Ugjgk
Ugjgk
PEMBAHASAN
lingkungan di dalam rumah, terutama kondisi yang sangat dekat dengan tempat
berinteraksi erat terhadap tempat tinggal sehari-hari pada balita, apabila lingkungan
di dalam rumah dimana tempat suatu keluarga berkumpul dan berlindung tidak
sehat karena adanya serangan infeksi oleh bakteri atau virus maka dapat
menimbulkan berbagai penyakit pada balita salah satunya adalah penyakit ISPA.2
terjadinya dan tersebarnya ISPA. Rumah yang tidak sehat dapat menjadi reservoir
penyakit bagi seluruh lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukan hanya pada satu
terjadinya proses interaksi antara host dengan agent dalam proses terjadinya
penyakit. Secara garis besarnya lingkungan terdiri dari lingkungan fisik, biologis
dan sosial. Lingkungan fisik (termasuk unsur kimia) meliputi udara, kelembaban,
air, dan pencemaran udara. Berkaitan dengan ISPA adalah termasuk air borne
disease karena salah satu penularannya melalui udara yang tercemar dan masuk ke
mempunyai peranan penting yang besar pada transmisi penyakit infeksi saluran
27
28
(host), agen penyakit (agent) dan lingkungan (environment). Ketiga faktor tersebut
akan berinteraksi dan menimbulkan hasil positif maupun negatif. Hasil interaksi
positif akan menimbulkan keadaan sehat sedangkan interaksi yang negatif akan
Kualitas udara dalam ruangan dipengaruhi oleh asap dalam ruangan yang
bersumber dari perokok, penggunaan bahan bakar kayu atau arang atau asap. Di
kelembaban, penerangan alami, jenis lantai, dinding, atap, saluran pembuangan air
limbah, tempat pembuangan sampah, ketersediaan air bersih, dan debu (polutan).
2,5,6
memadai berupa kurang higienisnya lantai yang masih dalam kondisi berupa tanah
atau tidak terbuat dari keramik, ventilasi udara yang bertolak belakang dengan
kesesuaian dimana luas ventilasi udara dibawah standar ukuran luas area tiap
Rumah yang sehat menurut Winslow dan APHA harus memenuhi beberapa
berasal dari dalam maupun dari luar rumah; 4) Cukup tempat bermain bagi
rumah.
gas atau racun dari dalam ruangan dan menggantinya dengan udara segar;
dijauhkan dari pohon besar yang rapuh atau mudah runtuh; 5) Jarak rumah
dengan jalan harus mengikuti peraturan garis rooi; 6) Lantai rumah yang
selalu basah (kamar mandi, kamar cuci) jangan sampai licin atau lumutan;
Bangunan yang dekat api atau instalasi listrik harus terbuat dari bahan tahan
anak; 10) Rumah jauh dari lokasi industri yang mencemari lingkungan; 11)
menjaga agar aliran udara dalam rumah tetap segar sehingga keseimbangan O2
kadar CO2 menjadi racun. Fungsi kedua adalah untuk membebaskan udara ruangan
dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen dan menjaga agar rumah selalu tetap
persyaratan kesehatan rumah tinggal secara umum penilaian ventilasi rumah dapat
dilakukan dengan cara melihat indikator penghawaan rumah, luas ventilasi yang
31
memenuhi syarat kesehatan adalah lebih dari sama dengan 10% dari luas lantai
rumah dan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah kurang dari
perumahan menetapkan bahwa luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan
digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu kamar tidur. Bangunan yang sempit
dan tidak sesuai dengan jumlah penghuninya akan mempunyai dampak kurangnya
Kepadatan di dalam kamar terutama kamar balita yang tidak sesuai dengan
standar akan meningkatkan suhu ruangan yang disebabkan oleh pengeluaran panas
badan yang akan meningkatkan kelembaban akibat uap air dari pernapasan tersebut.
