Jurnal Permodelan Geologi
Jurnal Permodelan Geologi
1
Program Studi Teknik Geologi, STT-Migas Balikpapan, Indonesia.
2
Departemen Geofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar,
Indonesia
Manuscript received: 11 June 2019; Received in revised form: 29 September 2019; Accepted: 1 October 2019
Abstrak
Metode gravitasi merupakan salah satu metode geofisika yang sering digunakan untuk mendapatkan
informasi tentang gambaran bawah permukaan melalui perbedaan rapat massa antar batuan di
sekitarnya. Data anomali gravitasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang
sudah dilakukan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan mereduksi data gravitasi
pengamatan sampai diperoleh nilai anomali Bouguer lengkap. Hasil interpretasi anomali medan
gravitasi menunjukkan bahwa jenis batuan yang ada di bawah permukaan daerah penelitian adalah
peridotit, riolit, dan basalt. Batuan dengan densitas tertinggi yaitu peridotit dengan nilai densitas 3.341
gr/cm3. Hal tersebut dikarenakan adanya proses intrusi yang membentuk batuan beku jenis peridotit dan
dua sesar karena terdapat dua batas zona yang memiliki perbedaan densitas yang sangat signifikan.
Abstract
Gravity method is one of the geophysical methods that is often used to obtain information about the
subsurface through differences density of the rocks around it. Gravity anomaly data used in this study
is primary data that has been processed data. Data processing is obtained by reducing gravity
observation data until complete Bouguer anomaly values. The results of the interpretation of the gravity
anomaly show that the types of rocks in subsurface of the study area are peridotite, rhyolite and basalt.
The rock with the highest density is peridotite with a density value of 3.341 gr/cm3. This is due to the
intrusion process to forming peridotite and there are two zones boundaries which have very significant
density differences.
Keywords: anomaly; subsurface; gravity method; density.
Pendahuluan bawah permukaan berdasarkan variasi rapat
massa batuan pada suatu daerah penelitian
Struktur bumi paling luar tersusun dari adalah dengan menggunakan metode
lapisan kerak benua dan kerak samudera. gravitasi.
Kedua lapisan tersebut memiliki perbedaan
densitas (kerapatan) yang dapat Metode gravitasi merupakan metode
mempengaruhi medan gravitasi bumi. ekplorasi geofisika dengan cara mengukur
Salah satu metode geofisika yang dapat percepatan gravitasi di bawah permukaan
digunakan untuk mengidentifikasi lapisan bumi yang diakibatkan karena adanya
perbedaan densitas batuan dari suatu daerah Re: jari – jari bumi.
(Blakely, 1996). Metoda ini cukup baik
digunakan untuk mendefinisikan daerah Dalam survey gayaberat diharapkan hanya
target spesifik untuk selanjutnya disurvei variasi densitas bawah permukaan saja,
dengan metode geofisika lain yang lebih sehingga faktor – faktor lain harus
detil. Adanya suatu sumber yang berupa dikoreksi, antara lain:
suatu massa (masif, lensa, atau bongkah
besar) di bawah permukaan akan 1. Koreksi Pasang Surut (Tide
menyebabkan terjadinya gangguan medan Correction)
gayaberat (relatif). Gangguan ini disebut
sebagai anomali gayaberat. Karena Koreksi pasang surut disebabkan karena
perbedaan medan gayaberat ini relatif kecil adanya pengaruh dari pasang surut. Koreksi
maka diperlukan alat ukur yang mempunyai tersebut dilakukan untuk menghilangkan
ketelitian yang cukup tinggi sehingga efek gravitasi benda-benda di luar bumi
variasi medan gayaberat di permukaan seperti matahari dan bulan. Besarnya
bumi dapat diukur dari suatu titik observasi perubahan yang disebabkan ini bervariasi
terhadap titik observasi lainnya. Pada terhadap lintang, waktu bulanan, waktu
penelitian ini dilakukan interpretasi dan tahunan (Untung, 2001).
pemodelan untuk mengetahui variasi rapat
massa bawah permukaan pada daerah
2. Koreksi Apungan (Drift Correction)
Bantar Karet, Jawa Barat.
