Anda di halaman 1dari 2

Kejahatan Penipuan dalam Pasar Modal

(Studi Kasus Putusan No.764/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel.)


Latar Belakang
Pasar modal memliki peranan yang sangat penting dalam perkembagan perekonomian
suatu negara. Pasar modal menyediakan fasilitas bagi emiten yaitu perusahaan yang
membutuhkan modal dalam waktu yang relatif cepat untuk dapat melakukan penawaran
umum melalui pasar modal. Di sisi lain, pasar modal memberikan nuansa baru bagi investor
untuk melakukan investasi dengan tingkat pengembalian modal beserta keuntungan yang
relatif cukup tinggi. Perkembangan sistem perdagangan pada pasar modal yang kini
seluruhnya tanpa warkat (scriptless trading) dimana setiap terjadi transaksi, perpindahan
uang maupun saham cukup dilakukan melalui mekanisme book entry settlement. Scriptless
trading menjadikan investasi pada pasar modal juga relatif praktis, efisien, mudah. Tetapi,
kemudahan yang dihadirkan dalam dunia pasar modal ini masih belum diimbangi dengan
kesadaran dan kehati-hatian yang cukup dari para investor. Keadaan ini dimanfaatkan oleh
pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dan memanfaatkan kelengahan para investor ini
untuk melakukan kejahatan demi meraup dana milik investor yang seharusnya diinvestasikan
pada pasar modal.

Dalam Pasar modal, ada pihak yang disebut lembaga penunjang pasar modal,
salahsatunya yaitu Kustodian. Pasal 1 angka 8 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal menyebutkan, Kustodian adalah Pihak yang memberikan jasa penitipan Efek
dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima deviden, bunga,
dan hak-hak lain, yang menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang
menjadi nasabahnya, atau dengan kata lain, pada tahap awal investor ingin melakukan
investasi pada pasar modal, investor tersebut berkewajiban untuk menempatkan dana yang
diperuntukkan untuk melakukan transaksi jual beli efek pada pasar modal tersebut pada Bank
kustodian.

Putusan No. 764/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Sel, Nasabah mulanya bermaksud untuk melakukan


penempatan dana terhadap produk keuangan baru yang dipasarkan oleh Tergugat II yaitu PT
Reliance Sekuritas, Tbk dengan jaminan obligasi pemerintah FR0035. Oleh karenanya,
nasabah diarahkan untuk menyetorkan dananya kepada Tergugat III dalam hal ini PT.
Magnus Capital. Namun Alih-alih dipergunakan untuk membeli produk keuangan yang
dipasarkan oleh PT. Reliance Sekuritas, Tbk tersebut, uang yang disetorkan oleh para
nasabah tersebut, justru oleh PT Magnus Capital diserahkan kepada rekening pribadi milik
Esther Pauli Larasati selaku tergugat I. Atas hal tersebut, Pengadilan memutus bahwa PT
Magnus Capital selaku Tergugat III terbukti melakukan perbuatan melawan hukum dengan
meminjamkan rekening Bank PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Nomor 1040002011919 dan
PT Bank Central Asia Tbk Nomor 4583009321 atas nama PT Magnus Capital kepada Sdr.
Esther Pauli Larasati (Tergugat I) dalam rangka menghimpun dana dari para Penggugat
selaku investor dan kemudian mengalihkan dana tersebut kepada rekening Sdr. Esther Pauli
Larasati (Tergugat I) dengan imbalan fee sebesar 0,5% dari jumlah nominal dana yang
diterimanya.

Kustodian selain berkewajiban untuk menyimpan efek milik pemegang rekening dan
memenuhi kewajibannya sesuai dengan kontrak antara kustodian dan pemegang rekening,
kustodian juga berkewajiban untuk melakukan pembukuan dan dicatat secara pribadi. Namun
dalam kasus ini, PT. Magnus Capital hanya seakan-akan sebagai “tempat transit” dana
sebelum akhirnya masuk ke dalam rekening Sdr. Esther Pauli Larasati (Tergugat I) tanpa
melakukan pengurusan lain seperti pembukuan atau pencatatan apapun. Selain itu, dalam
Pasal 45 Undang-undang Pasar Modal dijelaskan bahwa Kustodian hanya dapat
mengeluarkan dana atas perintah dari pemegang rekening selaku pemilik dana tersebut,
namun yang terjadi adalah PT. Magnus Capital dapat dengan mudahnya dan tanpa
sepengetahuan nasabah, melakukan perpindahan seluruh dana dari rekening miliknya kepada
rekening milik Sdr. Esther Pauli Larasati (Tergugat I) dan hanya menyisakan 0,5% dari
jumlah nominal dana yang diterimanya sebagai fee dari Sdr. Esther Pauli Larasati (Tergugat
I) atas jasanya yang bertindak seolah-olah sebagai Kustodian tersebut.

Atas adanya ketidaksesuaian antara hal yang dilakukan oleh PT Magnus Capital dengan
apa yang telah diatur dalam peraturan pasar modal di Indonesia, kelompok kami tertarik
untuk membahas dan menganalisis lebih lanjut mengenai kedudukan dan eksistensi PT
Magnus Capital menjalankan kewenangannya berdasarkan ijin perusahaan efek yang dia
miliki, serta menelaah lebih dalam terkait sanksi apa saja yang dapat dikenakan berdasarkan
hukum positif di Indonesia.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana PT Magnus Capital menjalankan kewenangannya berdasarkan ijin


perusahaan efek yang dia miliki?
2. Apa sanksi relevan yang dapat dikenakan kepada PT Magnus Capital ?

Anda mungkin juga menyukai