Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Interprofessional education (IPE) adalah metode pembelajaran yang
interaktif, berbasis kelompok, yang dilakukan dengan menciptakan
suasana belajar berkolaborasi untuk mewujudkan praktik yang
berkolaborasi, dan juga untuk menyampaikan pemahaman mengenai
interpersonal, kelompok, organisasi dan hubungan antar organisasi
sebagai proses profesionalisasi. IPE dapat terjadi ketika dua atau lebih
mahasiswa dari program studi kesehatan yang berbeda belajar bersama
yang bertujuan untuk meningkatkan kerja sama dan kualitas pelayanan
kesehatan (Umy, 2016).
Tujuan IPE adalah praktik kolaborasi antar profesi, dimana melibatkan
berbagai profesi dalam pembelajaran tentang bagaimana bekerjasama
dengan memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
diperlukan untuk berkolaborasi secara efektif. Implementasi IPE di bidang
kesehatan dilaksanakan kepada mahasiswa dengan tujuan untuk
menanamkan kompetensi-kompetensi IPE sejak dini dengan retensi
bertahap, sehingga ketika mahasiswa berada di lapangan diharapkan
dapat mengutamakan keselamatan pasien dan peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan bersama profesi kesehatan yang lain (Uns, 2016).
Inter Professional Collaboration (IPC) adalah suatu kegiatan
intrakurikuler yang memadukan pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi
(Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) yang
dilakukan melalui pendekatan kolaborasi antar rumpun ilmu kesehatan
dalam menciptakan masyarakat cinta sehat dengan cara memberikan
kepada mahasiswa pengalaman belajar dan bekerja dalam kegiatan
pembangunan masyarakat bidang kesehatan sebagai wahana penerapan
dan pengembangan ilmu yang dilaksanakan di luar kampus dalam waktu,
mekanisme dan persyaratan tertentu. (Poltekkes Semarang, 2017).
Proses kolaborasi ini diperlukan dan lebih ditingkatkan dalam pelayanan
kesehatan di masa sekarang ini karena di iklim global sekarang ini sudah
tidak cukup bagi tenaga kesehatan untuk bekerja secara profesional saja
1
namun tenaga kesehatan perlu juga mengembangkan upaya antar
profesional dalam menangani pasien. Beberapa bukti menunjukkan bahwa
perawatan pasien dengan kolaborasi lintas profesi dapat meningkatkan
keberhasilan perawatan.Dengan demikian kami melakukan kolaborasi
antara keperawatan, kebidanan dan analis kesehatan untuk memberikan
asuhan kepada keluarga binaan dengan kasus anemia pada ibu hamil.
Dalam hal ini kami berfokus pada tingginya angka kematian ibu dan bayi di
Provinsi Banten.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajat kesehatan perempuan. AKI dan Angka Kematian Bayi
(AKB) di Indonesia masih terbilang tinggi. Tingginya angka kematian,
terutama kematian ibu dan kematian bayi menunjukan masih rendahnya
kualitas kesehatan.
Salah satu tolak ukur penting dalam menciptakan Indonesia Sehat
adalah menekan AKI dan AKB. Hasil Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, dan nifas di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran
hidup dan AKB mencapai 32 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes, 2012).
Pada tahun 2013 AKI mencapai 190/100.000 kelahiran hidup dan AKB
mencapai 25/1.000 kelahiran hidup (Depkes, 2013). Pada tahun 2014 AKI
mencapai 214/100.000 kelahiran hidup dan AKB mencapai 34/1.000
kelahiran hidup (Depkes, 2014). Pada tahun 2015 AKI mencapai
305/100.000 kelahiran hidup dan AKB mencapai 22/1.000 kelahiran hidup
(Depkes, 2015).
Di Provinsi Banten Tahun 2017 AKI mencapai 227/1.000 kelahiran
hidup, dan AKB mencapai 597/1.000 kelahiran hidup (Profil Dinkes Banten,
2017).
Di Kabupaten Tangerang masih cukup tinggi. Dinas Kesehatan
Kabupaten Tangerang mencatat kasus kematian ibu (AKI) 44 kasus dan
angka kematian bayi (AKB) 247 kasus. Ada beberapa faktor yang menjadi
penyebab adanya angka kematian ibu dan bayi di kabupaten Tangerang.
Salah satunya dipengaruhi penyakit penyerta seperti jantung, demam
berdarah, TBC, asma, dan beberapa penyakit lainnya, serta ibu hamil yang
beresiko tinggi. (Profil Dinkes Kabupaten Tangerang, 2017).
2
Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung.
Pola penyebab langsung dimana-mana sama, yaitu perdarahan (25%,
biasanya perdarahan pascapersalinan), sepsis (15%), hipertensi dalam
kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%),
dan sebab-sebab lain (8%) (Saifuddin, 2014).
Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang dapat menyebabkan
ibu hamil dan bayi menjadi sakit dan atau meninggal sebelum persalinan
berlangsung. Banyak faktor risiko ibu hamil 4 terlalu yaitu hamil terlalu
muda (primi muda) usia ibu <20 tahun, hamil/bersalin terlalu tua (grande
multi) usia ibu >35 tahun, terlalu dekat jarak kehamilan atau persalinannya
< dari 2 tahun, dan terlalu banyak anak (anak lebih dari 4). Saat ini kita
melihat banyak perempuan cenderung untuk hamil pada usia tua karena
usia pernikahan juga terlambat. Faktor usia tua menyebabkan timbulnya
penyakit-penyakit yang menyertai umur juga semakin meningkat.
Terjadinya penyakit jantung da kanker menjadi semakin besar kombinasi
antara penyakit usia tua dan kehamilan tersebut yang menyebabkan risiko
meninggal atau cacat pada bayi atau ibu hamil menjadi bertambah tinggi.
(Sinsin, 2013)
Berdasarkan latar belakang diatas kami tertarik untuk melakukan
pengkajian keluarga binaan IPE-IPC dengan kasus Resiko Tinggi Pada Ibu
Hamil Ny “L” dengan grande multipara dan hamil di usia lebih dari 35 tahun.
Dengan adanya kolaborasi antara keperawatan, kebidanan dan analis
kesehatan diharapkan dapat mengurangi AKI dan AKB di Provinsi Banten
khususnya di Kabupaten Tangerang.

