Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti aset, kewajiban merupakan elemen neraca yang akan membentuk

informasi sematik berupa posisi keuangan bila dihubungkan dengan elemen yang

lain yaitu aset dan ekuitas atau pos-pos rinciannya.Kewajiban merespresentasikan

sebagian sumber dana dari aset badan usaha berupa potensi jasa (manfaat) fisik dan

non-fisik yang memampukannya untuk menyediakan barang dan jasa.

Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari

kontrak mengingat dan/atau peraturan perundangan. Tugas atau tanggung jawab

untuk bertindak atau melakukan sesuatu pengorbanan ekonomis yang harus

dilakukan perusahaan karena tindakan atau transaksi sebelumnya.Pengorbanan

ekonomis dapat berbentuk penyerahan utang, aktifa lain, jasa-jasa, atau melakukan

pekerjaan tertentu tindakan atau transaksi sebelumnya itu dapat berupa uang,

barang atau jasa, diakuinya suatu beban atau kerugian

1.2 Rumusan Masalah

Beberapa masalah yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu:

1) Apa saja karakteristik dari kewajiban?

2) Bagaimana mengukur dan menentukan jumlah rupiah pada saat

penanggungan, peneusuran, dan pelunasan?

3) Apa saja atribut dalam penilaian kewajiban?

4) Apa saja kriteria pengakuan kewajiban?


1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:

1) Menyelesikan tugas kelompok dari mata kuliah “Teori Akuntansi”.

2) Untuk mengetahui karakteristik kewajiban.

3) Untuk mengetahui cara mengukur dan menentukan jumlah rupiah pada saat

penanggungan, peneusuran, dan pelunasan

4) Untuk mengetahui atribut dalam penilaian kewajiban.

5) Untuk mengetahui kriteria dari pengakuan kewajiban.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Kewajiban

Menurut FASB (SFAC No.6,Prg.35) kewajiban adalah pengorbanan manfaat

ekonomik masa datang yang cukup pasti yang timbul dari keharusan sekarang suatu

kesatuan usaha untuk mentransfer aset atau menyediakan/ menyerahkan jasa

kepada kesatuan lain dimasa datang sebagai akibat transaksi atau kejadian masa

lalu.

Menurut IASC liabilitas adalah kewajiban kini dari perusahaan yang timbul

dari peristiwa masa lalu, penyelesaian yang diharapkan dapat menghasilkan arus

keluar dari sumber daya peusahaan dalam mewujudkan manfaat ekonomi.

Menurut AASB (SAC No. 4) kewajiban adalah pengorbanan masa depan atas

potensi jasa atau manfaat ekonomi masa depan bahwa entitas saat ini wajib kepada

entitas lain sebagai akibat transaksi masa lalu atau peristiwa masa lalu lainnya.

Menurut APB kewajiban adalah kewajiban ekonomi perusahaan yang diakui

dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kewajiban juga

mencakup kredit tangguhan tertentu yang tidak kewajiban tapi yang diakui dan

diukur sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Menurut IFRS (PSAK 57) : Liabilitas adalah kewajiban kini dari perusahaan

yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaian yang diharapkan dapat

menghasilkan arus keluar dari sumber daya peusahaan dalam mewujudkan manfaat

ekonomi.
2.2 Karakteristik Utama Kewajiban

2.2.1 Pengorbanan Manfaat Ekonomik

Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu objek harus memuat suatu

tugas atau tanggung jawab kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan

usaha untuk melunasi, menunaikan atau melaksanakan dengan cara

mengorbankan manfaat ekonomik yang cukup pasti dimasa datang. Pengorbanan

manfaat ekonomik diwujudkan dalam bentuk transfer atau penggunaan aset

kesatuan usaha.

Transfer manfaat ekonomik kepada pemilik (pemegang saham) tidak

termasuk dalam pengertian pengorbanan sumber ekonomik masa datang yang

membentuk kewajiban karena untuk menjadi kewajiban pengorbanan tersebut

harus bersifat memaksa dan bukan atas dasar kebijakan atau keleluasaan

manajemen untuk memutuskan baik dalam hal jumlah rupiah maupun dalam

saat transfer.

Secara umum, keharusan mengorbankan sumber ekonomik masa datang

tidak dapat menjadi kewajiban kalau keharusan tersebut bersifat terbuka atau

tidak pasti. Kesatuan usaha tidak mempunyai keharusan untuk mentransfer aset

ke pemilik kecuali dalam hal kesatuan usaha dilikuidasi. Walaupun secara

konseptual ekuitas juga merupakan kewajiban bagi perusahaan, pengorbanan

sumber ekonomiknya tidak cukup pasti baik dalam jumlah maupun saat

sehingga kewajiban harus dibedakan dan dilaporkan secara terpisah dengan

ekuitas.

