Anda di halaman 1dari 24

P0

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum proses kimia yang berjudul Hidrolisa Pati yang disusun oleh :
Kelompok : 1 Kamis
Nama : Indri Arum Cahyani
Indriati Kusuma Wardhani
Miftaqul Huda
Telah disetujui dan disahkan oleh asisten pengampu pada:
Hari :
Tanggal :

Semarang, Mei 2018


Asisten Pengampu

Dila Firizqina
NIM. 21030115120043

ii
P0

RINGKASAN

Pati merupakan bahan yang multiguna dan banyak digunakan pada berbagai industri
antara lain industri minuman, makanan yang diproses, kertas, makanan ternak, farmasi dan
bahan kimia serta industri nonpangan seperti tekstil, detergent, kemasan dan sebagainya.
Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari pengaruh variable terhadap reaksi hidrolisa
pati, menghitung konstanta kecepatan reaksi, dan menganalisa pengaruh variable terhadap
konstanta kecepatan reaksi. Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-
glukosidik. Pati termasuk dalam polisakarida yang merupakan polimer glukosa, yang terdiri
atas amilosa dan amilopektin. Hidrolisa merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil (-OH)
oleh suatu senyawa. Gugus OH dapat diperoleh dari senyawa air. Hidrolisis dapat
digolongkan menjadi hidrolisis murni, hidrolisis katalis asam, hidrolisis katalis basa,
hidrolisis gabungan alkali dengan air dan hidrolisis dengan katalis enzim. Hal- hal yang
mempengaruhi proses hidrolisa pati antara lain : katalisator, suhu dan tekanan,
Pencampuran atau pengadukan, dan perbandingan zat pereaksi.
Pada praktikum ini, bahan yang digunakan adalah Glukosa anhidris, tepung tapioka,
NaOH, HCl, indikator MB, Fehling A, Fehling B, dan aquadest. Alat-alat yang digunakan
adalah gelas ukur, thermometer, erlenmeyer, statif dan klem, buret, labu leher tiga, dan labu
takar. Praktikum diawali dengan menghitung densitas pati dan HCl,dan membuat glukosa
standard. Dilanjutkan dengan penentuan kadar pati, diawali dengan standarisasi larutan
fehling, lalu penentuan kadar awal pati. Langkah yang terakhir adalah proses hidrolisa pati.
Dari percobaan yang telah dilakukan, suhu operasi 75°C menghasilkan nilai konversi
hidrolisa pati (Xa) yang lebih besar dibandingkan dengan suhu operasi 65°C. Nilai
konstanta kecepatan reaksi untuk suhu operasi 75°C sebesar 0,0789 menit-1 dan suhu operasi
65°C sebesar 0,0334 menit-1. Kesimpulan yang didapat yaitu, semakin tinggi suhu hidrolisa
pati, konversi dan nilai konstanta kecepatan reaksi yang diperoleh semakin besar. Saran dari
praktikum ini yaitu, lakukan pengadukan secara konstan dan kecepatan putaran yang sama
pada kedua alat hidrolisa, jaga kebersihan alat dan laboratorium, dan jaga suhu operasi
konstan pada tiap variabel.

iii
P0

PRAKATA

Puji dan syukur kita panjatakan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat-Nya laporan Praktikum Proses Kimia yang berjudul “Hidrolisa
Pati” ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar tanpa suatu hambatan yang
berarti.
Dukungan dan doa dari berbagai pihak sehingga penyusun dapat menyelesaikan
laporan ini. Untuk itu penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Didi Dwi Anggoro, M.Eng selaku penanggung jawab Laboratorium
Proses Kimia yang membuat terlaksananya praktikum proses kimia ini,
2. Laboran yang telah membantu dalam pelaksanaan praktikum proses kimia
sehingga berjalan lancar sampai terselesaikanya laporan ini,
3. Rangga Pratama Putra dan Dila Firizqina selaku asisten pengampu Hidrolisa
Pati Laboratorium Proses Kimia,
4. Asisten-asisten Laboratorium Proses Kimia, dan
5. Teman-teman yang telah membantu baik dalam segi waktu maupun motivasi.
Demikianlah laporan praktikum proses kimia ini, kami tahu laporan ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang berguna untuk memperbaiki kesalahan yang ada untuk kedepannya, supaya bisa
sesuai dengan yang diharapkan.