B. TUJUAN
1.Tujuan Umum
Melakukan kolaborasi dan memberikan pendidikan kesehatan
untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan pada
ibu hamil.

3
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada ibu hamil dengan
resiko tinggi, diharapkan ibu mampu :
a. Menumbuhkan kesadaran keluarga akan potensi yang dimilikinya
untuk menolong diri sendiri dalam meningkatkan mutu hidup,
sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat secara optimal.
b. Mampu meningkatkan berbagai kemampuan individu dalam
penanganan kesehatan pada diri sendiri sebelum meminta
pertolongan lebih lanjut.
c. Melakukan pemeriksaan secara kolaboratif kepada ibu hamil dengan
resiko tinggi.
d. Melakukan tindakan dan pemecahan masalah kesehatan bersama-
sama.
e. Meningkat pengetahuan ibu akan dampak yang terjadi pada ibu hamil
dengan resiko tinggi.

C. SASARAN
Sasaran kegiatan keluarga binaan praktik kerja lapangan (PKL)
terpadu adalah keluarga dengan ibu hamil yang bertempat tinggal di RW
04 Desa Pasir Muncang Kabupaten Tangerang.

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian IPE – IPC


Interprofessional education (IPE) adalah metode pembelajaran
yang interaktif, berbasis kelompok, yang dilakukan dengan menciptakan
suasana belajar berkolaborasi untuk mewujudkan praktik yang
berkolaborasi, dan juga untuk menyampaikan pemahaman mengenai
interpersonal, kelompok, organisasi dan hubungan antar organisasi
sebagai proses profesionalisasi. IPE dapat terjadi ketika dua atau lebih
mahasiswa dari program studi kesehatan yang berbeda belajar bersama
yang bertujuan untuk meningkatkan kerja sama dan kualitas pelayanan
kesehatan (Umy, 2016).
Inter Professional Collaboration (IPC) adalah suatu kegiatan
intrakurikuler yang memadukan pelaksanaan Tri Darma Perguruan
Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat)
yang dilakukan melalui pendekatan kolaborasi antar rumpun ilmu
kesehatan dalam menciptakan masyarakat cinta sehat dengan cara
memberikan kepada mahasiswa pengalaman belajar dan bekerja dalam
kegiatan pembangunan masyarakat bidang kesehatan sebagai wahana
penerapan dan pengembangan ilmu yang dilaksanakan di luar kampus
dalam waktu, mekanisme dan persyaratan tertentu. (Poltekkes
Semarang, 2017).

