Latar Belakang
Kejadian Luar Biasa atau yang sering disebut KLB adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya
wabah (Kemenkes, 2010). KLB seperti penyakit menular, keracunan makanan, dan keracunan
bahan berbahaya lainnya masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena dapat
menyebabkan jatuhnya korban kesakitan dan kematian yang besar, menyerap anggaran biaya
yang besar dalam upaya penanggulangannya, berdampak pada sector ekonomi, pariwisata,
serta berpotensi menyebar luas lintas kabupaten/kota, provinsi bahkan internasional yang
membutuhkan koordinasi dalam penanggulangannya (Kemenkes, 2004).
Campak merupakan salah satu KLB penyakit menular di Indonesia yang hingga saat ini
masih menjadi masalah kesehatan karena kasus campak masih tinggi (Marniasih dkk.,2012).
Penyakit campak dikenal juga sebagai Morbili atau Measles (di beberapa daerah disebut juga
tampek, dabaken) merupakan penyakit infeksi virus yang sangat menular (infeksius).
Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita
campak (air borne disease) (Yani dkk., 2015). Penyakit campak sangat berpotensi menjadi
wabah apabila cakupan imunisasi rendah dan kekebalan kelompok (herd immunity) tidak
terbentuk. Ketika seseorang terkena campak, 90% orang yang berinteraksi erat dengan
penderita dapat tertular jika mereka belum kebal terhadap campak. Seseorang dapat kebal jika
telah diimunisasi atau terinfeksi virus campak (Kemenkes, 2017). Berdasarkan data dari
Kemenkes, melalui kegiatan surveilans setiap tahun dilaporkan lebih dari 11.000 kasus suspek
campak dan hasil konfirmasi laboratorium menunjukkan 12-39% di antaranya adalah campak
pasti (lab confirmed). Dari tahun 2010 sampai 2015, diperkirakan terdapat 23,164 kasus
campak. Jumlah kasus ini diperkirakan masih lebih rendah dibanding dengan angka sebenarnya
dilapangan, mengingat masih banyaknya kasus yang tidak terlaporkan, terutama dari pelayanan
kesehatan swasta serta kelengkapan laporan survelans yang masih rendah.
Oleh karena itu, dibutuhkan koordinasi semua pihak baik pemerintah, petugas kesehatan,
masyarakat, dan berbagai sektor lainnya dalam melakukan tindakan preventif, kuratif maupun
rehabilitative dalam mengatasi Kejadian Luar Biasa ini. Perawat sebagai petugas kesehatan
dapat melakukan survailens untuk mengetahui epidemiologi dan penanggulangan KLB di suatu
wilayah (Efendi & Makhfudli, 2009). Petugas kesehatan juga dapat berperan mencegah KLB
dengan cara mengadakan penyuluhan dan sosialisasi tentang cara dan penanggulangan
penyakit yang cenderung mengarah ke KLB dan lebih sering melakukan kunjungan untuk
melakukan pelayanan kesehatan ke tempat daerah yang sulit di jangkau (Nurlaila & Hanna,
2016). Selain itu perawat juga berperan dalam menetapkan asuhan keperawatan yang tepat
dalam mengatasi kasus yang ditimbulkan akibat KLB ini.
B. Rumusan Masalah
6. Bagaimana peran masyarakat dan petugas kesehatan dalam menghadapi KLB khususnya
penyalit menular campak?
7. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat dalam mengatasi kasus KLB khususnya penyakit
menular campak?
B. Tujuan
5. Mengetahui metode dan cara dalam mengatasi KLB khususnya penyakit menular campak.
6. Mengetahui peran masyarakat dan petugas kesehatan dalam menghadapi KLB khususnya
penyalit menular campak.
7. Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat dalam mengatasi kasus KLB khususnya
penyakit menular campak.
C. Manfaat:
1. Bagi Pemerintah
2. Bagi Petugas Kesehatan
3. Bagi Mahasiswa
4. Bagi Masyarakat
Sumber:
Efendi, F., Makhfudli. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurlaila & Hanna, N.(2016). Karakteristik kejadian luar biasa campak pada salah satu desa di
kabupaten pesawaran provinsi Lampung. Jurnal Keperawatan, (7)2, 185-189.
Yani, S.L., Yuniastini, Fitriana. (2015). Hubungan status imunisasi campak dengan kejadian
campak. Jurnal Keperawatan, (9)2, 258-261.