Anda di halaman 1dari 21

Standar Akuntansi Keuangan Syariah

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Topik Khusus Akuntansi Keuangan

Dosen :
Dr. Ira Novianti, SE.,M.Ak.,Ak.,CA.,CAAT

Disusun Oleh:

5211171195 Erda Vardhila Rosyita

5211171209 Alfiah Lintamaya K

Kelompok : 8

Kelas : F

Universitas Jenderal Achmad Yani


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jurusan Akuntansi
Cimahi

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-NYA, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayat, dan inayah-NYA kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang SAK Syariah
Makalah ini telah kami susun secara maksimal dengan bantuan berbagai pihak.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dai segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi bagi pembaca.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................. 2
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Standar Akuntansi Keuangan ............................................................ 3
2.2 Sejarah Standar Akuntansi Syariah yang Berlaku di Indonesia........................ 3
2.3 Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah ...... 4
2.4 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 101-111............................................ 5
2.4.1 PSAK 101 - Penyajian Laporan Keuangan Syariah ..................................... 5
2.4.2 PSAK 102 – Akuntansi Murabahah ............................................................... 6
2.4.3 PSAK 103 - Akuntansi Salam ......................................................................... 7
2.4.4 PSAK 104 – Akuntansi Istishna’ .................................................................... 8
2.4.5 PSAK 105 – Akuntansi Mudharabah............................................................. 9
2.4.6 PSAK 106 - Akuntansi Musyarakah ............................................................ 10
2.4.7 PSAK 107 - Akuntansi Ijarah ....................................................................... 11
2.4.8 PSAK 108 – Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah.................................. 11
2.4.9 PSAK 109 - Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah ...................................... 13
2.4.10 PSAK 110 - Akuntansi Sukuk ..................................................................... 14
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir
seluruh negara di dunia dalam komunitas tunggal yang dijembatani perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya
transparansi di segala bidang. Akuntansi adalah media komunikasi, oleh karena itu
sering disebut sebagai “Bahasanya Dunia Usaha” (Business Language).
Sistem keuangan Islam bukan sekedar transaksi komersial, tetapi harus
sudah sampai kepada lembaga keuangan untuk dapat mengimbangi tuntutan zaman.
Bentuk sistem keuangan atau lembaga keuangan yang sesuai dengan prinsip Islam
adalah terbebas dari unsur riba. Kontrak keuangan yang dapat dikembangkan dan
dapat menggantikan sistem riba adalah mekanisme syirkah yaitu
: musyarakah dan mudharaba.
Dengan adanya standar akuntansi syariah, laporan keuangan diharapkan
dapat menyajikan informasi yang relevan dan dapat dipercaya kebenarannya.
Standar akuntansi juga digunakan oleh pemakai laporan keuangan seperti investor,
kreditor, pemerintah, dan masyarakat umum sebagai acuan untuk memahami dan
menganalisis laporan keuangan sehingga memungkinkan mereka untuk mengambil
keputusan yang benar. Dengan demikian, standar akuntansi memiliki peranan
penting bagi pihak penyusun dan pemakai laporan keuangan sehingga timbul
keseragaman atau kesamaan interpretasi atas informasi yang terdapat dalam laporan
keuangan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian standar akuntansi keuangan syariah?
2. Bagaimana sejarah standar keuangan akuntansi syariah di Indonesia?
3. Bagaimana Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syariah ?
4. Bagaimana pernyataan PSAK 101-110?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari standar akuntansi keuangan syariah
2. Untuk mengetahui sejarah standar akuntansi keuangan syariah
3. Untuk mengetahui Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan Syariah.
4. Untuk mengetahui isi dari PSAK 101-110

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Standar Akuntansi Keuangan


Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur
pembuatan laporan keuangan agar terjadi keseragaman dalam penyajian laporan
keuangan. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan hasil perumusan
Komite Prinsipil Akuntansi Indonesia pada tahun 1994 menggantikan Prinsip
Akuntansi Indonesia (PAI) tahun 1984. Standar Akuntansi di Indonesia merupakan
terapan dari beberapa standard akuntansi yang ada seperti:
· IAS (International Accounting Standards)
· IFRS ( International Financial Reporting Standards)
· GAAP (Generally Accepted Accounting Principles)
· ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik)
· PSAK syariah dan juga SAP ( Standar Akuntansi Pemerintahan)
Selain untuk keseragaman laporan keuangan, Standar akuntansi juga
diperlukan untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan, memudahkan
auditor serta memudahkan pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan
dan membandingkan laporan keuangan entitas yang berbeda. PSAK-IFRS, SAK
ETAP ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan
Indonesia. PSAK Syariah diterbitkan oleh Dewan Akuntansi Syariah sedangkan
SAP oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah.