B. Resiko tinggi pada Kehamilan


1. Definisi
Kehamilan beresiko adalah kehamilan yang akan terjadinya
bahaya dan komplikasi yang lebih besar, baik terhdap ibu maupun
terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan,
melahirkan, ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan
persalinan dan nifas normal.

5
2. Kelompok resiko tinggi kehamilan
Untuk menentukan kehamilan resiko tinggi dapat dibagi menjadi
3 kelompok yaitu :
a. Kelompok 1
Dilakukan dengan anamnesis yang hasilnya dapat berupa
normal atau rujukan berencana. Katergori yang termasuk
kelompk 1 adalah :
1) Terlalu muda (kurang dari 20 tahun)
2) Terlalu tua (lebih dari 35 tahun)
3) Primi tua
4) Gravida (lebih dari 4)
5) Terlalu pendek (kurang dari 145 cm)
6) Pernah gagal kehamilan
7) Riwayat obstetric jelek
8) Riwayat bedah sesar
b. Kelompok 2
Dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang. Beberapa kategori yang termasuk
dalam kelompok 2:
1) Penyakir pada ibu hamil
2) Bengkak muka dan tungkai, hipertensi
3) Kelainan letak
4) Kehamilan ganda
5) Hidramnion
6) IUFD
7) Serotinus
c. Kemlompok 3
Merupakan kegawatdaruratan dan perlu segera dirujuk
dengan rujukan terlambat. Termasuk kedalam kelompok 3
adalah perdarahan dan kejang. (Rochyati, 2011)

3. Penanganan/penatalaksanaan kehamilan resiko tinggi


a. Lebih banyak mengunjungi dokter dibandingkan dengan
mereka yang tidak memilki resiko tinggi. tekanan darah akan
6
diperiksa secara teratur dan urin akan dites untuk memantau
kadar urin
b. Tes genetic, mungkin dilakukan bila ibu berusia diatas 35
tahun atau pernah memiliki masalah genetic pada kehamilan
sebelumnya.
c. Kunjungi dokter secara rutin
d. Makan makanan sehat yang mengandung protein, susu, dan
produk olahannya, buah-buah, dan sayur-sayuran.
e. Minummobat-obatan, zat besi, atau vitamin yang diresepkan
dokter. Jangan minum obat-obatan ynag dijual bebas tanpa
resep dokter.
f. Minum asam folat setiap hari, minum asam folat sebelum dan
selama masa awal kehamilan mengurangi kemungkinan ibu
melahirkan bayi dengan gangguan syaraf/otak, maupun cacat
bawaan lainnya.
g. Ikuti instruksi dokter dalam melakukan aktifitas sehari-hari
h. Berhenti merokok dan jauhkan dari asap rokok
i. Menjaga jarak dari orang-orang yang sedang terkena flu atau
infeksi lainnya. (Wulandari, 2010)

4. Pencegahan kehamilan resiko tinggi


Sebagian besar kematian ibu hamil dapat dicegah apabila
mendapat penanganan yang adekuat difasilitas kesehatan.
Kehamilan resiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan
sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan penegahan
menurut Kusmiati (2011) antara lain:
1. Sering memeriksakan kehamilan sesering mungkin atau
teratur, minimal 4 kali kunjungan selama masa kehamilan
yaitu:
1. 1 kali pada kunjungan triwulan pertama (3bulan pertama)
2. 1 kali kunjungan pada triwulan kedua (antara bulan ke 4
sampai bulan ke 6)
3. 2 kali kunjungan pada triwulan ke 3 (bulan ketujuh sampai
bulan ke 9)
7
2. Imunisasi TT, yaitu imunisasi anti tetanus 2 kali selama
kehamilan dengan jarak 1 bulan untuk mencegah penyakit
tetanus pada bayi baru lahir
3. Bila ditemukan resiko tinggi, pemeriksaan kehamilan harus
lebih sering dan intensif
4. Makan makanan yang bergizi dan asupan gizi seimbang pada
ibu hamil dapat meningkatkan kesehatan ibu dan
menghindarinya dari penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan kekurangan gizi
5. Menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan komplikasi
pada ibu hamil
6. Mengenal tanda-tanda kehamilan dengan resiko tinggi dan
mewaspafdai penyakit apa saja pada ibu hamil
7. Segera periksa bila ditemukan tanda-tanda kehamilan dengan
resiko tinggi
8. Tidak melahirkan pada umu kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun, hindari jarak kehamilan terlalu dekat atau
kurang dari 2 tahun, rencanakan memiliki anak 2 saja

