Anda di halaman 1dari 21

TUGAS

STRUKTUR RANGKA PEMIKUL

MOMEN KHUSUS

Disusun oleh Kelompok 3

Edwin Putra Wijaya

Noviale Tomatalla

Yosua Elias

Samuel Takaalumang

Immanuel Rogahang

TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE

MANADO
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................1


BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................3
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................4
BAB II PENJELASAN ..........................................................................................................5
2.1 Pengertian Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (RPMK) .................................5
2.1.1 Sistem rangka pemikul momen khusus .............................................................5
2.2 Syarat Syarat Dalam Perencanaan Rpmk .................................................................6
2.1.2 Komponen struktur lentur (balok) pada SRPMK (SNI 2847-2013 Pasal 21.5).6
2.1.3 Komponen Stuktur yang Menerima Kombinasi Lentur dan Beban Aksial
(Kolom) pada SRPMK (SNI 2847-2013 Pasal 21.6) ......................................................11
2.3 Gambar Detail Tulangan Rpmk ..............................................................................18
BAB III KESIMPULAN ..........................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perancangan struktur pada rumah – rumah atau gedung – gedung,

pengaruh gempa merupakan salah satu hal yang penting dianalisa, terutama

bangunan – bangunan yang berada dalam wilayah yang sering dilanda gempa

besar. Suatu struktur yang didirikan pada daerah rawan gempa harus mampu

menahan gempa besar tanpa runtuh, walaupun boleh terjadi kerusakan struktur

(Kurdian, 2004). Sedangkan komponen – komponennya harus mempunyai

kemampuan daktilitas, agar tidak gagal oleh beban gempa rencana yang lebih

besar dari beban nominalnya (Rachmat P, 2005).

Dalam rangka pembuatan tugas makalah , kami membuat makalah tentang

rpmk(rangka pemikul momen khusus ) untuk tugas gempa .

Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) adalah sistem struktur

yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara

lengkap. Sedangkan beban lateral dipikul oleh rangka pemikul momen terutama

melalui mekanisme lentur. Dengan adanya sistem ini diharapkan suatu bangunan

dapat berperilaku daktail yang nantinya akan memncarkan energi gempa serta

membatasi beban gempa yang masuk ke dalam struktur (SNI 03-1726-2002).


1.2 Rumusan Masalah
a) Apa yang di maksut RPMK?
b) Apa syarat-syarat dalam RPMK?
c) Bagaimana gambar detail tulangan menggunakan metode RPMK?

1.3 Tujuan Penulisan


a) mengetahui apa itu RPMK
b) Mengetahui jenis-jenis syarat dalam metode RPMK
c) Melihat dan mengetahui cara mengambar detail tulangan
BAB II

PENJELASAN

2.1 Pengertian Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (RPMK)


2.1.1 Sistem rangka pemikul momen khusus
Rangka pada rangka pemikul momen merupakan pertemuan-pertemuan dari
balok dan kolom. Pertemuan ini ada pada sebuah join. Pada rangka baja,
pertemuan ini dihubungkan dengan las atau baut mutu tinggi. Menurut Hamburger,
dkk. (2009) keuntungan utama dari struktur rangka pemikul momen khusus adalah
tidak mempunyai dinding struktural atau bresing vertikal dan diagonal. Hal
tersebut sangat positif, karena memberikan kebebasan dalam desain secara
arsitektural.
Pada rangka pemikul momen, ada elemen-elemen tertentu yang dijadikan
sebagai tempat untuk memencarkan energi gempa, tetapi ada juga elemen yang
tidak dirancang untuk memencarkan energi. Untuk mendisipasi energi, pada
rangka pemikul momen khusus, ada sendi-sendi plastis sebagai tempat untuk
mendisipasi energi. Adan dan Hamburger (2010) mengatakan bahwa pada rangka
pemikul momen khusus, perilaku inelastis ditampung melalui pembentukan
sendisendi plastis pada balok dan pada dasar kolom.
Sistem rangka pemikul momen khusus mempunyai fleksibilitas yang tinggi.
Hal ini menyebabkan penyerapan gaya geser menjadi berkurang dan mempunyai
kapasitas yang tinggi untuk memencarkan energi karena banyaknya sendi plastis
yang dapat terjadi pada ujung-ujung balok. Menurut SNI 03-1726- 2002 nilai
daktilitas dari Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus adalah 5,2 sedangkan
faktor reduksi beban yang diberikan adalah 8,5.karakteristik di atas, menunjukkan
bahwa SRPMK mempunyai kinerja yang baik dalam menerima beban gempa.
Karena rangka bersifat fleksibel, maka akan menyebabkan simpangan antar lantai
yang besar, sehingga dalam menggunakan SRPMK, sebaiknya bentang tidak
terlalu besar.
Berdasarkan SNI-2847:2013 sistem rangka pemikul momen adalah system
struktur yang pada dasrnya memilik rangka ruang pemikul beban gravitasi secara
lengkap, sedangkan beban lateral yang diakibatakan oleh gempa dipikul oleh
rangka pemikul momen melalui mekanisme lentur, system ini terbagi menjadi 3,
yaitu
a. SRPMB (Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa)
b. SRPMM (Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah)
c. SRPMK (Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus)
Pembagian sistem tersebut berdasarkan pada jenis tanah wilayah. Kabupaten
Malang merupakan yang sering terjadi gempa dan masuk pada kategori resiko
gempa D maka dalam perencanaan bangunan dibutuhkan pererencanaan
menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus. Dalam sistem ini
menggunakan konsep yaitu Strong Coloumn and Weak Beam ( kolom kuat dan
balok lemah)..
Agar sebuah desain struktur di daerah gempa menjadi ekonomis, sifat daktail
yang dimiliki struktur dapat dimanfaatkan untuk menerima energi gempa pasca
kondisi elastisnya. Dengan adanya daktilitas ini, respons spektrum gempa rencana
elastis dapat direduksi menjadi gempa nominal dengan konsekuensi persyaratan
desain yang cukup kuat.
Menurut SNI 1726-2012, persyaratan rangka pemikul momen adalah
kehilangan tahanan momen di sambungan balok ke kolom di kedua ujung balok
tunggal tidak akan mengakibatkan lebih dari reduksi kuat tingkat sebesar 33
persen, atau sistem yang dihasilkan tidak mempunyai ketidakleraturan torsi yang
berlebihan.

