Dosen :
Dr. Ira Novianti, SE.,M.Ak.,Ak.,CA.,CAAT
Disusun Oleh:
Kelompok : 8
Kelas : F
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-NYA, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayat, dan inayah-NYA kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang SAK Syariah
Makalah ini telah kami susun secara maksimal dengan bantuan berbagai pihak.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dai segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi bagi pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian standar akuntansi keuangan syariah?
2. Bagaimana sejarah standar keuangan akuntansi syariah di Indonesia?
3. Bagaimana Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syariah ?
4. Bagaimana pernyataan PSAK 101-110?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari standar akuntansi keuangan syariah
2. Untuk mengetahui sejarah standar akuntansi keuangan syariah
3. Untuk mengetahui Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan Syariah.
4. Untuk mengetahui isi dari PSAK 101-110
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
PSAK 59 dikhususkan untuk kegiatan transaksi syariah hanya di sektor
perbankan syariah, ini sangat ironis karena ketika itu sudah mulai menjamur entitas
syariah selain dari perbankan syariah, seperti asuransi syariah, pegadaian syariah,
koperasi syariah. Maka seiring tuntutan akan kebutuhan akuntansi untuk entitas
syariah yang lain maka komite akuntansi syariah dewan standar akuntasi keuangan
(KAS DSAK) menerbitkan enam pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK)
bagi seluruh lembaga keuangan syariah (LKS) yang disahkan tanggal 27 Juni 2007
dan berlaku mulai tanggal 1 Januari 2008 atau pembukuan tahun yang berakhir
tahun 2008.
Keenam PSAK itu adalah PSAK No 101 tentang penyajian laporan
keuangan syariah, PSAK No 102 tentang akuntansi Murabahah (Jual beli), PSAK
No 103 tentang Akuntansi Salam, PSAK No 104 tentang Akuntansi Isthisna, PSAK
No 105 tentang Akuntansi Mudarabah (Bagi hasil), dan PSAK No 106 tentang
Akuntansi Musyarakah (Kemitraan).
Keenam PSAK merupakan standar akuntansi yang mengatur seluruh
transaksi keuangan syariah dari berbagai LKS. Dalam penyusunaan keenam PSAK,
KAS DSAK mendasarkan pada pernyataan akuntansi perbankan syariah indonesia
(PAPSI) Bank Indonesia. Selain itu, penyusunan keenam PSAK juga mendasarkan
pada sejumlah fatwa akad keuangan syariah yang diterbitkan oleh dewan syariah
nasional majelis ulama indonesia (DSN MUI).
4
Berdasarkan KDPPLK Syariah, transaksi syariah berasaskan pada prinsip:
1. Persaudaraan (ukhuwah);
2. Keadilan (‘adalah);
3. Kemaslahatan (maslahah);
4. Keseimbangan (tawazun);
5. Unversalisme (syumuliyah);
Beberapa karakteristik transaksi syariah yang disebutkan dalam KDPPLK Syariah
diantaranya:
1. Tidak mengandung unsur riba;
2. Tidak mengandung unsur kezaliman;
3. Tidak mengandung unsur maysir;
4. Tidak mengandung unsur gharar;
5. Tidak mengandung unsur haram
5
PSAK 101 juga memberikan penjabaran struktur dan isi pada
laporan keuangan syariah, mencakup:
1. Laporan Posisi Keuangan
2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan atas Laporan Keuangan
6
Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra
account) utang murabahah.
7
2.4.4 PSAK 104 – Akuntansi Istishna’
Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati
antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’).
Akuntansi untuk Penjual
Pendapatan istishna’ diakui dengan menggunakan metode
persentase penyelesaian atau metode akad selesai. Akad adalah selesai jika
proses pembuatan barang pesanan selesai dan diserahkan kepada pembeli.
Penjual menyajikan:
a. Piutang istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar
jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir.
b. Termin istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar
jumlah tagihan termin penjual kepada pembeli akhir.
Akuntansi untuk Pembeli
Pembeli mengakui aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar
jumlah termin yang ditagih oleh penjual dan sekaligus mengakui
utang istishna’ kepada penjual. Beban istishna’ tangguhan diamortisasi
secara proporsional sesuai dengan porsi pelunasan utang istishna’.
