Anda di halaman 1dari 8

Nama : Adela Anjani Putri

NIM : 13/348194/TK/40815
TUGAS MKE

Manajemen Energi di Industri


Energi merupakan salah satu faktor penting dalam operasional sebuah industri,
perusahaan, maupun instansi lain, karena memiliki tingkat ketergantungan tinggi terhadap
kebutuhan energi untuk operasional usahanya. Energi listrik memilki kontribusi besar
terhadap biaya operasional yang harus dikeluarkan. Peranan listrik ini menjadi semakin
penting mengingat adanya kenaikan tarif dasar listrik yang mau tak mau memaksa berbagai
pihak berlomba-lomba untuk melakukan penghematan. Kenaikan harga listrik dunia rata-rata
7% setahun, sedangkan Indonesia sudah dicanangkan akan ada kenaikan 6% tiap 4 bulan.
Salah satu alasan kenaikan harga ini adalah untuk membangun pembangkit baru guna
mencukupi kebutuhan kenaikan konsumsi listrik. Jika setiap konsumen bisa menghemat
antara 5 – 10% saja, maka ada kemungkinan pada tahun ini tidak diperlukan pembangkit
baru. Bukan hanya untuk kepentingan industri, dewasa ini kebutuhan akan energi listrik
untuk keperluan rumah tangga maupun gedung tidak dapat diremehkan lagi. Kebutuhan ini
terus meningkat sejalan dengan lajunya waktu. Dengan banyaknya penggunaan energi listrik
ini tentunya perlu dilakukan efisiensi terhadap penggunaannya. Efisiensi ini cukup penting
dilakukan mengingat kondisi ekonomi negara dewasa ini yang cukup sulit. Untuk
meningkatkan efisiensi pemakaian energi listrik tersebut maka diperlukan suatu Optimasi dan
Manajemen energi, yang mana dengan audit ini pemborosan dari energi sistem yang ada
dapat diketahui. Sehingga dapat dilakukan langkah – langkah perbaikan yang diperlukan
untuk meningkatkan efisiensi pemakaian energi listrik.

Sesungguhnya program peningkatan efisiensi pemakaian energi ini memberikan


keuntungan pada semua pihak, konsumen bisa mengurangi pembayaran rekening, perusahaan
listrik tidak dikejar-kejar membuat pembangkit baru, pemerintah bisa mengurangi jumlah
rencana hutang. Program peningkatan efisiensi pemakaian energi adalah bukan sekedar
masalah teknis semata, melainkan merupakan pertimbangan dan keputusan manajemen,
terutama ditinjau dari segi keuangan.

Manajemen energi merupakan kegiatan yang terstruktur untuk mengoptimalkan


penggunaan energi. Manajemen energi diterapkan dengan tanpa mengurangi kualitas dan
kuantitas produksi. Ada beberapa faktor mengapa diperlukan manajemen energi, diantaranya
karena kenaikan harga energi, pasokan energi yang tidak menentu atau kurang handal, atau
keperluan investasi peralatan energi yang ditiadakan. Manajemen energi listrik sendiri terdiri
dari tiga bagian global, yaitu konservasi, audit dan manajemen energi listrik. Dari masing-
masing tahapan tersebut memiliki proses yang harus dilakukan agar perlakuan manajemen
energi listrik dapat berjalan dengan baik.

1
1. Konservasi energi

Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 70 tahun 2009, konservasi


energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi
dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya. Konservasi energi tidak selalu
berarti penggunaan energi yang sesedikit mungkin, tapi adalah pengeluaran biaya untuk
konsumsi energi yang serendah mungkin.

Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan konservasi energi melalui


kampanye, latihan maupun kegiatan pemberian label (labelling) untuk produk, kegiatan
maupun supermarket yang memiliki keunggulan konservasi energi merupakan tugas yang
didorong oleh Undang-undang Konservasi Energi.