2.2 Syarat Syarat Dalam Perencanaan Rpmk


2.1.2 Komponen struktur lentur (balok) pada SRPMK (SNI 2847-2013 Pasal
21.5)
a. Ruang Lingkup
Komponen struktur rangka momen khusus yang membentuk

bagian sistem penahan gaya gempa dan diproporsikan terutama untuk

menahan lentur harus memenuhi syarat-syarat dibawah ini :

- Gaya tekan aksial terfaktor pada komponen struktur, Pu, tidak boleh

melebihi Agf’c/10

- Bentang bersih untuk komponen struktur, ln, tidak boleh kurang dari

empat kali tinggi efektifnya

- Lebar komponen, bw, tidak boleh kurang dari yang lebih kecil dari

0,3h dan 250 mm.

b. Tulangan longitudinal
1. Pada setiap irisan penampang komponen struktur lentur

• Jumnlah tulangan tidak boleh kurang dari

√𝑓′𝑐
𝐴𝑠𝑚𝑖𝑛 = 𝑏 𝑑
4. 𝑓𝑦 𝑤

• Tidak boleh kurang dari 1,4 bwd/fy

• Rasio tulangan 𝜌 tidak boleh melebihi 0,025.

• Sekurang-kurangnya harus ada 2 batang tulangan atas dan dua batang

tulangan bawah yang dipasang secara menerus.

2. Kuat lentur positf komponen lentur pada muka kolom tidak boleh lebih

kecil dari setengah kuat lentur negatifnya pada muka tersebut. Baik kuat

lentur negatif maupun kuat lentur positif pada setiap penampang di


sepanjang bentang tidak boleh kurang dari seperempat kuat lentur

terbesar yang disediakan pada kedua muka kolom tersebut.

3. Sambungan lewatan pada tulangan lentur diizikan jika ada tulangan spiral

atau sengkang tertutup yang mengikat bagian sambungan lewatan

tersebut yang mengikat daerah sambungan lewatan tersebut tidak

melebihi d/4 atau 100 mm. Sambungan lewatan tidak boleh digunakan

pada :

• Daerah hubungan balok kolom

• Daerah hingga jarak dua kali tinggi komponen struktur dari muka

joint

• Tempat-tempat yang berdasarkan analisis, memperlihatkan

kemungkinan terjadinya leleh lentur akibat perpindahan lateral

inelastik struktur ranga.

c. Tulangan transversal
1. Sengkang harus dipasang pada komponen struktur pada daerah-

daerah dibawa ini :

• Pada daerah hingga dua kali tinggi balok diukur dari muka tumpuan

ke arah tengah bentang, di kedua ujung komponen struktur lentur.

• Disepanjang daerah dua kali tinggi balok pada kedua sisi dari suatu

penampang dimana leleh lentur diharapkan dapat terjadi sehubungan

dengan terjadinya deformasi inelastik struktur rangka.


