Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PENDIDIKAN KESEHATAN DIARE DAN TERAPI

KOMPLEMENTER DIARE PADA ANAK KELOMPOK A


DI KELURAHAN GAHARU LINGKUNGAN IX
KECAMATAN MEDAN TIMUR
TAHUN 2019

OLEH :

KELOMPOK 1

1. Alfin Pratama S.Kep


2. Damasia Elci Hutajulu, S.Kep
3. Helpianus S.Hondro, S.Kep
4. Julia Darwin Panjaitan, S.Kep
5. Mayasari Lingga, S.Kep
6. Mono Kristian Telaumbanua, S.Kep
7. Raodhatul Ula, S.Kep
8. Romintan Sitanggang, S.Kep
9. Sarindah Uli Sihaloho, S.Kep
10. Suci Andriani Tambunan, S.Kep
11. Vivi Anggraini, S.Kep
12. Yezkhiel, S.Kep
13. Yulia Astuti, S.Kep
14. Yofita Vivid F Bago, S.Kep
15. Yolanda Irawan, S.Kep

PROGRAM STUDI NERS


FAKULATAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2019
A. Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting
karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai
Negara termasuk Indonesia.. Penyebab utama kematian akibat diare adalah dehidrasi akibat
kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja. Penyebab kematian lainnya adalah disentri,
kurang gizi, dan infeksi. Golongan usia yang paling menderita akibat diare adalah anak-anak
karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah. Penyakit diare hingga kini masih merupakan
penyebab utama angka kesakitan dan angka kematian pada balita (Widoyono:2011).
Kejadian Luar Biasa dengan angka kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian
diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan
ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70%-
80%) dari penderita ini adalah anak di bawah usia 5 tahun (Widoyono:2011).
Analisis World Health Organization (1980) berdasarkan pada data dari survey
memperkirakan setiap tahunnya lebih dari 1,3 miliar episode diare pada golongan umur balita
terjadi di Asia , Afrika dan negara Amerika Latin. Diperkirakan juga setiap tahunnya terjadi 3
juta kematian diare pada golongan umur balita (terjadi 57. 533 kematian setiap minggu, 8.219
kematian setiap hari, 342 kematian setiap jam, atau 6 kematian setiap menitnya), sekitar 80%
kematian terjadi pada golongan umur di bawah 2 tahun (DepKes RI, 2000).
Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama.
Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian
terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa
(Widoyono:2011).
Berdasarkan kajian dan analisa dari beberapa survei yang dilakukan, menunjukkan bahwa
angka kesakitan diare untuk semua golongan umur per 1000 penduduk Indonesia tahun 2001
adalah 20,27, tahun 2002 : 20, 68. Angka kematian (CFR) sebesar 0,008% pada tahun 2001.
Episode diare balita 1,6 – 2,2 kali pertahun. (Profil Kesehatan Indonesia,). Kematian pada
semua golongan umur yang disebabkan oleh diare sebanyak 3,8% dan 22,6% kematian terjadi
pada bayi dan balita. Kematian di perkotaan untuk semua golongan yang disebabkan oleh
penyakit diare sebanyak 3,9% dan 26,7% kematian terjadi pada bayi dan balita. Untuk daerah
pedesaan 3,7% dari total kematian pada semua golongan umur juga disebabkan oleh diare
dan 20,9% kematian terjadi pada bayi dan balita (Survei Kesehatan Nasional, 2001).
Dari daftar urusan penyebab kunjungan puskesmas / balai pengobatan, hampir selalu
termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama ke puskesmas. Angka kesakitannya adalah
sekitar 200-400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunya. Dengan demikian di
Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunya,
sebagian besar (70% - 80%) dari penderita diare ini adalah anak yang dibawah umur lima
tahun (± 40 juta kejadian). Kelompok ini setiap tahunya mengalami lebih dari satu kali
kejadian diare. Sebagian penderita (1-2%) akan jatuh kedalam dehidrasi dan kalau tidak
segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meniggal (Suraatmaja, 2005).
Data – data dari Puskesmas – Puskesmas menunjukan bahwa diare merupakan salah
satu penyakit utama yang paling banyak pengunjungnya, sedangkan lebih dari 20%
Penderita-Penderita yang dirawat dibagian anak-anak RS besar di Indonesia adalah penderita-
Penderita gastroenteritis. Sex ratio antara penderita laki-laki dan wanita dapat dikatakan 1: 1.
Data yang didapat dari Rekapitulasi Laporan Penyakit Diare Dinas Kesehatan Kota
Palembang tiga tahun terakhir yakni tahun 2009 sebanyak 598.519 orang, tahun 2010
sebanyak 648.607 orang dan tahun 2011 sebanyak 619.605 orang. (Dinas Kesehatan Kota
Palembang:2011).
Adapun penelitian/proposal terkait sebagai proposal pembanding yakni terdapat pada
Imron (2006), yakni perilaku Ibu di Desa Keluang dalam perawatan penderita diare yang
berobat di puskesmas Karya Maju Desa Keluang Kabupaten Musi Banyuasin. Jenis penelitian
ini termasuk penelitian kuantitatif, bersifat deskriptif dengan pendekatan cross-sectional.
Pada saat peneliti melakukan studi pendahuluan didapatkan angka kejadian diare pada balita
yang terdapat di Puskesmas Sako ini dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 mengalami
peningkatan. Tahun 2009 tercatat ada 1307 orang balita, tahun 2010 tercatat ada 1417 orang
balita dan pada tahun 2011 tercatat ada 1385 orang balita penderita diare. Dengan jumlah
balita yang ada berdasarkan data yang ada sekitar 1890 balita. Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa penyakit diare pada balita masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Puskesmas Sako Palembang (Puskesmas Sako Palembang:2011).
Diare membutuhkan penanganan yang cepat dan adekuat, karena itulah pengetahuan
keluarga khususnya ibu sangat penting. Pengetahauan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan ini
terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo,2007:183).
Pada anak-anak yang gizinya tidak begitu baik, sering menderita diare walaupun
tergolong ringan. Akan tetapi karena diare itu di barengi oleh menurunnya nafsu makan dan
keadaan tubuh yang lemah, sehingga keadaan sangat membahayakan kesehatan anak, ibu
biasanya tidak menanggapinya secara sungguh-sungguh karena sifat diarenya ringan, padahal
penyakit diare walaupun di anggap ringan tetapi sangat berbahaya bagi kesehatan anak,
pandangan masyarakat untuk menanggulangi penyakit diare, anak harus di puasakan, usus di
kosongkan agar tidak terjadi rangsangan yang menyebabkan anak merasa ingin buang air
besar. Jika anak sudah dalam keadaan gizi kurang, keadaan gizinya akan menjadi lebih buruk
akibat puasa, maka memuasakan anak pada saat diare ditambah dengan dehidrasi yang
mudah terjadi pada anak saat diare akan memperburuk keadaan bahkan dapat menyebabkan
kematian.(Purbasari,2009).
Karena itu, peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare suatu
pengetahuan, karena pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor predisposisi yang
penting. Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan
perilaku tetapi mempunyai hubungan yang positif , yakni dengan peningkatan pengetehuan
maka terjadinya perubahan perilaku sangat cepat. (Notoatmodjo S 2007) Salah satu
pengetahuan ibu yang sangat penting adalah bagaimana penanganan awal diare pada anak
yaitu dengan mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi. Pemberian cairan pengganti (cairan
dehidrasi) baik yang di berikan secara oral (diminumkan) maupun parentral (melalui infuse)
telah berhasil menurunkan angka kematian akibat dehidrasi pada ribuan anak yang menderita
diare (Purbasari,2009).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan pendidikan kesehatan diare di
Yayasan Ashabul Kahfi, Desa Tuntungan II, Kec. Pancur Batu.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Memahami penyakit diare pada anak