Dengan demikian, semakin banyak jumlah penghuni ruangan tidur maka semakin
cepat udara ruangan mengalami pencemaran gas atau bakteri. Dengan banyaknya
penghuni, maka kadar oksigen dalam ruangan menurun dan diikuti oleh
peningkatan CO2 dan dampak peningkatan CO2 dalam ruangan adalah penurunan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18-
30°C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 18°C atau di atas 30°C
keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita
sebesar 4 kali. Suhu dalam ruangan berperan untuk menjaga rumah dalam
terutama penyakit infeksi. Kelembaban juga dapat meningkatkan daya tahan hidup
baik jika memenuhi 40-70% dan buruk jika kurang dari 40% atau lebih dari 70%.
Kelembaban berkaitan erat dengan ventilasi karena sirkulasi udara yang tidak lancar
akan mempengaruhi suhu udara dalam rumah menjadi rendah sehingga kelembaban
memungkinkan adanya tikus, kecoa dan jamur yang semuanya memiliki peran
Menurut Azwar (1986) salah satu syarat rumah sehat ialah tersedianya
cahaya yang cukup. Cahaya matahari memegang peranan penting karena dapat
Oleh karena itu, rumah yang sehat harus memiliki jalan masuk cahaya yang cukup.
Jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari
dianggap baik jika besarnya antara 60-120 Lux dan buruk jika kurang dari 60 Lux
atau lebih dari 120 Lux. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam membuat jendela,
perlu diusahakan agar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, dan tidak
terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela yang dimaksud sebagai ventilasi dan
juga sebagai jalam masuk cahaya. Lokasi jendela harus diperhatikan agar sinar
33
matahari lebih lama menyinari lantai (bukan dinding), maka sebaiknya jendela
perkembangbiakan bakteri atau virus penyebab ISPA. Lantai yang baik adalah
lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab. Bahan lantai harus kedap air
dan mudah dibersihkan, keadaan lantai perlu diplester dan akan lebih baik apabila
829/Menkes/SK/VII/1999). 2,5,6
merupakan media bagi proses rising damp (kelembaban yang naik dari tanah) yang
merupakan salah satu penyebab kelembaban dalam rumah. Bahan dinding yang
baik adalah dinding yang terbuat dari bahan tahan api seperti batu bata yang sering
terbanyak. Berdasarkan tabel dan uraian di atas, terlihat bahwa ISPA merupakan
penyakit terbanyak di Puskesmas Sei Mesa sepanjang tahun 2018. Pada tahun 2019
terjadi peningkatan jumlah kejadian ISPA baik di poli umum, maupun di poli anak.
Angka kejadian ISPA paling tinggi terjadi pada balita yaitu sebanyak 326 kasus
(47,6%) dari 684 kasus ISPA di Puskesmas Sei Mesa pada Januari-April 2019.
rumah sehat di kedua kelurahan tidak memenuhi target nasional sebesar 80%. Rata-
rata dari seluruh rumah yang diperiksa di kedua kelurahan hanya mencapai 61%
34
sebagai rumah sehat. Menurut teori diatas menyebutkan bahwa ventilasi, cahaya,
jendela yang tidak memenuhi syarat rumah sehat menyebabkan mudahnya terjadi
ISPA berkembang biak dan terhirup oleh penghuni rumah terutama balita yang
sistem kekebalannya masih rendah. Kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat
rumah sehat juga mempengaruhi mudahnya penularan dari satu orang ke orang
penyuluhan mengenai rumah sehat masih sangat jarang dilakukan. Jumlah SDM
yang terbatas dan dana yang kurang untuk penyuluhan juga mempengaruhi
orang tua balita yang didiagnosis ISPA, 7 diantaranya tidak mengetahui mengenai
apa itu rumah sehat dan apa saja kriteria rumah sehat sehingga dapat dikatakan
terciptanya rumah sehat untuk menurunkan angka kejadian ISPA pada balita
sehingga perlunya upaya agar terciptanya rumah sehat pada tiap rumah tangga di