Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PASIEN ......................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
ABSTRACT ........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................
C.Tujuan Penelitian .................................................................................
D. Manfaat Penelitian ..............................................................................
E. Ruang Lingkup ...................................................................................
F. Keaslian Penelitian ..............................................................................

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nutrisi sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan yang baik

terutama saat tahun-tahun awal kehidupan. Jika anak-anak tidak makan

makronutrien dalam jumlah yang tepat seperti protein, lemak, dan karbohidrat

dan mikronutrien seperti vitamin A, yodium, zat besi dan seng, mereka dapat

menjadi sakit, serta menyebabkan terganggunya perkembangan mental dan

motorik. Hal ini memiliki efek buruk yang dapat bertahan lama setelah masa

kanak-kanak dan dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan kematian.

(WHO, 2017).

Data WHO tahun 2018 menyatakan bahwa di dunia, sebanyak 7.5% atau

50.5 juta anak usia di bawah lima tahun mengalami status gizi kurus dan gizi

buruk. Sebanyak 5.6% atau 38.3 juta anak mengalami kelebihan gizi atau

obesitas. Secara global sebanyak 6,3 juta anak di bawah usia 5 tahun meninggal

setiap tahun. Menurut perkiraan, sekitar 200 juta atau 1 dari 3 anak tidak

mencapai potensi perkembangan mereka secara penuh. Hal ini memiliki

implikasi besar bagi kesehatan mereka sepanjang hidup dan mengakibatkan

hilangnya sumber daya manusia di berbagai negara.

Berdasarkan data WHO (2017) pada tahun 2016 terdapat 250 juta atau

43%, anak-anak di negara berpendapatan rendah dan menengah tidak dapat

mewujudkan potensi perkembangan mereka secara penuh. Perkembangan anak

usia dini atau Early Childhood Development (ECD) meliputi perkembangan

fisik, sosio emosional, bahasa, kognitif dan motorik antara usia 0-8 tahun.

1
2

Angka kejadian gangguan tumbuh kembang anak saat ini masih menjadi

masalah di Indonesia. Hal tersebut terlihat dari data dari Riset Kesehatan Dasar /

Riskesdas (2018) yang menyebutkan bahwa, angka kejadian anak akibat

masalah gizi kurang dan gizi buruk mencapai 17.7. Dan hanya turun 1.9 dari

tahun 2013 yaitu 19.6. Angka ini masih kurang dari target RPJM (Rencana

Pembangunan Jangka Menengah) 2019 yaitu 17.0. Proporsi status gizi sangat

kurus dan kurus adalah 10.2, serta proporsi status gizi gemuk adalah 8.0.

Prevalensi balita Kurang Energi Protein (Gizi Buruk dan Kurang) di DIY

tahun 2015 sebesar 8,04. Prevalensi KEP ini menurun dibandingkan dengan

tahun 2013 tetapi sedikit lebih tinggi dari tahun 2014. Pada tahun 2016 KEP

DIY sebesar 8,83 dan kembali turun menjadi 8,26 pada tahun 2017 dan turun

lagi menjadi 7.94. Angka prevalensi selama tiga tahun terakhir masih berkisar

pada angka 7-8 yang menunjukan bahwa upaya yang dilakukan dalam rangka

penurunan prevalensi KEP Balita di DIY belum tercapai secara maksimal.

Keadaan gizi buruk dan kurang dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap

berbagai penyakit, terutama penyakit infeksi yang mengganggu pertumbuhan

dan perkembangan fisik, serta mental dan jaringan otak. (Profil Kesehatan DIY,

2018).

Setidaknya 200 juta anak yang tinggal di negara berkembang gagal

memenuhi potensi perkembangan mereka. Faktor yang berpontesi terhadap

hilangnya perkembangan anak adalah kurang gizi, komplikasi dari penyakit

menular, bahaya lingkungan, dan kekerasan sosial serta rumah tangga. Tidak

seperti pengaruh lain yang tidak dapat diubah atau sangat sulit diubah, nutrisi

adalah sesuatu yang dapat kita kontrol. Bagi suatu negara, perkembangan anak

usia dini yang buruk dapat menyebabkan kerugian ekonomi negara. Di India,
3

kerugiannya sekitar dua kali lipat dari produk domestik bruto yang digunakan

untuk kesehatan. (UNICEF, 2017).

Setiap anak perlu mendapatkan asupan nutrisi dan gizi seimbang serta

stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.