2. Sengkang tertutup pertama harus dipasang tidak melebihi 50 mm dari

muka tumpuan.

• d/4

• enam kali diameter terkecil batang tulangan lentur

• 150 mm

3. Pada daerah yang memerlukan sengkang tertutup, tulangan

memanjang pada parameter harus mempunyai pedungkung lateral

4. Pada daerah yang tidak memerlukan sengkang tertutup, sengkang

dengan kait gempa pada kedua ujungnya haurs dipasang dengan spasi

tidak lebih dari d/2 di sepanjang bentang komponen struktur.

5. Sengkang atau pengikat yang diperlukan untuk memikul geser harus

dipasang disepanjang komponen struktur.

6. Sengkang tertutup dan komponen strutur lentur diperbolehkan terdiri

dari dua unit tulangan, yaitu sebuah sengkang dengan kait gempa

pada kedua ujung dan ditutp oleh pengikat silang. Pada pengikat

Gambat 1 Contoh – contoh sengkang tertutup saling tumpuk dan


ilustrasi batasan pada spasi horixontal maximum batang tulangan
longitudinal yang di tumpu
silang yang berurutan yang mengikat tulangan memanjang yang

sama, kait 90 derajat harus dipasang secara berselang–seling. Jika

tulangan memanjang yang diberi pengikat silang dikekang oleh pelat

lantai hanyan pada satu sis saja maka kait 90 derajatnya harus

dipasang pada sisi yang disekang.

d. Persyaratan kuat geser


1. Gaya rencana

Gaya geser rencana Ve harus ditentukan dari peninjauan gaya

statik pada bagian komponen struktur antara dua muka tumpuan.

Momen-momen dengan tandan berlawanan, sehubungan dengan kuat

lentur maksimum, Mpr harus dianggap bekerja pada muka-muka

tumpuan, dan komponen struktur tersebut dibebani dengan beban

gravitasi terfaktor disepanjang bentangnya.

2. Tulangan transvesal

Tulangan transversal sepanjang daerah yang ditentukan harus

dirancang untuk memikul geser gempa dengan menganggap Ve = 0,

bila :

• Gaya geser akibat gempa yang dihitung sesuai dengan gaya rencana

mewakili setengah atau lebih daripasa kuat geser perlu maksimum di

sepanjang daerah tersebut.

• Gaya aksial tekan terfaktor, Pu, termasuk akibat gempa, lebih kecil

dari Agf’c/20
2.1.3 Komponen Stuktur yang Menerima Kombinasi Lentur dan Beban Aksial
(Kolom) pada SRPMK (SNI 2847-2013 Pasal 21.6)
a. Ruang Lingkup
- Ukuran penampang terkecil, diukur pada garis lurus yang melalui

titik pusat geometris penampang, tidak kurang dari 300 mm

- Perbandingan antara ukuran terkecil penampang terhadap ukuran

dalam arah tegak lurusnya tidak kurang dari 0,4

b. Kekuata Lentur Minimum Kolom


- Kuat lentur kolom yang dirancang untuk menerima beban aksial

tekan terfaktor melebihi Agf’c/10

- Kekuatan lentur kolom harus memenuhi


Gambat 2 Geser Desain untuk balok dan kolom

Gambat 3 Geser Desain untuk balok dan kolom


• Kuat lentur kolom harus memnuhi ∑ 𝑀𝑛𝑐 ≥ (1,2) ∑ 𝑀𝑛𝑏

• ƩMnc adalah jumlah kekuatan lentur nominal kolom yang merangka

ke dalam join, yang dievaluasi di muka-muka joint. Kekuatan lentur

kolom harus dihitung untuk gaya-gaya aksial terfaktor, konsisten

dengan arah gaya-gaya lateral yang ditinjau, yang menghasilkan

kekuatan lentur terendah

• ƩMnb adalah jumlah kekuatan lentur nominal balok yang merangka

ke dalam joint, yang dievaluasi di muka-muka joint. Pada konstruksi

balok-T, dimana slab dalam kondisi tarik akibat momen-momen

dimuka joint, tulangan slab dalam lebar slab efektif diasumsikan

menyumbang kepada Mnb jika tulangan slab disalurkan pada

penampang kritis untuk lentur.