Semarang,23 April 2018

Penyusun

iv
P0

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... ii
RINGKASAN .............................................................................................................. iii
PRAKATA ................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan Percobaan .......................................................................................... 1
1.3 Manfaat Perobaan .......................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pati ............................................................................................... 2
2.2 Amilosa dan Amilopektin .............................................................................. 2
2.3 Hidrolisa Pati ................................................................................................. 3
2.4 Modifikasi Pati............................................................................................... 4
2.5 Variabel yang Berpengaruh ........................................................................... 5
BAB III METODE PERCOBAAN
1.1. Bahan dan Alat yang Digunakan ................................................................. 6
1.2. Gambar Alat ................................................................................................. 6
1.3. Variabel Operasi ........................................................................................... 6
1.4. Prosedur Percobaan ...................................................................................... 7
BAB IV HASIL PERCOBAAN
4.1. Pengaruh Suhu terhadap XA.......................................................................................................... 13
4.2. Pengaruh Suhu terhadap Konstanta Kecepatan Reaksi .............................. 13
4.3. Mekanisme Katalis Asam ........................................................................... 14
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 16
4.2. Saran ........................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 17
LAMPIRAN ................................................................................................................ 20

v
P0

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur amilosa ....................................................................................... 3


Gambar 2.2 Struktur amilopektin................................................................................. 4
Gambar 3.1 Skema rancangan percobaan penentuan kadar pati awal ......................... 7
Gambar 3.2 Skema rancangan percobaan hidrolisa pati .............................................. 8
Gambar 3.3 Rangkaian alat hidrolisis .......................................................................... 9
Gambar 4.1 Pengaruh suhu terhadap XA.................................................................... 13
Gambar 4.2 Pengaruh suhu terhadap konstanta kecepatan reaksi.............................. 14

vi
P0

DAFTAR LAMPIRAN

Lembar Perhitungan ................................................................................................... 20

vii
P0

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pati dan juga produk turunannya merupakan bahan yang multiguna dan
banyak digunakan pada berbagai industri antara lain pada minuman, makanan
yang diproses, kertas, makanan ternak, farmasi dan bahan kimia serta industri
nonpangan seperti tekstil, detergent, kemasan dan sebagainya. Dalam industri
makanan sebagai pembentuk gel dan encapsulating agent. Dalam industri kertas
digunakan sebagai zat aditive seperti wet-end untuk surface size dan coating
binder, bahan perekat, dan glass fiber sizing (Chiu & Solarek, 2009).
Berbagai varian pati didasarkan pada perbedaan struktural, kandungan
amilosa, amilopketin, protein dan lipid. Secara umum kandungan pati yang
utama yaitu polimer anhidroglukosa meliputi amilosa dan amilopketin,
keduanya diikat dengan ikatan α(1,4) dalam segmen linear, serta ikatan α(1,6) di
titik percabangan. Amilopektin merupakan kandungan utama pati, berkisar 70-
80% dan berpengaruh pada physiochemical serta cita rasa pati (Dona, Pages, &
Kuchel, 2010)
Pada reaksi hidrolisa biasanya dilakukan dengan menggunakan
katalisator asam seperti HCl (asam klorida). Bahan yang digunakan untuk
proses hidrolisis adalah pati. Di indonesia banyak dijumpai tanaman yang
menghasilkan pati. Tanaman-tanaman itu seperti seperti padi, jagung, ketela
pohon, umbi-umbian, aren dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


Hidrolisis adalah suatu proses antara reaktan dengan air agar suatu
senyawa pecah atau terurai. Pada penelitian Wahyudi (2011), pengaruh suhu
dalam proses hidrolisa kulit pisang yaitu semakin tinggi suhu menyebabkan
reaksi akan berjalan semakin cepat. Karbohidrat yang terdapat dalam kulit
pisang di hidrolisa dan akan menghasilkan glukosa, glukosa ini nantinya dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuat etanol dengan proses fermentasi. Maka
dari itu, nilai ekonomis dari kulit pisang akan naik.
Karena manfaat dan bahan sumber pati yang berlimpah di Indonesia,
maka sarjana Teknik Kimia diharapkan mampu meningkatkan nilai fungsi dan
ekonomis dari tanaman sumber pati dengan proses hidrolisa, dan mampu
mengetahui pengaruh suhu terhadap reaksi hidrolisa pati.

1
P0

1.3 Tujuan Percobaan


1. Mempelajari pengaruh suhu terhadap reaksi hidrolisa pati.
2. Menghitung konstanta kecepatan reaksi dan menganalisa pengaruh suhu
terhadap konstanta kecepatan reaksi.
1.4 Manfaat Percobaan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh suhu terhadap reaksi hidrolisa pati.
2. Mahasiswa dapat menghitung konstanta kecepatan reaksi dan menganalisa
pengaruh suhu terhadap konstanta kecepatan reaksi.