Dalam rangka menanggulangi masalah status gizi, negara-negara di dunia

bekerja sama membuat sebuah kebijakan Scaling Up Nutrition (SUN) dan di

Indonesia disebut Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan dan disingkat Gerakan

1000 HPK. Gerakan ini merupakan aksi percepatan perbaikan gizi, khususnya

penanganan gizi sejak 1.000 hari dari masa kehamilan hingga anak usia 2 tahun.

(Bappenas, 2012).

Memantau tumbuh kembang anak pada 1.000 pertama kehidupan sangat

penting, mengingat pesatnya pertumbuhan dan perkembangan pada usia ini.

1.000 hari pertama kehidupan dimulai saat pembuahan di dalam rahim ibu

sampai anak berusia 2 tahun. Pada usia 2 tahun, anak sudah mencapai setengah

tinggi badan orang dewasa. Perkembangan otaknya pun sudah mencapai 80

persen dari otak orang dewasa. Perkembangan otak yang sangat pesat pada usia

di bawah 2 tahun ini disebut Masa Emas (Golden Period) sekaligus periode

kritis (Critical Period) perkembangan dan merupakan waktu yang tepat untuk

melakukan pemulihan bila ada gangguan perkembangan. Oleh sebab itu nutrisi

yang optimal perlu menjadi perhatian selama tahun-tahun awal kehidupan

karena di atas usia 2 tahun perbaikan mungkin menjadi sangat sulit. Penting bagi

orang tua memantau tumbuh kembang anaknya terutama untuk anak di bawah

usia 2 tahun. (IDAI, 2017).

Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang

anak, bahkan gangguan menetap. Pembinaan tumbuh kembang anak secara


4

komprehensif dan berkualitas di perlukan untuk mencapai tumbuh kembang

yang optimal. Sejak tahun 2007, Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan

lkatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menyusun instrumen stimulasi,

deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang untuk anak umur 0 sampai dengan

6 tahun, yang diuraikan dalam Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan

lntervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Anak di Tingkat Pelayanan

Kesehatan Dasar. Program SDIDTK merupakan salah satu bentuk implementasi

kebijakan publik dalam bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

kualitas hidup anak untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal. (Kemenkes,

2018).

Defisit gizi dan pemberian makan saat usia dini sangat mempengaruhi

perkembangan jangka panjang anak-anak, menghambat realisasi penuh potensi

dan produktivitas mereka. Pemikiran bahwa perkembangan anak dikembangkan

melalui pendidikan dan pelatihan yang didapat setelah anak berusia lima tahun

merupakan kesalahpahaman yang ada masyarakat. Perkembangan terbentuk

tidak hanya setelah usia lima tahun di sekolah dan tempat pelatihan, tetapi

sebelum usia lima tahun, tergantung pada nutrisi yang memadai dan perawatan

stimulasi pada perkembangan anak. (Oppong, 2017).

Kecacatan anak-anak sebagian besar merupakan konsekuensi dari

keterlambatan perkembangan. Perkembangan motorik, kognitif, visual,

pendengaran dan sosial yang terganggu dapat menyebabkan kecacatan motorik

(cerebral palsy), keterbelakangan mental, keterlambatan bicara, perilaku

masalah dan ketidakmampuan belajar. Banyak penelitian telah menunjukkan

bahwa anak-anak yang terpapar malnutrisi akut parah di awal kehidupan

memiliki fungsi kognitif yang buruk, prestasi sekolah yang buruk dan masalah
5

perilaku. Beberapa penelitian mengatakan bahwa keterlambatan perkembangan

terkait dengan masalah status gizi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di

India dan Bangladesh menyebutkan bahwa penyebab utama yang mendasari

keterlambatan perkembangan di India adalah malnutrisi, penyakit, faktor

bawaan, kebersihan yang tidak memadai, kurangnya akses ke sistem perawatan

kesehatan, kemiskinan dan lainnya. Keterlambatan perkembangan pada anak

usia dini diperkirakan mempengaruhi sekitar 10 persen anak-anak di India.

(Partha, 2018).

Sama hal nya dengan penelitian Fauzi (2019) yang berjudul “Hubungan

Status Gizi dengan Perkembangan Balita Usia 1-5 Tahun di Posyandu Dempok

Utara Kecamatan Diwek Jombang” menunjukkan adanya hubungan antara status

gizi dan perkembangan balita. Hasil penelitian diperoleh status gizi buruk 4

balita (4,2%), gizi kurang 13 balita (13,7%), gizi baik 78 balita (82,1%),

perkembangan yang sesuai 76 balita (80,0%), perkembangan yang meragukan

15 (15,8%), perkembangan penyimpangan 4 balita (4,2%). Hasil uji chi-square

menunjukan signifikasi p= 0,000 ≤ α (0,05), sehingga terdapat hubungan antara

status gizi dengan perkembangan balita.

