Abstrak
Studi ini bertujuan untuk melihat secara lebih mendalam apa yang memotivasi
pelaku kejahatan perbankan. Studi eksplorasi ini menggunakan metode kualitatif
berdasarkan data statistik dari Otoritas Jasa Keuangan. Bukti diambil dari
berbagai kasus kejahatan perbankan yang terjadi di Indonesia tahun 2017 – 2018.
Berdasarkan hasil analisa, ditemukan bahwa hampir 50% fraud perbankan
terjadi pada bank pemerintah dan80% pelaku fraud perbankan adalah di tingkat
manajemen. Motif financial adalah alasan utama pelaku melakukan kejahatan
perbankan. Pengawasan internal perbankan yang lemah, Rendahnya
pengawasan internal control serta kepercayaan nasabah kepada perbankan,
dijadikan kesempatan untuk melancarkan aksi kejahatan oleh pelaku.
Mengasumsikan kedudukan dan jabatan yang dimiliki untuk dapat bertindak
over-reaction, serta implementasi nilai-nilai entitas yang tidak efektif dijadikan
suatu pembenaran untuk bertindak menyimpang. Keterbatasan penelitian ini
adalah terbatas pada penelitian perbankan oleh sebab itu dibutuhkan penelitian
lanjutan seperti di sektor non-perbankan dan juga dapat dikaitkan dengan
manajemen resiko agar tingkat kejahatan di menejerial level dapat diminimalisir.
Pendahuluan
Sebagai badan yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengatur dan
mengawasi sektor perbankan, tentu peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi sangat
penting dalam perekonomian Indonesia. Perbankan merupakan wali masyarakat yang
dipercaya untuk mengelola dan mengatur keuangan milik masyarakat, oleh sebab itu
perbankan harus melindungi uang nasabah terhadap resiko penipuan keuangan seperti
yang tercantum dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Undang-Undang
Perbankan, antara lain mulai dari pidana yang berkaitan dengan perizinan industri
perbankan, tindak pidana yang berkaitan dengan rahasia bank, tindak pidana yang
berkaitan dengan pengawasan dan pembinaan bank, yang berkaitan dengan usaha bank
serta tindak pidana kejahatan perbankan yang paling ekstrem adalah perampokan bank
hingga pengalihan rekening secara tidak sah. Kegagalan perbankan dalam menjaga
kepercayaan perbankan dapat berdampak sistemik dan mengganggu stabilitas keuangan
Nasional.
Sebagai bentuk tanggung jawabnya, OJK secara berkala (triwulan) memberikan
laporan mengenai pemeriksaan umum dan khusus terhadap perbankan agar resiko
penipuan perbankan tersebut dapat diminimalisir. Lalu bagaimana statistik perbankan yang
terindikasi fraud di Indonesia dua tahun terakhir? Pada tahun 2017, terdapat 57 bank yang
terindikasi fraud. Sedangkan pada tahun 2018 yang terindikasi fraud sampai triwulan III
adalah sebanyak 36 bank. Berdasarkan angka statistik ini dapat dilihat bahwa masih banyak
bank yang melakukan dan mengalami kejahatan perbankan. Sayangnya dalam laporan
tersebut, OJK tidak menjelaskan apa yang menjadi motivasi, rasionalisasi, jenis fraud serta
redflag bank-bank-bank yang terindikasi fraud. Oleh sebab itulah penelitian ini dilakukan
untuk melengkapi laporan OJK tersebut. Analisa akan didasarkan pada teori Triangle Fraud.
2.52.1
Prosiding Seminar Nasional Pakar ke 2 Tahun 2019 ISSN (P) : 2615 - 2584
Buku 2: Sosial dan Humaniora ISSN (E) : 2615 - 3343
Sehingga masyarakat dapat mengerti secara mendalam mengenai kasus kejahatan yang
terjadi pada sektor perbankan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka yang menjadi
pertanyaan penelitian ini adalah :
1. Apakah yang menjadi dasar bagi bank untuk melakukan fraud?
a. Apa yang menjadi motivasi tindakan fraud perbankan?
b. Apa yang menjadi kesempatan tindakan fraud perbankan ?
c. Apa yang menjadi rasionalisasi tindakanfraud perbankan?
2. Apakah jenis fraud yang dilakukan oleh pelaku fraud perbankan?
3. Bagaimana indikasi fraud perbankan?
Studi Pustaka
Kriminolog Donald Ray Cressey (Triangle Fraud)
Kesempatan dianggap sebagai solusi atas alasan-alasan financial dan non financial.
