Anda di halaman 1dari 96

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ANALISIS SEBAB-AKIBAT PERILAKU BULLYING REMAJA


(Studi Kasus pada 2 Siswa SMP Negeri di Yogyakarta
Tahun Ajaran 2017/2018)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :
Trinita Anjasuma
NIM : 141114076

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman


diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat”
Q.S. Al-Mujadalah: 11

Bersyukurlah atas nikmat hari ini, esok, dan


seterusnya karena kebahagiaan tidak akan
datang pada mereka yang tidak bersyukur.
Trinita Anjasuma

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Tuhan yang Maha Esa

Diriku sendiri

Kedua orang tuaku; Bapak Saji dan Ibu MM. Sri Astuti

Kedua kakak perempuanku; Aditya Kartika Dewi dan Lidya Dwi Rosaheni

Simbah putriku; Sukarmi

Program Studi Bimbingan dan Konseling USD

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
ANALISIS SEBAB-AKIBAT PERILAKU BULLYING REMAJA
(Studi Kasus pada 2 Siswa SMP Negeri di Yogyakarta
Tahun Ajaran 2017/2018)

Trinita Anjasuma
Universitas Sanata Dharma
2018

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa melakukan


bullying, alasan dan faktor yang menyebabkan siswa melakukan bullying, bentuk
bullying, dampak bullying, pikiran dan perasaan sesaat dan setelah siswa
melakukan bullying, bentuk penyesalan siswa, dan tindak lanjut dalam menangani
masalah bullying di sekolah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek penelitian terdiri
dari 2 siswa SMP N di Yogyakarta. Metode pengumpulan data yang digunakan
adalah wawancara, sesuai dengan pedoman yang telah dibuat. Analisis data yang
digunakan yaitu dengan mereduksi data, mengelompokan data berdasarkan
kategori, memberi kode, dan menganalisis data. Untuk memperluas keabsahan
data penelitian ini, peneliti menggunakan trianggulasi sumber, yaitu subjek,
korban, dan guru BK.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa alasan subjek melakukan bullying
karena meniru perilaku teman dan meniru perilaku yang ada pada lingkungan
sosial dan balas dendam. Faktor yang mempengaruhi perilaku bullying subjek
adalah faktor teman sebaya, lingkungan sosial, dan karakter individu pelaku
seperti dendam. Bentuk bullying yang dilakukan oleh kedua subjek adalah
bullying fisik, verbal, dan psikologis. Bullying fisik yang dilakukan adalah
menedang, bullying verbal yang dilakukan adalah mengejek dan mengolok-olok,
dan bullying psikologis yang dilakukan adalah memandang sinis. Pikiran dan
perasaan subjek sesaat dan setelah melakukan bullying adalah merasa puas atau
dengan kata lain subjek merasakan kepuasan tersendiri setelah melakukan
bullying. Akibat bullying pada korban yaitu merasa malas untuk pergi ke sekolah,
mengganggu konsentrasi belajar di kelas, mempengaruhi nilai akademik di
sekolah, merasa sakit hati, dan merasa malu. Selain itu, korban yang mengalami
bullying fisik juga merasakan sakit dan meninggalkan luka lebam pada bagian
tubuhnya. Tidak adanya sebuah bentuk penyesalan dari subjek karena kurangnya
rasa empati pelaku terhadap korban. Untuk mengatasi masalah bullying di
sekolah, guru BK melakukan tindak lanjut dengan melakukan konseling terhadap
pelaku bullying dan selalu melakukan pemantauan terhadap pelaku agar
perilakunya tidak terulang kembali.
Kata kunci: Perilaku Bullying, Bullying Fisik, Bullying Verbal, Bullying
Psikologis.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
THE CAUSATION ANALYISIS OF ADOLESCENCE BULLYING
BEHAVIOR
(A Cases Study on 2 Students of SMP Negeri in Yogyakarta Year 2017/2018)

Trinita Anjasuma
Sanata Dharma University
2018

This study was aimed to determine the extent of students in doing


bullying, reasons and factors that cause students to do bullying, form of bullying,
effect of bullying, moments and feelings during and after the students do the
bullying, forms of students’ regret, and follow-up in handling bullying problems
in schools.
The type of this research is qualitive reseach. Research subjects consist
of 2 students of Public SMP (junior High School) in Yogyakarta. Data collection
methods used were interviews, in accordance with the guidelines that have been
made. The data analysis was conducted by reducing data, grouping data by
category, coding, and analyzing data. To expand the validity of this research data,
the researcher uses triangulation of sources, i.e. subject, victim, and Guidance
and Counseling teacher.
The results of this study indicate that the reason of the subject un doing
bullying was because imitating the behavior of friends and imitate existing
behavior in the social environment and revenge. Factors that influence the
bullying behavior of the subject are peer factors, social environment, and
individual characters of the perpetrator such as revenge. The forms of bullying
performed by both subjects are physical bullying, verbal, and psychological. The
physical bullying that was done is kicking, verbal bullying in form of mockin, and
the psychological bullying that was done is cynical stare. The thoughts and
feelings of the subject during and after the bullying is satisfaction or in other
words the subject feel satisfaction after doing the bullying. The result of bullying
on the victim was have no motivation to go to school, interfere with the
concentration during learning process in the classroom, affect the academic value
in school, feel hurt, and feel ashamed. In addition, victims who experience
physical bullying also feel pain and has bruises on his body parts. The absence of
remorse from the subject was due to the lack of empathy of the perpetrator
against the victim. To overcome the problem of bullying in school, Guidance and
Counseling teachers’ follow-up the findings by counseling the bullying
perpetrators and always monitoring the perpetrators so that their behavior are
not occuring.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Keywords: Bullying behavior, Physical Bullying, Verbal Bullying,


Psychological Bullying.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT atas berkat-Nya

dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam

rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan

dari program studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas

dari bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, peneliti

mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M. Si., sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma, sekaligus dosen pembimbing skrispi

yang dengan sabar dan tulus telah memberikan waktu, masukan, motivasi, dan

pelajaran berharga kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Juster Donal Sinaga, M.Pd., yang telah membantu peneliti dengan penuh rasa

sabar, tulus, dan ikhlas.

3. Bapak ibu Dosen di Program Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta yang tekah membekali peneliti dengan berbagai ilmu

pengetahuan yang berguna bagi peneliti.

4. Keluarga besar SMP NEGERI tempat subjek peneliti bersekolah yang telah

memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

MOTTO iv

PERSEMBAHAN v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA vii

ABSTRAK viii

ABSTRACT ix

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 01

B. Identifikasi Masalah 04

C. Pembatasan Masalah 05

D. Fokus Penelitian 05

E. Tujuan Penelitian 06

F. Manfaat Penelitian 06

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Perilaku Bullying 09

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Pengertian Perilaku Bullying 09

2. Bentuk-bentuk Perilaku Bullying 10

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Bullying 12

4. Karakteristik Pelaku, Korban, dan Saksi Bullying 16

5. Dampak Perilaku Bullying 17

6. Empati pada Pelaku Bullying 19

7. Alternatif Solusi atas Bullying 20

B. Hakikat Remaja 22

1. Pengertian Remaja 22

2. Ciri-ciri Masa Remaja 23

3. Tugas Perkembangan Remaja 24

4. Aspek Perkembangan pada Remaja 25

a. Perkembangan Fisik 25

b. Perkembangan Kognitif 25

c. Perubahan Kepribadian dan Solusi 26

5. Kenakalan Remaja 26

a. Pengertian Kenakalan Remaja 26

b. Faktor Kenakalan Remaja 27

C. Kajian Penelitian yang Relevan 29

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian 31

B. Tempat dan Waktu Penelitian 31

C. Subjek Penelitian 32

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 32

E. Keabsahan Data 33

F. Teknik Analisis Data 33

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data 36

B. Pelaksanaan Penelitian 37

C. Hasil Penelitian 37

D. Pembahasan 50

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 61

B. Keterbatasan Penelitian 62

C. Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pedoman Wawancara 67

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lembar Koding Wawancara Subjek TF 69

Lembar Koding Wawancara Subjek MF 70

Lembar Koding Wawancara Korban S 71

Lembar Koding Wawancara Korban A 71

Lembar Koding Wawancara Korban Z 73

Lembar Koding Wawancara Guru BK 75

Lembar Surat Izin Penelitian 79

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan

masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat hasil penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Perilaku bullying dianggap sebagai hal yang menakutkan di kalangan

siswa. Perilaku bullying merupakan perilaku negatif yang seharusnya tidak

dilakukan oleh siswa. Perilaku negatif tersebut berpeluang besar untuk ditiru

karena perilaku ini kemungkinan besar banyak dilakukan oleh siswa terlebih

remaja. Perilaku bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja

terjadi berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang

lemah, mudah dihina, dan tidak bisa membela diri sendiri (Sejiwa, 2008).

Sejiwa (2008) mengatakan bahwa bullying adalah situasi terjadinya

penyalahgunaan kekuasaan atau kekuatan yang dilakukan oleh seseorang atau

kelompok. Bullying merupakan bentuk perilaku yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari seperti mengolok-olok, memaki, mengancam, memaksa dengan

serangan, mengucilkan, menggunjing di depan umum, menghina sampai pada

batas tertentu, dan memunculkan perilaku kekerasan seperti mendorong, atau

bentuk perilaku agresif lain yang menciptakan korban merasa terancam,

trauma, dan tertindas. Dari pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa bullying

merupakan perilaku agresif yang dilakukan setiap hari dengan serangan hingga

muncul perilaku kekerasan sehingga membuat korbannya merasa tidak

berharga dan menjadi pribadi yang penakut.

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Bullying di sekolah saat ini bukan merupakan suatu hal yang asing,

bahkan banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Bullying di sekolah

merupakan suatu persoalan penting dan salah satu hal yang harus dicarikan

pemecahan masalahnya. Bullying yang terjadi di sekolah dapat berdampak

negartif bagi tahap perkembangan siswa sebagai peserta didik. Kasus bullying

yang terjadi di sekolah biasanya karena rasa ingin di akui atau masuk dalam

kelompok tertentu dan senioritas yang di lakukan kakak kelas pada adik kelas.

Kasus bullying yang sempat ramai menjadi bahan perbincangan warga

Yogyakarta pada tahun 2017 adalah kasus klitih yang terjadi di daerah Bantul.

Kasus tersebut diberitakan bahwa telah terjadi pembacokan terhadap seorang

siswa yang mengakibatkan korbannya meninggal dunia (TribunJogja.com).

Hymel (Surilena, 2016) menyatakan bahwa angka perilaku bullying

bervariasi di berbagai negara, 9,73% perlajar melaporkan pernah melakukan

bullying (pelaku) terhadap pelajar lain dan 2.36% lainnya pernah menjadi

korban bullying. Di Indonsesia, penelitian Yayasan Semai Jiwa Amini (2008)

di 3 kota besar, yaitu Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta, mencatat perilaku

bullying pada 67.9% siswa/i SLTA dan 66,1% siswa/i SLTP dengan kategori

tertinggi kekerasan psikologis, yaitu pengucilan, dan peringkat kedua adalah

kekerasan verbal (mengejek) dan fisik (memukul).

Saat ini banyak sekali kasus bullying yang terjadi, sebagai contoh

yang belum lama ini terjadi adalah beredarnya video kasus bullying yang

terjadi pada siswa SMP N 273 Jakarta pada Juli 2017 lalu. Diketahui kejadian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bullying itu terjadi di Thamrin City, Jakarta Pusat, dilansir dari akun Instagram

@lambe_turah.

Video yang tengah viral di media sosial tersebut tampak sekelompok

siswa dan siswi mengenakan seragam sekolah SMP yang sedang membully

seorang siswi. Siswi yang mengenakan seragam putih-putih tampak terpojok

dikelilingi siswa dan siswi lainnya. Seorang siswi tiba-tiba menjambak rambut

korban hingga terjatuh. Siswa lain juga ikut menjambak dan memukul kepala

siswi tersebut. Bukannya memisahkan, sejumlah siswa-siswi yang menonton

malah meminta agar korban mencium tangan dua orang yang mem-bully dia.

Lebih parahnya siswi yang di bully tersebut disuruh untuk mencium kaki para

pembully. Di samping itu kasus, bullying juga terjadi pada siswa SD Negeri 07

Pagi Kebayoran Lama Utara di Kebayoran Lama berinisial NAA meninggal

dunia di tangan teman sekelasnya berinisial R pada Jumat (18/09/2015). Bocah

berusia 8 tahun itu tewas akibat beberapa luka di bagian kepala dan dada

setelah perkelahian terjadi dengan R (TribunStyle/Ika Bramasti).

Tindak bullying juga pernah terjadi di salah satu sekolah SMP Negeri

Yogyakarta. Menurut data yang peneliti peroleh lansung dari Guru BK di

sekolah tersebut menyatkan bahwa ada 2 siswa yang pernah melakukan

bullying terhadap temannya sendiri. Guru BK mengatakan bahwa perilaku

bullying yang dilakukan oleh 2 siswanya merupakan bentuk bullying verbal

dan non-verbal. Bentuk bullying verbal yang telah dilakukan oleh subjek di

sekolah adalah mengejek dan mengolok-olok dengan sebutan orang tua.

Sedangkan bullying non-verbal yang dilakukan adalah menendang dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

memandang sinis terhadap temannya sendiri. Guru BK mengatakan bahwa

pelaku telah melakukan bullying terhadap kedua temannya di kelas dengan

menjodoh-jodohkan keduanya, korban yang merasa tidak terima akhirnya

mencoba melawan dan sempat terjadi perkelahian hingga akhirnya pelaku

menendang korban. Kemudian pada pelaku kedua, guru BK mengatakan

bahwa pelaku sering mengejek fisik korbannya, mengucapkan kata-kata kasar

sehingga membuat korban merasa sakit hati.

Berdasarkan paparan kasus di atas dapat di katakan bahwa seseorang

melakukan tindak bullying karena ada beberapa fakor yang mempengarunya

untuk melakukan hal tersebut. Selain itu, bullying juga dapat berdampak sangat

buruk terhadap korbannya. Melihat hal tersebut maka perilaku bullying tidak

dapat dibiarkan begitu saja dan diperlukan suatu tindakan yang tepat untuk

menanganani masalah bullying di sekolah. Bertolak dari kasus yang telah

peneliti temukan di sekolah, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Analisis Sebab-Akibat Perilaku Bullying Remaja (Studi

Kasus pada 2 Siswa SMP Negeri di Yogyakarta Tahun Ajaran

2017/2018)”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka teridentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Siswa memiliki kecenderungan melakukan bullying verbal terhadap

temannya seperti mengejek fisik korban.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Siswa memiliki kecenderungan mengucapkan kata-kata kasar terhadap

korban.