2.2 Sejarah Standar Akuntansi Syariah yang Berlaku di Indonesia


Terhitung Sejak 1992-2002 atau 10 tahun lembaga keuangan baik bank
syariah maupun entitas syariah yang lain tidak memiliki PSAK khusus yang
mengatur transaksi dan kegiatan berbasis syariah. PSAK 59 sebagai produk pertama
DSAK – IAI untuk entitas syariah perlu diajungkan jempol dan merupakan awal
dari pengakuan dan eksistensi keberadaan akuntansi syariah di Indonesia. PSAK ini
disahkan tanggal 1 Mei 2002, berlaku mulai 1 Januari 2003 atau pembukuan yang
berakhir tahun 2003 . hanya berlaku hanya dalam tempo 5 tahun.

3
PSAK 59 dikhususkan untuk kegiatan transaksi syariah hanya di sektor
perbankan syariah, ini sangat ironis karena ketika itu sudah mulai menjamur entitas
syariah selain dari perbankan syariah, seperti asuransi syariah, pegadaian syariah,
koperasi syariah. Maka seiring tuntutan akan kebutuhan akuntansi untuk entitas
syariah yang lain maka komite akuntansi syariah dewan standar akuntasi keuangan
(KAS DSAK) menerbitkan enam pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK)
bagi seluruh lembaga keuangan syariah (LKS) yang disahkan tanggal 27 Juni 2007
dan berlaku mulai tanggal 1 Januari 2008 atau pembukuan tahun yang berakhir
tahun 2008.
Keenam PSAK itu adalah PSAK No 101 tentang penyajian laporan
keuangan syariah, PSAK No 102 tentang akuntansi Murabahah (Jual beli), PSAK
No 103 tentang Akuntansi Salam, PSAK No 104 tentang Akuntansi Isthisna, PSAK
No 105 tentang Akuntansi Mudarabah (Bagi hasil), dan PSAK No 106 tentang
Akuntansi Musyarakah (Kemitraan).
Keenam PSAK merupakan standar akuntansi yang mengatur seluruh
transaksi keuangan syariah dari berbagai LKS. Dalam penyusunaan keenam PSAK,
KAS DSAK mendasarkan pada pernyataan akuntansi perbankan syariah indonesia
(PAPSI) Bank Indonesia. Selain itu, penyusunan keenam PSAK juga mendasarkan
pada sejumlah fatwa akad keuangan syariah yang diterbitkan oleh dewan syariah
nasional majelis ulama indonesia (DSN MUI).

2.3 Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah


Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah
(KDPPLK Syariah) merupakan pengaturan akuntansi yang memberikan konsep
yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan atas transaksi syariah.
Berbeda dengan Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) pada
SAK umum yang mengacu kepada transaksi konvensional, KDPPLK Syariah
memberikan konsep dasar paradigma, asas transaksi syariah, dan karakteristik
transaksi syariah.

4
Berdasarkan KDPPLK Syariah, transaksi syariah berasaskan pada prinsip:
1. Persaudaraan (ukhuwah);
2. Keadilan (‘adalah);
3. Kemaslahatan (maslahah);
4. Keseimbangan (tawazun);
5. Unversalisme (syumuliyah);
Beberapa karakteristik transaksi syariah yang disebutkan dalam KDPPLK Syariah
diantaranya:
1. Tidak mengandung unsur riba;
2. Tidak mengandung unsur kezaliman;
3. Tidak mengandung unsur maysir;
4. Tidak mengandung unsur gharar;
5. Tidak mengandung unsur haram

2.4 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 101-111


2.4.1 PSAK 101 - Penyajian Laporan Keuangan Syariah
PSAK No. 101 ini berfungsi untuk mengatur penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose
financial statements) untuk entitas syariah yang selanjutnya disebut
“laporan keuangan”. Pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan
transaksi dan peristiwa tertentu diatur dalam Pernyatan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK).

