Anda di halaman 1dari 8

Sejarah Kemunduran Tiga Kerajaan Besar (Utsmani, Safawi, dan Mughal)

Posted on 15 April 2010by diankurniaa


Kemunculan tiga kerajaan islam yaitu Kerajaan Turki Ustmani, Kerajaan Safawi di Persia dan
Kerajaan Mughal di India telah banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan peradaban
islam. Kerajaan Usmani meraih puncak kejayaan dibawah kepemimpinan Sultan Sulaiman
Al-Qanuni (1520-1566 M) di kerajaan safawi, Syah Abbas I membawa kerajaan tersebut
meraih kemajuan dalam 40 tahun periode kepemerintahannya dari tahun 1588-1628 M. Dan
di Kerajaan Mughal meraih masa keemasan di bawah Sultan Akbar (1542-1605 M).
Seperti takdir yang telah Allah tentukan disetiap kejayaan tentu akan berganti dengan
kemunduran bahkan sebuah kehancuran. Demikian pula yang terjadi pada ketiga kerajaan
tersebut. Setelah pemerintahan yang gilang gemilang dibawah kepemimpinan tiga raja itu,
masing-masing kerajaan mengalami fase kemunduran. Akan tetapi penyebab kemunduran
tersebut berlangsung dengan kecepatan yang berbeda-beda. Kemunduran-krmunduran inilah
yang akan penulis bahas dalam makalah ini. Karena pengaruhnya sangat besar terhadap
kelangsungan peradaban Islam secara keseluruhan.
PEMBAHASAN
A. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi
Kerajaan safawi di Persia meraih puncak keemasan dibawah pemerintahan syah Abbas I
selama periode 1588-1628 M. Abbas I berhasil membangun kerajaan safawi sebagai
kompetitor seimbang bagi Kerajaan Turki Usmani. Bahkan dalam bidang ilmu
pengetahuan, kerajaan ini lebih menonjol daripada kerajaan turki usmani, khususnya ilmu
filsafat yang berkembang amat pesat. Hurmuz sebagai pelabuhan utama berhasil dikuasai
oleh Abbas I sehingga wilayah ini mampu memjamin kehidupan perekonomian Safawi.
Tanda-tanda kemunduran kerajaan persia mulai muncul sepeninggalan Syah Abbas I.
Secara berturut-turut syah yang menggantikan abbas I adalah:
1. Safi Mirza (1628-1642 M)
2. Abbas II (1642-1667 M)
3. Sulaiman (1667-1694 M)
4. Husain (1694-1722 M)
5. Tahmasp II (1722-1732 M)
6. Abbas III (1733-1736 M).
Banyak faktor yang mewarnai kemunduran kerajaan safawi, diantaranya dari perebutan
kekuasaan dikalangan keluarga kerajaan. Diakui bahwa Syah-syah yang menggantikan
Abbas I sangat lemah. Safi Mirza merupakan pemimpin yang lemah dan kelemahan ini
dilengkapinya oleh kekejaman yang luar biasa terhadap pembesar-pembesar kerajaan
karena sifatnya yang pecemburu. Pada masa pemerintahan Mirza inilah kota Qandahar
lepas dari penguasaan Safawi karena direbut oleh kerajaan Mughal yang pada saat itu
dipimpin oleh Syah Jehan. Baghdad sendiri direbut oleh Kerajaan Usmani.
Abaas II konon seorang raja pemabuk, akan tetapi di tangannya kota Qandahar bisa direbut
kembali. Kebiasaan mabuk inilah yang menamatkan riwayatnya. Demikian halnya dengan
sulaiman, ia seorang pemabuk dan selalu bertindak kejam terhadap pembesar istana yang
dicurigainya. Selama tujuh tahun ia tak pernah memerintah kerajaan. Diyakini, konflik
dengan turki Usmani adalah sebab pertama yang menjadikan Safawi mengalami
kemunduran. Terlebih Turki Usmani merupakan kerajaan yang lebih kuat dan besar