2.2.2 Keharusan Sekarang


Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu pengorbanan ekonomik

masa datang harus timbul akibat keharusan sekarang. Pengertian “sekarang”

dalam hal ini mengacu pada 2 hal waktu dan adanya.Waktu yang dimaksud

adalah tanggal pelaporan (neraca). Artinya pada tanggal neraca kalau perlu atau

kalau dipaksakan secara yuridis, etis, atau rasional pengorbanan sumber

ekonomik harus dipenuhi karena keharusan itu telah ada.Keharusan kewajiban

mencakupi keharusan kontraktual, keharusan konstruktif atau bentukan,

keharusan demi keadilan dan keharusan bergantung atau bersyarat.

a. Keharusan Kontraktual

Keharusan yang timbul akibat perjanjian atau peraturan hukum yang di dalam

nya kewajiban bagi suatu kesatuan usaha di nyatakan secara eksplit atau implicit

dan mengikat. Contoh : utang pajak, utang bunga, utang usaha, utang wesel, dan

utang obligasi.

b. Keharusan Konstruktif

Keharusan yang timbul akibat kebijakan kesatuan usaha dalam rangka

menjalankan dan memajukan usahanya untuk memenuhi apa yang disebut

praktik usaha yang baik atau etika bisnis dan bukan untuk memenuhi kewajiban

yuridis.

Contoh : servis gratis sepeda motor yang dijanjikan oleh dealer sepeda motor,

pengembalian uang untuk barang yang ternyata cacat atau rusak, dan tunjangan

hari raya

c. Keharusan Demi Keadilan

Keharusan yang ada sekarang yang menimbulkan kewajiban bagi perusahaan

semata-mata karena panggilan etis atau moral karena peraturan hukum atau
praktik bisnis yang sehat.Contoh : kewajiban memberikan donasi untuk badan

amal tiap akhir tahun dan kewajiban member hadiah kepada penduduk yang

tinggal di sekitar pabrik karena ketidaknyamanan yang ditimbulkannya.

d. Keharusan Bergantung atau bersyarat

Keharusan yang pemenuhannya tidak pasti karena bergantung pada kejadian

masa datang atau terpenuhinya syarat – syarat tertentu dimana datang.

2.2.3 Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu

Sama seperti definisi aset, kriteria ini sebenarnya menyempurkan kriteria

keharusan sekarang dan sekaligus sebagai tes pertama pengakuan suatu pos

sebagai kewajiban tetapi tidak cukup untuk mengakui secara resmi dalam

system pembukuan. Untuk mengakui sebagai kewajiban, selain definisi, kriteria

yang lain seperti keterukuran, keberpautan, dan keterandalan juga harus

dipenuhi. Transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi

definisi tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. Jadi, adanya pengorbanan

manfaat ekonomik masa datang tidak cukup untuk mengakui suatu objek ke

dalam kewajiban kesatuan usaha untuk dilaporkan via statemen keuangan.

2.3 Karakteristik Pendukung (Tidak membatalkan objek sebagai kewajiban)

FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung selain karakteristik yang

tersebut di atas, yaitu:

1. Keharusan membayar kas

Pelunasan kewajiban pada umumnya dilakukan dengan pembayaran kas. Keharusan

membayar kas pada waktu dan jumlah rupiah tertentu di masa datang merupakan

petunjuk yang kuat atau jelas mengenai adanya kewajiban. Akan tetapi, untuk
menjadi kewajiban, penyerahan aset ( kas ) bukan satu – satunya kriteria tetapi

meliputi pula penyerahan jasa. Esensi kewajiban lebih terletak pada pengorbanan

manfaat ekonomik masa datang dari pada terjadinya pengeluaran kas.

2. Identitas terbayar jelas

Jika identitas terbayar sudah jelas, maka hal tersebut hanya sekedar menguatkan

bahwa kewajiban memang ada tetapi untuk menjadi kewajiban identitas terbayar

tidak harus dapat ditentukan pada saat keharusan terjadi.

Jadi yang penting adalah bahwa keharusan sekarang pengorbanan sumber

ekonomik di masa datang telah ada dan bukan siapa yang harus dilunasi atau

dibayar.