PSAK 101 memberikan penjelasan atas karakteristik umum pada


laporan keuangan syariah, antara lain terkait:
 Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK;
 Dasar akrual;
 Materialitas dan penggabungan;
 Saling hapus;
 Frekuensi pelaporan;
 Informasi komparatif; dan
 Konsistensi Penyajian

5
PSAK 101 juga memberikan penjabaran struktur dan isi pada
laporan keuangan syariah, mencakup:
1. Laporan Posisi Keuangan
2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan atas Laporan Keuangan

2.4.2 PSAK 102 – Akuntansi Murabahah


Murabahah merupakan akad penyediaan barang berdasarkan
prinsip jual beli, dimana bank membelikan kebutuhan barang nasabah
(investasi/modal kerja) dan bank menjual kembali kepada nasabah ditambah
dengan keuntungan yang disepakati.
PSAK 102 diterapkan untuk:
a) Lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang melakukan
transaksi murabahah baik sebagai penjual maupun pembeli; dan
b) Pihak-pihak yang melakukan transaksi murabhah dengan lembaga
keuangan syariah atau koperasi syariah.
Akuntansi untuk Penjual
Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan
sebesar biaya perolehan.
Akuntansi untuk Pembeli Akhir
Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar
biaya perolehan murabahah tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati
dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban murabahah tangguhan.
Penyajian
 Piutang murabahah disajikan sebesar nilai neto yang dapat
direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan
kerugian piutang.
 Marjin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra
account) piutang murabahah.

6
 Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra
account) utang murabahah.

2.4.3 PSAK 103 - Akuntansi Salam


Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan
pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan
pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai
dengan syarat-syarat tertentu.
Akuntansi untuk Pembeli :
Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau
dialihkan kepada penjual. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang
diberikan sebagai piutang salam. Denda yang diterima oleh pembeli diakui
sebagai bagian dana kebajikan.
Pembeli dalam transaksi salam mengungkapkan:
1) besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang
dibiayai secara bersama-sama dengan pihak lain;
2) jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
3) pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.
Akuntansi untuk Penjual :
Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha
salam sebesar modal usaha salam yang diterima. Kewajiban salam
dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan barang
kepada pembeli. Penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima
sebagai kewajiban salam.
Penjual dalam transaksi salam mengungkapkan:
1) piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki
hubungan istimewa;
2) jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
3) pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.

7
2.4.4 PSAK 104 – Akuntansi Istishna’
Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati
antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’).
Akuntansi untuk Penjual
Pendapatan istishna’ diakui dengan menggunakan metode
persentase penyelesaian atau metode akad selesai. Akad adalah selesai jika
proses pembuatan barang pesanan selesai dan diserahkan kepada pembeli.
Penjual menyajikan:
a. Piutang istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar
jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir.
b. Termin istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar
jumlah tagihan termin penjual kepada pembeli akhir.
Akuntansi untuk Pembeli
Pembeli mengakui aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar
jumlah termin yang ditagih oleh penjual dan sekaligus mengakui
utang istishna’ kepada penjual. Beban istishna’ tangguhan diamortisasi
secara proporsional sesuai dengan porsi pelunasan utang istishna’.
Pembeli menyajikan:
a. Utang ishtisna’ sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang
belum dilunasi.
b. Aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar:
 persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada
pembeli akhir, jika istishna’ paralel; atau
 kapitalisasi biaya perolehan, jika istishna’
(bukan istishna’ paralel).
PSAK ini juga memberikan pengungkapan minimum bagi penjual dan
pembeli, termasuk metode akuntansi yang digunakan dalam pencatatan
akuntansi istishna’. Selain mengatur transaksi istishna’, PSAK ini
mengatur ketentuan akuntansi transaksi istishna’ paralel.