3. Siswa memiliki kecenderungan mengejek dengan menjodoh-jodohkan

korban.

4. Siswa memiliki kecenderungan mengolok-olok korban dengan panggilan

orang tua.

5. Siswa memiliki kecenderungan melakukan bullying fisik terhadap korban

seperti menendang.

6. Siswa memandang kecenderunagn melakukan bullying psikologis dengan

memandang sinis korban.

C. Pembatasan Masalah
Untuk lebih menjelaskan arah dalam penelitian ini, selain karena

keterbatasan kemampuan peneliti serta keterbatasan waktu, maka akan dibatasi

pada “Analisis Sebab-Akibat Perilaku Bullying Remaja (Studi Kasus pada 2

Siswa SMP Negeri di Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018)”.

D. Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pertanyaan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Seberapa sering dan sejak kapan tindakan bullying dilakukan oleh siswa?

2. Mengapa siswa melakukan bullying?

3. Bagaimana bentuk bullying yang dilakukan oleh siswa?

4. Bagaimana pikiran dan perasaan siswa sesaat dan setelah melakukan

bullying?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Bagaimana dampak perilaku bullying?

6. Bagaimana bentuk penyesalan dari siswa setelah melakukan bullying?

7. Bagaimana evaluasi, solusi, dan tindak lanjut yang dilakukan untuk

mengatasi masalah bullying?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada fokus penelitian yang di atas, maka tujuan dari

penelitian yang akan dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui seberapa sering tindak bullying yang lakukan oleh siswa.

2. Untuk mengetahui alasan siswa melakukan bullying.

3. Untuk mengetahui bentuk bullying yang dilakukan oleh siswa.

4. Untuk mengetahui pikiran dan perasaan siswa sesaat dan setelah melakukan

bullying.

5. Untuk mengetahui dampak perilaku bullying yang dilakukan oleh siswa.

6. Untuk mengetahui bentuk penyesalan dari siswa setelah melakukan

bullying.

7. Untuk mengetahui solusi, evaluasi, dan tindak lanjut yang dilakukan untuk

mengatasi masalah bullying.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan positif

bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi konselor dalam

menangani siswa yang melakukan tindakan bullying.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah dan guru

Diharapkan penelitian ini dapat membuka informasi tentang

masalah bullying agar pihak sekolah meningkatkan kesadaran dan

perhatian terhadap siswa berupa pengembangan konsep tentang

masalah dan penanganan bullying antar siswa serta memberikan

konseling tentang bahaya perilaku bullying. Dengan demikian pihak

sekolah dapat menciptakan kondisi sekolah yang kondusif agar para

siswa merasa tenang, nyaman, dan aman di sekolah.

b. Bagi Siswa

Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan informasi mengenai bahaya perilaku bullying sehingga

dalam pergaulan dengan kelompoknya semua siswa mampu

manampilkan sikap dan perilaku yang baik dan tidak melakukan

perbuatan-perbuatan bullying.

c. Bagi orang tua

Bagi orang tua, penelitian ini dapat memberikan informasi

tentang dampak bullying. Sehingga orang tua dapat lebih memberikan

dorongan positif kepada anak, agar terhindar dari kecenderungan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perilaku bullying. Demikian orang tua juga dapat memberikan masukan

atau petunjuk mengenai cara-cara berhubungan dengan teman sebaya.

Salah satunya dengan mendorong siswa untuk lebih bertoleransi dan

dapat bertahan terhadap tekanan dari teman sebaya, sehingga siswa

dapat membangun hubungan positif dengan teman sebaya dan dapat

terhindar dari kecenderungan melakukan tindakan bullying.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini dipaparkan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian

ini. Teori yang berhubungan dengan penelitian ini adalah hakikat bullying dan

hakikat remaja. Masing-masing teori akan dijabarkan secara singkat, padat dan

jelas.

A. Hakikat Perilaku Bullying

1. Pengertian Perilaku Bullying

Dalam Bahasa Inggris kata bully berarti penggertak, orang yang

mengganggu orang lemah. Istilah bullying dalam Bahasa Indonesia bisa

digunakan menyakat (berasal dari kata sekat) dan pelakunya (bully) disebut

penyakat. Menyakat berarti mengganggu, mengusik, dan merintangi orang

lain (Wiyani, 2012: 11). Wiyani (2012: 12) mendeskripsikan bullying dalam

konteks school bullying sebagai perilaku agresif dan negatif seseorang atau

sekelompok siswa secara berulang kali untuk ingin menunjukan kekuatan

atau kekuasaan dengan tujuan menyakiti targetnya (korban) secara mental

atau fisik di sekolah.

Sementara itu, menurut Sulivan (Trevi, 2010) bullying adalah

tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang memiliki

kuasa, bertujuan untuk menyakiti orang lain, baik secara fisik atau psikis,

dilakukan tanpa alasan yang jelas, terjadi berulang-ulang, juga merupakan

suatu bentuk perilaku agresif, manipulasi yang dilakukan secara sengaja dan

secara sadar oleh seseorang atau kelompok kepada orang lain atau

9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

kelompok lain. Sedangkan menurut Sejiwa (2008) mengatakan bahwa

bullying adalah sebuah situasi di mana terjadinya penyalahgunaan kekuatan

atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku

bullying adalah perilaku negatif seseorang yang dilakukan secara berulang-

ulang dengan menyalahgunaan kekuasaan yang dimiliki bertujuan untuk

menyakiti orang lain (korban) baik secara fisik maupun non-fisik.

2. Bentuk-bentuk Perilaku Bullying

Terdapat beberapa bentuk perilaku bullying menurut banyak tokoh.

Tim Yayasan Semai Jiwa Amini (2008) mengkategorisasikan bentuk perliku

bullying ke dalam tiga kategori yaitu fisik, verbal, dan mental/psikologis.

a. Bullying fisik

Ini adalah jenis bullying yang kasat mata. Siapa pun bisa

melihatnya kaeran terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullying dan

korbannya. Perlaku bullying secara fisik seperti: menampar, menimpuk,

menginjak kaki, menjegal, meludahi, dan memalak.

b. Bullying verbal

Ini jenis bullying yang juga bisa terdeteksi karena bisa

tertangkap indra pendengaran kita. Contoh bullying verbal seperti:

memaki, menghina, menjuluki, meneriaki, menuduh, menyoraki,

menebar gosip, memfitnah, dan menolak.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

c. Bullying psikologis atau mental

Ini jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak tertangkap

mata atau telinga kita jika kita tidak cukup awas mendeteksinya. Praktik

bullying ini terjadi diam-diam dan di luar radar pemantauan kita. Contoh

bullying mental seperti: memandang sinis, memandang penuh ancaman,

mendiamkan, mengucilkan, memelototi, dan mencibir.

Menurut Sullivan (Trevi, 2010), bullying terbagi menjadi 2 bentuk,

yaitu:

a. Bullying fisik

Bullying secara fisik contohnya mengigit, menarik rambut,

memukul, menendang, menonjok, mendorong, mencakar, meludahi,

memelintir, dan merusak kepemilikan korban.

b. Bullying non-fisik

Bullying non-fisik terbagi menjadi dua, yaitu bullying verbal dan

bullying non-verbal. Bullying verbal contohnya panggilan yang meledek,

pemalakan, pemerasan, mengancam, mengintimidasi, menghasut, berkata

jorok pada korban, berkata menekan, menyebarluaskan kejelekan korban.

Sedangkan bullying non-verbal masih terbagi lagi menjadi dua yaitu,

bullying non-verbal langsung dan tidak langsung. Bullying non-verbal

langsung, contohnya gerakan (anggota tubuh) kasar atau mengancam,

menatap, muka mengancam, menggeram, hentakan mengancam, atau

menakuti. Kemudian bullying non-verbal tidak langsung, contohnya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

mengasingkan, tidak mengikutsertakan, mengirim pesan menghasut,

curang, dan sembunyi-sembunyi.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk perilaku

bullying terbagi menjadi 3 bentuk yaitu bullying fisik, verbal, dan

psikologis. Bullying fisik merupakan bentuk bullying dengan adanya

sentuhan antara pelaku dan korban bullying. Bullying verbal merupakan

perilaku dalam bentuk ucapan dari pelaku terhadap korban. Sedangkan

bullying psikologis merupakan bentuk perilaku bullying yang terjadi diam-

diam dan tidak dapat tertangkap oleh mata.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Bullying

Menurut Ariesto (Zakiyah, dkk, 2017) ada beberapa faktor

penyebab terjadinya bullying antara lain:

a. Keluarga

Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang

bermasalah: orang tua yang sering menghukum anaknya secara

berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stress, agresi, dan

permusuhan. Anak akan memepelajari perilaku bullying ketika

mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, dan

kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak ada

konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba-cobanya

itu, ia akan belajar bahwa mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan

untuk berperilaku agresif, dan perilaku agresif itu dapat meningkatkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

status dan kekuatan seseorang. Dari sini anak mengembangakan perilaku

bullying.

b. Sekolah

Pihak sekolah terkadang sering mengabaikan keberadaan

bullying, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan

penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi

terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan

sekolah sering memberikan masukan negatif pada siswanya, misalnya

berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan

rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.

c. Faktor kelompok sebaya

Anak-anak berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di

sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying.

Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan

bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereak

sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

d. Kondisi lingkungan sosial

Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab

timbulnya perilaku bullying. Salah satu faktor lingkungan sosial yang

menyebabkan tindakan bullying adalah kemiskinan. Mereka yang hidup

dalam kemiskinan akan berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan

hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah sering terjadi

pemalakan antar siswanya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

e. Tayangan telivisi dan media cetak

Telivisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari

segi tayangan yang mereka tampilkan. Survey yang dilakukan kompas

(Saripah, 2006) memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru adegan-

adegan film yang di tontonya, umumnya mereka meniru gerakan (64%)

dan kata-katanya (43%).

Astuti (2008) juga menyatakan bahwa terdapat tujuh faktor yang

mempengaruhi terjadinya bullying yaitu:

a. Perbedaan kelas ekonomi, agama, gender, etnitas atau rasisme

Pada dasarnya, perbedaan (terlebih jika perbedaan tersebut

bersifat ekstrim) individu suatu kelompok, jika tidak terdapat toleransi

oleh anggota kelompok tersebut, maka dapat menajdi penyebab bullying.

b. Seniotitas

Perilaku bullying seringkali juga justru diperluar oleh siswa

sendiri sebagai kejadian yang bersifat lazim. Pelajar yang akan menjadi

senior menginginkan suatu tradisi untuk melanjutkan dan menunjukkan

kekuasaan, penyaluran dendam, iri hati atau mencari popularitas.

c. Tradisi senioritas

Senioritas yang salah diartikan dan dijadikan kesempatan atau alasan

untuk melakukan bullying terhadap junior tidak berhenti dalam suatu

periode saja. Hal ini tidak jarang menjadi peraturan tak tertulis yang

diwariskan secara turun menurun kepada tingkatan berikutnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

d. Keluarga yang tidak rukun

Kompleksitas masalah keluarga seperti ketidakhadiran ayah,

ibu, menderita depresi, kurangnya komunikasi, antara orang tua dan

anak, perceraian atau ketidakharmonisan orang tua dan ketidakmampuan

sosial ekonomi merupakan penyebab tindakan bullying yang signifikan.

e. Situasi sekolah yang tidak harmonis atau deskriminatif

Bullying juga dapat terjadi jika pemgawasan dan bimbingan

etika dari para guru rendah, sekolah dengan kedisiplinan yang sangat

kaku, bimbingan yang tidak layak dan pertauran yang tidak konsisten

dapat memnacing munculnya perilaku bullying.

f. Karakter individu atau kelompok seperti dendam dan iri hati

Hal ini disebabkan karena pelaku merasa pernah diperlakukan

kasar dan dipermalukan sehingga pelaku menyimpan dendam dan

kejengkelan yang akan dilampiaskan kepada orang yang lebih lemah atau

junior pada saat menjadi senior. Adanya semangat ingin menguasai

korban dengan kekuasaan fisik dan daya tarik sesksual, yaitu keinginan

untuk memperlihatkan kekuatan yang dimiliki sehingga korban tidak

berani melawannya. Untuk meningkatkan popularitas pelaku di kalangan

teman sepermainan (peers), yaitu keinginan untuk menunjukkan

eksistensi diri, mencari perhatian dan ingin terkenal.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

g. Persepsi nilai yang salah atas perilaku korban

Korban seringkali merasa dirinya memang pantas untuk

diperlakukan demikian (bully), sehingga korban hanya mendiamkan hal

tersebut terjadi berulang kali padanya.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku bullying

bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor keluarga, sekolah,

teman sebaya, media massa, lingkungan sosial, karakter individu,

senioritas, tradisi senioritas, dan perbedaan kelas ekonomi, agama,

gender, serta suku/ras.

4. Karakteristik Pelaku, Korban, dan Saksi Bullying

Perilaku bullying terjadi ketika tiga karakter bertemu di suatu

tempat, yaitu pelaku, korban, dan saksi bullying. Terjadinya perilaku

bullying dapat dipahami dengan mengenali tiga karakter tersebut seperti di

bawah ini (Sejiwa, 2008: 14):

a. Pelaku bullying

Pelaku bullying merupakan aktor utama dalam perilaku bullying

karena dia aggressor, provokator, sekaligus, inisiator dalm situasi

bullying. Pelaku bullying umumnya seseorang yang berfisik besar dan

kuat, memiliki kekuatan dan kekuasaan, memiliki dominasi psikologis

yang besar di antara kalangan teman-temannya. Seseorang menjadi

pelaku bullying karena adanya kepuasan dalam diri jika memiliki

kekuasaan untuk menindas anak yang lebih lemah. Pelaku bullying

biasanya memiliki sikap temperamental dan memiliki kepercayaan diri


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

yang begitu tinggi. Perilaku bullying yang dilakukan oleh pelaku boleh

jadi disebabkan karena adanya tindakan kekerasan yang pernah

dialaminya, sehingga pelaku meniru tindakan tersebut kepada temannya

yang lebih lemah.

b. Korban bullying

Korban bullying adalah seseorang yang menjadi sasaran

penganiayaan dan penindasan oleh pelaku bullying. Korban bullying

memeliki fisik yang lebih kecil dan lemah, sehingga korban tidak

memiliki kekuatan untuk membela diri dan korban merasa terintimidasi

ketika pelaku menindas dirinya.