2
P0

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pati


Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glukosidik.
Berbagai macam pati tidak sama sifat nya, tergantung dari panjang rantai C –
nya serta lurus atau bercabang rantai molekulnya. Pati mempunyai dua ujung
berbeda, yakni ujung non reduksi dengan gugus OH bebas yang terikat pada
atom nomor 4 dan ujung pereduksi dengan gugus OH anomerik. Gugus
hidroksil dari polimer berantai lurus/ bagian lurus dari struktur berbentuk
cabang yang terletak sejajar akan berasosiasi melalui ikatan hidrogen yang
mendorong pembentukan kristal pati. Pati terdiri dari 2 fraksi yang dapat
dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi yang
tidak larut disebut amilopektin. Amilosa mempunyai struktur lurus dan
amilopektin mempunyai rantai cabang (Winarno, 2002).

2.2 Amilosa dan Amilopektin


Pati termasuk dalam polisakaridayang merupakan polimer glukosa, yang
terdiri atas amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan bagian polimer linier
dengan ikatan α-(1,4) unit glukosa yang merupakan rantai linear. Derajat
polimerisasi (DP) amilosa berkisar antara 500 − 6.000 unit glukosa bergantung
pada sumbernya. Adapun amilopektin merupakan polimer α (1,4) unit glukosa
dengan rantai samping α-(1,6) unit glukosa. Ikatan α-(1,6) unit glukosa ini
jumlahnya sangat sedikit dalam suatu molekul pati, berkisar antara 4−5%.
Namun, jumlah molekul dengan rantai cabang, yaitu amilopektin, sangat banyak

dengan DP berkisar antara 105 - 3x106 unit glukosa dan merupakan komponen
utama yang dapat mempengaruhi physiochemical dan cita rasa dari pati.

Gambar 2.1. Struktur Amilosa

3
P0

Gambar 2.2. Struktur Amilopektin

2.3 Hidrolisa Pati


Hidrolisa merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil (-OH) oleh suatu
senyawa. Gugus OH dapat diperoleh dari senyawa air. Hidrolisis dapat
digolongkan menjadi hidrolisis murni, hidrolisis katalis asam, hidrolisis katalis
basa, hidrolisis gabungan alkali dengan air dan hidrolisis dengan katalis enzim.
Sedangkan berdaasarkan fase reaksi yang terjadi diklasifikasikan menjadi
hidrolisis fase cair dan hidrolisis fase uap.
Hidrolisis pati terjadi antara suatu reaktan pati dengan reaktan air. Reaksi
ini adalah orde satu, karena reaktan air yang dibuat berlebih, sehingga perubahan
reaktan dapat diabaikan. Reaksi hidrolisis pati dapat dilakukan
menggunakan katalisator H+ yang dapat diambil dari asam. Reaksi yang terjadi
pada hidrolisis pati adalah sebagai berikut :
(C6H10O5) x + H2O → x C6H12O6
Berdasarkan teori kecepatan reaksi :
-rA = k. C pati. C air ...(1)
karena volume air cukup besar, maka dapat dianggap konsentrasi air selama
perubahan reaksi sama dengan k’, dengan besarnya k’ :
k’ = k . C air …(2)
sehingga persamaan 1 dapat ditulis sebagai berikut -rA = k’. C pati dari
persamaan kecepatan reaksi ini, reaksi hidrolisis merupakan reaksi orde satu.
Jika harga –rA = -dCA/dt maka persamaan 2 menjadi
−𝑑𝐶𝐴
= 𝑘′𝐶𝐴 …(3)
𝑑𝑡
𝑑𝐶𝐴
− = 𝑘 ′ 𝑑𝑡 …(4)
𝐶𝐴

Apabila CA = CA0 (1-XA) dan diselesaikan dengan integral dan batas kondisi t1,

4
P0

CA0 dan t2 : CA akan diperoleh persamaan :


𝐶 𝑑𝐶𝐴 𝑡
− ∫𝐶 𝐴 = 𝑘′ ∫𝑡 1 𝑑𝑡 …(5)
𝐴0 𝐶𝐴 2

𝐶𝐴0
ln = 𝑘(𝑡2 − 𝑡1 ) …(6)
𝐶𝐴
1
ln (1−𝑋 = 𝑘′(𝑡2 − 𝑡1 ) …(7)
𝐴)

Dimana XA = konversi reaksi setelah satu detik. Persamaan 7 dapat diselesaikan


1
dengan menggunakan pendekatan regresi y = mx + c, dengan 𝑦 = ln (1−𝑋 dan x
𝐴)

