk
maksud tersebut.
4). Pembelajaran yang terindikasi pada kinerja individu grup, organisasi, dan sistem.
Dari indikator-indikator di atas dapat dimaknai bahwa Capacity Building merupakan suatu
proses yang berlangsung secara berkelanjutan, bukan berangkat dari pencapaian hasil semata,
seperti yang telah dijelaskan dimuka bahwa Capacity Building adalah proses pembelajaran akan
terus melakukan keberlanjutan untuk tetap dapat bertahan terhadap perubahan lingkungan yang
terjadi secara terus menerus.
Capacity Building bukan proses yang berangkat dari nol atau ketiadaan melainkan berawal
dari membangun potensi yang sudah ada untuk kemudian diproses agar lebih meningkat kualitas
diri, kelompok, organisasi serta sistem agar tetap dapat beratahan di tengah lingkungan yang
mengalami perubahan secara terus-menerus. Capacity Building bukan hanya ditujukkan bagi
pencapaian peningkatan kualitas pada satu komponen atau bagian dari sistem saja, melainkan
diperuntukkan bagi seluruh komponen,bukan bersifat parsial melainkan holistik, karena Capacity
Building bersifat multi dimensi dan dinamis dimana dicirikan dengan adanya multi aktifitas serta
bersifat pembelajaran untuk semua komponen sistem yang mengarah pada sumbangsih
terwujudnya kinerja bersama (kinerja kolektif). Walaupun konsep dasar dari Capacity Building ini
adalah proses pembelajaran, namun Capacity Building pada penerapannya dapat diukur sesuai
dengan tingkat pencapaiannya yang diinginkan, apakah diperuntukkan dalam jangka waktu yang
pendek, menengah atau panjang. Proses Capacity Building dalam tingkatan yang terkecil
merupakan proses yang berkaitan dengan pembelajaran dalam diri individu, kemudian pada
tingkat kelompok, organisasi dan sistem dimana faktor- faktor tersebut juga difasilitasi oleh faktor
eksternal yang merupakan lingkungan pembelajarannya. Dalam jangka waktu yang sangat
panjang dan terus menerus, maka pengembangan kapasitas memerlukan aktifitas adaptif untuk
meningkatkan kapasitas semua stakeholder-nya.
a. Komitmen bersama.
Collective commitments dari seluruh aktor yang terlibat dalam sebuah organisasi sangat
menentukan sejauh mana pengembangan kapasitas akan dilaksanakan ataupun disukseskan.
Komitmen bersama ini merupakan modal dasar yang harus terus menerus ditumbuhkembangkan
dan dipelihara secara baik oleh karena faktor ini akan menjadi dasar dari seluruh rancangan
kegiatan yang akan dilakukan oleh sebuah organisasi. Tanpa adanya komitmen baik dari pimpinan
tingkat atas, menengah maupun bawah dan juga staff yang dimiliki, sangatlah mustahil
mengharapkan program pengembangan kapasitas bisa berlangsung apalagi berhasil dengan baik.
b. Kepemimpinan.
Faktor conducive leadership merupakan salah satu hal yang paling mendasar dalam
mempengaruhi inisiasi dan kesuksesan program pengembangan kapasitas personal dalam
kelembagaan sebuah organisasi. Dalam konteks lingkungan organisasi publik, harus terus
menerus didorong sebuah mekanisme kepemimpinan yang dinamis sebagaimana yang dilakukan
oleh sektor swasta. Hal ini karena tantangan ke depan yang semakin berat dan juga realitas
keterbatasan sumber daya yang dimiliki sektor publik. Kepemimpinan kondusif yang memberikan
kesempatan luas pada setiap elemen organisasi dalam menyelenggarakan pengembangan
kapasitas merupakan sebuah modal dasar dalam menentukan efektivitas kapasitas kelembagaan
menuju realisasi tujuan organisasi yang diinginkan.
c. Reformasi peraturan.
d. Reformasi kelembagaan.
Reformasi peraturan di atas tentunya merupakan salah satu bagian penting dari reformasi
kelembagaan ini. Reformasi kelembagaan pada intinya menunjuk kepada pengembangan iklim dan
budaya yang kondusif bagi penyelenggaraan program kapasitas personal dan kelembagaan menuju
pada realisasi tujuan yang ingin dicapai. Reformasi kelembagaan menunjuk dua aspek penting yaitu
struktural dan kultural. Kedua aspek ini harus dikelola sedemikian rupa dan menjadi aspek yang
penting dan kondusif dalam menopang program pengembangan kapasitas karena pengembangan
kapasitas harus diawali pada identifikasi kapasitas yang dimiliki maka harus ada pengakuan dari
personal dan lembaga tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki dari kapasitas yang tersedia
(existing capacities). Pengakuan ini penting karena kejujuran tentang kemampuan yang dimiliki
merupakan setengah syarat yang harus dimiliki dalam rangka menyukseskan program pengembangan
kapasitas.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Pada tahap pertama untuk mendapatkan informasi tentang lokasi dan aspek lain di wilayah sasaran.
Tahap ini merupakan tahap yang mempersiapkan sarana dan prasarana yang akan mendukung
kegiatan ini. Persiapannya adalah mengenai tempat dan lokasi yang akan kami gunakan untuk kegiatan
.Sarana yang lainnya akan dipersiapkan secara bertahap dengan mempertimbangkan tingkat kebutuhan
yang ada di lingkungan sasaran.
4. Evaluasi
Pada tahap evaluasi, masyarakat akan diberikan feedback tentang program yang telah
dilaksanakan. Hal ini akan menjadi pertimbangan bagi kegiatan kami agar dapat memberi manfaat
bagi masyarakat itu sendiri.
BAB IV
Dalam pelaksanaan program pengabdian masyarakat (PKMM) ini biaya keseluruhan yang
diusulkan ke DIKTI adalah Rp. 12.500.000, dengan rincian sebagai berikut :