Dalam tinjauan islam dijelaskan bahwa dalam Al-Qur’an surah An-Nisa

ayat 9, Allah SWT berfirman:

َ ‫َّللاَ َو ْليَقُولُوا قَ ْو ًًل‬


‫سدِيدًا‬ َّ ‫ضعَافًا خَافُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا‬
ِ ً‫ش الَّذِينَ لَ ْو ت ََر ُكوا ِم ْن خ َْل ِف ِه ْم ذ ُ ِريَّة‬
َ ‫َو ْليَ ْخ‬

Artinya:

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir


6

terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa

kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Ayat ini menjelaskan kewajiban umat islam untuk takut kepada Allah

SWT dan larangan untuk meninggalkan anaknya dalam keadaan lemah. Hal ini dapat

dikaitkan pada status gizi dan perkembangan anak. Kita sebagai umat islam

hendaknya menjaga anak kita agar tidak memiliki masalah status gizi dan selalu

memantau perkembangan anak sehingga terhindar dari gangguan perkembangan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Adakah hubungan status gizi dengan perkembangan anak

usia 1-2 tahun di Puskesmas Godean I ?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia

1-2 tahun di Puskesmas Godean I.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui status gizi anak usia 1-2 tahun di Puskesmas Godean

I.

b. Untuk mengetahui perkembangan anak usia 1-2 tahun di Puskesmas

Godean I.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
7

Diharapkan dapat menambah informasi, pengetahuan dan wawasan

tentang hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia 1-2 tahun.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Orang Tua

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang status

gizi dan perkembangan anak.

b. Bagi Tenaga Medis di Puskesmas

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam upaya

peningkatan gizi dan deteksi dini tumbuh kembang anak.

c. Bagi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah bahan referensi

kepustakaan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta sehingga dapat

menambah pengetahuan bagi pembacanya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi penilitian ini adalah tentang status gizi dan

perkembangan anak. Karena keadaan gizi buruk dan kurang dapat

menurunkan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit infeksi yang

mengganggu pertunbuhan dan perkembangan serta mental dan jaringan otak.

2. Ruang Lingkup Responden

Responden dalam penelitian ini adalah anak usia 1-2 tahun karena pada

usia di bawah 2 tahun ini merupakan periode kritis perkembangan


8

dan merupakan waktu yang tepat untuk melakukan pemulihan bila ada

gangguan perkembangan.

3. Ruang Lingkup Tempat

Tempat penelitian ini dilakukan di Puskesmas Godean I karena

berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Sleman tahun 2018, data sebaran

prevalensi balita gizi buruk dan kurang yang paling tinggi berada di

Puskesmas Godean I.

4. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dimulai dari penyusunan proposal sampai dengan laporan

hasil skripsi yang dilaksanakan sejak bulan November 2019 sampai bulan Juli

2020.

F. Keaslian Penelitian

1. Penelitian Sri Rahma Yeni (2016) yang berjudul, “Hubungan Status Gizi dan

Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK

Melati Ikhlas Kota Padang”. Jenis penelitian yang digunakan adalah

deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel

79 murid beserta orang tuanya. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak

53,2% anak dengan perkembangan yang sesuai dengan usianya, 57,0% anak

memiliki status gizi baik, dan 63,3% anak dengan pola asuh positif dari orang

tua. Hasil uji chi square terdapat hubungan antara status gizi dengan

perkembangan anak usia prasekolah dengan nilai p=0,000 (p<0,05) dan

terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan anak

usia prasekolah dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian dengan penelitian sebelumnya adalah waktu pengambilan


9

data, instrumen penelitian, lokasi penelitian dan pengambilan sampel.

Sedangkan persamaan adalah desain penelitian dan variabel terikat.

2. Penelitian Gladys Gunawan, Eddy Fadlyana dan Kusnandi Rusmil (2016)

yang berjudul, “Hubungan Status Gizi dan Perkembangan Anak Usia 1-2

tahun”. Penelitian dilakukan dilakukan secara cross sectional dengan subjek

anak usia 1-2 tahun yang sehat dan kooperatif pada saat pemeriksaan, serta

orang tua menyetujui ikut dalam penelitian. Tes perkembangan dilakukan

oleh satu dokter anak dan dua dokter (residen) dengan menggunakan KPSP

(Kuesioner Pra Skrening Perkembangan). Empat aspek perkembangan yang

dinilai yaitu motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa, sosial dan