= t2

2.4 Modifikasi Pati


Pati asli pada umumnya memiliki struktur granular, tidak larut air, dan
dalam bentuk ini digunakan hanya dalam beberapa aplikasi spesifik yang
terbatas. Modifikasi adalah pati yang gugus hidroksinya telah mengalami
perubahan. Pati memiliki sifat tidak dapat digunakan secara langsung dan oleh
karena itu harus dimodifikasi secara kimia atau fisik untuk meningkatkan sifat
positif dan mengurangi sifat yang tidak diinginkan. Pati biasanya digunakan
untuk produk makanan, bahan perekat dan glass fiber sizing. Selain itu juga
ditambahkan dalam plastik untuk mempercepat proses degradasi. Modifikasi
secara kimia umumnya meliputi esterifikasi, etherifikasi, hidrolisis, oksidasi dan
cross-linking (Chiu & Solarek, 2009). Pati yang telah termodifikasi akan
mengalami perubahan sifat yang dapat disesuaikan untuk keperluan-keperluan
tertentu. Akan tetapi sama seperti pati alami, pati termodifikasi bersifat tidak
larut dalam air dingin (Koswara, 2009).

2.5 Variabel yang Berpengaruh


Variabel - variabel yang berpengaruh dalam reaksi hidrolisa pati meliputi
1. Katalisator
Hampir sama semua reaksi hidrolisa membutuhkan katalisator untuk
mempercepat jalannya reaksi. Katalisator yang dipakai dapat berupa enzim
atau asam karena kinerjanya lebih cepat. Asam yang dipakai beraneka
jenisnya mulai dari HCl (Agra dkk, 1973; Stout & Rydberg Jr, 1939), H2SO4
sampai HNO3. Yang mempengaruhi kecapatan reaksi adalah konsentrasi ion
H+, bukan jenis asamnya. Meskipun demikian, didalam industri umumnya
dipakai asam klorida (HCl). Pemilihan ini didasarkan atas sifat garam yang
terbentuk pada penetralan tidak menimbulkan gangguan apa-apa selain rasa
asin jika konsentrasinya tinggi. Oleh karena itu, konsentrasi asam dalam air

5
P0

penghidrolisa ditekan sekecil mungkin. Umumnya dipergunakan larutan


asam yang mempunyai konsentrasi asam yang lebih tinggi daripada
pembuatan sirup. Hidrolisa pada tekanan 1 atm memerlukan asam yang jauh
lebih pekat.
2. Suhu dan Tekanan
Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi mengikuti persamaan
Arrhenius, dimana semakin tinggi suhu maka semakin cepat laju reaksinya.
Untuk mencapai konversi tertentu, diperlukan waktu sekitar 3 jam untuk
menghidrolisa pati ketela rambat pada suhu 100 °C. Tetapi jika suhunya
dinaikkan hingga 135 °C, konversi yang sama dapat dicapai dalam waktu 40
menit (Agra dkk, 1973). Hidrolisis pati gandum dan jagung dengan katalisator
H2SO4 memerlukan suhu 160 °C. Karena panas reaksi mendekati nol dan
reaksi berjalan dalam fase cair maka suhu dan tekanan tidak banyak
mempengaruhi keseimbangan.
3. Pencampuran (pengadukan)
Supaya zat pereaksi dapat saling bertumbukan dengan sebaik-baiknya
perlu adanya pencampuran. Untuk proses Batch, hal ini dapat dicapai dengan
bantuan pengaduk atau alat pengocok (Agra dkk, 1973). Apabila prosesnya
berupa proses alir (kontinyu), maka pecampuran dilakukan dengan cara
mengatur aliran didalam reaktor supaya terbentuk olakan.
4. Perbandingan zat pereaksi
Jika salah satu zat pereaksi dibuat berlebihan jumlahnya maka
keseimbanga n dapat bergeser kearah kanan dengan baik. Oleh karena itu,
suspensi pati yang kadarnya rendah memberi hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan yang kadarnya tinggi. Bila kadar suspensi pati
diturunkan dari 40% menjadi 20% atau 1% maka konversi akan bertambah
dari 80% menjadi 87 atau 99 % (Groggins, 1958). Pada permukaan, kadar
suspensi pati yang tinggi sehingga molekul-molekul zat pereaksi akan sulit
bergerak. Untuk menghasilkan glukosa biasanya dipergunakan suspensi pati
sekitar 20%.

6
P0

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1. Rancangan Percobaan


3.1.1. Skema Praktikum

Persiapan bahan

Panaskan hingga 60°C dan 70°C


selama 1 jam

Pengenceran pertama hingga 500


ml Diambil 20 ml
Dinetralkan dengan NaOH
Diambil 5 ml dan diencerkan
hingga 10 ml dan diambil 5 ml

Ambil sampel 5 ml + 5 ml fehling


A + 5 ml fehling B + 15 ml
glukosa standar
Panaskan hingga mendidih
Tambah 2 tetes MB