5. GRANDEMULTIPARA
Grande multipara adalah kehamilan lebih dari 4 kali. Grande
multifara termasuk dalam kehamilan dengan risiko tinggi. ibu hamil
dengan risiko tinggi memiliki bahaya yang lebih besar pada waktu
kehamilan maupun persalinan bila dibandingkan dengan ibu hamil
normal.
Grande multipara memiliki komplikasi dalam kehamilan dan
persalinan, antara lain:
Dalam kehamilan
a. Perdarahan antepartum ( perdarahan yang terjadi setelah usia
kandungan 28 minggu)
b. Solusio plasenta ( lepasnya sebagian atau semua plasenta dari
rahim)
c. Plasenta previa ( jalan lahir tertutup plasenta )
d. Abortus ( keguguran )
8
dalam persalinan
a. Atonia uteri ( perdarahan pasca melahirkan)
b. Ruptur uteri ( robeknya dinding rahim )
Untuk menghindari berbagai risiko kehamilan grande multipara,
sebaiknya rencanakan kehamilan dengan baik sehingga menurunkan
angka kematian ibu dan bayi yang masih cukup tinggi di Indonesia. Jika
sudah terlanjur mengalami grande multipara, sebaiknya deteksi
kehamilan sejak dini sehingga kemungkinan kelainan dan komplikasi
masih bisa diatasi sejak dini.

6. Risiko kehamilan menurut Usia


Setelah masuk usia 35 tahun keatas, risiko kehamilan dan persalinan
akan meningkat. Ibu memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami
perdalinna premature, preeklamsia, dan penyulit kehamilan lainnya
(Emilia,2010 )
a. Premature adalah persalinan sebelum kehamilan memasuki
pekan ke 37 atau ke 38 ( Marselina,2013)
b. Preeklamsia adalah kelainan multi sistemik yang terjadi pada
kehamilan yang ditandai dengan adanya hipertensi dan
edema< serta dapat disertai dengan protein uria
(Lalenoh,2018)

9
BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Tinjauan Kasus
Nama KK : Tn. U
Alamat Lengkap : Kp. Sempur

1. Identitas Pasien
Nama : Ny. L
Nama Ortu :-
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan masih merasa mual di pagi hari.

3. Riwayat Penyakit Terdahulu


Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi dan diabetes. Tetapi ibu pernah mengalami keguguran saat
kehamilan ke 4

4. Riwayat Imunisasi
Ibu telah di imunisasi TT sebanyak 3 kali.

5. Riwayat Pemenuhan Nutrisi


Ibu mengatakan makan sebanyak 3 kali sehari dengan menu nasi, lauk
pauk dan sayuran tetapi jarang mengkonsumsi buah-buahan.

10
6. Riwayat Pemenuhan Eliminasi
Ibu mengatakan BAK 5x/hari dengan warna kuning keruh dan BAB
2x/hari dengan konsistensi lunak dan berwarna coklat, tidak ada
keluhan dalam BAK dan BAB.

7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Istirahat


Ibu mengatakan tidak tidur siang, tidur malam ± 9 jam

8. Personal Hygiene
Ibu mengatakan mandi 3x/hari, menggososk gigi sebanyak 3x/hari,
keramas 3x/seminggu, dan belum melakukan pencucian vagina dari
depan ke belakang.

