Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

SEPSIS

OLEH :

NAMA : MUHAMMAD ASNUL HUSNI


NPM : 019020963

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
MATARAM
2019

1
2

LAPORAN PENDAHULUAN
SEPSIS

A. Pengertian

Sepsis adalah bakteri umum yang masuk ke aliran dalam darah (Donna

L. Wong, 2003). Sepsis neonatorum atau septikemia neonatal didefinisi

sebagai infeksi bakteri pada aliran darah bayi selama empat minggu pertama

kehidupan (Bobak, 2004). Sepsis adalah infeksi bakteri generalisata yang

biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. (Mary E. Muscari, 2005).

Sepsis neonatorum adalah semua infeksi bayi pada 28 hari pertama sejak

dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara menyeluruh atau terlokasi hanya

pada satu organ saja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada

sepsis bisa didapatkan pada saat sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau

setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat disebabkan karena virus

(herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur (candida)

meskipun jarang ditemui. (John, 2009).

B. Klasifikasi Sepsis

Sepsis dapat dibagi menjadi dua, antara lain:

1. Sepsis dini: terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber

organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya

fulminan dengan angka mortalitas tinggi.

2. Sepsis lanjutan/nosokomial : terjadi setelah minggu pertama kehidupan

dan didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari

kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari
3

lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi. (Vietha,

2008)

C. Etiologi

Sepsis yang terjadi pada neonatus biasanya menimbulkan manifestasi

klinis seperti septikemia, pneumonia dan miningitis berhubungan dengan

imaturitas dari sistem imun dan ketidakmampuan neonatus untuk melokalisasi

infeksi. Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam

kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir

selalu disebabkan oleh bakteri.

 Bakteri escherichia koli

 Streptococus group B

 Stophylococus aureus

 Enterococus

 Listeria monocytogenes

 Klepsiella

 Entererobacter sp

 Pseudemonas aeruginosa

 Proteus sp

 Organisme anaerobik

Berdasarkan mulai timbulnya gejala klinis, sepsis dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Early Onset : gejala mulai tampak pada hari-hari pertama kehibupan

(rata-rata 48 jam), biasanya infeksi berkaitan dengan faktor ibu (infeksi

transplasenta, dari cairan amnion terinfeksi, waktu bayi melewati jalan


4

lahir, dll). Berkembangnya gejala pada early onset pada umumnya

sangat cepat dan meningkat menuju septik shock.

2. Late Onset : Timbul setelah satu minggu pada awal kehidupan neonatus

tanpa kelainan perinatal, infeksi didapat dari lingkungan atau dari rumah

sakit (nosokomial) sering terjadi komplikasi pada susunan syaraf pusat.

D. Tanda dan Gejala

Menurut Arief, 2008 tanda dan gejala dari sepsis neonatorum, antara lain:

1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema

2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali

3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung,

merintih, sianosis

4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi,

bradikardi

5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas

minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol

6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.

Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak

kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik.

Gejala-gejala lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice,

muntah, diare, dan perut kembung. Gejala dari sepsis neonatorum juga

tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:

a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau

darah darI pusar


5

b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan

koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau

penonjolan pada ubun-ubun

c. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya

pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena

d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan,

nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat

e. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan

perut dan diare (Asrining, 2007).

E. Patofisiologi

Penyakit yang ada pada ibu karena adanya bakteri dan virus pada

neonatus (bayi). Kemudian menyebabkan terjadinya infeksi yang

menimbulkan sepsis. Faktor infeksi yang mempengaruhi sepsis, antara lain

faktor maternal yaitu adanya status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang

yang mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang

tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio-ekonomi rendah

mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis.

Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu

(kurang dari 20 tahun atau lebih dari 30 tahun. Kurangnya perawatan prenatal,

ketuban pecah dini (KPD), dan prosedur selama persalinan. Faktor Neonatal,

pada bayi dengan prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram),

merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal.


6

Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup

bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh

terakhir ketiga. Setelah bayi lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus

menurun sehingga menyebabkan hipergamaglobulinemia berat. Imaturitas

kulit juga melemahkan pertahanan kulit. Kemudian adanya defisiensi imun.

Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap

streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati

plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat.

Faktor Lingkungan, pada bayi mudah terjadi defisiensi imun yaitu

cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan

memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter

vena atau arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk

bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi

akibat alat yang terkontaminasi. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti

steroid, bisa menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko

penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi

spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda. Kadang-kadang

di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme yang

berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.

Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam

tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh

E.colli.
7

F. Nursing Pathway

Infeksi pada ibu

Masuk ke dalam tubuh janin

Terjadi infeksi awal

Infeksi menyebar ke seluruh tubuh janin

Hipotalamus Organ Hati Organ Pernafasan Sistem Gastrointestinal

Menghasilkan panas Eritrosit banyak Lisis Fungsi tidak optimal Muntah, diare
tubuh

Hiperbilirubinemia Bayi akan sesak Malas Menghisap


Hipertermi

Ikterik Neonatus Gangguan Pola Nafas Kekurangan Volume


Cairan
8

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air

kemih, jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.

2. Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis

secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis

dan kultur urin :

3. Leukositosis (>34.000×109/L)

4. Leukopenia (< 4.000x 109/L)

5. Netrofil muda 10%

6. Perbandingan netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen)atau

I/T ratio >0,2

7. Trombositopenia (< 100.000 x 109/L)

8. CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal

H. Penatalaksanaan

1. Perawatan
Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh
normal, untuk menstabilkan status kardiopulmonary, untuk memperbaiki
hipoglikemia dan untuk mencegah kecenderungan perdarahan. Perawatan
suportif neonatus septik sakit (Datta, 2007) meliputi sebagai berikut:
a. Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap
normal harus dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus
dipantau secara teratur.
b. Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusi
yang jelek, maka saline normal dengan 10 ml / kg selama 5 sampai 10
menit. Dengan dosis yang sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45
menit berikutnya, jika perfusi terus menjadi buruk. Dextrose (10%) 2
9

ml per kg pil besar dapat diresapi untuk memperbaiki hipoglikemia


yang adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal dan dilanjutkan
selama 2 hari atau sampai bayi dapat memiliki feed oral.
c. Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distres
pernapasan atau sianosis
d. Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak
memadai
e. Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah
gangguan perdarahan
f. Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat sakit atau
memiliki perut kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan
infus IV.
g. Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi lembut fisik,
aspirasi nasigastric, pemantauan ketat dan konstan kondisi bayi dan
perawatan ahli
2. Terapi pengobatan
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah

mempertahankan metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum

dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi dan

monitor pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif

berdasarkan pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, dan

dapat diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan adalah ampisilin,

gentasimin atau kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain

sesuai hasil tes resistensi. (Sangayu, 2012).

I. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data,
yang perlu dikaji adalah identitas, keluhan utama, riwayat penyakit
10

sekarang, riwayat perawatan antenatal, adanya/tidaknya ketuban pecah


dini,partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus). Riwayat persalinan
di kamar bersalin, ruang operasi, atau tempat lain. Ada atau tidaknya
riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea, dll).
Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit
infeksi (mis. Toksoplasmosis,rubeola, toksemia gravidarum, dan
amnionitis). Mengkaji tatus sosial ekonomi keluarga.
Pada pemeriksaan fisik data yang akan ditemukan meliputi letargi

(khususnya setelah 24 jam petama), tidak mau minum atau refleks

mengisap lemah, regurgitasi, peka rangsang, pucat, berat badan berkurang

melebihi penurunan berat badan secara fisiologis, hipertermi/hipotermi,

tampak ikterus. Data lain yang mungkin ditemukan adalah

hipertermia,pernapasan mendengkur, takipnea, atau apnea, kulit lembab

dan dingin, pucat, pengisian kembali kapiler lambat, hipotensi, dehidrasi,

sianosis. Gejala traktus gastrointestinal meliputi muntah, distensi abdomen

atau diare.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Pola nafas tidak efektif