Sub Pokok Bahasan : Pencegahan dan penatalaksanaan diare pada anak
Topik : Diare pada Anak
Sasaran : Anak sekolah
Tempat : Yayasan Ashabul Kahfi, Desa Tuntungan II, Kec. Pancur Batu
Hari/Tanggal : Selasa, 08 Oktober 2019
Pukul : 08.00 s/d Selesai

I. Tujuan Instruksional umum


Setelah dilakukan penyuluhan, peserta dapat mengerti dan menambah wawasan mengenai
diare.

II. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1. Menyebutkan pengertian diare
2. Menyebutkan penyebab diare
3. Menyebutkan tanda dan gejala diare
4. Mengetahui cara mengatasi diare
5. Mengetahui cara pencegahan diare

III. Materi
1. Pengertian diare
2. Penyebab diare
3. Tanda dan gejala diare
4. Cara mengatasi diare
5. Pencegahan diare

IV. Metode
1) Diskusi
2) Tanya jawab
V. Media
1. Leaflet
2. Infokus

VI. Pengorganisasian
Preseptor Akademik : Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS
Rumondang Gultom, MKM
Ns. Eva Kartika Hasibuan, S.Kep, M.Kep
Ns. Masri Saragih, S.Kep, M.Kep
Ketua : Alfin Pratama
Sekretaris : Yulia Astuti
Bendahara : Damasia
Penyaji : Julia Darwin Panjaitan
Moderator : Yolanda, S.Kep
Notulen : Raodhatul Ula, S.Kep
Konsumsi : Mono
Maya
Humas : Vivi
Yezkhiel
Romintan
Peralatan : Helfianus
Yofita
Dokumentasi : Suci
Penerima Tamu : Sarindah