3. Berkekuatan hukum

Memang ada pada umumnya, keharusan suatu entitas untuk mengorbankan manfaat

ekonomik timbul akibat klaims yuridis yang mempunyai kekuatan memaksa.

Definisi kewajiban sebenarnya merupakan bayangan cermin aset

2.4 Pengakuan, Pengukuran, Penilaian, dan Pengungkapan

2.4.1 Pengukuran

Pengakuan dilakukan setelah suatu kewajiban terukur dengan cukup

pasti. Penentuan kos kewajiban pada saat terjadi paralel dengan pengukuran

asset. Terjadinya kewajiban pada umumnya disertai dengan pemerolehan asset

atau timbulmnya biaya. Pemerolehan asset dapat berupa penguasaan barang

dagangannya atau asset nonmoneter lainnya yang terjadi dari transaksi

pembelian. Pemerolehan asset dapat juga berupa kas yang terjadi dari transaksi

peminjaman (penerbitan obligasi) atau penerimaan uang muka untuk barang atau

jasa. Oleh karena itu pengukur yang paling objektif untuk menentuka kos
kewajiban pada saat terjadinya adalah penghargaan sepakatan (meansured

considerations) dalam transaksi-transaksi tersebut dan bukan jumlah rupiah

pengorbanan ekonomik masa datang. Hal ini berlaku khususnya untuk

kewajiban jangka panjang.

Untuk kewajiban jangka pendek, kos penundaan dianggap tidak cukup

material sehingga jumlah rupiah kewajiban yang diakui akan sama denga jumlah

rupiah pengorbanan sumber ekonimik (kas) masa datang. Dengan kata lain,

untuk kewajiban jangka pendek, kos pendanaan (financing cost) atau kos

penundaan (bunga sebagai nilai waktu uang) dianggap material.

Penghargaan sepakatan suatu kewajiban merefleksi nilai setara tunai atau

nilai sekarang (current value) kewajiban yaitu jumlah rupiah pengorbanan

sumber ekonomik seandainya kewajiban dilunasi pada saat terjadinya. Dengan

demikian, bisnis pencatatan kewajiban adalah nilai setara tunai bukan nilai

nominal utang.

2.4.2 Pengakuan

Pada prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat

akibat transaksi yang sebelumnya telah terjadi. Mengikatnya suatu keharusan

harus dievaluasi atas dasar kaidah pengakuan (recognition rules). kriteria

pengakuan lebih berkaitan dengan pedoman umum dalam rangka memenuhi

karakteristik kualitatif informasi sehingga elemen statemen keuangan hanya

dapat diakui bila kriteria definisi, keberpautan, keterandalan, dan keterukuran

dipenuhi. Kriteria umum ini tidak operasional sehingga diperlukan kaidah

pengakuan sebagai penjabaran teknis kriteria pengakuan umum. Dalam hal


kewajiban, kaidah pengakuan berkaitan dengan saat atau apa yang menandai

bahwa kewajiban dapan diakui (dibukukan). Kriteria pengakuan kewajiban:

1. Ketersediaan dasar hukum

Kaidah ini terkait dengan kualitas keterandalan dan keberpautan informasi.

Faktur pembelian (invoice) dan tanda penerimaan barang (receiving report)

merupakan dasar hukum yang cukup meyakinkan untuk mengakui kewajiban.

Telah disebutkan bahwa ketersediaan dasar hukum yang menimbulkan daya

paksa hanya merupakan karateristik pendukung definisi kewajiban. Jadi, kaidah

ini tidak mutlak sehingga kewajiban juga dapat diakui bila terdapat bukti

substantif adanya keharusan konstruktif atau demi keadilan.

2. Keterterapan konsep dasar

Kaidah ini merupakan penjabaran teknis kriteria keterandalan. Keadaan-keadaan

tertentu yang menjadikan konsep konservatisma terterapkan dapat memicu

pengakuan kewajiban. Implikasi dianutnya konsep konservatisma adalah rugi

dapat segera diakui tetapi tidak demikian dengan untung. Ini berarti kewajiban

dapat diakui segera sedangkan aset tidak.

3. Ketertentuan substansi ekonomik transaksi

Kaidah ini berkaitan dengan masalah relevansi informasi. Utang sewaguna

(lease obligations) dapat diakui pada saat transaksi meskipun tidak ada transfer

hak milik dalam transaksi sewaguna tersebut. Dalam hal ini, kewajiban dapat

atau bahkan harus diakui kalau secara substantif sewaguna tersebut sebenarnya

adalah pembelian angsuran (yaitu memenuhi salah satu kriteria kapitalisasi).