Jika persamaan tersebut tidak dipenuhi maka kolom pada

hubungan balok-kolom tersebut harus direncanakan dengan

memberikan tulangan transversal yang dipasang disepanjang tinggi

kolom;

c. Tulangan Memanjang
Rasio tulangan memanjang, Ast, tidak boleh kurang dari 0,01

Ag atau lebih dari 0,06 Ag


d. Tulangan Tranversal
• Tulangan transversal harus dipasang disepanjang lo dri setiap muka

joint dan juga sepanjang lo pada kedua sisi dari setiap penampang

yang berpotensi membentuk leleh lentur akibat deformasi lateral

inelastik struktur rangka lo ditentukan tidak boleh kurang daripada:

• Tinggi penampang komponen struktur pada muka joint atau pada

segmen berpontensi membentuk leleh lentur

• 1/4 bentang bersih komponen struktur

• 450 mm

• Tulangan pengikat silang tidak boleh dipasang dengan spasi lebih

daripada 350 mm dari sumbu ke sumbu dalam arah tegak lurus

sumbu komponen struktur.

• Tulangan transversal harus diletakkan dengan spasi tidak melebihi

daripada :

• 1/4 dari dimensi terkecil komponen struktur

• 6 kali diameter tulangan longitudinal

350−ℎ𝑥
• 𝑠𝑜 = 100 + ( )
3
Nilai so tidak boleh melebihi 150 mm dan tidak perlu lebih kecil dari 100

mm

Gambat 4 Contoh tulangan transversal pada kolom

Ketentuan mengenai jumlah tulangan transversal

• Luas total penampang sengkang tertutup persegi tidak boleh kurang

dari

𝑠𝑏𝑐 . 𝑓′𝑐 𝐴𝑔
𝐴𝑠ℎ = 0,3 ( ) [( ) − 1]
𝑓𝑦𝑡 𝐴𝑐ℎ

𝑠𝑏𝑐 . 𝑓′𝑐
𝐴𝑠ℎ = 0,09
𝑓𝑦𝑡

• Kolom yang menumpuh reaksi dari komponen struktur kaku yang tak

menerus seperti dinding, harus memenuhi:


• Tulangan transversal harus disediakan sepanjang tinggi kolom pada

semua tingkat di bawah diskontinuitas jika gaya tekan aksial terfaktor

pada komponen struktur ini berhubungan dengan pengaruh gempa,

melebihi Agf’c/10. Bilamana gaya desain telah diperbesar untuk

memperhitungkan kekuatan lebih elemen vertikal sistem penahan

gaya gempa, ditingkatkan menjadi Agf’c/4

• Tulangan transvesal harus menerus ke dalam komponen struktur tak

menerus paling sedikit sejarak sama dengan ld. Bila kolom berhenti

pada pondasi tapak, setepat, atau penutup tiang pondasi maka harus

diteruskan 300 mm ke dalam pondasi.

• Bila selimut beton di luar tulangan pengengkang melibihi 100mm,

tulangan transversal tambahan harus di pasang dengan spasi tidak

melebihi 300mm.

e. Persyaratan kuat Geser

➢ Gaya Desain

Gaya geser rencana, Ve, harus ditentukan dengan

memperhitungkan gaya-gaya maksimum yang dapat terjadi pada

muka hubungan balok-kolom pada setiap ujung kompnen struktur.

Gaya-gaya pada muka hubungan balok-kolom tersebut harus

ditentukan mengunakan kuat momen maksimum, Mpr, dari

komponen struktur tersebut yang terkait dengan rentang beban-beban


aksial terfaktor yang bekerja. Gaya geser rencana tersebut tidak perlu

lebih besar daripada gaya geser rencana yang ditentukan dari kuat

hubungan balok-kolom berdasarkan kuat momen maksimum, Mpr,

dari komponen struktur transvesal yang merangka dari hubungan

balok kolom tersebut. Gaya geser rencana Ve, tidak boleh lebih kecil

daripada geser terfaktor hasil perhitungan analisi strukur.

➢ Tulangan Transversal

Tulangan transversal pada komponen struktur sepanjang lo,

harus direncanakan untuk memikul geser dengan menggap V c = 0

bila,

• Gaya geser akibat gempa mewakili 50% atau lebih dari kuat geser

perlu maksimum pada bagian sepanjang lo

Gaya tekan aksial terfaktor termasuk akibat pengaruh gempa tidak


melebihi Agf’c/10
2.3 Gambar Detail Tulangan Rpmk
DAFTAR PUSTAKA

https://nawarsyarif.blogspot.com/2011/10/berkenalan-dengan-srpm-sistem-
rangka.htmlhttps://www.slideshare.net/DeboraElluisaa/sistem-rangka-pemikul-momen

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jss/article/view/2898

http://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php?journal=JFTSP&page=article&op=view&path%5B%
5D=10346

Anda mungkin juga menyukai