8
2.4.5 PSAK 105 – Akuntansi Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak
kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi
di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya
ditanggung oleh pemilik dana.
Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui
sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan
aset nonkas kepada pengelola dana.
Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah
diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar
aset nonkas yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana syirkah
temporer diukur sebesar nilai tercatatnya.
Penyajian
Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan
sebesar nilai tercatat.
Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan
keuangan:
(a) dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai
tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah;
(b) bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi
belum diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil
yang belum dibagikan di kewajiban
Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi
tidak terbatas, pada:
(a) isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana,
pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain;
(b) rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya;
(c) penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan;dan

9
(d) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.

2.4.6 PSAK 106 - Akuntansi Musyarakah


Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan
kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Dana
tersebut meliputi kas atau aset nonkas yang diperkenankan oleh syariah.
Mitra aktif adalah mitra yang mengelola usaha musyarakah, baik
mengelola sendiri atau menunjuk pihak lain atas nama mitra tersebut. Mitra
pasif adalah mitra yang tidak ikut mengelola usaha musyarakah.
Pengakuan Dan Pengukuran
Untuk pertanggungjawaban pengelolaan usaha musyarakah dan
sebagai dasar penentuan bagi hasil, maka mitra aktif atau pihak yang
mengelola usaha musyarakah harus membuat catatan akuntansi yang
terpisah untuk usaha musyarakah tersebut.
Penyajian
Mitra aktif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha
musyarakah dalam laporan keuangan:
(a) Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang
diterima dari mitra pasif disajikan sebagai investasi musyarakah;
(b) Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai unsur
dana syirkah temporer untuk;
(c) Selisih penilaian aset musyarakah, bila ada, disajikan sebagai unsur
ekuitas.
Mitra pasif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha
musyarakah dalam laporan keuangan:
(a) Kas atau aset nonkas yang diserahkan kepada mitra aktif disajikan
sebagai investasi musyarakah;
(b) Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian asset nonkas yang

10
diserahkan pada nilai wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account)
dari investasi musyarakah.

2.4.7 PSAK 107 - Akuntansi Ijarah


Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset
dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti
dengan pemindahan. Aset ijarah adalah aset baik berwujud maupun tidak
berwujud, yang atas manfaatnya disewakan.
PSAK 107 memberikan pengaturan akuntansi baik dari sisi pemilik
(mu’jir) dan penyewa (Musta’jir).
Biaya Perolehan :
Objek ijarah diakui pada saat objek ijarah diperoleh sebesar biaya
perolehan.
Penyusutan dan Amortisasi :
Objek ijarah disusutkan atau diamortisasi, jika berupa aset yang dapat
disusutkan atau diamortisasi, sesuai dengan kebijakan penyusutan atau
amortisasi untuk aset sejenis selama umur manfaatnya (umur ekonomis).
Pendapatan dan Beban :
 Pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat manfaat atas aset
telah diserahkan kepada penyewa.
 Beban sewa diakui selama masa akad pada saat manfaat atas aset telah
diterima.
 Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban yang
terkait, misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan
perbaikan, dan sebagainya.

2.4.8 PSAK 108 – Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah


Akad asuransi syariah jangka pendek adalah akad asuransi syariah
yang memberi proteksi untuk periode sampai dengan dua belas bulan, atau
memberi proteksi untuk periode lebih dari dua belas bulan dan
memungkinkan penyesuaian persyaratan akad pada ulang tahun polis.