4. Keterukuran nilai kewajiban


Keterukuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai kualitas keterandalan

informasi. Definisi kewajiban mengandung kata cukup pasti (probable) yang

mengacu tidak hanya pada terjadinya pengorbanan sumber ekonomik masa

datang tetapi juga pada jumlah rupiahnya.

Kaidah Pengakuan Kewajibanyaitu :

a. Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban

telah mengikat. Dalam hal kontrak eksekutori, pengakuan menunggu sampai

salah satu pihak memanfaatkan/ menguasai manfaat yang diperjanjikan atau

memenuhi kewajibannya (to perform).

b. Bersamaan dengan pengakuan biaya bila barang dan jasa yang menjadi

biaya belum dicatat sebagai aset sebelumnya.

c. Bersamaan dengan pengakuan aset. Kewajiban timbul ketika hak untuk

menggunakan barang dan jasa diperoleh.

d. Pada akhirnya periode karena penggunaan asas akrual melalui proses

penyesuaian. Pengakuan ini menimbulkan pos utang atau kewajiban akrual

(accrued liabilities).

Kriteria Pengakuan Kewajiban Bergantungyaitu :

a. Aset cukup pasti turun nilainya

b. Kewajiban cukup pasti timbul

c. Kejadian yang menjadikan kewajiban bergantung cukup pasti terjadi

d. Jumlah keharusan dapat diestimasikan dengan cukup layak

2.4.3 Penilaian

Jika pengukuran mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada

saat terjadinya, penilaian mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang


pada setiap saat terjadinya kewajiban sampai dilunasinya kewajiban. Makin

mendekati saat jatuh tempo, nilai kewajiban akan makin mendekati nilai

nominal.Jadi, penilaian kewajiban pada saat tertentu adalah penentuan jumlah

rupiah yang harus dikorbankan seandainya pada saat tersebut kewajiban harus

dilunasi.Atribut Penilaian Menurut FASB yaitu :

1. Nilai pasar sekarang (current market value)

2. Nilai pelunasan neto (net settlement value)

3. Nilai diskunan aliran kas masa datang (discounted value of future cash

flows)

Basis (atribut) Penilaian Keterangan Contoh Pos Yang Berpaut

Harga pasar sekarang Berbagai kewajiban yang Kewajiban penerbit opsi

melibatkan komoditas dan sebelum jangka opsi habis

surat- surat berharga dan beberapa kewajiban

pedagang efek

Nilai pelunasan neto Berbagai kewajiban yang Utang usaha, utang garansi,

melibatkan jumlah rupiah dan utang wesel jangka

yang cukup pasti tetap pendek.

waktu pelunasannya tidak

cukup pasti.

Nilai diskunan aliran kas Kewajiban moneter jangka Utang obligasi, dan utang

masa datang panjang jumlah rupiah wesel jangka panjang.

maupun saat pembayaran


cukup pasti.

Penilaian kewajiban setiap saat dalam periode dari saat pengakuan sampai pelunasan.

Penentuan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik (keharusan sekarang) setiap saat

seandainya pada saat tersebut kewajiban harus dilunasi. Penentuan niali pelunasan

sekarang (NPS)

2.4.4 Pelunasan

Pelunasan adalah tindakan atau upaya yang sengaja dilakukan oleh

kesatuan usaha sehingga bebas dari kewajiban tersebut. Pelunasan biasanya

pemenuhan secara langsung kepada pihak yang berpiutang. Pelunasan

menjadikan kewajiban tersebut hapus, tiada atau lenyap secara langsung.

Beberapa kewajiban menjadi batal atau kesatuan usaha menjadi bebas dari

kewajiban lantaran penghapusan seluruhnya/sebagian, kompromi,

penimbulan/pengakuan kewajiban baru/pengganti, pengambilalihan kewajiban

oleh pihak lain atau restrukturisasi utang. FASB menentukan kriteria lenyapnya

suatu kewajiban sebagai berikut:

a. Debitor membayar/melunasi kreditor dan bebas dari semua keharusan yang

berkaitan dengan utang.

b. Debitor telah dibebaskan secara hukum dari statusnya sebagai penanggung

utang baik keputusan pengadilan maupun oleh kreditor dan dapat dipastikan

bahwa debitor tidak akan diharuskan melakukan pembayaran di masa datang

yang berkaitan dengan utang.


c. Debitor menaruh kas atau aset lainnya yang tidak dapat ditarik kembali

dalam suatu perwakilan yang semata-mata digunakan untuk pelunasan

pembayaran bunga serta pokok suatu pinjaman tertentu dan sangat kecil

kemungkinan bagi debitor untuk diharuskan lagi melakukan pembayaran di

masa datang yang berkaitan dengan pinjaman tersebut.

