Anda di halaman 1dari 8

BAB III

PEMBAHASAN

Penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit yang berhubungan dengan

lingkungan di dalam rumah, terutama kondisi yang sangat dekat dengan tempat

perlindungan yakni lingkungan di dalam rumah. Lingkungan di dalam rumah sangat

berinteraksi erat terhadap tempat tinggal sehari-hari pada balita, apabila lingkungan

di dalam rumah dimana tempat suatu keluarga berkumpul dan berlindung tidak

sehat karena adanya serangan infeksi oleh bakteri atau virus maka dapat

menimbulkan berbagai penyakit pada balita salah satunya adalah penyakit ISPA.2

Sanitasi rumah sangat erat kaitannya dengan angka kesakitan penyakit

menular, terutama ISPA. Lingkungan perumahan sangat berpengaruh pada

terjadinya dan tersebarnya ISPA. Rumah yang tidak sehat dapat menjadi reservoir

penyakit bagi seluruh lingkungan, jika kondisi tidak sehat bukan hanya pada satu

rumah tetapi pada kumpulan rumah (lingkungan pemukiman).2,5,6

Faktor lingkungan memegang peranan yang penting dalam menentukan

terjadinya proses interaksi antara host dengan agent dalam proses terjadinya

penyakit. Secara garis besarnya lingkungan terdiri dari lingkungan fisik, biologis

dan sosial. Lingkungan fisik (termasuk unsur kimia) meliputi udara, kelembaban,

air, dan pencemaran udara. Berkaitan dengan ISPA adalah termasuk air borne

disease karena salah satu penularannya melalui udara yang tercemar dan masuk ke

dalam tubuh melalui saluran pernapasan, maka udara secara epidemologi

mempunyai peranan penting yang besar pada transmisi penyakit infeksi saluran

27
28

pernapasan. Salah satu gangguan yang mungkin disebabkan oleh pencemaran

kualitas udara dalam ruangan (indoor air quality) adalah ISPA.2,5,6

Status kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu induk semang

(host), agen penyakit (agent) dan lingkungan (environment). Ketiga faktor tersebut

akan berinteraksi dan menimbulkan hasil positif maupun negatif. Hasil interaksi

positif akan menimbulkan keadaan sehat sedangkan interaksi yang negatif akan

memberikan keadaan sakit. 2,5,6

Kualitas udara dalam ruangan dipengaruhi oleh asap dalam ruangan yang

bersumber dari perokok, penggunaan bahan bakar kayu atau arang atau asap. Di

samping itu ditentukan oleh ventilasi, kepadatan penghuni, suhu ruangan,

kelembaban, penerangan alami, jenis lantai, dinding, atap, saluran pembuangan air

limbah, tempat pembuangan sampah, ketersediaan air bersih, dan debu (polutan).
2,5,6

Penelitian yang berhubungan dengan tingginya penyakit ISPA di Indonesia

menunjukkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyakit tersebut di

antaranya seperti status ekonomi, lingkungan di dalam rumah yang kurang

memadai berupa kurang higienisnya lantai yang masih dalam kondisi berupa tanah

atau tidak terbuat dari keramik, ventilasi udara yang bertolak belakang dengan

kesesuaian dimana luas ventilasi udara dibawah standar ukuran luas area tiap

ruangan, jumlah hunian yang melebihi standar kapasitas ruangan sehingga

menimbulkan kelembaban udara tinggi, adanya binatang peliharaan di dalam rumah

serta status merokok dalam rumah. 2,5


29

Salah satu pencegahan ISPA adalah dengan terciptanya rumah sehat.

Rumah yang sehat menurut Winslow dan APHA harus memenuhi beberapa

persyaratan antara lain :3

a. Memenuhi kebutuhan fisiologis : 1) Pencahayaan yang cukup, baik cahaya

alam maupun buatan; 2) Perhawaan (ventilasi) yang cukup untuk proses

pergantian udara dalam ruangan; 3) Tidak terganggu oleh suara-suara yang

berasal dari dalam maupun dari luar rumah; 4) Cukup tempat bermain bagi

anak-anak dan untuk belajar.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis : 1) Tiap anggota keluarga terjamin

ketenangannya dan kebebasannya (privacy); 2) Memenuhi ruang tempat

berkumpul keluarga; 3) Lingkungan yang sesuai, homogen, tidak terdapat

perbedaan tingkat yang drastis di lingkungannya; 4) Jumlah kamar tidur dan

pengaturannya disesuaikan dengan umur dan jenis kelaminnya; 5)