Koreksi apungan terjadi karena adanya
Prinsip Dasar Metode Gayaberat perbedaan pembacaan percepatan gravitasi
pada stasiun yang sama akan tetapi waktu
Prinsip dasar dari metode gayaberat/ yang berbeda. Untuk menghilangkan efek
gravitasi ini adalah menggunakan hukum ini, akusisi data didesain dalam suatu
gravitasi newton yang menyatakan bahwa rangkaian tertutup, sehingga besar
gaya tarik menarik dua titik yang memiliki penyimpangan tersebut dapat diketahui dan
massa m1 dan m2 yang terpisah pada jarak r diasumsikan linier pada selang waktu
maka dapat ditulis persamaan tersebut tertentu (t) (Reynolds, 1997). Persamaan
(Serway dan Jewet, 2009): untuk koreksi apungan dapat dilihat pada
𝑚 𝑚
𝐹⃗ = 𝛾 𝑟1 2 2 𝑟̂ (1) persamaan berikut ini (Reynolds, 1997):
(g𝑛 −g0 )
F adalah gaya yang ditimbulkan antara dua 𝑑𝑟𝑖𝑓𝑡 = (𝑡𝑛 − 𝑡0 ) (3)
(𝑡𝑛 −𝑡0 )
partikel yang bermassa m1 dan m2, r adalah
jarak antar dua partikel, r ̂ adalah vektor tn adalah waktu ke-n; t0 waktu pada
satuan dari m1 dan m2, dan γ adalah pembacaan pertama; g 𝑛 adalah hasil bacaan
konstanta gravitasi universal (6.6732 x 10- percepatan gravitasi ke-n; g 0 adalah hasil
11N m2/kg2). bacaan percepatan gravitasi yang pertama.
tersebut antara lain Koreksi Pasang Surut, Complete Bouguer anomaly (CBA). Nilai
Koreksi Drift, Koreksi Lintang, Koreksi CBA merupakan akumulasi percepatan
Udara Bebas, dan Koreksi Bouguer. gravitasi dari titik observasi sampai
Koreksi Pasang Surut dilakukan akibat kedalaman yang tidak diketahui (relatif
adanya pengaruh gaya tarik benda-benda pada basement). Berdasarkan nilai CBA
lain, misalnya bulan dan matahari dan juga tersebut maka dihasilkan peta CBA, seperti
karena adanya rotasi bumi. Setelah data pada Gambar 1, dengan menggunakan
tersebut dikoreksi maka didapatkan nilai software Surfer.
Metode gravitasi dalam hal ini digunakan adalah peta anomali yang dekat dengan
untuk keperluan mengetahui kondisi bawah permukaan (source). Sebaliknya, anomali
permukaan berdasarkan sebaran nilai regional berkaitan dengan frekuensi rendah
variasi rapat massa sehingga yang sehingga memiliki kedalaman yang lebih
dimodelkan adalah peta anomali residual. dalam dibanding residual. Hal ini
Anomali residual cukup dangkal disebabkan oleh adanya atenuasi
dibandingkan dengan anomali regional gelombang dimana frekuensi akan terus
sebab anomali residual berkaitan dengan melemah seiring pertambahan jarak dan
frekuensi tinggi sehingga yang dihasilkan waktu (Gambar 2).
Untuk mendapatkan anomali residual perlu residual. Banyak metode filtering yang
dilakukan pemisahan (filtering) CBA dapat digunakan untuk memisakan anomali
menjadi anomali regional dan anomali tersebut. Salah satunya yaitu Moving
Average dan Second Vertical Derrivative Spasi baru dan CBA baru tersebut diolah
(SVD). Namun, pada kasus ini metode dengan NUMERI.EXE. Software ini
filtering yang digunakan adalah metode menggunakan prinsip Tranformasi Fourier.
Moving Average. Sebelum dilakukan Sehingga data yang sebelumnya dalam
pemisahan, peta CBA perlu dianalisis domain waktu dapat ditransfomasi dalam
spektral. Analisis spektral bertujuan untuk domain frekuensi. Hasil yang didapatkan
estimasi kedalaman dan menentukan berupa nilai real dan imajiner serta
jumlah maksimal window yang akan frekuensi. Nilai tersebut digunakan untuk
digunakan pada proses filterasi mendapatkan nilai amplitudo (A), bilangan
(pemisahan). Peta CBA yang telah diiris gelombang (k), dan logaritma natural
berisi spasi dan nilai CBA. Karena analisis amplitudo (ln A). Korelasi antara k dan ln
spektral memanfaatkan analisis fourier A menghasilkan grafik yang
maka pertambahan spasi yang digunakan memperlihatkan nilai gradien dan nilai
tetap. Sehingga dibutuhkan spasi baru dan konstanta untuk regional dan residual.
CBA baru yang bergantung pada nilai spasi Sehingga dapat dihitung nilai cut off dan
dan CBA yang didapatkan dari hasil slice. window (Gambar 3).