Biasanya kesempatan ini merupakan faktor generik yaitu keadaan yang sesungguhnya
terjadi dilapangan. Contohnya adalah :
- Tidak berjalannya pengawasan internal
2.52.2
Prosiding Seminar Nasional Pakar ke 2 Tahun 2019 ISSN (P) : 2615 - 2584
Buku 2: Sosial dan Humaniora ISSN (E) : 2615 - 3343
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif metode kualitatif. Data diperoleh
dari laporan statistik triwulan Otoritas Jasa Keuangan pada tahun 2017 & 2018. Data
dianalisa menggunakan teori Cressy’s Triangle Fraud dengan tiga alat analisa utama
motivasi, kesempatan dan rasionalisasi. Berikut kerangka berfikir penelitian ini :
2.52.3
Prosiding Seminar Nasional Pakar ke 2 Tahun 2019 ISSN (P) : 2615 - 2584
Buku 2: Sosial dan Humaniora ISSN (E) : 2615 - 3343
Motivasi
No Bank Pelaku 1A.
2A. Kesempatan 3A. Rasionalisasi
Motif
1. Bank Kepala Financial kedudukan dan Merasa berjasa bagi
Syariah Cabang pengawasan internal perbankan, sehingga dapat
Mandiri yang tidak efektif mengambil keputusan
sepihak
2. Bank BTN Staff Financial Aturan & ketentuan Pemikiran bahwa tidak
Bilyet Giro belum aturan maka sah untuk
diberlakukan melanggar
3. Bank BRI Hacker Financial Tidak adanya Tidak adanya komitmen
Internet Skimming Detection untuk memperbaiki
kelemahan
4. Bank Manajemen Financial Layer pengawasan data Adanya alasan non
Bukopin kartu kredit dari material atas perubahan
auditor sampai BI tidak laporan keuangan tahun
efektif 2015, 2016 dan 2017
5. Bank CIMB Hacker Financial Sistem pengaturan Tidak ada komitmen
Niaga Internet Kartu Kredit dan untuk perbaikan sistem
perlindungan nasabah
tidak efektif
6. BPR KS Direktur Financial penyalahgunaan Merasa management,
BAS Utama kedudukan serta maka berhak untuk ambil
internal kontrol devisi keputusan tentang kredit
kredit perbankan (over-reaction)
kurang efektif
7. BPR Multi Komisaris Financial pemeriksaan pelaporan Management tidak ada
Artha Mas keuangan perbankan itikad baik untuk
Sejahtera secara berkala tidak memperbaiki kelemahan
efektif signifikan yang diketahui.
2.52.4
Prosiding Seminar Nasional Pakar ke 2 Tahun 2019 ISSN (P) : 2615 - 2584
Buku 2: Sosial dan Humaniora ISSN (E) : 2615 - 3343
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa hampir 50% kejahatan perbankan terjadi
di bank berplat merah. Hal ini menjadi bahaya bila tidak segera diperbaiki karena dalam
jangka panjang akan mengganggu stabilitas keuangan nasional. Selain itu dapat dilihat
bahwa sebanyak 80% pelaku perbankan adalah di level manajerial dengan tekanan financial
sebagai motivasi utama melakukan kejahatan perbankan. Seperti ada yang terlilit judi dan
kebutuhan dan kepentingan pribadi.fraud pada manajerial level menunjukan bahwa
kekuasan yang diberikan kepada level manajerial tidak dibarengi oleh pengawasan yang
intens atas setiap tindakan dan kebijakan yang dilakukan. Beberapa modus yang dilakukan
oleh pelaku adalah dibidang kredit, bidang pendanaan, bidang operasional seperti
penyalahgunaan bilyet giro dan deposito. Kredit macet karena rendahnya pengawasan
internal serta aturan yang tidak diperbaharui sesuai perkembangan jaman, pembobolan
bank secara manual maupun internet terjadi karena lemahnya sistem perbankan, serta
pengawasan atasan laporan keuangan perbankan dan nasabah yang tidak efektif menjadi
kasus yang paling sering terjadi. Pembenaran tindakan kejahatan perbankan dilakukan
karena standart etika manajemen tidak dilaksanakan secara terus menerus, serta asumsi
bahwa kerugian tidak material serta merasa berjasa bagi perbankan harus ditiadakan.