5. Dampak Perilaku Bullying

Espelage & Swearer (Nurul Hidayati, 2012) mengemukakan bahwa

Bullying ibarat fenomena gunung es yang nampak “kecil” di permukaan,

namun menyimpan berjuta permasalahan yang sebagian besar di antaranya

tidak mudah ditanggkap oleh mata orang tua maupun guru. Jika perilaku

bullying tidak di tangani dengan baik maka akan berdampak buuruk bagi

korban bullying dan pelaku bullying. Kasus penembakan di sekolah di

Littleton, Colorado, USA pada 20 April 1999 silam masih menimbulkan

trauma mendalam bagi masyarakat, khusunya bagi pihak-pihak yang

langsung terkait kejadian tersebut Dalam kasus penembakan yang lain,

seseorang menembaki 14 anak di taman bermain. Studi longitudinal

terhadap anak-anak yang hadir di sekolah ketika terjadi penembakan

terhadap teman-teman mereka oleh Nader, dkk (Luthar, 2006) menunjukkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

gangguan yang berat. Gangguan psikis juga dialami oleh anak-anak lain

yang hadir di sekolah tersebut walaupun tidak secara langsung menyaksikan

adegan penembakan tersebut, juga merasakan dampaknya. Anak-anak yang

paling terpengaruh secara psikologis adalah anak-anak yang memiliki

kedekatan emosi atau keakraban dengan korban penembakan. Kita dapat

menyimpulkan bahwa dampak kejadian yang melibatkan unsur kekerasan

dapat menorehkan luka batin yang mendalam.

Kasus-kasus bullying, sejalan dengan perlakuan negatif yang

berlangsung terus menerus, kekerasan secara berkelanjutan memiliki efek

yang sangat negatif, seperti munculnya problem kecemasan, depresi, dan

mengalami penurunan kemampuan belajar dikarenakan ia mengalami

kesulitan konsentrasi dan penurunan dalam memorinya sehingga prestasi

anak secara akademis akan menurun secara signifikan (Cauce, dkk, 2003;

Cooley-Quile, Boyd, Franzt & Walsh, 2001; Garbarino, 1995; Margolin &

Gordis, 2000; Osofsky, 1995, dalam Luthar, 2006).

Terkadang korban bullying mengalami depresi yang ekstrim

sehingga ia mempertimbangkan atau bahkan melakukan upaya bunuh diri.

Sebagai contoh, pada 2006 lalu, M, seorang remaja berusia 13 tahun,

melakukan bunuh diri setelah ia terus menerus menjadi korban online

bullying/cyberbullying oleh temannya. M diolok-olok mengenai berat

badannya yang berlebihan dan teman M tersebut mengatakan bahwa dunia

akan menjadi tempat yang lebih baik tanpa adanya M. Kasus M tersebut kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

dapat melihat betapa seriusnya dampak yang dimunculkan oleh perilaku

bullying.

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku bullying

mempunyai dampak yang sangat negatif, seperti munculnya problrm

kecemasan, depresi, mengalami penurunan kemampuan belajar, sulit

konsentrasi, mengalami penuruan prestasi akademis secara signifikan,

hingga dampak yang begitu ekstrim yaitu mencoba atau bahkan melakukan

upaya bunuh diri.

6. Empati pada Pelaku Bullying

Ozkan & Cifci (Dwi Nur Rachmah, 2014) mengatakan bahwa

berdasarkan beberapa penelitian, ditemukan adanya hubungan yang positif

antara perilaku bullying dan rendahnya kemampuan empati. Selain itu, ia

juga mengatakan bahwa pelaku bullying memiliki karakteristik cold

cognition yang gagal untuk memahami perasaan orang lain dan berpendapat

bahwa jika korban merasa tertekan.

Menurut Goleman (2006), ketidakmampuan pelaku bullying untuk

merasakan penderitaan korbannya memungkinkan sedikit atau tidak ada

empati pada korban mereka. Bullies atau pelaku memiliki kekurangan

dalam kemampuan untuk empati, atau dengan kata lain memiliki

kemampuan untuk menghargai konsekuensi emosional dari perilaku mereka

pada perasaan orang lain. Selain itu, bullies kemungkinan juga memiliki

distorsi kognitif dan persepsi sosial yang bias dalam menerima


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

permasalahan lingkungan sehingga menangkap tindak agresif ini merupakan

cara yang efeketif untuk menyelesaikan masalah (Merrel & Isava, 2008).

7. Alternatif Solusi atas Bullying

Espelage dan Swearer (Nurul Hidayati, 2012) mengatakan bahwa

bullying akan dapat dikurangi secara signifikan apabila sistem tempat di

mana bullying tersebut muncul tidak memberikan imbalan apapun, dan

justru memberikan “denda” atau hukuman tiap kali perilaku bullying

muncul. Salah satu program yang sangat komprehensif yang ditujukan

untuk menanggulangi bullying dan terbukti efektif yakni the bully busters

program. Fokus dari program ini yakni merubah sistem sosial sehingga

kemunculan bullying bisa dihindarkan (Espelage & Swearer, 2004).

Program tersebut memiliki beberapa prinsip utama sebagai berikut:

a. Merubah lingkungan lebih berdampak kuat dari pada merubah individu

per individu.

Problem bullying seharusnya dilihat sebagai fungsi interaksi

antara dua pihak, maka dalam mengubahnya kedua pihak (pelaku dan

korban) harus diubah, dan pola hubungan dan interaksi antara keduanya

harus pula diubah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam rangka

mengubah hal ini, pendekatan yang berfokus pada upaya merubah

lingkungan sekolah terbukti lebih efektif. Penekanan yang kuat diberikan

pada pentingnya upaya meningkatkan kesadaran dan skill para guru dan

skill semua siswa di sekolah, terlepas dari apakah mereka korban atau

pelaku bullying ataukah mereka pihak yang terlibat secara langsung


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

(Espelage & Swearer, 2004). Sejatinya bukan hanya pihak-pihak yang

terlinat namun seluruh siswa di sekolah tersebut terpengaruh oleh adanya

bullying.

b. Pencegahan lebih baik dari pada intervensi.

Prinsip ini merupakan prinsip dasar yang selalu dipakai dalam

berbagai pemasalahan yang terjadi, bagaimanapun pencegahan

permasalahan bullying tentu lebih utama dibandingkan melakukan

intervensi sesudah terjadinya bullying. Fenomena kekerasan biasanya

merupakan suatu rangkaian kejadian. Untuk memahaminya, hasus

ditelusuri apa yang menyebabkan munculnya hal tersebut. Dalam rangka

upaya pencegahan ini, seluruh komponen sekolah, khususnya guru-guru

harus dipahamkan mengenai program pencegahan bullying. Semua guru

harus dilibatkan dalam program pencegahan bullying, sehingga

penerapan di masing-masing kelas selaras dalam menggunakan

pendekatan anti kekerasan, sehingga dampaknya menajdi luas. Program

yang komperehensif dan melibatkan seluruh elemen sekolah akan lebih

efektif mencegah bullying dan meningkatkan rasa aman di sekolah

dibandingkan memfokuskan pada sebagian siswa melalui pedekatan

individual.

c. Prinsip ketiga, yakni bahwa dalam merubah lingkungan dibutuhkan

dukungan dan pemahaman dari berbagai pihak, khususnya para guru.

Guru satu dengan guru yang lain dalam suatu sekolah atau antar

sekolah perlu berbagi pengalaman dan sumber dalam memecahkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

berbagai permasalahan. Dalam sebuah buku yamg sangat menarik karya

David A. Hamburg dan Beatrix A. Hamburg (2004) yang menyajikan

alternatif pencegahan kekerasan “Learning to Live TogetherP:

Preventing Hatred and Violence in Child and Adolescence

Development” disebutkan bahwa dalam rangka pencegahan kekerasan

terdapat tiga prinsip utama yakni: (1) Perubahan sistemik pada sekolah;

(2) Program untuk siswa; dan (3) Kebijakan publik.

B. Hakikat Remaja

1. Pengertian Remaja

Kata remaja berasal dari bahasa Inggris yaitu adolescence yang

diadopsi dari bahasa Latin adolescere yang artinya bertumbuh (to grow) dan

menjadi matang (to mature). Lerner, Boy dan Du (Sumardjono

Padmomartono, 2014) mengartikan remaja sebagai periode kehidupan

dengan karakteristik biologis, kognitif, psikologis dan sosial yang sedang

berubah dalam pola yang saling berkaitan dai yang sebelumnya disebut

bersifat anak-anak ke kondisi yang kini disebut bersifat dewasa. Masa

remaja terbagi menjadi 3 yaitu:

a. Remaja awal (12-15 tahun)

Yusuf & Sugandhi (2011: 106) berpendapat bahwa pada masa

ini terjadi perubahan jasmaniah yang cepat, yaitu dengan mulai

tumbuhnya ciri-ciri keremajaan yang terkait dengan matangnya organ-

organ seks, yaitu ciri-ciri primer (menstruasi pada anak wanita dan

mimpi basah pada remaja pria) dan ciri sekunder (tumbuh kumis, jakun,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

dan bulu-bulu halus di sekitar kemaluan pada remaja pria dan

membesarnya payudara, membesarnya pinggul dan muncul bulu-bulu di

sekitar kemaluan untuk anak wanita).

b. Remaja madya (15-18 tahun)

Menurut Yusuf (2010: 26) pada masa ini mulai tumbuh dalam diri

remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat

memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dan

dukanya.

c. Remaja akhir (19-22 tahun)

Menurut Yusuf (2010: 27) setelah remaja dapat menentukan

pedirian hidupnya, pada dasarnya telah mencapai masa remaja akhir dan

telah terpenuhilah tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu

menemukan pendirian hidup dan masuklah individu ke dalam masa

dewasa.

Berdasarkan teori di atas, subjek dari penelitian ini tergolong dalam

remaja awal. Hal tersebut dikarenakan subjek penelitian adalah siswa kelas

VII SMP.

2. Ciri-ciri Masa Remaja

Menurut Yudrik Jahja (2011: 235-236) pada masa remaja terjadi

perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa

perubahan yang terjadi selama masa remaja:

a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal

yang dikenal sebagai masa strom & stress. Peningkatan emosional ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada

masa remaja.

b. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.

c. Remaja tidak lagi hanya berhubungan dengan individu dari jenis kelamin

yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.

d. Perubahan nilai, di mana apa yang mereka anggap penting pada masa

kanak-kanak menjadi kurang penting karena telah mendekati dewasa.

e. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan

yang terjadi.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Masa remaja adalah masa yang paling penting dalam siklus

perkembangan individu dibandingkan dengan masa perkembangan yang

lain, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan pada masa dewasa.

William Kay (dalam Jahja, 2011) mengemukakan ada 7 tugas

perkembangan remaja, yaitu:

a. Menerima keadaan fisiknya sendiri walaupun setiap orang berbeda

perubahannya.

b. Mencapai kemandirian emosional.

c. Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal, dan belajar

bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individu

maupun kelompok.

d. Menemukan manusia model yang bisa dijadikan identitasnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap

kemampuannya sendiri.

f. Membuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala

nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup.

g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuian diri (sikap/perilaku)

kekanak-kanakan.

4. Aspek Perkembangan pada Remaja

a. Perkembangan Fisik

Perubahan fisik merupakan hal yang sangat wajar dialami

remaja. Menurut Papila dan Olds (dalam Jahja, 2011) perubahan fisik

tersebut berupa perubahan bentuk tubuh, otak, kapasitas sensoris, dan

ketrampilan motorik. Perubahan bentuk tubuh berupa berat dan tinggi

badan, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual serta

fungsi reproduksi.

b. Perkembangan Kognitif

Remaja akan aktif membangun kognitif mereka, informasi yang

mereka dapat sudah tidak diterima secara mentah-mentah tetapi remaja

sudah bisa menyaring informasi tersebut. Perkembangan kognitif adalah

perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berfikir,

dan berbahasa. Remaja sudah mampu berfikir hingga membuat ide-ide

yang kreatif dan penting, bahkan ada juga yang dapat remaja

mewujudkan dari ide-ide tersebut. Piaget (Jahja, 2011) mengemukakan

bahwa masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sekitar yang semakin

luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja berfikir abstrak.

c. Perubahan Kepribadian dan Sosial

Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu

berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik,

sedangkan perubahan sosial adalah perubahan komunikasi yang

berhubungan dengan orang lain. Perubahan yang paling penting yang

dialami remaja adalah pencarian jati diri atau identitas diri. Pencarian jati

diri merupakan proses menjadi seseorang yang unik dengan peran

penting dalam hidup. Erikson (Jahja, 2011). Remaja pasti banyak

melakukan kegiatan di luar rumah, seperti les, ekstrakulikuler, jalan-jalan

dengan teman, dan kegiatan lain yangg sewaktu kanak-kanak belum atau

tidak pernah mereka rasakan. Bisa dikatakan kalau peran teman sebaya

dan lingkungan bermain sangat besar, karena dua hal tersebut menjadi

faktor penentu kepribadian yang baik atau buruk bagi remaja.

Berdasarkan paparan di atas dapat di simpulkan bahwa aspek-aspek

perkembangan remaja ada 3, yaitu aspek perkembangan fisik, kognitif, serta

kepribadian dan sosial.

5. Kenakalan Remaja

a. Pengertian Kenakalan Remaja

Menurut Dadan Sumara, dkk (2017) kenalakan remaja meliputi

semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang

dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

dan orang-orang di sekitarnya. Masalah kenakalan remaja mulai

mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya

peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinios,

Amerika Serikat. Beberapa ahli mendefinisikan kenakalan remaja berikut

ini:

1. Kartono, ilmuwan sosiologi

Kenakalan remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah

juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja

yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya,

mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.

2. Santrock “Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari sebagai

perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial sehingga

terjadi tindakan kriminal.”

b. Faktor Kenakalan Remaja

Berbagai faktor yang melatarbalakangi terjadinya kenakalan

remaja dikelompokan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal

a. Krisis identitas

Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan

terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan

akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas

peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai

masa integrasi kedua.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

b. Kontrol diri yang lemah

Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku

yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret

pada perilaku „nakal‟. Begitupun bagi mereka yang telah

mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa

mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan

pengetahuannya.

2. Faktor Eksternal

a. Kurannya perhatian dariorang tua, serta kurangnya kasih sayang.

b. Minimnya pemahaman tentang keagamaan.

Dr. Kartini Kartono juga berpendapata bahwasannya faktor

penyebab terjadinya kenakalan remaja antara lain:

1. Anak kurang mendapatkan perhatian, kasih sayang dan tuntunan

pendidikan orang tua, terutama bimbingan ayah, karena ayah dan

terutama bimbingan ayah, karena ayah dan ibunya masing-masing

sibuk mengurusi permasalahan serta konflik batin sendiri.

2. Kebutuhan fisik maupun psikis anak-anak remaja yang tidak

terpenuhi, keinginan dan harapan anak-anak tidak bisa tersalur dengan

memuaskan, atau tidak mendapatkan kompensasinya.