VII. Kegiatan Penyuluhan


NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1 3 menit Pembukaan Mendengarkan pembukaan
a) membuka kegiatan dengan yang disampaikan oleh
mengucapkan salam moderator.
b) Memperkenalkan diri
c) Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
d) Menyebutkan materi yang akan
diberikan
e) Menyampaikan kontrak waktu
2 15 menit Pelaksanaan Mendengarkan dan
Penyampaian materi oleh pemateri: memberikan umpan balik
a) Menggali pengetahuan peserta tehadap materi yang
tentang diare disampaikan.
b) Menjelaskan tentang pengertian
diare
c) Menyebutkan penyebab diare
d) Menyebutkan tanda dan gejala diare
e) Menjelaskan tentang penanganan
diare
f) Menjelaskan tentang pencegahan
diare
3 5 menit Tanya jawab Mengajukan pertanyaan
Memberikan kesempatan kepada peserta
untuk bertanya tentang materi yang
kurang dipahami
3 4 menit Evaluasi Menjawab pertanyaan
Menanyakan kembali kepada peserta
tentang materi yang telah diberikan dan
reinforcement kepada peserta yang dapat
menjawab pertanyaan
4 3 menit Penutup Mendengarkan dengan
a) Menjelaskan kesimpulan dari materi seksama dan menjawab
penyuluhan salam
b) Ucapan terima kasih
c) Salam penutup

VIII. Kriteria Evaluasi


1. Evaluasi Struktur
a) Peserta hadir ditempat penyuluhan
b) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Yayasan Ashabul Kahfi, Desa
Tuntungan II, Kec. Pancur Batu. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan
dilakukan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
a) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 80% peserta penyuluhan mampu mengerti dan
memahami penyuluhan yang diberikan sesuai dengan tujuan khusus
Lampiran

MATERI PENYULUHAN
KONSEP DASAR DIARE

1 PENGERTIAN
Beberapa pengertian diare
1. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari
keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
2. Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga
kali sehari.
3. Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau
dapat bercampur lender dan darah (Ngastiyah, 1997).

2 PENYEBAB
1). Faktor infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica,
G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.
c. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan
anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
2). Faktor Makanan:
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi
terhadap jenis makanan tertentu.
3). Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas)

3 PATOFISIOLOGI
4 TANDA DAN GEJALA
1). Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
2). Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
3). Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4). Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam
akibat banyaknya asam laktat.
5). Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kuli tmenurun),
ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
6). Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen,
soporakomatus) sebagai akibat hipovokanik.
7). Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8). Bila terjadi asidosis metabolic klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam (Kusmaul).
5 KLASIFIKASI DIARE
Menurut pedoman MTBS (2000) diare dapat diklasifikasikan,
1. Diare akut terbagi atas :
a. Diare dengan dehidrasi berat
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c. Diare tanpa dehidrasi
2. Diare persisten bila diare berlangsung 14 hari/ lebih terbagi atas :
a. Diare persisten dengan dehidrasi
b. Diare persisten tanpa dehidrasi
3. Desentri apabila diare berlangsung disertai dengan darah

6 KOMPLIKASI
1). Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic atau hipertonik).
2). Renjatan hipovolemik.
Dengan tanda-tanda : Mata mendelik, pandangan kosong, serta ada gerakan-
gerakan tangan kaki.
3). Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoniotot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektrokardiagram).
4). Hipoglikemia.
5). Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena
kerusakan vilimukosa, usus halus.
6). Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7). Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.

7 PENCEGAHAN
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah diare adalah:
1). Kebersihan perorangan pada anak. Mencuci tangan sebelum makan dan setiap
habis bermain, memakai alas kaki jika bermain di tanah.
2). Membiasakan anak defekasi di jamban dan jamban harus selalu bersih agar
tidak ada lalat.
3). Kebersihan lingkungan untuk menghindarkan adanya lalat.
4). Makanan harus selalu tertutup
5). Kepada anak yang sudah dapat membeli makanan sendiri agar diajarkan untuk
tidak membeli makanan di jajanan terbuka
6). Air minum harus selalu dimasak. Bila sedang terjangkit penyakit diare selain
air harus bersih juga harus dimasak
7). Pada anak yang minum dari botol (dot), botol harus dicuci dan dimasak setiap
mau digunakan
8). Pada ibu menyusui sebelum menyusui bayinya mncuci tangan terlebih dahulu