Beberapa langkah strategis yang perlu dilakukan untuk mengefektifkan gerakan


konservasi energi diantaranya :

• Kampanye hemat energi, melakukan audit energi (cuma-cuma), menyebarkan teknik-


teknik konservasi energi, memberikan insentif untuk melakukan efisiensi pemanfaatan
energi.
• Menyiapkan Undang-Undang Konservasi Energi serinci mungkin.
• Membentuk Pusat Konservasi Energi Nasional
2. Audit Energi

Audit energi merupakan kegiatan penelitian pemaanfaatan energi untuk mengetahui


keseimbangan dan mengidentifikasi peluang-peluang penghematan energi. Audit energi
digunakan untuk mengetahui konsumsi energi terbesar dari sebuah instansi sekaligus mencari
peluang untuk melakukan penghematan industri. Hal ini sangat penting, karena penggunaan
energi yang berlebihan akan merugikan industri atau instansi itu sendiri. Baik dari segi
lingkungan maupun ekonomis. Khususnya apabila penggunaan energi listrik sangat besar, hal
ini tentu sebanding dengan uang yang harus dikeluarkan sebuah instansi. Apalagi tarif dasar
listrik terus menigkat tiap tahunnya. Pelaksanaan audit energi harus terencana dan sesuai
prosedur yang ada sehingga hasilnya valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Semua data
yang terkumpul dan perhitungan yang dibuat akan menjadi acuan untuk melakukan kebijakan
energi. Dari hasil audit energi akan menghasilkan temuan-temuan serta saran-saran untuk
melakukan penghematan dan efisiensi energi.

Sebuah rekomendasi dari audit energi yang baik harus memberikan manfaat utama
berupa kenyamanan, fleksibilitas dan hemat energi.
Audit energi dilakukan untuk mencapai hal sebagai berikut:

 Untuk mengetahui nilai Intensitas Konsumsi Energi dan profil pemakaian energi
eksisting operasional fasilitas suatu industri pada periode tertentu.
 Untuk mengidentifikasi jenis alternatif konservasi energi, maupun penghematan
energi sebagai bagian dari manajemen energi sebuah industri.

2
 Memilih suatu keputusan alternatif jenis konservasi energi yang terbaik sebagai
rekomendasi perencanaan manajemen energi industri.

Pelaksanaan audit energy pada dasarnya akan menguntungkan pihak itu sendiri. Kerena
ada aspek pencapaian yang diharapkan dari proses Audit Energi, yaitu :

 saving in money : adanya manajemen energi, dapat mengurangi biaya operasional.


Dengan demikian keuntungan yang diperoleh perusahaan akan meningkat.
 environmental protection : adanya penggunaan energi yang efisien maka akan
memberikan kontribusi bagi dunia dalam hal membantu pelestarian alam dengan
menjaga dan mempertahankan cadangan minyak bumi dunia agar tidak segera habis.
 sustainable development : adanya penggunaan energi yang efisien maka akan
memberikan kontribusi bagi perusahaan di bidang pertumbuhan yang berkelanjutan
baik di sisi finansial maupun penggunaan peralatan industri yang memiliki lifetime
maksimum/optimum.

Kegiatan yang dilakukan dalam audit energi rinci adalah :