Mempunyai WC dan kamar mandi; 6) Mempunyai halaman yang dapat

ditanami pohon; 7) Hewan atau ternak peliharaan kandangnya terpisah dari

rumah.

c. Pencegahan penularan penyakit : 1) Tersedia air minum yang cukup dan

memenuhi syarat kesehatan; 2) Tidak memberi kesempatan nyamuk, lalat,

tikus dan binatang lain bersarang di dalam dan di sekitar rumah; 3)

Pembuangan kotoran/tinja dan air limbah memenuhi syarat kesehatan; 4)

Pembuangan sampah pada tempatnya; 5) Luas kamar tidur minimal 8.5 m2

perorang dan tinggi langit-langit 2.75 m; 6) Tempat masak, menyimpan


30

makanan hendaknya bebas dari pencemaran atau gangguan binatang

serangga atau debu.

d. Pencegahan terjadinya kecelakaan : 1) Cukup ventilasi untuk mengeluarkan

gas atau racun dari dalam ruangan dan menggantinya dengan udara segar;

2) Cukup cahaya dalam ruangan agar tidak terjadi kecelakaan; 3) Jarak

antara ujung atap dengan ujung atap tetangga minimal 3 m; 4) Rumah

dijauhkan dari pohon besar yang rapuh atau mudah runtuh; 5) Jarak rumah

dengan jalan harus mengikuti peraturan garis rooi; 6) Lantai rumah yang

selalu basah (kamar mandi, kamar cuci) jangan sampai licin atau lumutan;

7) Didepan pintu utama harus diberi lantai tambahan minimal 60 cm; 8)

Bangunan yang dekat api atau instalasi listrik harus terbuat dari bahan tahan

api; 9) Bahan-bahan beracun disimpan rapi, jangan sampai terjangkau anak-

anak; 10) Rumah jauh dari lokasi industri yang mencemari lingkungan; 11)

Bebas banjir, angin ribut dan gangguan lainnya.

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi yang pertama adalah

menjaga agar aliran udara dalam rumah tetap segar sehingga keseimbangan O2

tetap terjaga, karena kurangnya ventilasi menyebabkan kurangnya O2 yang berarti

kadar CO2 menjadi racun. Fungsi kedua adalah untuk membebaskan udara ruangan

dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen dan menjaga agar rumah selalu tetap

dalam kelembaban yang optimum. 2,5,6

Menurut Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang ketentuan

persyaratan kesehatan rumah tinggal secara umum penilaian ventilasi rumah dapat

dilakukan dengan cara melihat indikator penghawaan rumah, luas ventilasi yang
31

memenuhi syarat kesehatan adalah lebih dari sama dengan 10% dari luas lantai

rumah dan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah kurang dari

10% dari luas lantai rumah. 2,5,6

Berdasarkan Kepmenkes RI No.829 tahun 1999 tentang kesehatan

perumahan menetapkan bahwa luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan

digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu kamar tidur. Bangunan yang sempit

dan tidak sesuai dengan jumlah penghuninya akan mempunyai dampak kurangnya

oksigen di dalam ruangan sehingga daya tahan penghuninya menurun, kemudian

cepat timbulnya penyakit saluran pernafasan seperti ISPA. 2,5,6

Kepadatan di dalam kamar terutama kamar balita yang tidak sesuai dengan

standar akan meningkatkan suhu ruangan yang disebabkan oleh pengeluaran panas

badan yang akan meningkatkan kelembaban akibat uap air dari pernapasan tersebut.

Dengan demikian, semakin banyak jumlah penghuni ruangan tidur maka semakin

cepat udara ruangan mengalami pencemaran gas atau bakteri. Dengan banyaknya

penghuni, maka kadar oksigen dalam ruangan menurun dan diikuti oleh

peningkatan CO2 dan dampak peningkatan CO2 dalam ruangan adalah penurunan

kualitas udara dalam ruangan. 2,5,6

Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18-

30°C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 18°C atau di atas 30°C

keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak

memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita

sebesar 4 kali. Suhu dalam ruangan berperan untuk menjaga rumah dalam

kelembaban optimal untuk membebaskan bakteri dan virus. 2,5,6


32

Kelembaban rumah yang tinggi dapat mempengaruhi penurunanan daya

tahan tubuh seseorang dan meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit

terutama penyakit infeksi. Kelembaban juga dapat meningkatkan daya tahan hidup

bakteri. Menurut Kemenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 kelembaban dianggap

baik jika memenuhi 40-70% dan buruk jika kurang dari 40% atau lebih dari 70%.