Titrasi dengan glukosa standar


hingga warna berubah menjadi
merah bata

Gambar 3.1. Skema Rancangan Percobaan Penentuan Kadar Pati Awal

7
P0

Persiapan bahan

Panaskan hingga 600C dan 70o,


ambil 20 ml sampel saat t0.
Pengambilan sampel dilakukan
sebanyak 5 kali (t0, t5, t10, t15,
t20)

Diambil 20 ml
Dinetralkan dengan NaOH
Diambil 5 ml dan diencerkan
hingga 100 ml dan diambil 5 ml

Ambil sampel 5 ml + 5 ml fehling


A + 5 ml fehling B + 15 ml
glukosa standar
Panaskan hingga mendidih
Tambah 2 tetes MB

Titrasi dengan glukosa standar


hingga warna berubah menjadi
merah bata

Gambar 3.2. Skema Rancangan Percobaan Hidrolisa Pati

8
P0

3.2. Bahan dan Alat yang Digunakan


3.2.1. Bahan yang Digunakan
1. Glukosa anhidrit 2 gram
2. Tepung Maizena 126,988 gram
3. NaOH 1,5 gram
4. HCl 26,5024 ml
5. Indikator MB @2 tetes
6. Fehling A @5 ml
7. Fehling B @5 ml
8. Aquadest 2 liter
3.2.2. Alat yang Digunakan
1. Gelas ukur
2. Termometer
3. Erlenmeyer
4. Statif dan klem
5. Buret
6. Labu leher tiga
7. Labu takar
3.3. Gambar Alat Utama
Keterangan:
1. Magnetic stirer + heater
2. Waterbath
3. Labu leher tiga
4. Termometer
5. Pendingin balik
6. Klem
7. Statif

Gambar 2.3. Rangkaian alat hidrolisis

9
P0

3.4. Prosedur Percobaan


1. Persiapan awal
a. Menghitung densitas pati
Ke dalam gelas ukur, 5 ml aquades dimasukkan 1 gram pati, catat
penambahan volume.
𝑚𝑝𝑎𝑡𝑖
𝜌𝑝𝑎𝑡𝑖 =
Δ𝑉
b. Menghitung densitas HCl
Timbang berat picnometer kosong (m1), masukkan HCl ke dalam
picnometer yang telah diketahui volumenya (v), timbang beratnya
(m2), hitung densitas HCl
𝑚2 − 𝑚1
𝜌𝐻𝐶𝑙 =
𝑉
c. Membuat glukosa standar
Glukosa anhidrit sebanyak 2 gram dilarutkan dalam 1000 ml
aquades.
2. Penentuan kadar pati
a. Standarisasi larutan fehling
5 ml Fehling A + 5 ml Fehling B + 15 ml glukosa standar, dipanaskan
sampai mendidih. Setelah mendidih ditambahkan 3 tetes MB,
kemudian larutan dititrasi dengan glukosa standard hingga warna
berubah menjadi merah bata. Catat volume titran (F) yang diperlukan,
proses titrasi dilakukan dalam keadaan mendidih (diatas kompor).
b. Penentuan kadar pati awal
Untuk variabel 1, sebanyak 31,747 gram pati, 6,6256 ml katalis HCl
dan 353,0185 ml aquadest dimasukkan ke dalam labu leher tiga dan
dipanaskan hingga suhu 60°C, selama 1 jam. Untuk variabel 2,
sebanyak 31,747 gram pati, 6,6256 ml katalis HCl dan 353,0185 ml
aquadest dan dipanaskan hingga suhu 70°C. Setelah itu larutan
didinginkan, diencerkan dengan aquades sampai 500 ml lalu diambil
20 ml dan dinetralkan dengan NaOH (PH = 7). Larutan diambil 5 ml
diencerkan sampai 100 ml, diambil 5 ml. Ke dalam Erlenmeyer
dimasukkan 5 ml larutan + 5 ml Fehling A + 5 ml fehling B + 15 ml
glukosa standard, kemudian dipanaskan sampai mendidih. Lalu
ditambahkan 2 tetes indikator MB. Kemudian larutan dititrasi dengan
glukosa standard sehingga berubah warna menjadi warna merah bata.
Catat volum titran yang dibutuhkan (M). Yang perlu diperhatikan,
proses titrasi dilakukan dalam keadaan mendidih diatas kompor.