9. Pemeriksaan Kesehatan (Cek Up Kesehatan) Yang Pernah Dilakukan


Ibu mengatakan baru 3 kali pemeriksaan kehamilan

10. Pemeriksaan Fisik


Tanda – Tanda Vital
BB : 67 kg
TB : 150 cm
TD : 120/90 mmHg
S : 36,3oC
N : 82 x/menit
RR : 21 x/menit

Pemeriksaan Fisik Head to Toe


a. Kepala
Bentuk kepala simetris dengan tubuh, tidak teraba benjolan di
kepala, rambut berwarna hitam, distribusi rambut merata, kulit
kepala bersih, muka tidak oedem.
1) Mata
Mata simetris, bentuk mata normal, pupil isokor,
conjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.

11
2) Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak terdapat sekret, hidung
bersih, dan tidak terdapat nyeri tekan pada sinus, fungsi
penciuman baik.
3) Mulut
Bentuk mulut simetris, bibir klien kering dan berwarna
merah muda kehitaman, mulut bersih, fungsi pengecapan
baik.
4) Telinga
Bentuk telinga simetris antara kiri dengan kanan, tidak
terdapat sekret, telinga bersih, fungsi pendengaran baik.
b. Leher
Bentuk leher normal, tidak teraba pembesaran vena jugularis,
tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, pergerakan leher baik.
c. Dada
Bentuk dada normal, pergerakan dada simetris antara kiri dan
kanan, tidak teraba benjolan, bentuk payudara simetris, tidak ada
benjolan, putting susu menonjol, aerola hyperpigmentasi, tidak
ada suara nafas tambahan, suara nafas vesikuler, RR 21 x/menit,
tidak ada suara murmur pada jantung.
d. Abdomen
Tidak terdapat luka bekas operasi, terdapat linea nigra dan tidak
terdapat striae gravidarum. Ballotemen positif, TFU 1/3 diatas
simpisis.
e. Genitalia
v/v tidak ada benjolan, tidak ada varises, tidak ada oedema, tidak
ada pembengkakan pada kelenjar bartholini dan skene.
f. Anus
Tidak ada hemoroid.
g. Ektremitas
1) Ekstremitas Atas
Bentuk tangan simetris baik kanan maupun kiri, pergerakan
baik, tidak ada varises.

12
2) Ekstremitas Bawah
Bentuk kaki simetris baik kanan maupun kiri, pergerakan
baik, tidak ada varises,

11. Pemeriksaan Penunjang


HB : 11,3 gr%

12. Obat – Obatan Yang Dikonsumsi


Ibu mengatakan mengkonsumsi tablet Fe, kalsium, dan vitamin.

13. Data Lingkungan Yang Menunjang


Keluarga ibu L tinggal di rumah yang terbuat dari bata, dengan akses
jalan yang cukup dalam untuk mencapainya. Banyak terdapat tanah
merah disekitar rumah. Jika musim hujan tiba, tanah menjadi licin dan
dapat menyebabkan ibu N dan anggota keluarga lainnya terpeleset
sehingga menyebabkan cedera.

B. Implementasi Kegiatan
1. Implementasi Keperawatan
Dalam keperawatan hal yang dilakukan kepada Ny. L yaitu :
a. Pada hari pertama perawat melakukan pemeriksaan tanda – tanda
vital .
b. Pada hari kedua perawat memberikan pendidikan kesehatan
tentang risiko tinggi kehamilan.
2. Implementasi Kebidanan
Dalam kebidanan hal yang dilakukan kepada Ny. L yaitu :
a. Pada hari pertama bidan melakukan pemeriksaan fisik mengukur
tinggi fundus, melakukan pemeriksaan DJJ (belum terdengar), dan
menganjurkan ibu untuk melakukan USG dan memberikan
pengetahuan tentang kehamilan trimester 1.
b. Pada hari kedua bidan memberikan pengetahuan pendidikan
kesehatan tentang kehamilan trimester 1.

13
3.Implementasi Analis Kesehatan
Hal yang dilakukan analis kesehatan kepada Ny. L yaitu :
a. Pada hari pertama Analis kesehatan melakukan pemeriksaan
penunjang dengan memeriksa kadar Hemoglobin (Hb) pada ibu
hamil dan didapatkan hasil 11,9 g%.

C. Identifikasi Overlapping
Overlapping antar profesi kesehatan terjadi pada keperawatan dan
kebidanan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan pendidikan kesehatan.