Pembeli menyajikan:
a. Utang ishtisna’ sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang
belum dilunasi.
b. Aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar:
persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada
pembeli akhir, jika istishna’ paralel; atau
kapitalisasi biaya perolehan, jika istishna’
(bukan istishna’ paralel).
PSAK ini juga memberikan pengungkapan minimum bagi penjual dan
pembeli, termasuk metode akuntansi yang digunakan dalam pencatatan
akuntansi istishna’. Selain mengatur transaksi istishna’, PSAK ini
mengatur ketentuan akuntansi transaksi istishna’ paralel.
8
2.4.5 PSAK 105 – Akuntansi Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak
kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi
di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya
ditanggung oleh pemilik dana.
Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui
sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan
aset nonkas kepada pengelola dana.
Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah
diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar
aset nonkas yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana syirkah
temporer diukur sebesar nilai tercatatnya.
Penyajian
Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan
sebesar nilai tercatat.
Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan
keuangan:
(a) dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai
tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah;
(b) bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi
belum diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil
yang belum dibagikan di kewajiban
Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi
tidak terbatas, pada:
(a) isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana,
pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain;
(b) rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya;
(c) penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan;dan
9
(d) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.
10
diserahkan pada nilai wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account)
dari investasi musyarakah.
11
Akad asuransi syariah jangka panjang adalah akad asuransi syariah
selain akad asuransi syariah jangka pendek.
Dalam hal pengakuan awal, kontribusi peserta diakui sebagai
pendapatan dari dana tabarru’ dengan ketentuan sebagai berikut:
a) untuk akad asuransi syariah jangka pendek, kontribusi peserta diakui
sebagai pendapatan dari dana tabarru’ sesuai periode akad asuransi;
b) untuk akad asuransi syariah jangka panjang, kontribusi peserta diakui
sebagai pendapatan dari dana tabarru’ pada saat jatuh tempo pembayaran
dari peserta.
Penyisihan Teknis
Penyisihan teknis diukur sebagai berikut:
a) Kontribusi yang belum menjadi hak dihitung secara individual dari
setiap pertanggungan dan besarnya penyisihan ditetapkan secara
proporsional dengan jumlah proteksi yang diberikan.
b) Manfaat polis masa depan dihitung dengan mencerminkan estimasi
pembayaran seluruh manfaat yang diperjanjikan dan penerimaan kontribusi
peserta di masa mendatang, dengan mempertimbangkan estimasi tingkat
imbal hasil investasi dana tabbaru’.
c) Klaim yang masih dalam proses diukur sebesar estimasi jumlah klaim
yang masih dalam proses oleh entitas pengelola. Jumlah perkiraan tersebut
harus mencukupi untuk mampu memenuhi klaim yang terjadi dan
dilaporkan sampai dengan akhir periode pelaporan.
d) Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan diukur sebesar estimasi
jumlah klaim yang akan dibayarkan pada tanggal pelaporan berdasarkan
pada pengalaman masa lalu yang terkait dengan klaim paling kini yang
dilaporkan.
e) Perhitungan penyisihan teknis tersebut memasukan bagian reasuransi
atas klaim.
12
2.4.9 PSAK 109 - Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah
Zakat merupakan kewajiban syariah yang harus diserahkan oleh
muzakki kepada mustahiq baik melalui amil maupun secara langsung.
Ketentuan zakat mengatur mengenai persyaratan nisab, haul (baik yang
periodik maupun yang tidak periodik), tarif zakat (qadar), dan
peruntukannya.
Zakat dan infak/sedekah yang diterima oleh amil harus dikelola
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan tata kelola yang baik.
Mustahiq adalah orang atau entitas yang berhak menerima zakat.
Mustahiq terdiri dari:
1. fakir;
2. miskin;
3. riqab;
4. orang yang terlilit utang (ghorim);
5. muallaf;
6. fisabilillah;
7. orang dalam perjalanan (ibnu sabil); dan
8. amil.
Muzakki adalah individu muslim yang secara syariah wajib
membayar (menunaikan) zakat.