11
Akad asuransi syariah jangka panjang adalah akad asuransi syariah
selain akad asuransi syariah jangka pendek.
Dalam hal pengakuan awal, kontribusi peserta diakui sebagai
pendapatan dari dana tabarru’ dengan ketentuan sebagai berikut:
a) untuk akad asuransi syariah jangka pendek, kontribusi peserta diakui
sebagai pendapatan dari dana tabarru’ sesuai periode akad asuransi;
b) untuk akad asuransi syariah jangka panjang, kontribusi peserta diakui
sebagai pendapatan dari dana tabarru’ pada saat jatuh tempo pembayaran
dari peserta.
Penyisihan Teknis
Penyisihan teknis diukur sebagai berikut:
a) Kontribusi yang belum menjadi hak dihitung secara individual dari
setiap pertanggungan dan besarnya penyisihan ditetapkan secara
proporsional dengan jumlah proteksi yang diberikan.
b) Manfaat polis masa depan dihitung dengan mencerminkan estimasi
pembayaran seluruh manfaat yang diperjanjikan dan penerimaan kontribusi
peserta di masa mendatang, dengan mempertimbangkan estimasi tingkat
imbal hasil investasi dana tabbaru’.
c) Klaim yang masih dalam proses diukur sebesar estimasi jumlah klaim
yang masih dalam proses oleh entitas pengelola. Jumlah perkiraan tersebut
harus mencukupi untuk mampu memenuhi klaim yang terjadi dan
dilaporkan sampai dengan akhir periode pelaporan.
d) Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan diukur sebesar estimasi
jumlah klaim yang akan dibayarkan pada tanggal pelaporan berdasarkan
pada pengalaman masa lalu yang terkait dengan klaim paling kini yang
dilaporkan.
e) Perhitungan penyisihan teknis tersebut memasukan bagian reasuransi
atas klaim.

12
2.4.9 PSAK 109 - Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah
Zakat merupakan kewajiban syariah yang harus diserahkan oleh
muzakki kepada mustahiq baik melalui amil maupun secara langsung.
Ketentuan zakat mengatur mengenai persyaratan nisab, haul (baik yang
periodik maupun yang tidak periodik), tarif zakat (qadar), dan
peruntukannya.
Zakat dan infak/sedekah yang diterima oleh amil harus dikelola
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan tata kelola yang baik.
Mustahiq adalah orang atau entitas yang berhak menerima zakat.
Mustahiq terdiri dari:
1. fakir;
2. miskin;
3. riqab;
4. orang yang terlilit utang (ghorim);
5. muallaf;
6. fisabilillah;
7. orang dalam perjalanan (ibnu sabil); dan
8. amil.
Muzakki adalah individu muslim yang secara syariah wajib
membayar (menunaikan) zakat.
Pengakuan Dan Pengukuran :
Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau asset lainnya diterima.
Zakat yang diterima diakui sebagai dana amil untuk bagian amil dan dana
zakat untuk bagian nonamil.
Penyaluran zakat :
Zakat yang disalurkan kepada mustahiq diakui sebagai pengurang dana
zakat sebesar:
1) jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas;
2) jumlah tercatat, jika dalam bentuk aset nonkas.

13
Infak/Sedekah merupakan donasi sukarela, baik ditentukan
maupun tidak ditentukan peruntukannya oleh pemberi infak/sedekah.
Pengakuan awal :
Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana infak/sedekah terikat atau
tidak terikat sesuai dengan tujuan pemberi infak/sedekah sebesar:
1) jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas;
2) nilai wajar, jika dalam bentuk nonkas.
Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana amil untuk bagian amil
dan dana infak/sedekah untuk bagian penerima infak/sedekah.
Penyaluran infak/sedekah :
Penyaluran dana infak/sedekah diakui sebagai pengurang dana
infak/sedekah sebesar:
1) jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas;
2) nilai tercatat aset yang diserahkan, jika dalam bentuk aset nonkas.
Penyajian :
Amil menyajikan dana zakat, dana infak/ sedekah, dana amil, dan
dana nonhalal secara terpisah dalam neraca (laporan posisi keuangan).

2.4.10 PSAK 110 - Akuntansi Sukuk


Sukuk adalah efek syariahberupa sertifikat atau bukti kepemilikan
yang bernilai sama dan mewakili bagianyang tidak tertentu (tidak
terpisahkan atau tidak terbagi) atas:
a. aset berwujud tertentu;
b. manfaat atas asetberwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang
akan ada;
c. jasa yang sudah adamaupun yang akan ada;
d. aset proyek tertentu;atau
e. kegiatan investasi yang telah ditentukan.

14
Akuntansi Penerbit Akuntansi Investor

Pengakuan Sukuk ijarah diakui pada saat Entitas mengakui


awal entitas menjadi pihak yang investas pada sukuk
terikat dengan ketentuan ijarah dan sukuk
penerbitan sukuk ijarah. Sukuk mudharabah sebesar
ijarah diakui sebesar nilai biaya perolehan.
nominal, disesuaikan dengan
premium atau diskonto, dan
biaya transaksi terkait dengan
penerbitannya.