3. Anak tidak pernah mendapatkan latihan fisik dan mental yang sangat

diperlukan untuk hidup normal, mereka tidak dibiasakan dengan

disiplin dan kontrol-diri yang baik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

C. Kajian Penelitan yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu:

1. Monica Putri Kusuma (2014) dalam penelitiannya untuk skripsinya, Perilaku

School Bullying Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Delegan 2, Dinginan,

Sumberharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa bullying mewujud dalam tiga bentuk perilaku, yakni

secara fisik (menjegal, jambak, menendang, memukul, hingga memegang

alat kelamin dan dada), verbal (berkata kasar „misuh, memaki, mengancam,

menyoraki, mengolok-olok, mengejek, dan berkata hal-hal jorok) dan

psikologis (membuat seolah-olah temannya bersalah dan dirty looks). Pelaku

bullying memiliki postur tubuh yang tinggi dari teman-temannya,

temperamen dan sering bertindak fisik. Korban bullying sangat beragam

yakni: ada yang sering membantah, menuruti semua perintah, sombong dan

susah beradaptasi. Faktor-faktor yang menyebabkan bullying berasal dari

keluarga, lingkungan pergaulan, media/tayangan, dan iklim sekolah.

2. Mita Yuliani (2017) dalam penelitiannya untuk skripsinya Dampak Perilaku

Bullying Pada 2 Siswa Di SMP Pangudi Luhur 1 Klaten. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa bentuk perilaku bullying yang subjek lakukan yaitu

bentuk bullying fisik, verbal, dan psikologis. Subjek Gino mengalami

bullying fisik dan verbal, sedangkan Alena mengalami bullying verbal dan

psikologis. Faktor-faktor yang menyebabkan subjek dibully karena fisik

yang kecil dan lemah, siswa yang kurang percaya diri, susah menyesuaikan

dengan lingkungan dan dianggap tidak menarik di lingkungan teman-


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

temannya usia remaja. Dampak perilaku bullying di sekolah mempunyai

dampak negatif terhadap korban yaitu korbam merasa takut, menjadi pribadi

yang pendian hingga menarik diri, serta ingin pindah kelas, kurang fokus

dalam belajar, memar, dan menangis.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

BAB III
METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi

penelitian, antara lain jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek

penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, keabsahan data, dan teknik

analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini

bertujuan untuk memperdalam permasalahan yang sudah ada di lapangan.

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu

data yang mengandung makna. Makna adalah data sebenarnya, data yang pasti

merupakan suatu nilai di balik data yang tampak (Sugiyono, 2013: 15).

Alasan peneliti menggunakan metode ini karena peneliti akan meneliti

secara mendalam mengenai siswa yang pernah melakukan tindakan bullying.

Peneliti menggunakan desain penelitian studi kasus. Creswell (2013)

menyatakan bahwa penelitian studi kasus adalah penelitian yang dilakukan

terhadap suatu objek, yang disebut sebagai kasus, dilakukan secara seutuhnya,

menyeluruh, dan mendalam dengan mengunakan berbagai macam sumber data.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada salah satu SMP di Kota

Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55223, dilaksanakan pada

semester genap tahun ajaran 2017/2018 pada bulan Maret hingga April

2018.

31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah 2 siswa SMP pada salah satu sekolah di

Yogyakarta.

1. Subjek Pertama

Nama : TF

Usia : 13 Tahun

Status : Pelajar

Kelas : VII F

Tempat tinggal : Yogyakarta

2. Subjek Kedua

Nama : MF

Usia : 13 Tahun

Status : Pelajar

Kelas : VII A

Tempat tinggal : Yogyakarta

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara sebagai teknik

dalam pengumpulan data.

1. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan

makna dalam suatu topik tertentu, (Esterberg, dalam Sugiyono, 3013).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila ingin

mengetahui hal-hal dari subjek penelitian.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara secara

terstruktur dan tidak terstruktur. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti

adalah menetapkan kepada siapa wawancara akan dilakukan, menyiapkan

bahasan pokok yang akan dibicarakan, menulis hasil wawancara,

mengidentifikasi tindak lanjut wawancara yang telah diperoleh (Sugiyono,

2013). Hasil wawancara akan dirubah dalam bentuk verbatim dengan

menuliskan setiap kata per kata percakapan dalam wawancara. Peneliti telah

menyiapkan panduan wawancara terstruktur. Panduan wawancara

terstruktur dalam tabel 3.1. (Terlampir).

E. Keabsahan Data

Agar penelitian ini valid, maka data yang diperolah perlu

keabsahannya. Metode pengujian keabsahan data yang digunakan adalah

Triangulasi, merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Peneliti menggunakan trianglusi sumber, hal

itu dicapai dengan cara membandingkan data yang dikatakan oleh sumber lain

yaitu korban dan guru BK di sekolah.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk

menemukan tema dan merumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data

dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu (Moleong,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

2009). Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam

pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2009).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

membuat verbatim dari hasil wawancara, melakukan sistem pengkodean (coding) dan

mengacu pada konsep Milles dan Huberman (Sugiyono, 20013) aktivitas analisis data,

yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

1. Reduksi data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan

kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Data yang diperoleh

di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci.

Semakin lama peneliti di lapangan, maka jumlah data yang diperoleh akan semakin

banyak, kompleks, dan rumit. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu.

2. Penyajian data (Display Data)

Data ini sudah berupa rangkuman, uraian singkat, bagan hubungan antara

kategori. Penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat

naratif.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (Conclusion Drawing and Verification)

Kesimpulan awal biasanya bersifat sementara, dan akan berubah jika

dalam perjalanannya tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Tapi apabila kesimpulan di awal di dukung


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

dengan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan di awal didukung dengan bukti-butki yang

valid dan konsisten saat penelitian kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang di kemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan mungkin bisa menjawab rumusan masalah

yang di rumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah

dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif

masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di

lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah

merupakan temuan baru selama sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat

berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas

atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan tentang deskripsi data, pelaksanaan penelitian, hasil

penelitian dan pembahasan dari wawancara serta informasi-informasi yang telah

diperoleh di lapangan sebagai hasil studi kasus seperti yang sudah dijelaskan

sebelumnya. Informasi diperoleh dari dua subjek serta informan-informan yang

terkait, dan berkaitan dengan kode etik maka nama dua subjek serta informan-

informan disamarkan agar identitas tidak diketahui.

A. Deskripsi Data

a. Penghimpunan Data Subjek Pertama

Identitas Subjek

Nama : TF

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Umur : 13 Tahun

Anak ke (dari) : 3 dari 3 bersaudara

Pendidikan : Pelajar SMP

Alamat Rumah : Yogyakarta

Penampilan fisik : Rambut cepak, kulit warna sawo matang, kurus

b. Penghimpunan Data Subjek Kedua

Identitas Subjek

Nama : MF

Jenis Kelamin : Laki-laki

36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Agama : Islam

Umur : 13 Tahun

Anak ke (dari) : 1 (tunggal)

Pendidikan : Pelajar SMP

Alamat Rumah : Yogyakarta

Penampilan fisik : Rambut cepak, kulit warna sawo matang, kurus,

hidung mancung

B. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dengan subjek dilakukan di sekolah. Subjek

penelitian merupakan 2 siswa SMP kelas VII pada salah satu sekolah di

Yogyakarta. Peneliti menyamarkan nama subjek dengan inisial TF dan MF.

Penelitian dengan kedua subjek dimulai pada bulan April hingga Mei

2018, dimulai dengan perkenalan dan selanjutnya mengatur jadwal wawancara.

Wawancara dilakukan pada saat jam pulang sekolah sehingga peneliti

mempunyai banyak waktu untuk menggali informasi dari subjek. Selain

melakukan wawancara dengan subjek, peneliti juga melakukan wawancara

dengan Guru BK dan korban S, A, dan Z untuk mendukung hasil wawncara

dengan subjek penelitian sehingga diharapkan dapat memperolah data yang

lebih akurat mengenai subjek penelitian.

C. Hasil Penelitian

Peneliti melakukan wawancara secara mendalam hal yang telah

diberikan oleh subjek, Guru BK, dan korban di lingkungan subjek sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Wawancara dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur. Peneliti sudah

menyiapkan pedoman pertanyaan penelitian yang akan ditanyakan kepada

subjek dan peneliti juga melakukan wawancara secara tidak tersetruktur

dengan memberikan pertanyaan lebih mendalam kepada subjek. Adapun hasil

wawancara sebagai berikut:

1. Seberapa sering dan sejak kapan bullying yang telah dilakukan oleh

siswa?

Berdasarkan hasil wawancara dengan kedua subjek penelitian,

terlihat bahwa keduanya sering melakukan bullying dan sudah sejak lama

melakukan bullying. Subjek TF mengatakan bahwa dirinya sudah banyak

atau sering melakukan bullying dan perilakunya itu sudah berlangsung sejak

akhir semester satu. Pernyataan TF dapat di lihat pada hasil wawancaranya

yang menyatakan:

Saya melakukan bullying sudah sejak akhir semester satu. (TFSB


1.2)
Gak sering banget tapi udah banyak sih mbak. (TFSB 1.5)

Sama halnya dengan MF yang mengatakan bahwa dirinya juga

sering melakukan bullying dan berlangsung kurang lebih sejak dirinya

semseter satu. Pernyataan TF ini juga dapat di lihat pada pernyataannya

yang mengatakan:

Iya aku sering ngejek temenku. (MFSB 1.2)


Aku membully itu udah lama, jadi aku lupa tepatnya kapan tapi
kira-kira semester satu kemaren. (MFSB 1.3)

Pernyataan TF dan MF diperkuat dengan pernyataan subjek

pendukung S, A, dan Z. Menurut kedua subjek pendukung S dan A sebagai


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

korban bullying dari TF ketika di sekolah mengatakan bahwa keduanya

sering di bully oleh TF dan berlangsung dari semester satu. Dapat di lihat

pada kedua penyataan subjek pendukung S dan A di bawah ini:

Iya sering banget mbak. (SSBKRB 1.1)


Sejak semester satu itu dia kayak gitu ke aku. Aku juga gak tau
kenapa mbak. (SSBKRB 1.2)
Sekarang udah jarang, tapi kalau dulu sering banget. (ASBKRB
1.1)
Kalau awal kenal itu enggak, ya sejak pertengahan-pertengahan
gitu. (ASBKRB 1.2)

Pernyataaan yang sama juga dikatakan oleh subjek pendukung Z

sebagai korban bullying dari MF. Subjek pendukung Z mengatakan bahwa

MF hampir setiap hari melakukan bullying dan sudah di mulai sejak

semester satu. yang mengatakan:

Iya setiap hari waktu semester baru itu kan karena kita anak baru
trus dia ngejeknya setiap hari, kalo dia udah nemu satu kata untuk
ngejek kita dan itu akan di ulang-ulang terus sama dia. (ZSBKRB
1.1)
Ya gak tau juga ya mbak, tapi waktu semester satu itu gak cuma
aku yang di gituin. (ZSBKRB 1.3)
Selain itu, pernyataan TF dan MF juga lebih diperkuat lagi dengan

hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap Guru BK yang

mengatakan bahwa:

Kalau MF itu mulai semester satu sampai dengan bulan februari,


kan berarti lama sekali. Kalau TF itu ya sekitar ¾ bulan
kebelakang ini. (SBGBK 1.3)
Ya awalnya dari TF menendang A kemarin itu, anaknya kan abis di
tendang itu kesakitan terus di bawa ke UKS, nah... dari situlah dia
bilang kalau dia kelas pun juga sering di bully itu dengan TF. Dan
ternyata ada satu lagi cewek juga yang sering di ejek-ejekin sama
TF itu, namanya S. (SBGBK 1.2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

Kalau bilang sejauh mana, ya yang TF itu sudah kelewatan karena


sudah pakai fisik tapi kalau MF itu berkelanjutan itu, jadi dari
awal itu terus menerus. (SBGBK 1.1)

2. Mengapa siswa melakukan bullying?

Alasan TF melakukan bullying karena dirinya pernah melihat salah

seorang temannya mengejek temannya yang lain sehingga memicu dirinya

untuk meniru perbuatan tersebut. Selain itu terkadang muncul rasa atau

keinginan untuk membully dari dalam dirinya sendiri. Dapat di lihat pada

pernyataan hasil wawancara peneliti terhadap TF di bawah ini:

Pernah lihat teman-teman yang lain di kelas ngeceni kayak gitu


trus saya langsung jadi ikut-ikutan juga. (TFAB 2.1) (TF AB 2.2)
Ya pernah muncul rasa dalam diri sendiri buat ngejekin dia mbak,
rasanya itu pengen aja membully dia. (TFAB 2.3)

Sedangkan alasan MF melakukan bullying karena rasa dendam

yang ada dalam dirinya untuk membalas perbuatan korbannya Z yang tidak

ia sukai. Munculnya rasa dalam dirinya sendiri untuk selalu membully.