10
P0

Lakukan hal yang sama untuk variabel lain.


c. Hidrolisa pati
Untuk variabel 1, sebanyak 31,747 gram pati, 6,6256 ml katalis HCl dan
353,0185 ml aquadest dimasukkan ke dalam labu leher tiga dan
dipanaskan hingga suhu 60°C, selama 1 jam. Untuk variabel 2, sebanyak
31,747 gram pati, 6,6256 ml katalis HCl dan 353,0185 ml aquadest dan
dipanaskan hingga suhu 70°C, anggap sebagai t0 diambil sampel
sebanyak 20 ml. Kemudian sampel dinetralkan dengan NaOH (PH = 7).
Larutan diambil 5 ml diencerkan sampai 100 ml, diambil 5 ml. Kedalam
Erlenmeyer dimasukkan 5 ml larutan +5 ml Fehling A + 5 ml fehling B
+ 15 ml glukosa standard, kemudian dipanaskan sampai mendidih. Lalu
ditambahkan 2 tetes indikator MB.Kemudian larutan dititrasi dengan
glukosa standard sehingga berubah warna menjadi warna merah bata.
Catat V titran yang dibutuhkan (M). Yang perlu diperhatikan, proses
titrasi dilakukan dalam keadaan mendidih diatas kompor. Pengambilan
sampel dilakukan setiap selang waktu 5 menit sebanyak 5 kali yaitu 20
menit. (t0=menit ke-0 ,t1=menit ke-5, t2=menit ke-10, t3=menit ke-15,
t4=menit ke-20). Lakukan hal yang sama untuk variabel 2

Rumus penentuan kadar pati awal =


500 100
(𝐹 − 𝑀) × 𝑁𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 ×
𝑥𝑝0 = 418 × 5 × 0,9
𝑤
Dimana
N = 0,002gr/ml
W = berat pati
Perhitungan kebutuhan reagen:
a. Menghitung kebutuhan HCl
𝑁𝐻𝐶𝑙 × 𝐵𝑀𝐻𝐶𝑙 × 𝑉𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
𝑉𝐻𝐶𝑙 =
𝜌𝐻𝐶𝑙 × 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟𝐻𝐶𝑙 × 1000 × 𝑔𝑟𝑒𝑘
Dimana :
kadar HCl = 0,25 untuk 25%
0,37 untuk 37%
grek HCl = 1
b. Menghitung kebutuhan pati
𝑥𝑝 × 𝑤𝑝𝑎𝑡𝑖
%𝑠𝑢𝑠𝑝𝑒𝑛𝑠𝑖 =
𝑤𝑝𝑎𝑡𝑖 + 𝑤𝐻𝐶𝑙 + 𝑤𝑎𝑖𝑟
Dimana :
𝑤𝑝𝑎𝑡𝑖 = 𝜌𝑝𝑎𝑡𝑖 × 𝑉𝑝𝑎𝑡𝑖
𝑤𝐻𝐶𝑙 = 𝜌𝐻𝐶𝑙 × 𝑉𝐻𝐶𝑙

11
P0

𝑤𝑎𝑖𝑟 = 𝜌𝑎𝑖𝑟 × (𝑉𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 − 𝑉𝑝𝑎𝑡𝑖 − 𝑉𝐻𝐶𝑙 )


100
(𝐹 − 𝑀) × 𝑁𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 × × 0,9
𝑥𝑝 = 5
𝑤

12
P0

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh Suhu terhadap XA


Pengaruh suhu terhadap XA dapat dilihat pada gambar 4.1. berikut.

1
0.8
0.6
XA

0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25
waktu (menit)

Variabel 1 (60⁰C) Variabel 2 (70⁰C)

Gambar 4.1. Pengaruh suhu terhadap XA


Berdasarkan gambar 4.1. dapat dilihat pengaruh suhu hidrolisa terhadap
konversi. Pada variabel 1 dengan suhu hidrolisa sebesar 60°C memiliki nilai
konversi yang lebih rendah daripada variabel 2 dengan suhu hidrolisa sebesar
70°C.
Menurut Wahyudi (2011) dalam Handayani (2018), reaksi dalam
hidrolisa merupakan reaksi endotermis sehingga semakin tinggi suhu
menyebabkan konversi pati menjadi lebih besar dan glukosa yang dihasilkan
akan lebih tinggi. Sehingga semakin tinggi suhu menyebabkan konversi pati
menjadi glukosa akan semakin tinggi dalam rentang waktu hidrolisa yang sama.
Selain itu, semakin tinggi suhu menyebabkan kecepatan gerak partikel dalam
sistem sehingga semakin banyak tumbukan antar partikel yang dapat terjadi
(Herman, 2004 dalam Sylvia, 2015)). Berdasarkan persamaan Arrhenius, nilai
konstanta kecepatan reaksi (k) berbanding lurus dengan suhu reaksi (T)
(Wahyudi, 2011) dan faktor tumbukan partikel (A) (Herman, 2015 :
𝐸
𝑘 = 𝐴 × 𝑒 −𝑅𝑇
dimana:
k : konstanta kecepatan reaksi
A : faktor tumbukan
E : energi aktivasi
T : suhu
Sehingga karena reaksi berjalan lebih cepat menyebabkan konversi yang
diperoleh lebih tinggi pada waktu yang sama pada suhu yang lebih tinggi. Pada

