Anda di halaman 1dari 4

Peranan Automatic Train Protection dalam Mengurangi

Kemungkinan Kecelakaan Kereta Api Akibat


Kelalaian Manusia
Posted on April 17, 2012by apligo

2511203704
Diawali dengan “Clapham Junction Rail Crash” yang menyebabkan 56 manusia
meninggal dunia (Glendon, A. Ian; Clarke, Sharon; McKenna, Eugene F. (2006))
dan dalam sehari terjadi dua kali collision crash (tabrakan antara dua bagian
depan kendaraan, dalam hal ini lokomotif), maka tercetuslah suatu inspirasi akan
suatu alat yang bermanfaat untuk menghindarkan manusia dari kecelakaan kereta
api yang lebih parah. Kemudian terciptalah suatu alat perlindungan kereta api
terintegrasi yang bernama Automatic Train Protection (ATP).
ATP (Automatic Train Protection) adalah suatu sistem yang melakukan relay
terhadap informasi sinyal, kecepatan kereta yang secara otomatis dapat
menurunkan kecepatan atau bahkan memberhentikan kereta jika batas kecepatan
dicapai atau ketika mendekati sinyal STOP kecepatan kereta terlalu tinggi.
(http://www.railsafe.org.au/section.jsp?id=8684). Pada prinsipnya, ATP dapat
menghentikan kereta api dengan otomatis, begitu sinyal tanda berhenti dilanggar.
Baik oleh karena pelanggaran disengaja ataupun tidak disengaja. Otomatisasi ini
terjalin melalui konektivitas antara perangkat di ruang kemudi di lokomotif, dan
track balise atau sensor pergerakan kereta di lintas. Dengan segala keterbatasan
yang dimiliki manusia, alat ini diharapkan banyak membantu para pekerja di lini
kereta api baik para operatornya dan para masinisnya.
Secara umum, sistem ATP dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Dengan proses-proses seperti dibawah ini:
— Informasi umum tentang kereta api tersimpan di dalam ATP onboard
equipment
— Informasi terkirim dari ATP trackside equipment
— Informasi trek kereta api diterima oleh ATP onboard equipment
— Informasi kereta dan trek yang dilalui diproses oleh ATP onboard
equipment
— Jika kondisi bahaya terjadi, ATP equipment akan memberi tanda
(Sumber: A brief introduction to the RailCorp ATP system (NSW Transport
RailCorp))
Keterbatasan-keterbasan manusia antara lain:
1. Kurang cepatnya tangan masinis untuk mengubah sistem kontrol yang
berisikan berbagai macam tombol yang juga terkadang ada kemungkinan
dalam kesalahan penekanan tombol. Semisal kurang cepatnya responsi
manusia untuk mengurangi kecepatan ketika hal tersebut diperlukan, seperti
yang terjadi padaAmagasaki rail crash pada tahun 2005. (Japanese train crash
kills dozens, http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/4480031.stm)
2. Kurang familiarnya masinis, terutama masinis baru dalam pembacaan sinyal-
sinyal yang terkait dengan lalu lintas kereta api. Dapat juga diakibatkan sinyal-
sinyal tersebut sudah dalam keadaan kotor dan sulit untuk dibaca. Seperti
yang terjadi pada Ladbroke Grove rail crash pada tahun 1999. (“Thames Trains
fined £2m for Paddington crash”. The Guardian. 2004-04-05.)
3. Keterbatasan dalam menyadari kemungkinan terkotorinya rel dengan
tumpahan minyak atau pasir. Seperti yang terjadi pada kejadian Clementi train
collision pada tahun 1993 (“Oil spillage led to MRT train collision: Panel”. The
Straits Times. 20 October 1993.)
Dengan hadirnya sistem yang bernama ATP ini diharapkan tercapainya hal-hal
berikut dibawah ini:
— Berkurangnya ketergantungan kereta api di Indonesia pada faktor
manusia, terutama untuk meningkatkan keselamatan (Pernyataan Direktur
Keselamatan Ditjen Perkeretaapian Hermanto D, Rabu (29/2/2012))
— Berkurang dan terkontrolnya kecepatan kereta ketika batas kecepatan
tercapai
— Memudahkan sang masinis melakukan setup terhadap kereta ketika
kecepatan yang melebihi batas tercapai
— Secara mental, dapat lebih menenangkan masinis karena ada alat yang
bersifat preventif terhadap kecelakaan.
— Meningkatkan kecepatan kinerja dari para operator dikarenakan sistem
yang bersifat user-friendly pada ATP. Lebih sedikit tombol, lebih sedikit
kemungkinan terjadi kesalahan pencet.
— Terintegrasinya dengan lebih baik hubungan kerja antara operator dan
masinis sehingga tercapai kesinambungan kerja yang lebih optimum dan lebih
mengurangi kemungkinan kecelakaan.
Referensi
1. Glendon, A. Ian; Clarke, Sharon; McKenna, Eugene F. (2006). Human Safety
And Risk Management. CRC Press.
2. A brief introduction to the RailCorp ATP system (NSW Transport RailCorp)
3. G Riddington, M Beck and J Cowie.(2004) Evaluating train protection systems.
4. http://www.railsafe.org.au/section.jsp?id=8684
5. http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/4480031.stm
6. “Thames Trains fined £2m for Paddington crash”. The Guardian. 2004-04-05.
7. (“Oil spillage led to MRT train collision: Panel”. The Straits Times. 20 October
1993.)

Anda mungkin juga menyukai