Alasan selanjutnya karena lingkungan tempat tinggal yang tidak sesuai

untuk remaja seusianya, sehingga menumbuhkan keinginan dalam dirinya

untuk meniru apa yang selalu ia lihat dan dengarkan. Dapat di lihat pada

beberapa pernyataannya berikut ini:

Iya balas dendam mbak, dia berani ngatain aku mancung, aku gak
mau. (MFAB 2.2-2.1)
Ya iya faktor dari diri saya sendiri mbak, pengen aja membully dia
pokoknya. (MFAB 2.3-2.4)
Hehe... iya mbak udah biasa denger orang ngomong kasar dan
pernah ikut-ikutan juga. (MFAB 2.5-2.6)
Ya kadang kalau mas-mas yang kos di rumah itu pada sering
ngecenin temennya terus kadang aku ngikut gitu. (MFAB 2.7)
Kadang pernah ngomong kotor kayak mereka, misalnya ngomong
asu. (MFAB 2.8-2.9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

Pernyataan di atas diperkuat dengan hasil wawancara yang telah

peniliti lakukan terhadap guru BK di sekolah yang mengatakan:

Mereka itu kalau di tanya ya jawabnya bercanda aja bilangnya,


tapi kalau semacam ini di lakukan terus-terusan kan tidak baik
juga. Tapi setelah di teliti, kalau MF itu kemungkinan karena
lingkungannya di rumah dengan anak-anak kos yang sudah kuliah,
jadi anaknya itu di kelas suka sekali mencari bahan untuk ngatain
teman-temannya di kelas. (ABGBK 2.1)

3. Bagaimana bentuk bullying yang dilakukan oleh siswa?

Berdasarkan hasil wawancara, TF mengatakan bahwa bentuk

bullying yang dilakukan oleh dirinya terhadap korban yaitu sering

menjodoh-jodohkan korbannya, mengejek, menendan, dan mengolok-olok

dengan sebutan orang tua. Hal ini dipaparkan TF dalam pernyataanya

dibawah ini:

Di kelas itu ada temen yang namanya S. Nah dia itu sering tak
ejek, tak jodoh-jodohin sama A, yang aku lakuin ke A juga sama
tak ejek dan jodoh-jodohin ke S. Trus aku juga pernah nendang si
A. Awalnya aku itu nonyo kepalanya A, sambil tak ejek-ejek
jodohin ke S, trus A balik dorong aku dan aku gak terima abis itu
tak tendang. Aku juga pernah ngejek pake nama orang tua. (TFBB
3.1-3.5)

Sedangkan bentuk bullying yang dilakukan oleh MF adalah

bullying verbal yaitu mengejek. Dapat di lihat pada hasil pernyataan dari

MF yang mengatakan:

Aku ngejekin dia, menurutku sih biasa aja tapi sama dia di
masukin ke hati, aku ngatain dia „bathuk e jembar kayak bandara‟
gitu. Kalau gak itu, kadang ngolokin pake nama orang tua. (MFBB
3.1-3.2)

Dari pernyataan kedua subjek penelitian di atas, diperkuat dengan

hasil wawancara subjek pendukung S, A, dan Z sebagai korban bullying dari


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

TF dan MF. Subjek pendukung S sebagai korban bullying dari MF

mengatakan bahwa dirinya sering dijodoh-jodohkan dengan A, diejek

dengan sebutan ”sampah”, diejek pake nama orang tua, dan tidak dianggap

dalam sebuah kelompok. Hal ini dapat di lihat pada hasil wawancaranya

yang mengatakan:

He‟em mbak. Dia itu suka jodoh-jodohin aku sama A. Dia itu
bilang “itu lho S” eh bukan deng, dia nyebutnya dengan nama
special bukan S tapi di plesetin jadi sampah (sambil menunjuk
kotak sampah). Kadang juga ngejek nama orang tua. (SBBKRB
2.1-2.5)
Kalau satu kelompok, dia juga kayak gak nganggep. (SBBKRB
2.6)

Selanjutnya subjek pendukung A yang juga sebagai korban

bullying dari TF mengatakan bahwa dirinya sempat berkelahi dan ditendang

oleh TF akibat mencoba melawan karena dirinya tidak suka sering di ejekin

oleh TF. Hal tersebut dapat di lihat pada hasil wawancaranya:

Abis di tendang itu aku baru bilang sama Guru BK kalau di kelas
sering di ejekin sama TF. Di ece trus pake nama orang tua.
(ABBKRB 2.1-2.2)
Ya pertamanya itu TF ngece-ngece gitu to, ya trus aku tu mangkel
to jengkel, abis itu tak dorong aku bilang “mbok yo ra usah ngece”
trus dia itu kayak gak peduli gitu lho, abis tak dorong dia mukul
aku trus gantian tak pukul, langsung di pisahin sama temen.
(ABBKRB 2.3)

Sedangkan subjek pendukung Z sebagai korban bullying dari MF

mengatakan bahwa dirinya sering diejek fisik dan agamanya, memandang

sinis seperti terlihat jijik, dan meneriak “ah dasar jelek”. Pernyataan Z ini

dapat di lihat pada hasil wawancaranya yang mengatakan:

Kalau dia tu biasanya bully dengan kata-kata, dan kata-katanya itu


lebih parah dari sekedar kata asu. Jadi dia itu gak cuma
menjelekan fisik tapi menjelekan semua apa yang kita punya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

Misalnya kayak jelekin nama, fisik, trus jelekin agamanya kita apa.
(ZBBKRB 2.1)
Kalo ke aku itu biasanya jelekin fisik sama agama juga pernah.
(ZBBKRB 2.2)
Ya kayak bilang “kalian itu orang-orang lemah” ah susah
ngomongnya mbak, tapi kalo sama dia tu semua di jelekin dan itu
gak cuma sekali tapi setiap hari. (ZBBKRB 2.3)
Pernah tapi dia giamana ya, kalo dia liat dari matanya tu kayak
orang jijik gitu. (ZBBKRB 2.4)
Pernah, karena aku udah sering denger kata-kata itu dan aku juga
belum pernah yang ngalamin kayak gini pas SD, dia itu kalo
ngomong kayak bener-bener menyakitkan, mulai dari nada
ngomongnya dan kata-katanya “ah dasar muka jelek” pokoknya
semuanya di omongin. (ZBBKRB 2.5)

Diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru BK yang

mengatakan bahwa MF juga sering mengambil barang-barang temannya

ketika di kelas seperti pena, pensil, dan lain-lain. Sedangkan bullying yang

dilakukan dengan TF adalah sering menjodoh-jodohkan dan menendang

salah satu korbannya. Hal ini di paparkan oleh pernyataan dari guru BK

yang mengatakan:

Kalau menurut tememnya ya itu “poyok-poyokan” itu lho, ejek-


ejekan terus sama ngambil barang-barang temenya. Kalau
ngambil barang-barang sepeti itu, menjadi kebiasaan to nanti.
(BBGBK 3.1)
Ngejekin trus menjodoh-jodohkan antara A dan S. Sampai
berantem dengan A trus ada kejadian di tendang itu. (BBGBK 3.2)

4. Bagaimana pikiran dan perasaan siswa sesaat dan setelah melakukan

bullying?

Berdasarkan hasil wawancara dengan kedua subjek penelitian, TF

mengatakan bahwa pikiran untuk membully muncul begitu saja dan dirinya

akan merasa puas apabila sudah membully. TF juga mengatakan bahwa

dirinya dulu pernah menjadi korban bullying saat masih duduk bangku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

sekolah dasar. Jadi peneliti menarik kesimpulan bahwa ketika TF

melakukan bullying maka dirinya akan mendapatkan kepuasaan dalam

dirinya, akibat pengalaman di masa lalunya sehingga saat ini dirinya

mencoba untuk membalas pada orang lain yang lebih lemah darinya. Hal ini

dapat di lihat pada hasil wawancaranya dengan peneliti berikut ini:

Ya yang dipikir itu pengen aja buat ngejekin dia, trus rasanya itu
puas tapi kalau lihat orangnya mau nangis itu kadang kasihan.
(TFRB 4.1)
Kalau aku jadi korban ya mau bales rasanya mbak, aku pernah
jadi korban, di olok-olok nama orang tuanya. (TFRB 4.2-4.4)

Sedangkan MF membully karena munculnya pikiran untuk

membalas perbuatan yang tidak disukai korban, dengan begitu dirinya akan

merasa lega dan puas. selain itu, dirinya juga pernah mengalami bullying

ketika masih duduk di sekolah dasar. Hal ini dapat dilihat pada pernyataan

hasil wawancara terhadap MF yang mengatakan:

Pas membully itu ada rasa dan pikiran gak enak, tapi ya rasanya
pengen harus bales dia karena udah ngatain aku. (MFRB 4.1)
Ya lega dan puas aja rasanya mbak. (MFRB 4.2)
Kalau ditanya gimana perasaannya seandainya saya jadi korban,
ya saya sudah pernah pernah jadi korban bullying dulu waktu
kelas 4 atau 5 SD, sering di ejekin gitu trus pernah sampe di pukul
sama kakak kelas. (MFRB 4.3-4.5)

5. Bagaimana dampak perilaku bullying?

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti

terhadap korban bullying S, A, dan Z merasa sakit hati, merasa malu, tidak

percaya diri, canggung, tidak konsentrasi belajar di dalam kelas, nilai

akademik menurun, dan malas untuk berangkat ke sekolah. Dampak yang

dirasakan oleh S adalah dirinya merasa sakit hati, malas berangkat sekolah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

malu, tidak percaya diri, canggung, nilai akademik menurun, dan tidak

konsentrasi belajar. Pernyataan tersebut dapat di lihat hasil wawancara

dengan ketiga korban yang menyatakan:

Ya sakit hati aku mbak, orang tuaku kasih nama aku bagus-bagus
tapi malah kayak gitu. (SDMKRB 4.1)
Ya pernah banget mbak, kalo mau berangkat sekolah tu males
banget rasanya, mikir wah mesti nanti kalo udah di sekolah gitu-
gitu lagi. Rasanya itu malu, gak percaya diri, trus canggung mbak.
(SDMKRB 4.2)
Ya iya mbak, dulu waktu aku SD nilaiku bagus-bagus kok mbak
bisa dapet nilai 80 atau 90. Tapi sekarang enggak, nilainya kalo
ulangan malah pernah dapet 50. (SDMKRB 4.3-4.4)
Iya mbak, kalo di kelas tu belajar sering banget mikir gimana itu
lho caranya biar aku bisa keluar dari sekolah tapi aku juga mikir
mesti ribet to mbak. (SDMKRB 4.5)

Korban A juga merasakan dampak yang hampir sama dengan yang

dirasakan oleh S. Dampak yang dirasakan oleh A adalah malu dan menjadi

malas untuk berangkat sekolah. Dapat di lihat pada hasil wawancaranya di

bawah ini:

Ya pernah males berangkat sekolah gara-gara sering di ejekin tapi


ya mau gimana lagi, tetep berangkat sekolah. (ADMKRB 4.1)
Ya iya malu mbak, di kata-katain terus. (ADMKRB 4.2)

Selanjutnya korban Z juga merasakan dampak negatif dari perilaku

bullying yang dilakukan oleh MF terdahap dirinya. Dampak bullying yang

dirasakan Z adalah dirinya merasa sakit hati, menangis, malas berangkat

kesekolah, dan tidak konsentraksi belajar di kelas. Hal itu dapat di lihat pada

pernyataan Z di bawah ini:

Ya sakit hati banget lah mbak, kalo misalkan kita lagi ngerjain
tugas gitu langsung di teriakin “eh dasar orang lemah, goblok,
ngapain ngerjain tugas” pokoknya gak jelas gitu. (ZDMKRB 4.1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Pernah mbak sampe males berangkat sekolah, waktu itu semester


satu sampai aku bilang sama mamaku, di rumah nangis-nangis,
tapi ya udahlah tetep harus sekolah. (ZDMKRB 4.2)
Gak konsen belajar lah mbak, pernah kayak di kelas lagi ngerjain
tugas gitu, trus dia tiba-tiba pindah tempat duduk di deketku
langsung ngejek-ngejek gitu. (ZDMKRB 4.3)

Hal yang sama juga di katakan oleh guru BK yang mengatakan

bahwa korban bullying dari TF membuat korban S merasa malu akibat

sering dijodoh-jodohkan dan korban A merasakan sakit pada fisiknya akibat

di tendang. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada hasil wawancara dengan

guru BK:

Kalau yang jadi korban-korbannya MF itu saya lihat mereka itu


pada mangkel sama si MF itu, kalau yang korbannya TF itu yang S
anaknya jadi malu dan A itu ya karena badannya kecil kayak gitu
sudah di tendang pasti ya fisiknya sakit dan juga setiap hari di
poyok-poyokin sama S itu ya sudah pasti malu juga. (DMGBK 5.1)

6. Bagaimana bentuk penyesalan siswa setelah melakukan bullying?

Perilaku bullying merupakan perbuatan negatif yang tidak baik

untuk dilakukan oleh seorang siswa. Untuk melihat bentuk penyesalaan

subjek setelah melakukan bullying maka peneliti melakukan wawancara

dengan kedua subjek penelitian. Peneliti menemukan bentuk penyesalan

yang berbeda di antara keduanya. TF mengatakan bahwa dirinya terkadang

menyesal setelah melakukan bullying terhadap temannya. TF juga telah

meminta maaf kepada korbannya sebagai bentuk penyesalannya. Hal ini

dipaparkan dalam hasil wawancaranya:

Iya nyesel lihat A kesakitan, pas itu aku langsung minta maaf tapi
dia gak mau. (TFPB 6.1-6.2)
Kalau sama S juga sama, dia pernah nangis tapi aku baru minta
maaf pas di suruh Guru BK. (TFPB 6.3)
Udah baikan sama mereka sekarang mbak. (TFPM 6.4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

Namun berbeda dengan MF yang menyatakan bahwa dirinya tidak

menyesal dan tidak meminta maaf pada korban setelah melakukan bullying

terhadap temannya sendiri. Dapat dilihat dari hasil wawancaranya yang

mengatakan bahwa:

Enggak langsung minta maaf, tak tinggal lari ke kantin. (MFPB


6.1)
Enggak nyesel mbak. (MFPB 6.2)

Melihat kedua pernyataan dari subjek penelitian, pernyataan TF di

atas di perkuat dengan hasil wawancara dengan S sebagai korban dari TF

yang mengatakan:

Ya pas di suruh guru BK baru dia minta maaf ke aku. (SPLKRB


6.1)
Udah gak lagi sih sekarang mbak. (SPLKRB 6.2)
Biasa aja, aku juga diem aja sih sama dia. (SPLKRB 6.3)

Kemudian pernyataan MF di atas di perkuat dengan hasil

wawancara dengan Z sebagai koban yang mengatakan:

Ketawa mbak, seriusan deh dia liat aku nangis malah seneng gitu.
(ZPLKRB 3.1)
Kalo sekarang sih udah mendingan gak sering banget kayak dulu.
Dia udah gak bully aku tapi ke yang lain masih ada ke satu cowok
di kelas. (ZPLKRB 3.2)

Berdasarkan paparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

terdapat perbedaan antara subjek. Subjek TF mengakui bahwa dirinya

merasa menyesal setelah melakukan bullying terhadap S dan A, sebagai

bentuk penyesalannya ia meminta maaf kepada korban. Sedangkan subjek

MF mengakui bahwa tidak ada rasa penyesalan dalam dirinya setelah

melakukan bullying.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

7. Bagaimana evaluasi, solusi dan tindak lanjut yang dilakukan untuk

mengatasi masalah bullying?

Guru BK di sekolah telah memberikan infomasi kepada siswa

mengenai bullying dan dampak-dampak negatif dari perilaku bullying. Hal

ini dapat di lihat pada hasil wawancara TF dan MF sebagai subjek

penelitian:

Iya guru BK pernah ngasih materi tentang bullying di kelas.