kemandirian. Jumlah subjek 321 anak usia 1–2 tahun dan yang memenuhi

kriteria inklusi 308 anak, terdiri dari 164 laki-laki (53,2%) dan 144

perempuan (46,8%). Hasil penelitian diperoleh bahwa anak yang mengalami

perkembangan normal adalah 278 anak (90,22%) dan meragukan 30 anak

(9,78%). Sedangkan status gizi dinilai berdasarkan BB/PB, hasil normal 277

anak (89,9%) dan kurus 31 anak (10,10%). Dari 31 anak dengan status gizi

kurang, di antara 2 anak di antaranya mengalami perkembangan meragukan

dan dari 28 anak dengan perkembangan meragukan mempunyai status gizi

normal. Tidak terdapat hubungan antara gangguan perkembangan dengan

status gizi (p=0,394) begitu juga dengan status gizi dengan kondisi ekonomi

(p=2,500) dan perkembangan dengan status ekonomi (p=0,336). Dari

perkembangan dengan nilai meragukan adalah motorik kasar (6,17%),

motorik halus (0,65%), bicara dan bahasa (4,54%), serta sosialisasi dan

kemandirian (2,92%). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian dengan

penelitian sebelumnya adalah waktu pengambilan data, lokasi penelitian dan


10

pengambilan sampel. Sedangkan persamaan adalah metode penelitian dan

variabel penelitian.

3. Penelitian Worku, B.N., Abessa, T.G., Wondafrash, M. et al (2018) yang

berjudul, “The relationship of undernutrition/psychosocial factors and

developmental outcomes of children in extreme poverty in Ethiopia”. Metode

penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional berbasis komunitas.

Sampel dalam penelitian ini adalah 1638 anak berusia di bawah lima tahun,

yang terdiri dari 819 anak miskin dan 819 anak tidak miskin di Ethiopia Barat

Daya. Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian Denver II-Jimma,

dengan pengukuran berdasarkan aspek keterampilan personal-sosial, bahasa,

motorik halus dan kasar, dan keterampilan sosial-emosional. Penelitian ini

menggunakan Kuesioner untuk mengetahui status ekonomi. Status gizi diukur

dengan metode antropometrik. Uji T-test sampel independen digunakan

untuk mendeteksi perbedaan rata-rata dalam hasil perkembangan antara anak-

anak yang sangat miskin dan anak-anak tidak miskin. Analisis regresi linier

berganda digunakan untuk mengidentifikasi faktor gizi dan ekonomi yang

terkait dengan skor perkembangan anak-anak dalam kemiskinan ekstrim.

Hasil penelitian didapatkan bahwa anak-anak yang berada dalam kemiskinan

ekstrim memiliki keterlambatan perkembangan yang buruk daripada anak-

anak tidak miskin. Di antara 819 anak-anak yang sangat miskin, 325 (39,7%)

memiliki perkembangan yang terhambat, 135 (16,5%) kekurangan berat

badan dan 27 (3,3%) dengan status gizi kurus. Hasil penelitian ini adalah ada

hubungan anatara perkembangan anak dengan status gizi dan ekonomi.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian dengan penelitian sebelumnya


11

adalah waktu pengambilan data, instrumen penelitian, lokasi penelitian dan

pengambilan sampel. Sedangkan persamaan adalah desain penelitian.

4. Penelitian Adenike Oluwayemisi Jimoh, Jane Oowo Anyiam dan Alhassan

Mela Yakubu (2017) yang berjudul, “Relationship between child development

and nutritional status of under-five Nigerian children”. Penelitian dilakukan

menggunakan desain cross sectional dengan sampel sebanyak 415 balita yang

berusia 6–59 bulan. Tes perkembangan dilakukan menggunakan Skill of

Growing Skill II. Status gizi dinilai menggunakan grafik pertumbuhan WHO

untuk berat badan sesuai usia (BB/U), berat badan untuk tinggi badan

(BB/TB) dan tinggi badan untuk usia (TB/U). Uji Chi-square dan rasio odds

digunakan untuk menentukan hubungan antara status gizi dan perkembangan

Hasil penelitian diperoleh bahwa prevalensi keseluruhan untuk keterlambatan

perkembangan anak adalah 35.4%. Prevalensi stunting, wasting dan

underweight adalah 9,1, 3,8 dan 3,8% sementara 2,2% kelebihan berat badan.

Status gizi anak memiliki hubungan pada aspek perkembangan anak.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian dengan penelitian sebelumnya

adalah waktu pengambilan data, lokasi penelitian dan pengambilan sampel.

Sedangkan persamaan adalah desain penelitian.

Anda mungkin juga menyukai