13
P0

grafik diatas diperoleh penurunan konversi saat t20 pada masing-masing


variabel suhu. Penurunan konversi ini diakibatkan oleh berkurangnya kadar
glukosa yang terdapat dalam sampel. Berkurangnyaa kadar glukosa dari sampel
diakibatkan oleh dekomposisi glukosa menjadi senyawa Hidroksil Metil
Furfural (Endang, 2004). Terdekomposisinya glukosa menyebabkan
berkurangnya glukosa sebagai gula pereduksi untuk mereduksi Fehling A dan
Fehling B sehingga didapatkan endapan merah bata yang berkurang. Ketika
glukosa dalam sampel sudah terdekomposisi maka didapatkan endapan merah
yang sedikit sehingga ketika diamati belum terjadi TAT. Untuk membuat TAT
analisa ini maka dibutuhkan titran glukosa standar yang lebih banyak untuk
mereduksi Fehling A dan Fehling B dalam sampel agar tercapai TAT.
Akibatnya volume titran yang dibutuhkan semakin banyak mengindikasikan
kadar glukosa dalam sampel menurun dan didapat konversi yang turun juga.
Hasil percobaan pada variabel 1 dan variabel 2 sudah sesuai dengan teori,
di mana semakin tinggi suhu, konversinya semakin besar. Hidrolisa pati pada
percobaan lebih optimal pada suhu 70°C daripada 60°C dalam rentang waktu
hidrolisa yang sama. Namun untuk masing-masing variabel terjadi penurunan
konversi glukosa akibat terdekomposisinya glukosa menjadi senyawa Hidroksil
Metil Furfural.

4.2. Pengaruh Suhu terhadap Konstanta Kecepatan Reaksi


Pengaruh suhu terhadap konstanta kecepatan reaksi dapat dilihat pada
gambar 4.2 berikut.

2
y = 0.0875x
1.5
-ln(1-XA)

1 y = 0.0805x

0.5

0
0 5 10 15 20 25
waktu (menit)

Variabel 1 (60⁰C) Variabel 2 (70⁰C)


Linear (Variabel 1 (60⁰C)) Linear (Variabel 2 (70⁰C))

Gambar 4.2. Pengaruh suhu terhadap konstanta kecepatan reaksi


Berdasarkan gambar 4.2. didapat pengaruh suhu terhadap konstanta
kecepatan reaksi hidrolisa pati dari tepung tapioka. Pada variabel 1 dengan suhu

14
P0

operasi sebesar 60°C didapat nilai konstanta kecepatan reaksi sebesar


0,0805/menit, sedangkan pada variabel 2 dengan suhu operasi sebesar 70°C
didapat nilai konstanta kecepatan reaksi sebesar 0,0875/menit. Dapat
disimpulkan bahwa konstanta kecepatan reaksi pada suhu operasi 70°C lebih
besar daripada suhu operasi 60°C.
Dari kinetika reaksi kimia, semakin tinggi suhu reaksi maka semakin
cepat pula jalannya reaksi (Kirk dan Othmer, 1983 dalm Utami, 2014), seperti
yang diberikan oleh persamaan Arrhenius (Indra dkk, 2010)
𝐸
𝑘 = 𝐴 × 𝑒 −𝑅𝑇
dimana:
k : konstanta kecepatan reaksi
A : faktor tumbukan
E : energi aktivasi
T : suhu
Selain itu, nilai konstanta laju reaksi dipengaruhi oleh sifat pereaksi dan suhu.
Hal ini karena dengan naiknya suhu reaksi maka suplay energi untuk
mengaktifkan pereaksi dan tumbukan antar pereaksi untuk menghasilkan reaksi
akan bertambah sehingga produk yang dihasilkan akan lebih banyak (Herman,
2004). Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa hubungan konstanta
kecepatan reaksi (k) berbanding lurus dengan suhu (T) dan juga dengan faktor
tumbukan partikel (A). Sehingga semakin besar suhu operasi hidrolisa pati
maka nilai k akan semakin tinggi.
Hasil percobaan sesuai dengan teori, yaitu semakin tinggi suhu, maka
nilai konstanta kecepatan reaksi akan meningkat. Pada variabel 1 dengan suhu
operasi 60°C memiliki nilai k sebesar 0,0805/menit, dimana nilai tersebut lebih
kecil daripada variabel 2 dengan suhu operasi 70°C yang memiliki nilai k
sebesar 0,0875/menit. Suhu 70°C lebih optimal digunakan dalam proses
hidrolisa pati.