(MFSB 7.1)
Pernah mbak di kasih meteri bullying (TFSB 7.2)

Pernyataan TF dan MF di atas di perkuat dengan hasil wawancara

dengan guru BK selaku konselor sekolah dari kedua subjek penelitian

mengatakan bahwa sudah memberikan materi tentang bullying pada siswa:

Waah.. iya iya saya sudah pernah sampaikan materi tentang


bullying dan apa saja dampak-dampaknya, apalagi mereka itu
kadang gak cuma sekedar moyok-moyoki tapi juga ngejek itu
dengan sebutan orang tua, kalau semacam itu kan juga sudah
termasuk membully. (SEGBK 4.7-4.8)

Guru BK sudah memberikan materi tentang bullying di sekolah

agar siswa tidak melakukan tindak bullying, namun pada kenyataannya

masih ada siswa yang menjadi pelaku dan korban bullying di sekolah. guru

BK telah memberikan solusi untuk mengatasi masalah perilaku bullying

yang terjadi pada kedua subjek, dengan melakukan konseling dan selalu

melakukan pemantauan terhadap perkembangan kedua subjek. Dapat dilihat

dari hasil wawancara yang telah dilakukan pada guru BK yang mengatakan:

Iya saya konseling dan saya pantau terus. (SEGBK 4.1)


Ya tidak hanya sekali konseling, sempat saya panggil lagi untuk di
tanya-tanya perkembangannya dan saya pantau kalau di kelas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

saya tanya ke teman-temannya itu gimana apa gani dan runa


masih membully atau tidak. Mereka bilang tidak pernah lagi, kalau
sudah tidak lagi berarti anak ini biasa di katakan sembuh dan
semoga bisa berubah jadi lebih lagi untuk jangka kedepannya.
(SEGBK 4.2)
Saya selalu memantau dengan tanya-tanya ke temen-temennya di
kelas masih sering membully atau tidak dan mereka bilang sudah
tidak seperti dulu lagi. (SEGBK 4.3)
Kita di sekolah ada sistem poin untuk siswa yang bermasalah
mbak, jadi nanti kalau ada siswa yang poinnya sudah 100 maka
siswa tersebut harus di keluarkan dari sekolah. (SEGBK 4.4)
Blm mbak, kalau untuk gani dan runa ini belum saya masukan ke
poin karena ingin tangani terlebih dahulu supaya nanti tidak
terulang lagi pada mereka. (SEGBK 4.5)

Berdasarkan pernyataan di atas maka perlu adanya tindak lanjut

dari guru BK agar kasus bullying tidak terulang kembali, akn tetapi belum

adanya program atau kegiatan sebagai tindak lanjut dari guru BK maupun

sekolah untuk mengatasi masalah bullying di sekolah. Hal tersebut di

sebabkan karena mengingat jam mata pelajaran BK di sekolah sangat sedikit

sekali. Pernyataan ini dapat dilihat pada hasil wawacaranya:

Ehm... kalau kegiatan khusus dari BK untuk semacam itu belum


ada ya mbak, karena mengingkat jam BK di sekolah sangat sedikit
sekali. (SEGBK 4.6)

Berdasarkan paparan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh

peneliti terhadap guru BK dapat di simpulkan bahwa guru BK telah

memberikan materi tentang bullying sebagai fungsi pencagahan terhadap

siswa agar tidak melakukan tindak bullying. Namun, setelah dievaluasi

ternyata masih ada siswa yang menjadi pelaku dan korban bullying di

sekolah. Guru BK memberikan solusi terhadap siswanya yang telah

melakukan bullying dengan melakukan konseling sebagai fungsi

penyembuhan terhadap pelaku bullying. Guru BK maupun pihak sekolah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

belum memberikan tindak lanjut terkait perilaku bullying di sekolah karena

kurangnya jam BK di sekolah.

D. Pembahasan
Berikut ini adalah pembahasan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh peneliti.

1. Seberapa Sering dan Sejak Kapan Siswa Melakukan Bullying

Bullying merupakan perilaku agresif yang tidak baik untuk

dilakukan oleh siswa. Siswa dapat dikatakan sebagai pelaku bullying apabila

ia melakukan tindakan agresif yang bertujuan untuk menyakiti korbannya

dan dilakukan secara berulang-ulang. Melihat hasil penelitian pada kedua

subjek penelitian dan subjek pendukung dapat di katakan bahwa TF dan MF

sering melakukan tindak bullying bahkan hampir setiap hari mereka

melakukannya dengan alasan yang tidak jelas. Hal ini sesuai dengan

pendapat Sulivan (Trevi, 2010) yang mengatakan bahwa bullying adalah

tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang memiliki

kuasa, bertujuan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik atau psikis,

dilakukan tanpa alasan yang jelas, terjadi berulang-ulang, juga merupakan

suatu bentuk perilaku agresif, manipulasi yang dilakukan secara sengaja dan

secara sadar oleh seseorang atau kelompok kepada orang lain atau

kelompok lain.

2. Alasan Siswa Melakukan Bullying

Setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang pasti ada alasan

yang membuat seseorang itu melakukan tindakan tersebut, salah satunya

seperti tindak bullying. Alasan TF melakukan bullying karena dirinya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

pernah melihat salah seorang temannya mengejek temannya yang lain,

sedangkan alasan MF melakukan bullying karena rasa dendam yang ada

dalam dirinya untuk membalas perbuatan korban Z yang tidak ia sukai.

Namun, di balik alsan TF dan MF melakukan bullying, ada banyak faktor

yang melatar belakangi TF dan MF melakukan tindak bullying di sekolah.

TF melakukan bullying karena faktor teman sebaya, sedangkan MF

melakukan bullying karena faktor lingkungan tempat tinggalnya dan faktor

karakter dalam dirinya.

Berdasarkan hasil penelitian dapat kedua subjek penelitian

melakukan tindak bullying disebabkan oleh beberapa faktor yang

mempengaruhinya yaitu faktor kelompok sebaya, kondisi lingkungan sosial,

dan karakter pelaku seperti dendam.

Hal di atas sama dengan pendapat Ariesto (2019) yang mengatakan

bahwa ada beberapa faktor penyebab terjadinya bullying, seperti: keluarga,

sekolah, kelompok sebaya, kondisi lingkungan sosial, serta tayangan televisi

dan media cetak. Selain itu, Astuti (2008) juga mengatakan bahwa ada tujuh

faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bullying, yaitu: (1) Perbedaan

kelas ekonomi, agama, gender, etnitas, atau rasisme; (2) Senioritas; (3)

Tradisi senioritas; (4) Keluarga yang tidak rukun; (5) Situasi sekolah yang

tidak harmonis dan deskriminatif; (6) Karakter individu atau kelompok

seperti dendam dan iri hati; dan (7) Persepsi nilai yang salah atas perilaku

korban. Melihat pernyataan kedua subjek dapat dinyatakan bahwa asalan

atau faktor yang mempengaruhi kedua subjek melakukan bullying akibat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

kelompok sebaya, kondisi lingkungan sosial, dan karakter individu itu

subjek sendiri.

3. Bentuk Bullying yang Dilakukan Siswa

Dari hasil wawancara kepada dua subjek penelitian, terdapat 3

bentuk bullying yaitu verbal, fisik, dan psikologis/mental. Bullying verbal

adalah bullying dalam bentuk ucapan atau kata-kata, bullying fisik adalah

adanya sentuhan antara pelaku dan korban, dan bullying psikologis/mental

adalah bentuk bullying yang tidak dapat ditangkap oleh indra penglihatan

dan pendengaran, hanya dapat di ketahui antara pelaku dan korban. Kedua

subjek penelitian sebagai pelaku sama-sama melakukan bullying verbal dan

psikolgis/mental tetapi subjek MF tidak melakukan bullying fisik sedangkan

subjek TF melakukan bullying fisik. TF sering mengejek dengan menjodoh-

jodohkan kedua korbannya, tidak mengaggap korban ketika dalam sebuah

kelompok belajar, bahkan hingga menendang korbannya. Sedangkan MF

melakukan bullying verbal dan psikologis/mental dengan mengejek fisik

dan agama korban, meneriaki, dan memandang sinis seperti jijik melihat

korban.

Hal tersebut dengan pendapat Tim Yayasan Semai Jiwa Amini

yang mengkategorisasikan bentuk perliku bullying ke dalam tiga kategori

yaitu fisik, verbal, dan mental/psikologis. Bullying fisik adalah jenis

bullying yang kasat mata. Siapa pun bisa melihatnya kaeran terjadi sentuhan

fisik antara pelaku bullying dan korbannya. Perlaku bullying secara fisik

seperti: menampar, menimpuk, menginjak kaki, menjegal, meludahi, dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

memalak. Bullying verbal adalah jenis bullying yang juga bisa terdeteksi

karena bisa tertangkap indra pendengaran kita. Contoh bullying verbal

seperti: memaki, menghina, menjuluki, meneriaki, menuduh, menyoraki,

menebar gosip, memfitnah, dan menolak. Sedangkan bullying psikologis

atau mental adalah jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak

tertangkap mata atau telinga kita jika kita tidak cukup awas mendeteksinya.

Praktik bullying ini terjadi diam-diam dan di luar radar pemantauan kita.

Contoh bullying mental seperti: memandang sinis, memandang penuh

ancaman, mendiamkan, mengucilkan, memelototi, dan mencibir.

4. Pikiran dan Perasaan Siswa Sesaat dan Setelah Melakukan Bullying

Melihat hasil pernyataan kedua subjek di atas, TF dan MF sama-

sama memiliki pengalaman pada masa lalunya yaitu menjadi korban

bullying ketika keduanya masih duduk dibangku sekolah dasar. Kemudian

TF dan MF juga memiliki rasa yang sama setelah melakukan bullying yaitu

puas dan lega. Pada hasil wawancara TF mengatakan bahwa dirinya

melakukan bullying karena melihat temannya yang mengejek temannya

yang lain hingga akhirnya dirinya meniru perilaku tersebut, dirinya juga

mengatakan bahwa ketika masih duduk di bangkus sekolah dasar dirinya

pernah menjadi korban bullying, jadi kemungkinan besar dirinya memiliki

rasa yang terpendam untuk membalas perilaku yang ia terima pada masa

lalunya. Sedangkan MF mengatakan bahwa dirinya membully temannya

karena balas dendam ingin membalas perbuatan korban yang tidak ia sukai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Hal sama juga dirasakan oleh MF bahwa dirinya dulu juga pernah menjadi

korban bullying.

Sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa ada rasa kepuasan

tersendiri bagi kedua subjek jika dapat menindas orang lain yang lebih

lemah dari mereka dan perilaku yang mereka lakukan saat ini akibat

pengalaman masa lalu mereka yang pernah menjadi korban sehingga saat ini

mendorong mereka untuk membalas dan perilaku tersebut pada orang lain

yang lebih lemah.

Hal di atas sama halnya dengan pendapat Sejiwa (2008) mengenai

karakter pelaku bullying. Sejiwa mengatakan bahwa seorang pelaku bullying

merupakan aktor utama dalam perilaku bullying karena dia aggressor,

provokator, sekaligus, inisiator dalm situasi bullying. Pelaku bullying

umumnya seseorang yang berfisik besar dan kuat, memiliki kekuatan dan

kekuasaan, memiliki dominasi psikologis yang besar di antara kelangan

teman-temannya. Seseorang menjadi pelaku bullying karena adanya

kepuasan dalam diri jika memiliki kekuasaan untuk menindas anak yang

lebih lemah. Pelaku bullying biasanya memiliki sikap temperamental dan

memiliki keprcayaan diri yang begitu tinggi. Perilaku bullying yang

dilakukan oleh pelaku boleh jadi disebabkan karena adanya tindakan

kekerasan yang pernah dialaminya, sehingga pelaku meniru tindakan

tersebut kepada temannya yang lebih lemah.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

5. Dampak Bullying pada Korban

Korban bullying mengakui bahwa dampak dari bullying yang

dialami oleh dirinya mengganggu perkembangan subjek di sekolah. S

mengakui dirinya dirinya merasa sakit hati, malas berangkat sekolah, malu,

tidak percaya diri, canggung, nilai akademik menurun, dan tidak konsentrasi

belajar. Kemudian A juga mengakui dirinya merasa malu dan menjadi malas

untuk berangkat sekolah. Selanjutnya korban Z mengakui dirinya merasa

sakit hati, menangis, malas berangkat kesekolah, dan tidak konsentraksi

belajar di kelas. Dari paparan tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa

perilaku bullying mempunyai dampak yang negatif sehingga dapat

mengganggu korban dalam belajar di sekolah, kurang percaya diri, tidak

memiliki semangat untuk pergi kesekolah, dan megakibatkan turunnya

konsentrasi belajar sehingga mengakibatkan turunnya nilai pelajaran di

sekolah.

Hal ini sesuai dengan pendapat Cauce, dkk (2003, dalam Luthar

2006), dalam kasus-kasus bullying, sejalan dengan perlakuan negatif yang

berlangsung terus menerus. Kekerasan secara berkelanjutan memiliki efek

yang sangat negatif, seperti munculnya problem kecemasan, depresi, dan

mengalami penurunan kemampuan belajar dikarenakan ia mengalami

kesulitan konsentrasi dan penurunan dalam memorinya sehingga prestasi

anak secara akademis akan menurun secara signifikan.

Dampak-dampak bullying yang telah dialami korban sangat

mempengaruhi perkembangan siswa di sekolah apabila tidak ditangani dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

didampingi dengan baik. Oleh karena itu, pernanan guru BK di sekolah

sangatlah penting untuk dapat selalu memberikan layanan dan

pendampingan siswa baik bagi korban maupun pelaku. Bagi korban, agar

dapat merubah dampak negatif menjadi dampak yang positif sehingga siswa

menjadi anak yang lebih kuat, mampu menerima, dan lebih ppercaya diri.

Sedangkan bagi pelaku, agar tidak mengulangi perilaku agresifnya.

6. Bentuk Penyesalan Setelah Melakukan Bullying

Bentuk penyesalan pelaku setelah melakukan bullying berkaitan

dengan rasa empati yang dimiliki oleh pelaku terhadap korbannya.

berdasarkan hasil penelitian terhadap kedua subjek, terdapat perbedaan

diantaranya keduanya. Subjek TF mengakui bahwa dirinya menyesal setelah

melakukan bullying, akan tetapi berbeda dengan subjek MF yang

mengatakan tidak menyesal setelah melakukan bullying. Perilaku MF dapat

dikatakan bahwa dirinya memiliki rasa empati yang rendah terhadap

korbannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Merrell & Isava (2008) bahwa

bullies atau pelaku memiliki kekurangan dalam kemampuan untuk empati,

atau dengan kata lain memiliki kemampuan untuk menghargai konsekuensi

emosional dari perilaku mereka pada perasaan orang lain.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaku

bullying yang tidak memiliki rasa penyesalan dalam dirinya setelah

melakukan bullying di karenakan kurangnya kemampuan berempati pelaku

terhadap korban atau orang lain.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

7. Evaluasi, Solusi, dan Tindak Lanjut

Melihat dampak negatif dari perilaku bullying maka guru BK

memberikan materi tentang bullying kepada siswa di sekolah yang

dimaksudkan untuk dapat mencegah terjadinya tindak bullying di sekolah.

Kenyataan yang ada setelah dilakukan evaluasi masih ada siwa yang

melakukan tindak bullying di sekolah. Guru BK tidak tinggal dalam kasus

bullying di sekolah dan memberikan solusi atas kasus yang ada di sekolah

yaitu dengan melakukan konseling terhadap pelaku bullying.