1. Penelitian Konsumsi Energi
2. Pengukuran energi
3. Identifikasi Peluang Hemat Energi
4. Analisis Peluang Hemat Energi

3. Manajemen energi

Manajemen energi dalam suatu industri sangat diperlukan sebagai upaya untuk
meningkatkan daya saing industri tersebut. Selain itu dengan adanya manajemen energi di
industri dapat meningkatkan keuntungan baik dari sektor financial maupun sektor
lingkungan. Dari sektor financial dengan penerapan ilmu manajemen energi maka dengan
menggunakan energi seminimal mungkin untuk memperoleh keuntungan semaksimal
mungkin. Dari sektor lingkungan dengan penerapan manajemen energi dapat membantu
memerangi global warming. Dengan sedikit mengkonsumsi energi berarti mengurangi polusi
termal dan penggunaan air pendingin, yang intinya dapat meningkatkan kualitas
lingkungan. Sebagaimana yang kita tahu bahwa, sumber utama pembakaran bahan bakar fosil
atau kegiatan manusia yang berkaitan dengan penggunaan energi dapat menimbulkan
pemanasan global yang mengkhawatirkan masyarakat yang ada di bumi saat ini. Tanpa
adanya manajemen energi dalam suatu perusahaan industri tidak dapat beroperasi dengan
baik, cenderung merugi dan dapat merusak lingkungan sekitar.

Dalam sistem manajemen energi dimulai dari sistem pengolahan energi hingga
pemakaian energi tersebut. Dalam sistem pengolahan energi manusia harus bisa mengolah
suatu energi primer menjadi bentuk energi lain tanpa harus mengorbankan energi lain,
sehingga dari pengolahan tersebut dapat dihasilkan beberapa macam bentuk energi yang
berdaya guna untuk manusia maupun untuk kepentingan industri. Dalam sistem
pendistribusian energi juga harus dituntuk dengan manajemen energi, sehingga biaya yang

3
diperlukan sedikit juga hemat dan energi yang didistribusikan utuh sampai ditempat
tujuan. Dalam pemanfaatan dan penggunaan energi, ilmu manajemen energi dapat
diterapakan supaya dalam penggunaan energi tidak berlebihan dan dapat seminimal mungkin
sehingga diperoleh keuntungan yang besar. Selain itu upaya pengelolaan energi tersebut
bertujuan agar tidak mencemari dan merusak lingkungan sekitar.

Prinsip-prinsip dasar manajemen energi adalah suatu hal yang sangat luas jangkauannya
karena dengan prinsip-prinsip dasar ini akan sangat membantu dalam cara pendekatan
terhadap problem yang akan dihadapi. Prinsip-prinsip dasar itu dapat mempersiapkan dasar
untuk pendekatan yang rasional dan penjabaran yang lebih terperinci tentang energi yang
dibutuhkan. Salah satunya adalah melihat data historis tentang pemakaian energi. Kadang-
kadang terjadi variasi musiman atau perubahan pemakaian energi yang mendadak turun
karena terjadi kerusakan mesin atau pemeliharaan mesin tetapi hal itu tidak diketahui.
Dengan melihat kembali data-data historis dapat diketahui hal-hal ynag sebelumnya tidak
jelas dan bahkan dapat memberikan saran untuk mengkombinasikan beberapa proses operasi
yang dapat menghemat pemakaian bahan bakar. Dengan audit energi akan didapat data
pemakaian energi yang terinci dari suatu proses atau mesin tertentu dan dapat terlihat
pemakaian energi yang tidak efisien. Dengan meningkatnya pemeliharaan pada suatu
perusahaan atau organisasi biasanya akan menghemat pemakaian bahan bakar. Peralatan baru
yang lebih efisien dapat menggantikan peralatan lama yang kurang efisien yang tidak akan
mengurangi kualitas produksinya bila dibandingkan dengan proses lama yang kurang efisien.
Manajemen energi berusaha untuk memanfaatkan energi, mengurangi kehilangan dan
menggunakan kembali proses yang tersisa yang telah dibuang dari suatu proses atau
peralatan. Bahan yang ekonomis maksudnya menggunakan kembali bahan-bahan sisa,
mengurangi sampah dan perencanaan bahan sisa, perencanaan produksi yang
mempertimbangkan penggunaan kembali bagian yang terbuang.
Berikut prinsip-prinsip dasar manajemen energi :
1. Perencanaan/ Planning.

Perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan dalam sistem manajemen energi.
Perencanaan diikuti dengan berbagai kegiatan sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan yang
telah direncanakan. Dalam hal manajemen energi perencanaan sangat penting karena
merupakan hal dasar untuk pengolahan energi. Dalam sistem manajemen energi perencanaan
menyangkut berbagai bidang mulai dari pengolahan energi primer, pemanfaatan energi,
hingga pengelolaan energi tersebut. Sehingga energi dapat digunakan secara maksimal tanpa
merugikan pihak-pihak yang bersangkutan.
2. Pengorganisasian / Organizing.

Pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan dalam sistem manajemen energi. Dalam
upaya pengaturan energi bertujuan untuk penghematan energi, karena dengan adanya
pengaturan maka dapat diketahui energi yang dibutukan dan energi yang tidak dibutuhkan
sehingga energi tidak terbuang sia-sia.
3. Pengarahan / Directing.

4
Pengarahan adalah suatu kegiatan menata/ mengelola untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi energi. Dengan adanya pengarahan maka energi dapat dikelola dengan baik sehingga
energi bermanfaat dengan sempurna.
4. Pengendalian/ controlling.

Pengendalian adalah suatu kegiatan untuk mengatur pemakaian energi yang ada. Dengan
adanya pengendalian maka suatu dapat termonitoring dalam pemakainya. Bentuk
pengendalian energi seperti pembatasan penggunaan energi tertentu, konversi energi, dll.
Sehingga energi yang ada akan selalu terjaga kelestarianya.

Perancanaan manajemen energi terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap inisiasi, tahap
audit dan analisis, serta tahap implementasi.
Tahap inisiasi terdiri dari:

 Komitmen dilakukan oleh manajemen untuk program manajemen energi


 Penugasan pada koordinator manajemen energi
 Pembentukan komite manajemen energi dalam struktur organisasi.
Tahap audit dan analisis terdiri dari :

 Melihat kembali data historis tentang pola pemakaian energi listrik


 Melakukan audit energi melalui survey untuk memperoleh data pemakaian energi
listrik yang terperinci
 Melakukan analisis awal, mereview gambar, lembaran data, spesifikasi peralatan
 Mengembangkan rencana audit energi
 Melakukan audit fasilitas energi, meliputi: proses, peralatan, dan fasilitasnya
 Menghitung pemakaian energi listrik tahunan berdasarkan hasil audit energi yang
telah dilakukan
 Membandingkan dengan catatan data historis
 Melakukan analisis dan simulasi melalui: perhitungan teknis, perhitungan efisiensi
teoritis, analisis dan simulasi komputer untuk mengevaluasi opsi-opsi dalam
manajemen energi
 Melakukan analisis ekonomis dari opsi manajemen energi yang dipilih melalui: biaya
siklus hidup, tingkat pengembalian modal, prosentase keuntungan
Tahap implementasi terdiri dari :

 Menetapkan tujuan efektif dari program manajemen energi untuk organisasi


 Menentukan persyaratan dan prioritas dari investasi modal dalam program
manajemen energi
 Menetapkan prosedur pengukuran dan laporan. Hal ini dilakukan dengan memasang
alat ukur untuk “monitoring dan recording”
 Melembagakan prosedur laporan secara rutin (lembaran tertulis) untuk manajer dan
hasil publik
 Mempromosikan kepedulian yang terus menerus dan melibatkan orang lain

5
 Mengadakan review secara periodik dan mengevaluasi program manajemen energi
secara keseluruhan.

Manajemen Energi dapat didekati melalui beberapa cara yaitu komitmen manajemen
puncak terhadap usaha pengendalian biaya energi dan pembentukan organisasi yang sesuai
untuk mengimplementasikan kegiatan yang berkaitan dengan manajemen. Komitmen
manajemen puncak berguna agar tujuan akhir manajemen terlaksana. Komitmen manajemen
puncak diantaranya adalah dalam pengambilan keputusan untuk pengendalian dan
penghematan energi, keputusan yang diambil perlu dukungan informasi tentang berbagai hal
yang berkaitan dengan pemakaian energi listrik, keputusan ini harus dipublikasikan ke
seluruh tingkatan manajemen yang ada.