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa Bank Umum Konvensional (BUK) adalah
bank yang paling banyak mengalami kejahatan perbankan terutama pada kasus Asset
Misappropriation(MA) baik itu secara Cash dan Non- Cash. Contohnyaseperti staff bank yg
menggunakan Bilyet Giro bank untuk diberikan kepada nasabah, kebijakan penggunaan
Giro tersebut tidak diatur dengan jelas sehingga staff dengan mudah menggunakan dengan
2.52.5
Prosiding Seminar Nasional Pakar ke 2 Tahun 2019 ISSN (P) : 2615 - 2584
Buku 2: Sosial dan Humaniora ISSN (E) : 2615 - 3343
tidak bertanggung jawab. Hal ini terbukti setelah kejadian ini Bank Indonesia baru membuat
kebijakan tambahan terkait Bilyet Giro. Selain itu dalam SOP pengisian uang cash pada
ATM, masih ada SOP perbankan yang memperbolehkan menggunakan plastik bila tas uang
habis serta hanya ditemani pihak keamanan. Tentu kebijakan ini semakin mendorong
kejahatan perbankan. Selain Asset Misapropriation, jenis Fraud yang sering terjadi adalah
Fraudent Statement. Sekali lagi hal ini terjadi karena lemahnya pengawasan pada laporan
keuangan. Pengawasan yang lemah dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan
bagaimana melakukan penilaian serta pengawas, juga adanya kepentingan atas laporan
keuangan tersebut. Diperlukan sistem dan alat deteksi kejahatan perbankan, juga perlu
dilakukan evaluasi berkala atas kualitas laporan keuangan. Selain itu terdapat kejahatan
perbankan menggunakan internet, salah satunya menggunakan skimmer untuk mengetahui
id dan password nasabah. Bank harus menciptakan alat deteksi fraud untuk melindungi
data nasabah dari kejahabatan perbankan.
Kesimpulan
Jumlah bank yang tersandung fraud tergolong masih tinggi jumlahnya setiap tahun.
Berdasarkan analisa menggunakan Triagle Fraud Cressey, motivasi utama pelaku
melakukan kejahatan perbankan adalah karena alasan financial. Sistem perbankan yang
tidak efektif serta rendahnya pengawasan internal dan eksternal, dianggap menjadi sebuah
kesempatan untuk melangsungkan tindak kejahatan. Pertemuan antara motif dan
kesempatan, dijustifikasi pelaku untuk membenarkan perbuatannya. Sebenarnya, peraturan
mengenai penerapan Strategi Anti Fraud telah diatur oleh bank Indonesia Nomor
13/28/DPNP tanggal 9 Desember 2011 serta diperbaharui oleh Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 18/POJK.03/2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank
Umum yang mempunyai pertimbangan situasi lingkungan eksternal dan internal, sehingga
bank diharapkan tidak lalai untuk mengikuti aturan yang ada. Selain itu diperlukan
peraturan tambahan sesuai perkembangan jaman yang ada agar peraturan sesuai kondisi
lingkungan bisnis saat ini. Salah satu yang menjadi perhatian strategi anti fraud adalah Bank
wajib memperhatikan: kondisi lingkungan internal dan eksternal; kompleksitas kegiatan
usaha; potensi, jenis dan resiko fraud; dan kecukupan sumber daya yang dibutuhkan.
Sehingga kejahatan dalam perbankan dapat diminimalisir.
2.52.6
Prosiding Seminar Nasional Pakar ke 2 Tahun 2019 ISSN (P) : 2615 - 2584
Buku 2: Sosial dan Humaniora ISSN (E) : 2615 - 3343
Daftar Pustaka
https://www.ojk.go.id/id/data-dan-statistik/laporan-triwulanan/Default.aspx
http://www.sinarpapua.com/hukum-kriminal/polda-papua-nyatakan-lengkap-p21-kasus-
tppu-bank-syariah
http://www.tribunnews.com/bisnis/2017/03/22/buntut-pemalsuan-bilyet-ojk-larang-
kantor-kas-btn-buka-rekening-tabungan-giro-dan-deposito
https://regional.kompas.com/read/2018/03/12/20545581/hilangnya-uang-nasabah-bri-
kediri-diduga-mengalir-ke-luar-negeri
https://finance.detik.com/moneter/d-4002904/ojk-mulai-periksa-laporan-keuangan-bank-
bukopin-yang-dipermak
https://news.detik.com/suara-pembaca/3634418/ada-transaksi-fraud-kecewa-solusi-yang-
diberikan-cimb-niaga
https://keuangan.kontan.co.id/news/ojk-ungkap-kasus-penyelewengan-kredit-oleh-dirut-
bpr-ks-bali
2.52.7