15
P0

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Semakin tinggi suhu hidrolisa pati, konversi yang diperoleh semakin
besar pula.
2. Semakin tinggi suhu hidrolisa pati, nilai konstanta kecepatan reaksinya
semakin tinggi pula
5.2. Saran
1. Lakukan pengadukan dengan kecepatan putaran yang sama pada kedua
alat hidrolisa.
2. Pengadukan dilakukan konstan selama hidrolisa.
3. Jaga kebersihan alat dan laboratorium.
4. Amati perubahan warna atau terbentuknya endapan pada proses titrasi.
5. Jaga suhu operasi konstan pada tiap variabel.

16
P0

DAFTAR PUSTAKA

Abu Khalaf, A.M., “Chemical Engineering Education”, 28 (1), 48. 1994.


Agra, I. B., Warnijati, S., dan Pujianto, B., 1973. “ Hidrolisa Pati Ketela Rambat
Pada Suhu Lebih Dari 100 C”, Forum Teknik, 3, 115-129.
Ba, K., Aguedo, M., Tine, E., Paquot, M., Destain, J., Thonart, P., 2013, Hydrolysis
Of Starches And Flours By Sorghum Malt Amylases For Dextrins
Production, Eur Food Res Technol 236, 905–918.
Bej, Barnali, RK Basu and S N Ash.2008.Journal of Scientific & Indusrtial
Research “Kinetic studies on acid catalysed hydrolysis of
starch”.Departement of Chemical Engineering.University of Calcutta.
Charles, E. R, Harold, SM and Thomas K.S., “Applied Mathematics in
Chemical Engineering” 2nd end.,Mc. Graw Hill Book Ltd. 1987, New
York
Chiu, C.-w., & Solarek, D. 2009. Modification of starch. Starch: Chemistry and
Technology, Third Edition ISBN: 978-0-12-746275-2.
Dona, A. C., Pages, G., & Kuchel, P. W. 2010. Digestion of starch:In vivo andin
vitro kinetic models used to characterise. Carbohydrate Polymers 80
(2010) 599–617.
Groggins, P. H. 1958. Unit Processes in Organic Synthesis, 5th ed. pp. 775 – 777,
McGraw–Hill Book Company. New York.
Hill, G.C., “An Introduction to Chemical Engineering Kinetika and Reactor
Design”. 1nd ed, John Willey, New York, N.Y, 1977
Jacobs, H. and J.A. Delcour. 1998. Hydrothermal modifications of granular starch,
with retention of the granular structure: a review. J. Agric. Food Chem.
46(8): 2895−2905.
Juwita, R. 2012. PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI KATALISATOR ASAM
TERHADAP SINTESIS FURFURAL DARI SEKAM PADI. Diakses pada
14 Maret 2018.
Karamah, E. F. 2008. Pengaruh Suhu dan Tingkat Keasaman (pH) pada Tahap
Pralakuan Koagulasi (Koagulan Aluminum Sulfat) dalam Proses
Pengolahan Air menggunakan Membran Mikrofiltrasi Polipropilen
Hollow Fibre. Diakses pada 2 Mei 2018.
Koswara, S. 2009. Teknologi Modifikasi Pati. ebookpangan.com.
Levenspiel. O., “Chemical Reaction Engineering” 2nd ed, Mc. Graw Hill Book
Kogakusha Ltd, Tokyo, 1970

Mastuti, 2010. Pengaruh Variasi Temperatur dan Konsentrasi Katalis pada

17
P0

Kinetika Reaksi Hidrolisis Tepung Kulit Ketela Pohon. ISSN: 1412-


9124. Ekuilibrium Vol. 9. No. 1. Halaman: 23 – 27.
Mustati. 2010. PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI KATALISATOR ASAM
TERHADAP SINTESIS FURFURAL DARI SEKAM PADI. Diakses pada
13 Maret 2018.

Purba, D. E. H., 2015. “Pembuatan Bioetanol dari Kupasan Kentang (Solanum


tuberosum L.) dengan Proses Fermentasi”. Diakses pada 2 Mei 2018
Rakhmadani, H. A., dkk. Studi Pemanfaatan Limbah Makanan sebagai Bahan
Penghasil Etanol untuk Biofuel melalui Proses Hidsolisis pada
Kecepatan Pengadukan dan Waktu Fermentasi yang Berbeda. Diakses
pada 29 April 2018
Wahyudi, Jatmiko, et al. 2011. Pengaruh Suhu terhadap Kadar Glukosa Terbentuk
dan Konstanta Kecepatan Reaksi pada Hidrolisa Kulit Pisang. Diakses
pada 28 April 2018
Wei, Benzi., et al. 2013. Effect on pHs on Dispersity of Maize Starch Nanocrystals
in Aqueous Medium. The State Key Laboratory of Food Science and
Technology. China.
Winarno, F.G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta

18

Anda mungkin juga menyukai