Kriteria pelenyapan kewajiban menurut SFAS No. 76, prg. 3:

a. Transfer aset (finansial atau nonfinansial) sebagai pemenuhan tugas (duty)

atau keharusan

b. Dibebaskan secara yuridis

c. Pengambilalihan oleh pihak lain (obligor lain)

d. Pembentukan dana pelunasan sampai titik pembebasan substantif

2.4.5 Penyajian Pengungkapan

Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan urutan

kelancarannya sejalan dengan aset. PSAK No. 1 menggariskan bahwa aset

lancar disajikan menurut urutan likuiditas sedangkan kewajiban disajikan

menurut urutan jatuh tempo. Ini berarti kewajiban jangka pendek disajikan lebih

dahulu daripada kewajiban jangka panjang. Hal ini dimaksudkan untuk

memudahkan pembaca untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan. PSAK No. 1

menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai

kewajiban jangka pendek diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.

Kriteria tersebut adalah :

a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi

perusahaan

b. Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.
Penyajian Kewajiban Lancar, dalam praktek, kewajiban lancar biasanya

dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan pada

nilai penuh jatuh temponya. Karena singkatnya priode waktu yang terlibat, yang

sering kali kurang dari satu tahun. Akun kewajiban lancar biasanya disajikan

sebagai klasifikasi pertama dalam kelompok kewajiban dan ekuitas pemegang

saham di neraca. Dalam kelompok kewajiban lancar akun-akun itu dapat

dicantumkan menurut jatuh temponya, dalam jumlah yang menurun, atau

menurut prefensi likuiditasnya.

· Penyajian hutang jangka panjang, perusahaan yang mempunyai banyak

terbitan hutang jangka panjang dalam jumlah besar seringkali hanya melaporkan

satu akun dalam neraca dan mendukungnya dengan komentar serta skedul

dalam catatan yang menyertainya. Pengungkapan catatan umumnya berisi dari

kewajiban, tanggal jatuh tempo, suku bunga, provisi penarikan, pembatasan

yang dilakukan oleh kreditor, dan aktiva yang disepakati atau digadaikan sebagai

jaminan.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1.Identitas Jurnal

3.1.1 Jurnal Pertama

a. Judul

Analisispengaruhhutangterhadaplababersihpada PT. KretaApi Indonesia

(Persero)

b. Jurnal

JurnalRisetEkonomidanBisnis Vol. 18 No. 1, Maret 2018, ISSN : 1693-7597

c. Penulis

Vera HandayanidanMayasari

d. Tujuan Penelitian

Untukmengetahuipengaruhhutang terhadap laba bersih pada PT. KeretaApi

Indonesia (Persero) padatahun 2012 sampaidengan 2016.

e. SampelPenelitian
PT. KeretaApi Indonesia (Persero)periodepengamatanpenelitian2012

sampaidengan 2016

f. VariabelPenelitian

Variabel independent adalahhutangdan variable dependent adalahlababersih

g. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode asosiatif, jenis

data yang digunakan yaitu data kuantitatif yaitu neraca dan laporan laba rugi

pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero), dengan teknik sampel yang

digunakan adalah sampling jenuh. Dianalisis menggunakan uji regresi liniear

sederhana, uji hipotesis Uji-t, dan uji koefisien determinasi. Hasil Penelitian

h. Hasil penelitian

Hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu tidak berpengaruh secara

signifikan hutang terhadap laba bersih pada PT. Kereta Api Indonesia

(Persero). Dalam penelitian Koefisien Determinasi menunjukkan bahwa

kontribusi variabel bebas (hutang) terhadap variabel terikat (laba bersih)

adalah sebesar 18,8% sedangkan sisanya 81,2% dipengaruhi variabel lain

yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

i. Keterbatasan Penelitian

 Penulis diharapkan menggunakan periode penelitian yang lebih panjang

sehingga diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih akurat dan dapat

digeneralisasi.

 Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengombinasikan beberapa

faktor yang mempengaruhi laba bersih, menambah variable


danmenggunakansampel yang lebihbanyaksehinggapenelitian yang

dilakukanhasil yang baik.