Kelembaban berkaitan erat dengan ventilasi karena sirkulasi udara yang tidak lancar

akan mempengaruhi suhu udara dalam rumah menjadi rendah sehingga kelembaban

udaranya tinggi. Sebuah rumah yang memiliki kelembaban udara tinggi

memungkinkan adanya tikus, kecoa dan jamur yang semuanya memiliki peran

besar dalam pathogenesis penyakit pernafasan. 2,5,6

Menurut Azwar (1986) salah satu syarat rumah sehat ialah tersedianya

cahaya yang cukup. Cahaya matahari memegang peranan penting karena dapat

membunuh bakteri di dalam rumah, misalnya bakteri penyebab penyakit ISPA.

Oleh karena itu, rumah yang sehat harus memiliki jalan masuk cahaya yang cukup.

Jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15% sampai 20% dari

luas lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah. 2,5,6

Pencahayaan alami menurut Kemenkes No.829/Menkes/SK/VII/1999

dianggap baik jika besarnya antara 60-120 Lux dan buruk jika kurang dari 60 Lux

atau lebih dari 120 Lux. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam membuat jendela,

perlu diusahakan agar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, dan tidak

terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela yang dimaksud sebagai ventilasi dan

juga sebagai jalam masuk cahaya. Lokasi jendela harus diperhatikan agar sinar
33

matahari lebih lama menyinari lantai (bukan dinding), maka sebaiknya jendela

harus berada ditengah-tengah tinggi dinding (tembok). 2,5,6

Lantai rumah dapat mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA karena lantai

yang tidak memenuhi standar merupakan media yang baik untuk

perkembangbiakan bakteri atau virus penyebab ISPA. Lantai yang baik adalah

lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab. Bahan lantai harus kedap air

dan mudah dibersihkan, keadaan lantai perlu diplester dan akan lebih baik apabila

dilapisi ubin atau keramik yang mudah dibersihkan (Kemenkes No.

829/Menkes/SK/VII/1999). 2,5,6

Dinding juga berguna untuk mempertahankan suhu dalam ruangan,

merupakan media bagi proses rising damp (kelembaban yang naik dari tanah) yang

merupakan salah satu penyebab kelembaban dalam rumah. Bahan dinding yang

baik adalah dinding yang terbuat dari bahan tahan api seperti batu bata yang sering

disebut tembok. 2,5,6

ISPA merupakan salah satu dari penyakit menular berbasis lingkungan

terbanyak. Berdasarkan tabel dan uraian di atas, terlihat bahwa ISPA merupakan

penyakit terbanyak di Puskesmas Sei Mesa sepanjang tahun 2018. Pada tahun 2019

terjadi peningkatan jumlah kejadian ISPA baik di poli umum, maupun di poli anak.

Angka kejadian ISPA paling tinggi terjadi pada balita yaitu sebanyak 326 kasus

(47,6%) dari 684 kasus ISPA di Puskesmas Sei Mesa pada Januari-April 2019.

Data laporan tahunan Puskesmas Sei Mesa 2018 menunjukkan kriteria

rumah sehat di kedua kelurahan tidak memenuhi target nasional sebesar 80%. Rata-

rata dari seluruh rumah yang diperiksa di kedua kelurahan hanya mencapai 61%
34

sebagai rumah sehat. Menurut teori diatas menyebutkan bahwa ventilasi, cahaya,

jendela yang tidak memenuhi syarat rumah sehat menyebabkan mudahnya terjadi

kelembaban dalam lingkungan rumah sehingga memudahkan bakteri atau virus

ISPA berkembang biak dan terhirup oleh penghuni rumah terutama balita yang

sistem kekebalannya masih rendah. Kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat

rumah sehat juga mempengaruhi mudahnya penularan dari satu orang ke orang

lainnya terutama balita.

Berdasarkan wawancara dengan pemegang program Kesling dan P3M,

penyuluhan mengenai rumah sehat masih sangat jarang dilakukan. Jumlah SDM

yang terbatas dan dana yang kurang untuk penyuluhan juga mempengaruhi

ketidakoptimalan sistem kerja. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara ke 10

orang tua balita yang didiagnosis ISPA, 7 diantaranya tidak mengetahui mengenai

apa itu rumah sehat dan apa saja kriteria rumah sehat sehingga dapat dikatakan

bahwa pengetahuan masyarakat mengenai rumah sehat masih kurang.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan dengan

terciptanya rumah sehat untuk menurunkan angka kejadian ISPA pada balita

sehingga perlunya upaya agar terciptanya rumah sehat pada tiap rumah tangga di

wilayah kerja Puskesmas Sei Mesa.

Anda mungkin juga menyukai