daripada Safawi. Hakikatnya ketegangan ini disebabkan oleh konflik Sunni-Syi’ah.
Syah Husain adalah raja yang alim akan tetapi kealiman Husain adalah suatu kefanatikan
tehadap Syi’ah. Karena dia lah ulama syi’ah berani memaksakan pendiriannya terhadap
golongan sunni. Inilah yang menyebabkan timbulnya kemarahan golongan sunni di
afganistan. Dan pemberontakan inilah yang mengakhiri kisah kerajaan safawi.
Pemberontakan bangsa afgan dimulai pada 1709 M di bawah pimpinan Mir Vays yang
berhasil merebut wilayah Qandahar. Lalu disusul oleh pemberontakan suku Ardabil di
Herat yang berhasil menduduki Mashad.
Mir Vays digantikan oleh Mir Mahmud sebagai penguasa Qandahar. Di bawahnyalah,
keberhasilan menyatukan suku afgan dengan suku ardabil. Dengan kekuatan yang semakin
besar, Mahmud semakin terdorong untuk memperluas wilayah kekuasaannya dengan
merebut wilayah afgan dari tangan safawi. Bahkan ia melakukan penyerangan terhadap
Persia untuk menguasai wilayah tersebut.
Penyerangan demi penyerangan ini memaksa Husain untuk mengakui kekuasaan Mahmud.
Oleh Husain, Mahmud diangkat menajdi gubernur di Qandahar dengan gelar husain Quli
Khan yang berarti Budak Husain. Dengan pengakuan ini semakin mudah bagi Mahmud
untuk menjalankan siasatnya. Pada 1721 M ia berhasil merebut Kirman. Lalu menyerang
Isfahan, mengepung ibu kota safawi itu selama enam bulan dan memaksa Husain
menyerah tanpa syarat. Pada 12 oktober 1722 M Syah Husain menyerah dan 25 oktober
menjadi hari pertama Mahmud memasuki kota Isfahan dengan kemenangan.
Tak menerima semua ini, Tahmasp II yang merupakan salah seorang putra Husain dengan
dukungan penuh suku Qazar dari rusia, memproklamirkan diri sebagai penguasa Persia
dengan ibu kota di Astarabad. Pada 1726 M, Tahmasp bekerja sama dengan Nadir khan
dari suku afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa afgan yang menduduki Isfahan.
Asyraf sebagai pengganti Mir Mahmud berhasil dikalahkan pada 1729 M, bahkan Asyraf
terbunuh dalam pertempuran tersebut. Dengan kematian Asyraf, maka dinasti Safawi
berkuasa lagi.
Pada Agustus 1732 M, Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan oleh Abbas III
yang merupakan putra Tahmasp II, padahal usianya masih sangat muda. Ternyata ini
adalah strategi politik Nadir Khan karena pada tanggal 8 maret 1736, dia menyatakan
dirinya sebagai penguasa persia dari abbas III. Maka berakhirlah kekuasaan dinasti Safawi
di Persia.
Kehancuran safawi juga dikarenakan lemahnya pasukan Ghulam yang diandalkan oleh
safawi pasca penggantian tentara Qizilbash. Hal ini karena pasukan Ghulam tidak dilatih
secara penuh dalam memahami seni militer. Sementara sisa-sisa pasukan qizilbash tidak
memiliki mental yang kuat dibandingkan dengan para pendahulu mereka. Sehingga
membuat pertahanan militer Safawi sangat lemah dan mudah diserang oleh lawan.
Demikianlah dinamika kekhalifahan Safawi di Persia. Sistem Syi’ah ini, diakui atau tidak,
walau safawi telah hancur, masih memiliki sisa-sisanya. Yang paling jelas tentulah dalam
pemerintahan Republik Islam Iran dewasa ini. Meskipun tidak secara penuh diadopsi, tapi
inti dari yang dulu oleh Safawi rumuskan dan dilembagakan tetap menjadi dasar yang tidak
dapat dinafikan begitu saja.

B. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Mughal di India


Sepeninggalan Aurangzeb pada 1707 M, kesultanan mughal mulai menunjukkan tanda-
tanda kemunduran karena generasi pemimpin selanjutanya sangat lemah. Tercatat sultan-
sultan pasca Aurangzeb adalah sebagai berikut:
1. Bahadur Syah I (1707-1712 M)
2. Azimusyah (1712-1713 M)
3. Farukh siyar (1713-1719 M)
4. Muhammad syah (1719-1748 M)
5. Ahmad Syah (1748-1754 M)
6. Alamghir II (1754-1759 M)
7. Syah Alam (1761-1806 M)
8. Akbar (1806-1837 M)
9. Bahadur Syah II (1837-1858 M)
Kemunduran ini ditandai dengan konflik dikalangan keluarga kerajaan, yang intinya adalah
saling berebut kekuasaan. Keturunan Babur hampir semuanya memiliki watak yang keras
dan ambisius, sebagaimana nenek moyang mereka yaitu Timur Lenk yang juga memiliki
sifat demikian.
Ketika Jehangir menggantikan Abbas I, mendapat tentangan dari saudaranya, Khusraw
yang juga ingin tampil sebagai penguasa Mughal. Lalu saat Syah Jihan menggantikan
Jehangir, giliran ibu tiri beliau yang menentang karena ingin anaknya yaitu Khurram ,
menggantikan Jehangir. Begitu pun saat Syah Jihan mulai mendekati ajalnya, anak-anak
Syah Jihan diantaranya Aurangzeb, Dara siqah, Shujah, dan Murad Bakhs saling berebut
kekuasaan hingga menyebabkan perang saudara yang berkepanjangan.
Faktor lainnya yang sangat berpengaruh adalah serangan dari kerajaan atau kekuatan luar.
Serangan ini mulanya dilakukan oleh kerajaan Safawi di persia yang memperebutkan
wilayah Qandahar. Pada 1622 m, daerah ini berhasil dikuasai oleh Safawi. Pada 1739 M,
Nadir Syah dari Safawi menyerbu Mughal dengan alasan bahwa Mughal tidak mau
menerima duta bangsa yang dikirim olehnya. Lalu disusul ketegangan dengan Afganistan
pada masa pemerintahan Muhammad Syah, kerajaan Mughal mendapat serangan dari suku
afgan yang dipimpin oleh Ahmad Syah. Pada 1748 ahmad Syah berhasil menguasai
Lahore.
Pemberontakan Hindu juga turut memperkeruh suasana. Hindu yang merupakan mayoritas
di sana, tidak senang menjadi warga kelas dua dibandingkan islam yang menjadi warga
kelas satu padahal jumlahnya minoritas. Hal ini menimbulkan banyak sekali
pemberontakan yang membuat repot kerajaan Mughal terlebih disaat yang hampir
bersamaan muncul pula tekanan dari Inggris.
Keruntuhan Mughal juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, dimana kemunduran politik
negeri ini sangat menguntungkan bangsa-bangsa barat untuk menguasai jalur perdagangan
. Persaingan diantara mereka akhirnya dimenangi oleh Inggris yang kemudian untuk
memperkuat pengaruhnya, mendirikan EIC (East India Company). Dengan mendatangkan
pasukan kerajaan inggris untuk mengamankan dan mestabilkan wilayahnya. Menyadari
kekuatan Mughal semakin menurun, maka Syah Alam membuat perjanjian dengan Inggris,
dimana ia menyerahkan Oudh, Bengal dan Orisa kepada inggris.
Monopoli Inggris yang sangat otoriter dan cenderung keras, membuat rakyat Mughal yang
muslim maupun Hindu, bersama-sama mengadakan pemberontakan. Akan tetapi dapat
dikalahkan walaupun dalam serangan itu, pasukan Hindu yang memulainya, akan tetapi
Inggris melihat umat islam dan Bahadur Syah II, ikut campur dalam penyerangan itu.
Maka sebagai hukumannya, inggris memporak-porandakan wilayah Mughal dengan
kekuatan senjatanya yang selangkah lebih maju dibandingkan pasukan Mughal dan Hindu.
Masjid dan Candi menjadi sasaran penghancuran. Bahdaur sendiri di usir dari istana pada
1858 M, maka sejak saat itu berakhirlah kekuasaan kerajaan Mughal di India dan
digantikan oleh imperialisme Inggris.

C. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Turki Usmani


Secara garis besar kemunduran Usmani mulai terasa sejak pemerintahan Sultan Salim II
yang menggantikan Sultan Sulaiman Al Qanuni pada 1566-1574 M. Di lihat dari faktor-
faktor yang menyebabkan keruntuhan Kerajaan Turki Usmani yang secara perlahan selama
tiga abad dapat dilihat melalui beberapa faktor. Diantaranya melemahnya semangat
Yenisari sehingga menyebabkan berbagai wilayah lepas dari kekuasaan Turki Usmani, hal
ini sudah mulai menunjukkan tanda-tandanya yaitu saat kekuasaan Salim II, dimana ia
menderita kekalahan dari serangan pasukan gabungan armada Spanyol, bandulia, dan
armada sri paus di tahun 1663 M.
Pasukan Usmani juga mengalami kekalahan dalam pertempuran di Hungaria di tahun 1676
M. Pada 1669 M, Turki Usmani mengalami kekalahan di Mohakez sehingga terpaksa
menandatangani perjanjian Karlowitz yang isinya kerajaan Usmani harus menyerahkan
seluruh wilayah hungaria dan pada 1770 M pasukan Rusia mengalahkan pasukan Usmani
di asia kecil.
Luasnya wilayah dan buruknya sistem pemerintahan pasca sulaiman Al qanuni juga
membuat hilangnya keadilan, dan merajalelanya korupsi dikalangan istana. Heterogenitas
penduduk menyebabkan kurangnya semangat persatuan. Terlebih Usmani merupakan
kerajaan ayng coraknya militer. Padahal militerisme diakui sangat sulit untuk membentuk
suatu persatuan.
Sangat disayangkan pula bila kehidupan istana jauh dari nilai-nilai keislaman, justru sikap
bermegah-megahan dan istimewa serta memboroskan uang terjadi pula di kerajaan turki
Usmani. Hal ini setidaknya terjadi akibat pengaruh kehidupan barat yang masuk ke istana.
Terlebih pemborosan harta ini terjadi saat perekonomian mulai mengalami kemerosotan
yang sangta tajam, apalagi untuk pembiayaan angkatan perang yang diharapkan mampu
meraih ghanimah malah mengalami kekalahan yang berturut-turut.
Kemuduran di kalangan istana ini, diambil kesempatan oleh wilayah-wilayah turki dalam
upaya memerdekakan diri. Terlebih setelah munculnya semangat nasionalisme. Bangsa-
bangsa yang tunduk pada usmani, mulai menyadari akan kelemahan kerajaan tersebut.
Maka walaupun kerajaan usmani memperlakukan mereka sebaik mungkin, namun dalam
benak mereka tetap saja bila Usmani adalah penjajah yang datang menyerbu dan
menguasai wilayah mereka.
Dimulailah usaha untuk melepaskan diri dari pemerintahan Usmani, di Mesir misalnya,
Yenisari justru bekerjasama dengan dinasti mamalik dan akhirnya berhasil merebut
kembali wilayah mesir pada 1772 M hingga kedatangan Napoleon pada !789 M. Lalu ada
gerakan wahabisme di tanah arab yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul wahab yang
bekerjasama dengan keluarga Saud, dan akhirnya berhasil memukul mundur kekuasaan
turki dengan bantuan tetara Inggris dari jazirah Arab. Keluarga saud sendiri
memproklamirkan sebagai penguasa arab maka wilayah jazirah arab selanjutnya
dinamakan Saudi Arabia.
Kemajuan teknologi barat juga tidak bisa dilepaskan sebagai salah satu faktor penentu
kehancuran wilayah turki usmani, dimana sistem kemiliteran bangsa barat selangkah lebih
maju dibandingkan dengan kerajaan turki usmani. Oleh karena itu saat terjadi kontak
senjata maupun peperangan yang terjadi belakangan, tentara turki selalu mengalami
kekalahan. Terlebih Turki Usmani sangat tidak mendorong berkembangnya ilmu
pengetahuan, maka otomatis peralatan perangnya pun semakin ketinggalan jaman. Saat
Turki Usmani mulai berbenah, sudah terlambat karena wilayahnya sedikit demi sedikit
mulai menyusut karena melepaskan diri dan sulit untuk menyatukannya kembali.
Akhirnya pada 1924, Kemal Attaturk memaksa Sultan Hamid II untuk menyerahkan
kekuasaan Turki Usmani setelah kemal melakukan gerakan pembaharuan melalui Turki
Muda nya, dan penyerahan kekuasaan ini menjadikan Turki Usmani telah berakhir
riwayatnya dan kemudian digantikan oelh Republik Turki yang sekuler.
Kehancuran Kerajaan Turki Usmani ini, membuat bangsa-bangsa eropa semakin mudah
menguasai dan menjajah wilayah-wilayah ynag dulu diduduki oleh Usmani yang mayoritas
muslim. Maka sejak itulah umat islam berada dalam situasi dijajah oleh bangsa non
muslim. Sungguh ironis karena ini lebih baik oleh bangsa turki karena bagaimanapun juga
Turki Usmani adalah muslim.
KESIMPULAN