b. Hipertermia

c. Kekurangan volume cairan


J. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional

1 Pola Setelah dilakukan asuhan 1. Posisikan pasien semi Fowler 1. Posisi semi powler dapat
Nafas keperawatan selama... x 24 jam 2. Auskultasi suara napas, catat memaksimalkan ventilasi
Tidak diharapkan pola nafas efektif dengan adanya suara napas tambahan 2. Suara napas tambahan dapat menjadi
Efektif Kriteria hasil: 3. Monitor respirasi dan status tanda jalan napas yang tidak adekuat
1. Tidak ada sianosis dan disipnea, O2,TTV 3. Pada sepsis terjadinya gangguan
mendemonstrasikan batuk efaktif 4. Bila perlu lakukan respirasi dan status O2 sering
dan suara nafas yang bersih suction,pustural drainage ditemukan yang menyebabkan TTV
2. Menunjukan jalan nafas yang tidak dalam rentan normal
paten(pelayan tidak merasa 4. Untuk mengeluarkan sekret pada
tercekik,tidak ada suara nafas saluran napas untuk menciptakan jalan
abnormal) napas yang paten
3. Tanda-tanda vital dalam rentang
normal
2 Hiperter Setelah dilakukan asuhan 1. Monitoring tanda-tanda vital 1. Perubahan tanda-tanda vital yang
mia keperawatan selama ...X24 jam setiap dua jam dan pantau signifikan akan mempengaruhi proses
diharapkan pasien tidak warna kulit regulasi ataupun metabolisme dalam

11
12

hipertermia lagi dengan kriteria 2. Observasi adanya kejang dan tubuh.


hasil : dehidrasi 2. Hipertermi sangat potensial untuk
1. Suhu tubuh berada dalam batas 3. Berikan kompres dengan air menyebabkan kejang yang akan
normal (Suhu normal 36o-37o C) hangat pada aksila, leher dan semakin memperburuk kondisi pasien
2. Nadi dan frekwensi napas dalam lipatan paha, hindari 3. Kompres pada aksila, leher dan lipatan
batas normal (Nadi neonatus penggunaan alkohol untuk paha terdapat pembuluh-pembuluh
normal 100-180 x/menit, kompres. dasar besar yang akan membantu
frekwensi napas neonatus normal 4. Kolaborasi pemberian menurunkan demam.
30-60x/menit) antipiretik sesuai kebutuhan 4. Pemberian antipiretik juga diperlukan
jika panas tidak turun. untuk menurunkan panas dengan
segera.

3 Kekurang Setelah dilakukan asuhan 1. Monitoring tanda-tanda vital 1. Perubahan tanda-tanda vital yang
an keperawatan selama...x 24 jam setiap dua jam dan pantau signifikan akan mempengaruhi proses
Volume diharapkan cairan pasien terpenuhi warna kulit regulasi ataupun metabolisme dalam
Cairan dengan kriteria hasil: 2. Observasi adanya hipertermi, tubuh.
1. Suhu tubuh berada dalam batas kejang dan dehidrasi. 2. Hipertermi sangat potensial untuk
normal (Suhu normal 36,5o-37o 3. Berikan kompres hangat jika menyebabkan kejang yang akan
C) terjadi hipertermi, dan semakin memperburuk kondisi pasien
13

2. Nadi dan frekwensi napas dalam pertimbangkan untuk langkah serta dapat menyebabkan pasien
batas normal (Nadi neonatus kolaborasi dengan kehilangan banyak cairan secara
normal 100-180 x/menit, memberikan antipiretik. evaporasi yang tidak diketahui
frekwensi napas neonatus normal 4. Berikan ASI/PASI sesuai jumlahnya dan dapat menyebabkan
30-60x/menit) jadwal dengan jumlah pasien masuk ke dalam kondisi
3. Bayi mau menghabiskan pemberian yang telah dehidrasi.
ASI/PASI 25 ml/6 jam ditentukan 3. Kompres air hangat lebih cocok
digunakan pada anak dibawah usia 1
tahun, untuk menjaga tubuh agar tidak
terjadi hipotermi secara tiba-tiba.
4. Pemberian ASI/PASI sesuai jadwal
diperlukan untuk mencegah bayi dari
kondisi lapar dan haus yang berlebi
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth. J : Buku Saku Patofisiologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC,


Jakarta, 2000
Guyton & hall, (2012), Buku Ajar Fisiologi Keperawatan, edisi 11, Jakarta-
Indonesia, EGC
Mansur R, Alasiry E & Daud D., (2013), Mannose-binding lectin sebagai
predictor sepsis neonatorum onset dini, JST Kesehatan, Oktober 2013,
Vol.3 No.4 : 372 – 379
Bobak. 2004. Keperawatn Maternitas, edisi 4. Jakarta: EGC.
SMF Anak RS Dr. Wahidin Sudirohusodo, (2013), Standar Pelayanan Medik,
Makassar, Indonesia
Wilkinson J.M., Ahren N.R. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed.9.
Jakarta: EGC
Arief, M.2008. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.

14

Anda mungkin juga menyukai