Konseling yang dilakukan oleh guru BK diharapkan dapat

mengubah perilaku siswa di sekolah. Konseling yang dilakukan oleh guru

BK tidak hanya sekali, akan tetapi beberapa kali hingga siswa benar-benar

mengurangi perilaku negatifnya tersebut di sekolah. Guru BK juga

melakukan pemantauan terhadap perkembangan perubahan sikap pelaku di

sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, bukan hanya evaluasi dan

solusi yang perlu di lakukan guru BK maupun sekolah untuk menganani

kasus bullying di sekolah. Namun, perlu adanya tindak lanjut mengenai

masalah bullying di sekolah. Tindak lanjut yang diberikan belum berjalan

dengan baik karena mengingat kurangnya waktu jam BK di sekolah. Ada

beberapa alternatif solusi yang dapat dilakukan guru BK untuk mengatasi

bullying di sekolah seperti melakukan pencegahan agar tidak terjadi tindak

bullying.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Pencegahan merupakan prinsip dasar yang selalu dipakai dalam

berbagai pemasalahan yang terjadi, bagaimanapun pencegahan

permasalahan bullying tentu lebih utama dibandingkan melakukan

intervensi sesudah terjadinya bullying. Pencegahan bisa dilakukan dengan

memberikan informasi kepada siswa mengenai bullying dan dampak buruk

yang di timbulkannya, seperti yang sudah dilakukan guru BK di sekolah.

Selain itu, meningkatkan rasa empati pada siswa juga bisa menjadi salah

satu alternatif solusi untuk mengurangi perilaku bullying di sekolah.

Hal di atas sependapat dengan Espelage dan Swearer (Nurul

Hidayati, 2012) mengatakan bahwa bullying akan dapat dikurangi secara

signifikan apabila sistem tempat di mana bullying tersebut muncul tidak

memberikan imbalan apapun, dan justru memberikan “denda” atau

hukuman tiap kali perilaku bullying muncul. Salah satu program yang

sangat komprehensif yang ditujukan untuk menanggulangi bullying dan

terbukti efektif yakni the bully busters program. Fokus dari program ini

yakni merubah sistem sosial sehingga kemunculan bullying bisa dihindarkan

(Espelage & Swearer, 2004).

Program tersebut memiliki beberapa prinsip utama sebagai berikut:

a) Merubah lingkungan lebih berdampak kuat dari pada merubah individu

per individu. Problem bullying seharusnya dilihat sebagai fungsi interaksi

antara dua pihak, maka dalam mengubahnya kedua pihak (pelaku dan

korban) harus diubah, dan pola hubungan dan interaksi antara keduanya

harus pula diubah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam rangka


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

mengubah hal ini, pendekatan yang berfokus pada upaya merubah

lingkungan sekolah terbukti lebih efektif. Penekanan yang kuat diberikan

pada pentingnya upaya meningkatkan kesadaran dan skill para guru dan skill

semua siswa di sekolah, terlepas dari apakah mereka korban atau pelaku

bullying ataukah mereka pihak yang terlibat secara langsung (Espelage &

Swearer, 2004). Sejatinya bukan hanya pihak-pihak yang terlinat namun

seluruh siswa di sekolah tersebut terpengaruh oleh adanya bullying; b)

Pencegahan lebih baik dari pada intervensi. Prinsip ini merupakan prinsip

dasar yang selalu dipakai dalam berbagai pemasalahan yang terjadi,

bagaimanapun pencegahan permasalahan bullying tentu lebih utama

dibandingkan melakukan intervensi sesudah terjadinya bullying. Fenomena

kekerasan biasanya merupakan suatu rangkaian kejadian. Untuk

memahaminya, hasus ditelusuri apa yang menyebabkan munculnya hal

tersebut. Dalam rangka upaya pencegahan ini, seluruh komponen sekolah,

khususnya guru-guru harus dipahamkan mengenai program pencegahan

bullying. Semua guru harus dilibatkan dalam program pencegahan bullying,

sehingga penerapan di masing-masing kelas selaras dalam menggunakan

pendekatan anti kekerasan, sehingga dampaknya menajdi luas. Program

yang komperehensif dan melibatkan seluruh elemen sekolah akan lebih

efektif mencegah bullying dan meningkatkan rasa aman di sekolah

dibandingkan memfokuskan pada sebagian siswa melalui pedekatan

individual; dan c) Prinsip ketiga, yakni bahwa dalam merubah lingkungan

dibutuhkan dukungan dan pemahaman dari berbagai pihak, khususnya para


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

guru. Guru satu dengan guru yang lain dalam suatu sekolah atau antar

sekolah perlu berbagi pengalaman dan sumber dalam memecahkan berbagai

permasalahan. Dalam sebuah buku yamg sangat menarik karya David A.

Hamburg dan Beatrix A. Hamburg (2004) yang menyajikan alternatif

pencegahan kekerasan “Learning to Live TogetherP: Preventing Hatred

adn Violence in Child and Adolescence Development” disebutkan bahwa

dalam rangka pencegahan kekerasan terdapat tiga prinsip utama yakni: (1)

Perubahan sistemik pada sekolah; (2) Program untuk siswa; & (3)

Kebijakan publik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memaparkan tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan


saran.

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahaan hasil penelitian dapat

disimpulkan beberapa hal berikut sebagai jawaban atas pokok permasalahan

dalam penelitian ini:

1. Subjek sudah sejak lama melakukan bullying dan perilaku bullying tersebut

sangat sering dilakukan bahkan hampir setiap hari.

2. Alasan subjek melakukan bullying karena meniru perilaku teman dan

meniru perilaku yang ada pada lingkungan sosial dan balas dendam. Faktor

yang mempengaruhi perilaku bullying subjek adalah faktor teman sebaya,

lingkungan sosial, dan karakter individu pelaku seperti dendam.

3. Bentuk bullying yang dilakukan oleh kedua subjek adalah bullying fisik,

verbal, dan psikologis. Bullying fisik yang dilakukan adalah menedang,

bullying verbal yang dilakukan adalah mengejek dan mengolok-olok, dan

bullying psikologis yang dilakukan adalah memandang sinis dan tidak

menganggap.

4. Pikiran dan perasaan subjek sesaat dan setelah melakukan bullying adalah

merasa puas, atau dengan kata lain subjek merasakan kepauasan tersendiri

setelah melakukan bullying.

5. Akibat perilaku bullying pada korban yaitu merasa malas untuk pergi ke

sekolah, mengganggu konsentrasi belajar di kelas, mempengaruhi nilai

61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

akademik di sekolah, merasa sakit hati, dan merasa malu. Selain itu, korban

yang mengalami bullying fisik juga merasakan sakit dan meninggalkan luka

lebam pada bagian tubuhnya.

6. Tidak adanya sebuah bentuk penyesalan dari subjek karena kurangnya rasa

empati pelaku terhadap korban.

7. Untuk mengatasi masalah bullying di sekolah, guru BK telah melakukan

konseling terhadap pelaku bullying dan selalu melakukan pemantauan

terhadap pelaku agar perilakunya tidak terulang kembali.

B. Keterbatasan Penelitian

Peneliti masih memiliki keterbatasan dan kekurangan. Peneliti

menyadari bahwa masih banyak yang perlu di perbaiki dan disempurnakan.

Adapun keterbatasan yang peneliti alami yaitu:

1. Sulitnya mencari waktu untuk dapat melakukan wawancara dengan subjek

karena harus mencari waktu yang senggang agar tidak mengganggu jam

belajar subjek di sekolah.

2. Peneliti merasa sedikit sulit membangun rasa kepercayaan subjek terhadap

peneliti karena subjek merasa takut bahwa setelah wawancara akan

mempengaruhi nilai subjek di sekolah.

3. Peneliti kurang menggali permasalahan subjek karena peneliti hanya dapat

melakukan penelitian di lingkungan sekolah saja.

4. Peneliti kurang jeli dalam menggali permasalahan subjek karena kurangnya

keterbukaan subjek terhadap peneliti.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

5. Peneliti hanya melakukan wawancara sekali sehingga informasi yang

didapatkan kurang mendalam.

6. Peneliti tidak terlalu fokus melakukan konseling terhadap korban bullying.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti menyampaikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi orang tua, diharapkan dapat memperhatikan pergaulan siswa di

lingkungan sosialnya serta memperhatikan perkembangan siswa baik di

sekolah maupun di rumah. Sehingga siswa tidak salah dalam memilih teman

dan salah pergaulan.

2. Bagi sekolah, diharapkan dapat mempunyai program bimbingan yang

bersifat kuratif (penyembuhan) untuk korban dan pelaku bullying.

Kemudian mempunyai program bimbingan yang bersifat preventif

(pencegahan) agar tindakan bullying tidak terjadi lagi.

3. Bagi guru BK, diharapkan penelitian ini dapat digunakan oleh konselor

sekolah sebagai informasi untuk mengenali pelaku dan korban tindak

bullying dan diharapkan dapat mendampingi korban dan pelaku.

4. Bagi peneliti lain, untuk dapat menambahkan metode lain seperti observasi

agar hasil penelitian menjadi lebih baik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Daftar Pustaka

Astuti, P.R. (2008). Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menggulangi Kekerasan


Pada Anak. Jakarta: Grasindo.
Bramasti, Ika Putri. (18 Juli 2017). 5 Kasus Bullying Di Indonesia Paling Bikin
Gregetan Orangtua, Nomor 4 Paling Tragis!. Diambil pada tanggal 5 Mei
2018, dari http://www.google.co.id/amp/2017/07/18/5-kasus-bullying-di-
indonesia-paling-bikin-gregetan-orangtua-nomor-4-paling-tragis
Creswell, Jhon. W, (2013). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset, Terjemahan
Ahmad Lintang Lazuardi. Yogyakarta: Pustaka belajar .
Hidayat, Nurul. (2012). Bullying pada Anak: Analisis dan Alternatif Solusi.
INSAN. 14 (01): 41-47.
Kusuma, Monicka Putri. (2014). Perilaku School Bullying pada Siswa Sekolah
Dasar Negeri Delegen 2, Dinginan, Sumberharjo, Prambanan, Sleman,
Yogyakarta. Skripsi, tidak diterbitkan, UNY, Yogyakarta.
Moleong (Ed. Revisi 2009). Metodologi penelitian Kualitatif. Rosda.
Padmomartono, Sumardjono. (2014). Konseling Remaja. Yogyakarta: Ombak.
Rachmah, Dwi Nur. (2014). Empati pada Pelaku Bullying. Jurnal Eccopsy. 1 (2):
51-52.
Sejiwa. (2008). Bullying: Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan.
Jakarta: Grasindo.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumara Dadan, Sahadi Humaedi, & Meilanny Budiarti Santoso. (2017).
Kenakalan Remaja dan Penanganannya. Jurnal Penelitian & PPM. 4 (2):
129-389.
Surilena. (2016). Perilaku Bullying (Perundungan) pada Anak dan Remaja. CDK-
235. 43 (01): 35-38.
Syariduin, Ahmad. (06 Desember 2017). Enam Pelaku Klitih Bantul Terciduk
Aparat. Diambil pada tanggal 2 Juli 2018, dari
http://jogja.tribunnews.com/amp/2017/12/06/enam-pelaku-klitih-bantul-
terciduk-aparat
Trevi & Respati, W.S (2010). “Sikap Siswa terhadap Bullying”. Jakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Esa Unggul.

64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Wiyani, Novan Ardy. (2012). Save Our Childern From School Bullying.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Yudrik, Jahja. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.
Yulia Mita. (2017). Dampak Perilaku Bullying Pada 2 Siswa di SMP Pangudi
Luhur 1 Klaten Tahun Ajaran 2017/2018 (Studi Kasus pada 2 Siswa SMP 1
Pangudi Luhur Klaten Tahun Ajaran 2017/2018). Skripsi, tidak diterbitkan,
USD, Yogyakarta.
Yusuf, Syamsu & Sugandhi, Nani. M. (2011). Perkembangan Peserta Didik:
Mata Kuliah Dasar Profesi (MKDP) Bagi Para Mahasiswa Calon Guru di
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Yusuf, Syamsu. (2010). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Zakiyah Zain Ela, Sahadi Humaedi, & Meilanny Budiarti Santoso. (2017). Faktor
yang Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying. Jurnal Penelitian
& PPM. 4 (2): 129-389.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

LAMPIRAN 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Tabel 3.1.
Pedoman Wawancara

No Fokus Penelitian Item Pertanyaan


1. Seberapa sering a. Sejak kapan anda melakukan bullying?
dan sejak kapan b. Seberapa sering anda melakukan bullying?
bullying c. Bisakah anda ceritakan bagaimana ketika anda
dilakukan oleh melakukan bullying?
siswa
2. Alasan siswa b. Mengapa anda melakukan bullying?
melakukan c. Apakah faktor yang mempengaruhi anda
bullying melakukan bullying?
d. Bagaimana faktor tersebut mempengaruhi
anda?
e. Apa motivasi anda melakukan bullying?
3. Bentuk bullying a. Bentuk perilaku bullying seperti apa yang anda
yang dilakukan lakukan?
oleh siswa b. Bagaimana proses ketika anda melakukan
bullying?
4. Pikiran dan a. Bagaimana pikiran anda ketika melakukan
perasaan siswa bullying?
sesaat dan setelah b. Bagaimana perasaan anda ketika dan sesaat
melakukan setelah melakukan bullying?
bullying c. Apakah anda sadar dengan perilaku bullying
yang anda lakukan?
5. Dampak atau a. Apa sajakah dampak yang muncul dalam diri
akibat perilaku korban setelah terjadinya bullying?
bullying
6. Bentuk a. Bagaimana perasaan anda jika seandainya anda
penyesalan dari berada dalam posisi teman yang anda bully?
siswa setelah b. Apakah ada penyesalan setelah anda
melakukan melakukan bullying?
bullying c. Bagaimana bentuk penyesalan anda?
d. Apa yang anda lakukan setelah mengakui
penyesalan anda?
7. Solusi, evaluasi, a. Bagaimana tindakan sekolah atau guru BK
dan tindak lanjut untuk mengatasi tindak bullying yang terjadi di
dari masalah sekolah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

LAMPIRAN 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Lembar Koding
Wawancara dengan Subjek TF

No Pertanyaan Jawaban Koding


1. Seberapa jauh dan Saya melakukan bullying sudah sejak TFSB 1.2
sejak kapan bullying akhir semester satu.
yang telah dilakukan Gak sering banget tapi udah banyak TFSB 1.5
oleh siswa? sih mbak.
2. Mengapa siswa Pernah lihat teman-teman yang lain di TFAB 2.1-
melakukan bullying? kelas ngeceni kayak gitu trus saya 2.2
langsung jadi ikut-ikutan juga.
Ya pernah muncul rasa dalam diri
sendiri buat ngejekin dia mbak, TFAB 2.3
rasanya itu pengen aja membully dia.
3. Bagaimana bentuk Di kelas itu ada temen yang namanya TFBB 3.1-3.5
bullying yang S. Nah dia itu sering tak ejek, tak
dilakukan oleh siswa? jodoh-jodohin sama A, yang aku
lakuin ke A juga sama tak ejek dan
jodoh-jodohin ke S. Trus aku juga
pernah nendang si A. Awalnya aku itu
nonyo kepalanya A, sambil tak ejek-
ejek jodohin ke S, trus A balik dorong
aku dan aku gak terima abis itu tak
tendang. Aku juga pernah ngejek pake
nama orang tua.
4. Bagaimana pikiran Ya yang dipikir itu pengen aja buat TFRB 4.1
dan perasaan siswa ngejekin dia, trus rasanya itu puas
sesaat dan setelah tapi kalau lihat orangnya mau nangis
melakukan bullying? itu kadang kasihan.
Kalau aku jadi korban ya mau bales TFRB 4.2-4.4
rasanya mbak, aku pernah jadi
korban, di olok-olok nama orang
tuanya.
5. Bagaimana bentuk Iya nyesel lihat A kesakitan, pas itu TFPB 6.1-6.2
penyesalan siswa aku langsung minta maaf tapi dia gak
setelah melakukan mau. TFPB 6.3
bullying? Kalau sama S juga sama, dia pernah
nangis tapi aku baru minta maaf pas
di suruh Guru BK. TFPM 6.4
Udah baikan sama mereka sekarang
mbak.
6. Bagaimana evaluasi, Pernah mbak di kasih meteri bullying. TFSB 7.2
solusi, dan tindak
lanjut yang dilakukan
untuk mengatasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

masalah bullying?