Keruntuhan tiga kerajaan islam ini umumnya ditandai oleh konflik dalam kalangan
keluarga kerajaan yang saling berebut kekuasaan. Hal ini mengakibatkan sistem
pemerintahan dan keluasan wilayah yang telah berhasil dibangun pada masa sebelumnya
menjadi tidak berarti lagi karena para penerusnya lebih sibuk untuk saling merebut
kekuasaan dari tangan keluarganya sendiri.
Lalu masalah ekonomi juga sangat berperan, seperti misalnya kedatangan Inggris di
Mughal sangat memepengaruhi kehidupan ekonomi sitana yang apada ujungnya malab
bergantung kepada Inggris. Demikian pula di Turki Usmani, sikap boros dan hidup
kemewahan berbanding lurus dengan kekalahan demi kekalahan yang dialami pasukan
yenisari sehingga membuat kas negara berwarna merah karena tak mendapatkan ghanimah
maupun wilayah baru.
Sistem politik juga sangat mempengaruhi, di Safawi misalnya kebijakan memaksakan
madzhab syi’ah membuat secara politik orang-orang sunni tidak senang dan akhirnya
justru memberontak melepaskan diri dari kekuasaan Safawi dan bahkan Sunni melalui
suku Afgan berhasil menguasai wilayah safawi.
Ambisi perluasan wilayah juga mengakibatkan kehancuran turki itu sendiri karena tenyata
semangat juang Yenisari tidak lagi sekuat dulu. Demikian juga Ghulam di Safawi tidak
memiliki semangat seperti Qizilbash, demikian pula generasi Qizilbash selanjutnya tidak
seperti generasi Qizilbash terdahulu. Semenatara aliasi Islam Hindu di Mughal tidak
mampu memukul mundur inggris.
Kelemahan teknologi yang sangat mencolok membuat perlawanan di Mughal maupun
usaha mempertahankan diri oleh Turki Usmani mengalami kegagalan karena bangsa eropa
pada saat itu telah memiliki perangkat perang yang selangkah lebih maju dibandingkan
dengan yang dimiliki oleh dua kerajaan tersebut.[] Wallahu’alam
REFERENSI

Dr. Badri Yatim M.A. SEJARAH PERADABAN ISLAM Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada. 2007.
Ajid Thohir. PERKEMBANGAN PERADABAN DI KAWAAN DUNIA ISLAM Melacak
Akar-Akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada. 2004.
Moh. Nurhakim. Sejarah dan Peradabab Islam. Malang: Penerbit Universitas
Muhammadiyah Malang. 2004.
Dudung Abdurahman, Siti Maryam (ed). SEJARAH PERADABAN ISLAM: dari Masa
Klasik Hingga Modern. Yogyakarta: Penerbit Fak. Adab. 2002.
Sumber: http://cerminsejarah.blogspot.com/2009/06/kemunduran-tiga-kerajaan-besar-
usmani.html

Anda mungkin juga menyukai