3.1.2 Jurnal Kedua

a. Judul

Determinan Tingkat Hutang Serta Hubungan Tingkat

HutangTerhadapNilaiPerusahaan :Perspektif Pecking Order Theory

b. Jurnal

Jurnalakuntansidankeuangan Indonesia volume 5 – Nomor 2, Desember

2008

c. Penulis

MirnaAmiryadan Sari Atmini

d. Tujuan Penelitian

Penelitianinibertujuanuntukmemperolehbuktiempirismengenai

1. pengaruhkebijakandividen, profitabilitas,

pertumbuhanpenjualandanpertumbuhantotal

aktivaterhadaptingkathutangperusahaan

2. hubungantingkathutangdengannilaiperusahaan.

e. PopulasidanSampel

Populasipenelitianiniadalahperusahaanmanufaktur yang terdaftar di

BEJmenurutIndonesian Capital Market Directory 2005.

Sampelpenelitianditentukandenganpurposive sampling method.

Sampeladalahperusahaan yang memenuhikriteria :

1. Telahterdaftar di BEJ minimal satutahun

(periodepengamatanpenelitianiniadalahtahun 2003-2004)
2. Mempublikasikanlaporankeuanganauditanselamaperiodepenelitian

3. Laporankeuangannyaberakhir 31 Desember

4. Mmempunyaihutangjangkapanjang

5. Membagidividen

6. Tidakmemilikiekuitasnegative

7. Memiliki data yang lengkap

Berdasarkankriteriatersebutdiperoleh 33 perusahaansebagaisampelpenelitian.

f. Data Penelitian

Data dalampenelitianiniadalah data sekunderberupadividend payout,

labaoperasi, penjualanbersih, total aktiva, hutangjangkapanjang, total

ekuitas, hargapasarsaham, dannilaibuku per saham yang diperolehdari ICMD

2005.

g. VariabelPenelitian

Variabeldalampenelitianiniterdiriatasvariabeldependen,

yaitutingkathutangdannilaiperusahaan, sertavariabelindependen,

yaitukebijakandividen,profitabilitas, pertumbuhanpenjualan,

danpertumbuhan total aktiva.a

h. Metode Penelitian

Metodeanalisis yang digunakanadalahpath analysis.

i. Hasil Jurnal

Studiinimenemukanbahwakebijakandividendanprofitabilitasberpengaruhterh

adaptingkathutang,

sedangkantingkathutangberhubungannegatifterhadapnilaiperusahaan.

a. Keterbatasan Penelitian
1. umlahsampelperusahaanmanufaktur yang

ditelitirelatifsedikitkarenaterbatasnyajumlahperusahaan yang memenuhikriteria

yang ditetapkandanperiodepenelitianrelatifpendek.

2. Penelitianinihanyaterbataspadaindustrimanufaktur di antarajenisindustri lain

yang listing diBEJ

sehinggahasilanalisistidakdapatdigeneralisirterhadapseluruhjenisindustri.

3. Penelitianinimenggunakananalisisjalur yang menelitihubungansatuarahdi

antaravariabel-

variabelpenelitiandantidakdapatmemprediksiarahhubungandanpengaruhresiprok

alantarvariabel.

3.2 ReviewJurnal

3.3 Pembahasan
BAB VI

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama yaitu pengorbanan manfaat

ekonomi masa datang, menjadi keharusan sekarang dan timbul akibat transaksi

ataukejadian masa lampau

Pengertian kewajiban merupakan bayangan cermin pengertian aset. Transaksi

atau kejadian masa lalu menimbulkan penguasaan sekarang perolehan manfaat

ekonomik masa datang untuk aset sedangkan untuk kewajiban hal tersebutmenimbulkan

keharusan sekarang pengorbanan manfaat ekonomik masa datang


DAFTAR PUSTAKA

Maryanti, Dwi. 2009. Pokok Bahasan Teori Akuntansi Kewajiban.

http://dwiermayanti.wordpress.com/pokok-bahasan-teori-akuntansi/kewajiban/.

(diakses pada tanggal 16 Maret 2016)

Puci. 2012. Tugas Teori Akuntansi Liabilitas.

http://mariberlajarbersama.blogspot.com/2012/11/tugas-teori-

akuntansiliabilitas.html.

(diakses pada tanggal 16 Maret 2016)

Riahi, Ahmed. Teori Akuntansi 2, Ed 6. Salemba Empat.

Suwardjono. 2010. Teori akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. BPFE.

Yogyakarta.

https://www.academia.edu/34949714/MAKALAH_KEWAJIBAN_TEORI_AKUNTA

NSI

Anda mungkin juga menyukai