Penyajian Sukuk ijarah disajikan sebagai Pendapatan investasi dan


liabilitas. beban amortisasi
disajikan secara neto
dalam laba rugi.

Pengungkapan Untuk sukuk ijarah, entitas Entitas mengungkapkan


mengungkapkan hal-hal berikut: hal-hal berikut ini:
a) Uraian tentang persyaratan d) Klasifikasi investasi
utama dalam penerbitan sukuk berdasarkan jumlah
ijarah, termasuk: investasi;
i.ringkasan akad syariah yang e) Tujuan model usaha
digunakan; yang digunakan;
ii.aset atau manfaat yang f) Jumlah investasi
mendasari; yang direklasifikasikan,
iii.besaran imbalan; jika ada, dan
iv.nilai nominal; penyebabnya;
v.jangka waktu; g) Nilai wajar untuk
vi.persyaratan penting lain. investasi yang diukur
pada biaya perolehan;
b) Penjelasan mengenai aset dan
atau manfaat yang mendasari
h) Lain-lain.
penerbitan sukuk ijarah,
termasuk jenis dan umur
ekonomik; dan
c) Lain-lain.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sejarah Standar Akuntansi Syariah yang Berlaku di Indonesia Terhitung
Sejak 1992-2002 atau 10 tahun lembaga keuangan baik bank syariah maupun
entitas syariah yang lain tidak memiliki PSAK khusus yang mengatur transaksi dan
kegiatan berbasis syariah. PSAK 59 sebagai produk pertama DSAK – IAI untuk
entitas syariah perlu diajungkan jempol dan merupakan awal dari pengakuan dan
eksistensi keberadaan akuntansi syariah di Indonesia. PSAK ini disahkan tanggal 1
Mei 2002, berlaku mulai 1 Januari 2003 atau pembukuan yang berakhir tahun 2003
hanya berlaku hanya dalam tempo 5 tahun.
Dalam perkembangannya PSAK sudah menjadi panduan wajib bagi
masyarakat maupun instansi-instansi yang mempelajari, mengelola, dan
menggunakan sistem keuangan. PSAK mendefinisikan dan mendeskripsikan secara
teliti tentang rincian sistem keuangan dan produk-produk komersial yang
digunakan dalam perbangkan syariah.
Dalam makalah ini, kami menjabarkan beberapa PSAK yang tujuannya
untuk mencari unsur ukhuwah yang terdapat dalam PSAK nomor 101 – 111. PSAK
tersebut adalah
1. PSAK 101- Penyajian Laporan Keuangan Syariah
2. PSAK 102- Akuntansi Murabahah
3. PSAK 103- Akuntansi Salam
4. PSAK 104- Akuntansi Istishna’
5. PSAK 105- Akuntansi Mudharabah
6. PSAK 106- Akuntansi Musyarakah
7. PSAK 107- Akuntansi Ijarah
8. PSAK 108 - Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah
9. PSAK 109 - Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah
10. PSAK 110 – Akuntansi Sukuk

16
Pada saat ini, banyak pebisnis-pebisnis yang mulai merambah dan beralih
menggunakan prinsip syariah dalam usahanya. Oleh karena itu, pembuatan dan
penyusunan standar akuntansi keuangan syariah perlu dibuat untuk menyambut
tantangan dan perkembangan tersebut. Namun tidak banyak orang yang mengetahui
tentang cabang akuntansi yang tergolong baru ini. Sehingga diperlukan pengenalan
dan pelatihan untuk mensosialisasikan standar akuntansi keuangan syariah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.akuntansionline.id/standar-akuntansi-keuangan-syariah/

http://febi.iain-surakarta.ac.id/download/psak-syariah-101-111/psak-syariah-101-111/

http://www.iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/sas-efektif-16-sak-syariah-
efektif-per-1-januari-2018

http://selinrasi.blogspot.com/2015/03/standar-akuntansi-keuangan-sak-syariah.html

18

Anda mungkin juga menyukai