Dalam pelaksanaan manajemen energi diperlukan struktur organisasi yang berfungsi


sebagai subjek pelaksana manajemen energi. Struktur Organisasi tersebut terdiri dari komite
energi, diikuti dengan manajer pabrik, manajer utilities, pengawas produksi, manajer
keuangan, manajer personil dan dipimpin oleh seorang manajer energi. Manajer energi
mengemban beberapa tugas seperti mengumpulkan dan menganalisis data penggunaan energi
secara teratur, monitoring biaya energi, mengidentifikasi peluang-peluang penghematan
energi, mengembangkan alternatif proyek proyek penghematan energi (tekno-ekonomis),
menentukan proyek-proyek penghematan, serta mempublikasikan dan membudayakan hemat
energi.

Dalam pelaksanaan manajemen energi dibutuhkan beberapa informasi penting


diantaranya nilai energi yang dikonsumsi, prosentase biaya energi terhadap biaya produksi,
peralatan pemakai energi yang dipakai, pelaksanaan monitoring energi yang sudah dilakukan
dan peluang penghematan energi yang dapat diraih.
Beberapa contoh penerapan manajemen energi di industri :
 Peninjauan ulang sistem teknis dan perbaikan arsitektur bangunan

Kebanyakan gedung-gedung besar menggunakan alat pendingin (AC) yang merupakan beban
listrik paling besar. Salah satu beban pendinginan yang besar adalah sinar matahari yang
langsung masuk ke dalam ruang, terutama antara jam 10 pagi sampai jam 15. Dengan
memasang penghalang sinar matahari pada sisi timur dan barat di luar gedung pada sudut jam
10 dan jam 14, akan bisa sangat mengurangi secara drastis beban pendinginan. Dengan
mengurangi alat pendingin maka beban listrik yang dikonsumsi akan berkurang. Selain itu
Perambatan panas matahari melalui dinding dapat dikurangi dengan menambah isolator
panas. Isolator panas yang cukup baik adalah udara. Udara dingin yang keluar atau udara
panas yang masuk sama-sama memboroskan energi. Dengan melakukan peninjauan ke
lapangan, ke setiap ruang, selalu akan dapat diperoleh beberapa lubang kebocoran
udara dingin dengan udara panas yang harus segera ditutup.
 Perbaikan prosedur operasional secara manual
Beberapa prosedur operasional yang dapat dengan mudah dilaksanakan antara lain:
mewajibkan kepada para pemakai gedung untuk selalu mematikan lampu atau AC jika
sedang tidak ada orang, mematikan lampu yang dekat jendela kaca pada siang
6
hari, tidak menyalakan pompa pada jam 18-23 karena harga listrik lebih mahal, selalu
menutup pintu dan jendela yang memisahkan ruang berAC dengan yang tidak, selalu
memeriksa lampu jalan dan lampu taman yang sering lupa untuk dimatikan pada siang hari.
Prosedur operasional yang tampaknya sederhana ini ternyata dalam pelaksanaannya tidaklah
semudah seperti yang dikatakan. Diperlukan petunjuk, teguran, pengawasan yang terus
menerus dan melibatkan banyak orang, sampai menjadi suatu kebiasaan atau budaya hemat
listrik.
 Perbaikan prosedur operasional secara otomatis