Regional
Residual
Window yang dihasilkan merupakan nilai dilakukan pengurangan peta CBA dengan
maksimal yang akan digunakan pada proses peta anomali regional untuk memperoleh
filterasi Moving Average. Perlu peta anomali residual. Peta anomali
diperhatikan bahwa semakin kecil nilai residual tersebut dapat dijadikan sebagai
window maka akan semakin mirip dengan analisis awal terhadap adanya sesar atau
data asli. Begitupun sebaliknya, semakin intrusi. Pada peta tersebut diperlihatkan
besar nilai window maka akan semakin daerah yang memiliki nilai percepatan
banyak data yang tersamarkan. Metode gravitasi yang tinggi dan daerah yang
Moving Average merupakan metode low memiliki percepatan gravitasi yang rendah.
pass filter, yaitu mampu meloloskan Secara teori, sesar kemungkinan terdapat
frekuensi rendah dan memfilter frekuensi pada batas zona dengan nilai densitas tinggi
tinggi. Sehingga peta yang dihasilkan dan dengan nilai densitas rendah (Gambar
berupa peta anomali regional. Karena yang 4).
dimodelkan adalah peta residual maka
Berdasarkan hasil proses matching variasi nilai rapat massa batuan pada daerah
didapatkan kontras densitas yang tersebut (Tabel 1).
ditunjukkan pada Gambar 5. Selanjutnya
nilai kontras densitas tersebut kemudian Berdasarkan pemodelan bawah permukaan
dikurangkan dengan nilai densitas andesit daerah penelitian, batuan yang dominan
sebesar 2,67 gr/cm3 sehingga didapatkan menjadi sumber anomali adalah peridotit,
riolit, dan basalt (Telford et al., 1990). Hal
tersebut terjadi karena adanya proses intrusi Batuan dengan densitas tertinggi yaitu
sehingga membentuk batuan beku jenis peridotit dengan nilai densitas 3,341
peridotit dan terdapat dua sesar karena gr/cm3. Hal tersebut terjadi karena adanya
terdapat dua batas zona yang memiliki proses intrusi sehingga membentuk batuan
perbedaan densitas yang sangat signifikan beku jenis peridotit dan terdapat dua sesar
(Gambar 5). Satuan litologi daerah karena terdapat dua batas zona yang
penelitian terdiri atas satuan tuf laminasi, memiliki perbedaan densitas yang sangat
satuan breksi vulkanik, satuan lava andesit, signifikan.
satuan tuf lapilli, satuan tuf dan satuan
intrusi dasit (Febriyana dkk., 2014). Daftar Pustaka
Tabel 1. Nilai kontras densitas dan densitas hasil
pengukuran. Blakely, R.J., 1996, Potential theory in
Kontras Densitas hasil Jenis batuan gravity and magnetic applications:
densitas pengolahan (Telford et al., Cambridge University Press, New
(gr/cm3) (gr/cm3) 1990) York, 441 p.
0,4574 2,2126 Clay
-0,378 3,048 Basalt
Febriyana, R.D, Aribowo,Y, Widiarso.
0,2686 2,4014 Riolit D.A, 2014, Geologi dan alterasi
-0,671 3,341 peridotit hidrotermal Daerah Bantar Karet dan
-0,3 2,97 peridotit sekitarnya Kecamatan Nanggung,
0,6451 2,0249 Sand Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat,
-0,16 2,83 Basalt Geological Engineering E-Journal. Vol.
-0,639 3,309 peridotit
6(1), 218-232.
0,7873 1,8827 Sand
Kearey, P., Keith, A.K., Vine, F.J. 2009.
Global Tectonics. New Jersey: Wiley-
Kesimpulan Blackwell.
Lowrie, W. 2007. Fundamental of
Berdasarkan penelitian tersebut dapat Geophysics. Cambridge University
disimpulkan bahwa Nilai Complete Press. Cambridge, United Kingdom.
Bouguer Anomaly (CBA) daerah Bantar Reynold, J. M., 1997, An Introduction to
Karet, Jawa Barat berkisar antara 57,5 - 66 Applied and Environmental
mGal. Anomali rendah terletak di bagian Geophysics, John Wiley and Sons Inc.,
timur, timurlaut dan utara. Anomali tinggi England.
terletak di bagian baratdaya dan tenggara. Serway, Raimond A. dan Jhon W. Jewet,
Nilai anomali rendah berasosiasi dengan Jr., 2009. Fisika untuk Sains dan
nilai kontras rapat massa batuan yang kecil Teknik. Jakarta: Salemba Teknika.
sedangkan nilai anomali tinggi berasosiasi Telford, W. M., Geldart, L. P., Sheriff, R.
dengan nilai kontras rapat massa batuan E., and Keys. D. A., 1990, Applied
yang tinggi. Perubahan nilai anomali Geophysics, Cambridge University
rendah ke tinggi yang sangat signifikan Press, Cambridge.
terlihat di bagian timur. Perubahan ini Untung. M., 2001, Dasar – Dasar Magnet
disebabkan oleh perubahan nilai kontras dan Gayaberat Serta Beberapa
rapat massa batuan yang terjadi akibat Penerapannya, Himpunan Ahli
tebalnya sedimentasi. Geofisika Indonesia (HAGI), Jakarta.
Berdasarkan interpretasi kuantitatif,
diperoleh variasi nilai rapat massa batuan
yang mengindikasikan daerah tersebut
dominan batuan peridotit, riolit, dan basalt.