8 PENATALAKSANAAN DI RUMAH
a. Berikan ASI lebih lama padas etiap kali pemberian (Bila masih diberi ASI).
b. Jika diberi ASI ekslusif ,berikan oralit /air matang sebagai tambahan.
c. Jika tidak diberi ASI ekslusif berikan salah satu cairan berikut : oralit, kuah
sayur, air tajin atau air matang.
d. Berikan oralit , dengan cara
1. 1 bungkus oralit masukkan kedalam 200 ml (1 gelas) air matang
2. Usia sampai 1 tahun berikan 50-100 ml oralit setiap habis berak
3. Berikan oralit sedikit-sedikit dengan sendok. Jika muntah tunggu
sampai 10 menit, kemudian berikan lagi
Tetapi jika anak muntah lebih sering atau berak-berak terus hingga lebih dari 5
hari atau semakin memburuk sehingga pemberian oralit tidak dapat menolong supaya
segera dibawa berobat ke pelayanan kesehatan agar tidak terlambat.
Jelaskan bahwa oralit tidak untuk mengobati diarenya tetapi hanya untuk
mencegah agar anak tidak jatuh dalam keadaan dehidrasi berat. Dalam perjalanan agar
pasien terus diberi minum untuk mencegah bertambahnya dehidrasi
Kapan anak dibawa ke rumah sakit jika menemukan tanda-tanda sebagai
berikut:
e. Anak muntah tiap kali minum, Karena hal tersebut bias menjadikan diare
dengan dehidrasi berat.
f. Demam
g. Adanya lender dan darah dalam tinja
9 Penatalaksanaan Tradisional (Alami)
a. Daun Jambu Biji
Pertama-tama siapkan 6 lembar daun jambu biji, tumbuk hingga halus, tambahkan
sejumput garam pada daun jambu biji yang sudah ditumbuk setelah itu tuangkan satu
cangkir air panas matang sambil diaduk. Tunggu sampai hangat lalu diperas sari daun
jambu biji tersebut. Tambahkan satu sendok makan madu, aduk rata. Berikan pada
anak tiap sebelum makan.
b. Madu
Madu mengandung unsur - unsur mineral, garam, sodium, potassium, kalsium dan
magnesium serta berbagai macam vitamin. Semua unsur ini menormalkan kerja
saluran pencernaan, menciptakan keseimbangan dalam gerakan dorong menuju usus
dan mengatur arah pergerakannya. Obat diare dengan menggunakan madu dan air
gandum caranya madu 1 sendok makan dan air gandum secukupnya dicampur
kemudian diminum beberapa teguk secara berulang.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MENCUCI TANGAN

Pengertian Suatu tindakan membersihkan kotoran dengan


sabun atau antiseptic dan dibilas dengan air
mengalir.
Tujuan
Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan.

Kebijakan Seluruh Masyarakat baik dewasa dan anak-anak

Prosedur A. Persiapan Alat


1. 1. Sabun Antiseptik
2. 2. Bak cuci dan Air Mengalir
3. 3. Handuk atau pengering
B. Persiapan Diri
1. 1. Lepas semua aksesoris yang ada pada tangan.
2. 2. Gulung lengan baju sampai siku.
C. Pelaksanaan
Lakukan enam langkah mencuci tangan
menggunakan sabun sebagai berikut:
1. Mengalirkan air, hindari percikan pada
pakaian.
2. Membasahi tangan dan lengan bawah,
mempertahankannya lebih rendah dari siku.
3. Tuangkan handwash/sabun ke telapak
tangan 3-5cc lalu ratakan dengan kedua
telapak tangan.
4. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan,
kiri dengan tangan kanan, lalu gosok
punggung dan sela-sela jari tangan kanan
dengan tangan kiri.
5. Gosok telapak tangan dan sela-sela jari.
6. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling
mengunci dan saling digosokan.
7. Genggam ibu jari tangan kiri dengan
menggunakan tangan kanan lalu gerakan
memutar seperti memegang setang motor
ulangi juga untuk ibu jari tangan kanan.
8. Bersihkan kuku dengan cara menggosok
ujung-ujung jari tangan kanan ke telapak
tangan kiri dengan gerkan memutar ulangi
juga untuk ujung jari-jari tangan kiri.
9. Bilas kedua tangan secara sempurna dengan
air mengalir, dengan cara mengulangi 6
langkah kebersihan tangan.
10. Keringkan kedua tangan dengan tissue
sekali pakai.
11. Sekarang tangan sudah bersih (Prosedur
dilakukan dengan waktu 40-60 detik)
D. Hal-hal yang harus di perhatikan Waktu
mencuci tangan :
a. 1. Sebelum melakukan tindakan.
b. 2.Setiap kali tangan kita kotor ( setelah
memegang uang, memegang binatang,
berkebun dll.
c. 3. Setelah buang air besar
d. 4. Setelah menceboki bayi atau anak-anak.
e. 5. Sebelum makan dan menyuapi anak.
f. 6. Sebelum memegang makanan.
g. 7. Sebelum menyusui bayi.
2. 8.Menjaga agar tangan dan pakaian tidak
menyentuh wastafel (jika tangan menyentuh
wastafel cuci tangan diulang)

Anda mungkin juga menyukai