Contoh penerapan manajemen energi yang disebutkan sebelumnya masih mudah dan bisa
dilaksanakan untuk gedung pendek atau pabrik kecil, dan akan menjadi sulit dilaksanakan
untuk gedung 25 lantai atau pabrik lebih besar dari 5000 m2. Untuk mengatasi kesulitan ini,
telah tersedia banyak jenis sensor dan actuator untuk berbagai keperluan. Sensor level
cahaya, sensor pintu sedang terbuka/tertutup, sensor keberadaan seseorang di dalam ruangan,
pengatur waktu otomatis, dan lain sebagainya bisa dirangkai dan dikombinasikan untuk
mencapai tujuan penghematan listrik. Konfigrasi jaringan sensor juga bisa direncanakan
dengan seksama. Bahkan sekarang juga telah tersedia teknologi addressable sensor, actuator
dan monitor. Setiap unit bisa diberi address, dan hubungan antar unit cukup dilihat sebagai
antar address. Selama addressnya sama, dimanapun berada, selalu bisa saling berhubungan.
Semua koneksi komunikasi dilakukan secara paralel dengan cukup menggunakan 2 kabel
telepon biasa. Jika Ruang Rapat tersebut kosong dalam waktu 10 menit, maka semua yang
berhubungan dengan address yang sama akan mati semua. Petugas jaga di ruang monitor
mempunyai kuasa untuk mematikan semua yang berhubungan dengan adress tersebut. Semua
dilakukan dengan cara yang sangat sederhana. Salah satu kelemahan sistem otomatisasi
terletak pada SDM yang sering gaptek (gagap teknologi) program komputer, baik pada sisi
operator maupun manajemen.
 Pemasangan alat penghemat listrik di seluruh instalasi.
Pada prinsipnya kebanyakan beban (peralatan yang memakai listrik), selalu bisa dihemat
listriknya walau sedikit. Di sini diperlukan kejelian dan keahlian untuk menentukan memilih
jenis beban dan alat yang sesuai untuk penghematan. Beban lampu pijar, lampu neon,
pemanas, unit AC, motor, dan lain-lain, semuanya mempunyai alat penghemat yang
spesifik/unik berdasarkan kinerja beban, schedul pemakaian beban. Dalam persoalan ini,
yang lebih penting adalah multiplier effect dari penghematan yang kecil-kecil ini, yang sudah
terbiasa dengan penghematan secara parsial. Berapa tingkat penghematan total yang bisa
diperoleh untuk suatu instalasi, hanya bisa diestimasi berdasarkan statistik dari banyak
program/ proyek yang pernah dilakukan. Perusahaan yang bergerak dalam bidang
penghematan energi listrik mempunyai rahasia angka yang tidak bisa dibuka terhadap
clientnya. Perusahaan Kontraktor Penghemat Biaya Listrik melakukan audit energi yang
biasa dipakai, mencari peluang kemungkinan di mana saja bisa dilakukan penghematan,
menghitung/estimasi besar penghematan, menjamin besar penghematan dalam persen,
menghitung waktu pengembalian modal (payback period). Dengan cara ini, tingkat
penghematan yang bisa dicapai antara 5-20%.

7
 Perbaikan kualitas daya listrik.

Untuk mengoptimalkan energi listrik diantaranya dengan meningkatkan faktor daya atau
disebut perbaikan faktor daya. Faktor daya yang buruk mengakibatkan konsumsi daya reaktif
yang sangat besar. Pada industri, penggunaan daya reaktif ini akan dikenakan biaya jika
faktor dayanya dibawah 0,85 sesuai standar yang telah ditetapkan PT. PLN (persero).
Penggunaan beban-beban reaktif dalam suatu sistem tenaga listrik akan mengakibatkan
menurunnya faktor daya. Untuk mengurangi bahkan menghilangkan biaya pemakaian kVAR
tersebut dapat dilakukan melalui perbaikan faktor daya dengan pemasangan kapasitor dengan
mengkompensasi beban-beban induktif. Kapasitor ini akan berfungsi sebagai sumber daya
reaktif sehingga beban tidak lagi menyerap daya reaktif dari PLN.

Sumber Referensi :
http://prokum.esdm.go.id/pp/2009/PP%2070%202009.pdf

http://www.bappenas.go.id/files/5413/6082/9497/03mustopadidjaja__20091014125717__224
9__0.pdf
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-24350-2209105094-Paper.pdf
http://antara191.blogspot.co.id/2012/10/manajemen-energi.html

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dr-giri-wiyono-mt/d-perencanaan-
manajemen-energi-listrik.pdf

Anda mungkin juga menyukai