Lembar Koding
Wawancara dengan Subjek MF

No Pertanyaan Jawaban Koding


1. Seberapa jauh dan Iya aku sering ngejek temenku. MFSB 1.2
sejak kapan bullying Aku membully itu udah lama, jadi aku MFSB 1.3
yang telah dilakukan lupa tepatnya kapan tapi kira-kira
oleh siswa? semester satu kemaren.
2. Mengapa siswa Iya balas dendam mbak, dia berani MFAB 2.2-
melakukan bullying? ngatain aku mancung, aku gak mau. 2.1
Ya iya faktor dari diri saya sendiri MFAB 2.3-
mbak, pengen aja membully dia 2.4
pokoknya.
Hehe... iya mbak udah biasa denger MFAB 2.5-
orang ngomong kasar dan pernah 2.6
ikut-ikutan juga.
Ya kadang kalau mas-mas yang kos di
MFAB 2.7
rumah itu pada sering ngecenin
temennya terus kadang aku ngikut
gitu. MFAB 2.8-
Kadang pernah ngomong kotor kayak 2.9
mereka, misalnya ngomong asu.
3. Bagaimana bentuk Aku ngejekin dia, menurutku sih biasa MFBB 3.1-
bullying yang aja tapi sama dia di masukin ke hati, 3.2
dilakukan oleh siswa? aku ngatain dia „bathuk e jembar
kayak bandara‟ gitu. Kalau gak itu,
kadang ngolokin pake nama orang
tua.
4. Bagaimana pikiran Pas membully itu ada rasa dan pikiran MFRB 4.1
dan perasaan siswa gak enak, tapi ya rasanya pengen
sesaat dan setelah harus bales dia karena udah ngatain
melakukan bullying? aku. MFRB 4.2
Ya lega dan puas aja rasanya mbak. MFRB 4.3-
Kalau ditanya gimana perasaannya 4.5
seandainya saya jadi korban, ya saya
sudah pernah pernah jadi korban
bullying dulu waktu kelas 4 atau 5 SD,
sering di ejekin gitu trus pernah
sampe di pukul sama kakak kelas.
5. Bagaimana bentuk Enggak langsung minta maaf, tak MFPB 6.1
penyesalan siswa tinggal lari ke kantin.
setelah melakukan Enggak nyesel mbak MFPB 6.2
bullying?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

6. Bagaimana evaluasi, Iya guru BK pernah ngasih materi MFSB 7.1


solusi, dan tindak tentang bullying di kelas.
lanjut yang dilakukan
untuk mengatasi
masalah bullying?

Lembar Koding
Wawancara dengan Korban S dan A

No Pertanyaan Jawaban Koding


1. Seberapa jauh dan Iya sering banget mbak. SSBKRB 1.1
sejak kapan bullying Sejak semester satu itu dia kayak gitu SSBKRB 1.2
yang telah dilakukan ke aku. Aku juga gak tau kenapa
oleh siswa? mbak.
Sekarang udah jarang, tapi kalau dulu ASBKRB 1.1
sering banget.
Kalau awal kenal itu enggak, ya sejak ASBKRB 1.2
pertengahan-pertengahan gitu.
2. Bagaimana bentuk He‟em mbak. Dia itu suka jodoh- SBBKRB
bullying yang jodohin aku sama A. Dia itu bilang 2.1-2.5
dilakukan oleh siswa? “itu lho S” eh bukan deng, dia
nyebutnya dengan nama special bukan
S tapi di plesetin jadi sampah (sambil
menunjuk kotak sampah). Kadang
juga ngejek nama orang tua.
Kalau satu kelompok, dia juga kayak
SBBKRB 2.6
gak nganggep.
Abis di tendang itu aku baru bilang ABBKRB
sama Guru BK kalau di kelas sering di 2.1-2.2
ejekin sama TF. Di ece trus pake
nama orang tua.
Ya pertamanya itu TF ngece-ngece ABBKRB
gitu to, ya trus aku tu mangkel to 2.3
jengkel, abis itu tak dorong aku bilang
“mbok yo ra usah ngece” trus dia itu
kayak gak peduli gitu lho, abis tak
dorong dia mukul aku trus gantian tak
pukul, langsung di pisahin sama
temen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

3. Bagaimana dampak Ya sakit hati aku mbak, orang tuaku SDMKRB


perilaku bullying? kasih nama aku bagus-bagus tapi 4.1
malah kayak gitu.
Ya pernah banget mbak, kalo mau SDMKRB
berangkat sekolah tu males banget 4.2
rasanya, mikir wah mesti nanti kalo
udah di sekolah gitu-gitu lagi.
Rasanya itu malu, gak percaya diri,
trus canggung mbak.
Ya iya mbak, dulu waktu aku SD
nilaiku bagus-bagus kok mbak bisa SDMKRB
dapet nilai 80 atau 90. Tapi sekarang 4.3-4.4
enggak, nilainya kalo ulangan malah
pernah dapet 50.
Iya mbak, kalo di kelas tu belajar
sering banget mikir gimana itu lho SDMKRB
caranya biar aku bisa keluar dari 4.5
sekolah tapi aku juga mikir mesti ribet
to mbak.
Ya pernah males berangkat sekolah ADMKRB
gara-gara sering di ejekin tapi ya mau 4.1
gimana lagi, tetep berangkat sekolah.
Ya iya malu mbak, di kata-katain ADMKRB
terus. 4.2

4. Bagaimana bentuk Ya pas di suruh guru BK baru dia SPLKRB 6.1


penyesalan siswa minta maaf ke aku.
setelah melakukan Udah gak lagi sih sekarang mbak. SPLKRB 6.2
bullying? Biasa aja, aku juga diem aja sih sama SPLKRB 6.3
dia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

Lembar Koding
Wawancara dengan Korban Z

No Pertanyaan Jawaban Koding


1. Seberapa jauh dan Iya setiap hari waktu semester baru ZSBKRB 1.1
sejak kapan bullying itu kan karena kita anak baru trus dia
yang telah dilakukan ngejeknya setiap hari, kalo dia udah
oleh siswa? nemu satu kata untuk ngejek kita dan
itu akan di ulang-ulang terus sama
dia. ZSBKRB 1.3
Ya gak tau juga ya mbak, tapi waktu
semester satu itu gak cuma aku yang
di gituin.
2. Bagaimana bentuk Kalau dia tu biasanya bully dengan ZBBKRB 2.1
bullying yang kata-kata, dan kata-katanya itu lebih
dilakukan oleh siswa? parah dari sekedar kata asu. Jadi dia
itu gak cuma menjelekan fisik tapi
menjelekan semua apa yang kita
punya. Misalnya kayak jelekin nama,
fisik, trus jelekin agamanya kita apa.
Kalo ke aku itu biasanya jelekin fisik
ZBBKRB 2.2
sama agama juga pernah.
Ya kayak bilang “kalian itu orang-
orang lemah” ah susah ngomongnya ZBBKRB 2.3
mbak, tapi kalo sama dia tu semua di
jelekin dan itu gak cuma sekali tapi
setiap hari.
Pernah tapi dia giamana ya, kalo dia
liat dari matanya tu kayak orang jijik ZBBKRB 2.4
gitu.
Pernah, karena aku udah sering ZBBKRB 2.5
denger kata-kata itu dan aku juga
belum pernah yang ngalamin kayak
gini pas SD, dia itu kalo ngomong
kayak bener-bener menyakitkan, mulai
dari nada ngomongnya dan kata-
katanya “ah dasar muka jelek”
pokoknya semuanya di omongin.
3. Bagaimana dampak Ya sakit hati banget lah mbak, kalo ZDMKRB
perilaku bullying? misalkan kita lagi ngerjain tugas gitu 4.1
langsung di teriakin “eh dasar orang
lemah, goblok, ngapain ngerjain
tugas” pokoknya gak jelas gitu.
Pernah mbak sampe males berangkat ZDMKRB
sekolah, waktu itu semester satu 4.2
sampai aku bilang sama mamaku, di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

rumah nangis-nangis, tapi ya udahlah


tetep harus sekolah.
Gak konsen belajar lah mbak, pernah
kayak di kelas lagi ngerjain tugas gitu, ZDMKRB
trus dia tiba-tiba pindah tempat duduk 4.3
di deketku langsung ngejek-ngejek
gitu.
4. Bagaimana bentuk Ketawa mbak, seriusan deh dia liat ZPLKRB 3.1
penyesalan siswa aku nangis malah seneng gitu.
setelah melakukan Kalo sekarang sih udah mendingan ZPLKRB 3.2
bullying? gak sering banget kayak dulu. Dia
udah gak bully aku tapi ke yang lain
masih ada ke satu cowok di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Lembar Koding
Wawancara dengan Guru BK

No Pertanyaan Jawaban Koding


1. Seberapa jauh dan sejak Kalau MF itu mulai semester satu SBGBK 1.3
kapan bullying yang telah sampai dengan bulan februari,
dilakukan oleh siswa? kan berarti lama sekali. Kalau TF
itu ya sekitar ¾ bulan kebelakang
ini. SBGBK 1.2
Ya awalnya dari TF menendang A
kemarin itu, anaknya kan abis di
tendang itu kesakitan terus di
bawa ke UKS, nah... dari situlah
dia bilang kalau dia kelas pun
juga sering di bully itu dengan
TF. Dan ternyata ada satu lagi
cewek juga yang sering di ejek-
ejekin sama TF itu, namanya S. SBGBK 1.1
Kalau bilang sejauh mana, ya
yang TF itu sudah kelewatan
karena sudah pakai fisik tapi
kalau MF itu berkelanjutan itu,
jadi dari awal itu terus menerus.
2. Mengapa siswa Mereka itu kalau di tanya ya ABGBK 2.1
melakukan bullying? jawabnya bercanda aja
bilangnya, tapi kalau semacam ini
di lakukan terus-terusan kan tidak
baik juga. Tapi setelah di teliti,
kalau MF itu kemungkinan karena
lingkungannya di rumah dengan
anak-anak kos yang sudah kuliah,
jadi anaknya itu di kelas suka
sekali mencari bahan untuk
ngatain teman-temannya di kelas.
3. Bagaimana bentuk Kalau menurut tememnya ya itu BBGBK 3.1
bullying yang dilakukan “poyok-poyokan” itu lho, ejek-
oleh siswa? ejekan terus sama ngambil
barang-barang temenya. Kalau
ngambil barang-barang sepeti itu,
menjadi kebiasaan to nanti.
Ngejekin trus menjodoh-jodohkan BBGBK 3.2
antara A dan S. Sampai berantem
dengan A trus ada kejadian di
tendang itu.
4. Bagaimana dampak Kalau yang jadi korban- DMGBK 5.1
perilaku bullying? korbannya MF itu saya lihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

mereka itu pada mangkel sama si


MF itu, kalau yang korbannya TF
itu yang S anaknya jadi malu dan
A itu ya karena badannya kecil
kayak gitu sudah di tendang pasti
ya fisiknya sakit dan juga setiap
hari di poyok-poyokin sama S itu
ya sudah pasti malu juga.
5. Bagaimana evaluasi, Waah.. iya iya saya sudah pernah SEGBK 4.7-
solusi, dan tindak lanjut sampaikan materi tentang 4.8
yang dilakukan untuk bullying dan apa saja dampak-
mengatasi masalah dampaknya, apalagi mereka itu
bullying? kadang gak cuma sekedar moyok-
moyoki tapi juga ngejek itu
dengan sebutan orang tua, kalau
semacam itu kan juga sudah
termasuk membully. SEGBK 4.1
Iya saya konseling dan saya
pantau terus. SEGBK 4.2
Ya tidak hanya sekali konseling,
sempat saya panggil lagi untuk di
tanya-tanya perkembangannya
dan saya pantau kalau di kelas,
saya tanya ke teman-temannya itu
gimana apa gani dan runa masih
membully atau tidak. Mereka
bilang tidak pernah lagi, kalau
sudah tidak lagi berarti anak ini
biasa di katakan sembuh dan
semoga bisa berubah jadi lebih
lagi untuk jangka kedepannya. SEGBK 4.3
Saya selalu memantau dengan
tanya-tanya ke temen-temennya di
kelas masih sering membully atau
tidak dan mereka bilang sudah
tidak seperti dulu lagi. SEGBK 4.4
Kita di sekolah ada sistem poin
untuk siswa yang bermasalah
mbak, jadi nanti kalau ada siswa
yang poinnya sudah 100 maka
siswa tersebut harus di keluarkan
dari sekolah. SEGBK 4.5
Blm mbak, kalau untuk gani dan
runa ini belum saya masukan ke
poin karena ingin tangani terlebih
dahulu supaya nanti tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

terulang lagi pada mereka.


Ehm... kalau kegiatan khusus dari SEGBK 4.6
BK untuk semacam itu belum ada
ya mbak, karena mengingkat jam
BK di sekolah sangat sedikit
sekali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

LAMPIRAN 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Anda mungkin juga menyukai