1. Identifikasi Keunikan Masing-Masing Profesi


a. Keperawatan memiliki keunikan tersendiri yaitu dapat melakukan
perawatan pada pasien ibu hamil dengan resiko tinggi.
b. Kebidanan memiliki keunikan tersendiri yaitu bisa melakukan
pemeriksaan untuk menentukan letak bagian kepala dan tubuh janin
(leopold), cara mengukur tinggi fundus (TFU), menentukan tafsiran
berat badan janin (TBBJ), cara menghitung tafsiran persalinan
dengan HPHT dan bisa mengetahui bagian denyut jantung janin
(DJJ) pada ibu hamil dengan prinsip sayang ibu.
c. Analis kesehatan memiliki keunikan tersendiri yaitu bisa memeriksa
dan membaca interprestasi kadar hemoglobin pada ibu hamil
dengan memperhatikan prinsip pencegahan infeksi.

2. Pengalaman Positif Yang Didapat


Pengalaman positif yang kami dapatkan selama memberikan asuhan
kepada keluarga binaan yaitu saling memberikan pengetahuan dan
berbagi ilmu tentang pemeriksaan yang dilakukan di masing-masing
bidang profesi dan mengaplikasikan ilmu yang sudah kami dapatkan
selama pembelajaran di kampus dan menerapkannya kepada keluarga
binaann yang kami bina selama PKL Terpadu ini.

14
BAB IV
MONITORING SETELAH INTERVENSI

Setelah dilakukan implementasi selama 2 hari dari tanggal 02 – 04 Mei


2019, selanjutnya dilakukan monitoring dari intervensi selama 2 hari. Hasil
monitoring hari pertama yaitu melakukan pemeriksaan TTV normal dengan
hasil N: 80 x/m, S: 36,5oc, R: 22 x/m, TD : 120/70 MMHg.Hasil monitoring hari
ke kedua yaitu melakukan pemeriksaan TTV, dan ibu sudah menerapkan
anjuran yang diberikan, seperti USG.
Table 4.1
A. Permasalahan
NO MASALAH TINDAKAN RTL
1 kurangnya 1. Memberikan 1. Anjurkan ibu
pengetahuan pendidikan untuk kunjungan
ibu mengenai kesehatan teratur ke tenaga
risiko mengenai kesehatan dan
kehamilan bahaya anjurkan ibu
menurut usia risiko untuk melakukan
dan kehamilan kehamilan USG
lebih dari 4 kali menurut usia
dan
kehamilan
lebih dari
4kali
2 Resiko 1. Memeriksa 1. Anjurkan ibu
terjadinya kadar Hb untuk sering
perdarahan pada ibu memeriksakan
pada ibu saat hamil diri ke
persalinan 2. Memberikan puskesmas/bidan
pendidikan terdekat
kesehatan 2. Anjurkan ibu
tentang untuk bersalin di
tanda dan puskesmas/bidan
bahaya terdekat
persalinan

15
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan
adanya peningkatan kemampuan kolaboratif antara
keperawatan,kebidanan dan analis kesehatan. Proses pembelajaran
berbasis komunitas pada mahasiswa keperawatan, kebidanan dan analis
kesehatan telah berjalan sesuai dengan panduan dan terdokumentasikan
dengan baik oleh mahasiswa.
Setelah dilakukannya implementasi secara kolaboratif antara
kepeawatan, kebidanan dan analis kesehatan selama 2 hari terhadap
keluarga binaan ibu hamil dengan risiko kehamilan menurut usia dan
grande multipara mulai dari tanggal 02 Mei hingga 29 April 2019, klien
dapat memahami tentang bahaya risiko kehamilan menurut usia dan
grande multipara pada ibu hamil dan tanda dan bahaya persalinan.
Sehingga klien mampu melakukan perubahan perilaku dengan cara
melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan secara rutin.

B. Saran
Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk menindaklanjuti Ny. L agar
dapat melakukan pemeriksaan kehamilan rutin dan menjalankan
persalinan di fasilitas kesehatan terdekat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi 111, Cetakan 4, YBS — SP.


Lusa.web.id.

17

Anda mungkin juga menyukai