Pengakuan Dan Pengukuran :
Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau asset lainnya diterima.
Zakat yang diterima diakui sebagai dana amil untuk bagian amil dan dana
zakat untuk bagian nonamil.
Penyaluran zakat :
Zakat yang disalurkan kepada mustahiq diakui sebagai pengurang dana
zakat sebesar:
1) jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas;
2) jumlah tercatat, jika dalam bentuk aset nonkas.
13
Infak/Sedekah merupakan donasi sukarela, baik ditentukan
maupun tidak ditentukan peruntukannya oleh pemberi infak/sedekah.
Pengakuan awal :
Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana infak/sedekah terikat atau
tidak terikat sesuai dengan tujuan pemberi infak/sedekah sebesar:
1) jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas;
2) nilai wajar, jika dalam bentuk nonkas.
Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana amil untuk bagian amil
dan dana infak/sedekah untuk bagian penerima infak/sedekah.
Penyaluran infak/sedekah :
Penyaluran dana infak/sedekah diakui sebagai pengurang dana
infak/sedekah sebesar:
1) jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas;
2) nilai tercatat aset yang diserahkan, jika dalam bentuk aset nonkas.
Penyajian :
Amil menyajikan dana zakat, dana infak/ sedekah, dana amil, dan
dana nonhalal secara terpisah dalam neraca (laporan posisi keuangan).
14
Akuntansi Penerbit Akuntansi Investor
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejarah Standar Akuntansi Syariah yang Berlaku di Indonesia Terhitung
Sejak 1992-2002 atau 10 tahun lembaga keuangan baik bank syariah maupun
entitas syariah yang lain tidak memiliki PSAK khusus yang mengatur transaksi dan
kegiatan berbasis syariah. PSAK 59 sebagai produk pertama DSAK – IAI untuk
entitas syariah perlu diajungkan jempol dan merupakan awal dari pengakuan dan
eksistensi keberadaan akuntansi syariah di Indonesia. PSAK ini disahkan tanggal 1
Mei 2002, berlaku mulai 1 Januari 2003 atau pembukuan yang berakhir tahun 2003
hanya berlaku hanya dalam tempo 5 tahun.
Dalam perkembangannya PSAK sudah menjadi panduan wajib bagi
masyarakat maupun instansi-instansi yang mempelajari, mengelola, dan
menggunakan sistem keuangan. PSAK mendefinisikan dan mendeskripsikan secara
teliti tentang rincian sistem keuangan dan produk-produk komersial yang
digunakan dalam perbangkan syariah.
Dalam makalah ini, kami menjabarkan beberapa PSAK yang tujuannya
untuk mencari unsur ukhuwah yang terdapat dalam PSAK nomor 101 – 111. PSAK
tersebut adalah
1. PSAK 101- Penyajian Laporan Keuangan Syariah
2. PSAK 102- Akuntansi Murabahah
3. PSAK 103- Akuntansi Salam
4. PSAK 104- Akuntansi Istishna’
5. PSAK 105- Akuntansi Mudharabah
6. PSAK 106- Akuntansi Musyarakah
7. PSAK 107- Akuntansi Ijarah
8. PSAK 108 - Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah
9. PSAK 109 - Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah
10. PSAK 110 – Akuntansi Sukuk
16
Pada saat ini, banyak pebisnis-pebisnis yang mulai merambah dan beralih
menggunakan prinsip syariah dalam usahanya. Oleh karena itu, pembuatan dan
penyusunan standar akuntansi keuangan syariah perlu dibuat untuk menyambut
tantangan dan perkembangan tersebut. Namun tidak banyak orang yang mengetahui
tentang cabang akuntansi yang tergolong baru ini. Sehingga diperlukan pengenalan
dan pelatihan untuk mensosialisasikan standar akuntansi keuangan syariah ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
https://www.akuntansionline.id/standar-akuntansi-keuangan-syariah/
http://febi.iain-surakarta.ac.id/download/psak-syariah-101-111/psak-syariah-101-111/
http://www.iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/sas-efektif-16-sak-syariah-
efektif-per-1-januari-2018
http://selinrasi.blogspot.com/2015/03/standar-akuntansi-keuangan-sak-syariah.html
18